Ads 468x60px

SOEMPAH POEMOEDA: NAPAS - anjangsaNA PAStoral Penjara Sragen.

28 OKT 2013
NAPAS - anjangsaNA PAStoral
Penjara Sragen.


Homo Homini “SOCIUS” - Manusia adalah sahabat bagi sesamanya”. Itulah arti pepatah Latin, yang saya ambil sebagai sebuah antitesis awal dari premis politis seorang filsuf besar bernama Hobbes: “Homo homini lupus - manusia adalah serigala bagi sesamanya.”

Bicara soal sahabat, secara psikis, saya langsung teringat-kenang masa kecil imut-imut saya. Dulu, saya mendapatkan sebuah hadiah dari ibu saya, yakni sebuah buku berjudul, “Sahabat-Sahabat Yesus”: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13). Yesus dekat, akrab dan terkesan bersahabat dengan setiap orang beriman yang mau mengikutiNya, itulah isi pokok buku kecil tersebut. Sebuah acuan biblis, Yesus juga pernah bersabda dalam injil Yohanes 15:14-15: “Kamu sahabat-sahabat-Ku, jika kamu melakukan apa yang Aku perintahkan. Aku tidak lagi memanggil kamu hamba, karena hamba tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh tuannya. Aku memanggil kamu sahabat-sahabat-Ku, karena Aku sudah memberitahu kamu segala yang telah Aku dengar daripada Bapa-Ku.” 

Ada Apa Dibalik Gerakan Yesus ?



Selayang Pandang

“Kesadaran manusia berubah seiring dengan setiap perubahan dalam kondisi eksistensi materialnya”. Karl Marx menyakini bahwa gerakan atau perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat ditentukan oleh substruktur (bangunan bawah) yang tidak lain adalah bidang ekonomi. Perubahan dalam struktur masyarakat terjadi ketika basis ekonominya berubah. Apakah Gerakan Yesus yang menjadi cikal bakal jemaat Kristen Perdana juga berangkat dari permasalahan ekonomis (masyarakat tertindas) seperti ini? Menarik, mencermati gerakan keagamaan yang dipelopori oleh Yesus dari Nazaret ini berubah menjadi jemaat Kristen Perdana yang berwajah helenistik dan mampu menjadi gerakan keagamaan yang ‘mendunia’ seperti sekarang ini. Mengapa bisa sedemikian hebat? Adakah roh/ kekuatan dasyat yang menggerakkannya? Ataukah gerakan ini sebenarnya juga tidak terlepas dari berbagai macam dinamika kehidupan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat Yahudi pada waktu itu?

Quis Veritas Est?


Quis veritas est? Apa itu kebenaran? Pertanyaan seorang pejabat Romawi, Pontius Pilatus pada abad pertama ini bisa jadi merupakan titik berangkat dalam perjuangan kita untuk senantiasa mencari kebenaran. Merupakan fakta, kebenaran menjadi ‘kata sakti’ yang dicari pun diabdi manusia di era korban yang penuh dengan “yang destruktif” ini. Jelasnya, abad ke-20 yang baru saja lewat menjadi saksi bisu bagi “yang destruktif” itu. Di masa ketika konon peradaban manusia mencapai puncaknya, kita - sendiri atau berbondong-bondong - melihat dengan telanjang betapa yang destruktif itu begitu mudah muncul dan menyisakan luka sebagai sebuah antitesis kebenaran.

Gereja Sebagai Persekutuan Murid-Murid


I. Beberapa Pendekatan Konsep Gereja sebagai Persekutuan Murid-Murid

a) Murid-Murid dalam Pelayanan Yesus di Depan Umum
Dasar dari model Gereja sebagai persekutuan murid-murid dapat ditelusuri dalam PB dan bahkan dalam pelayanan Yesus selama hidup-Nya di dunia. Gambaran murid dalam masa ini adalah kumpulan orang-orang yang terpilih di dalam persekutuan yang lebih luas, yang terdiri dari orang-orang yang menerima Yesus sebagai guru yang diutus Allah. Mereka sengaja dipilih untuk menyertai Yesus dalam perjalanan-perjalanan-Nya. Akan tetapi persekutuan murid-murid tersebut semakin terlihat derajat keakrabannya dalam diri keduabelas rasul yang membentuk kesatuan inti yang merupakan orang-orang terpilih secara pribadi dan diangkat oleh Yesus untuk suatu tugas yang penting. Bersama Yesus, murid-murid ini secara simbolis menghadirkan Israel baru dan yang dibarui. Misi mereka adalah mengingatkan sisa umat akan nilai transenden Kerajaan Allah lewat kesaksian. Mereka bertindak atas dasar peraturan dan tugas yang ditetapkan oleh Yesus dan semua ini dijalankan dengan sukarela, sebab mereka menemukan satu keluarga baru dalam persekutuan dengan Yesus. Dan pada saat menjelang akhir karya Yesus, persekutuan murid-murid ini mendapat ciri baru yakni bahwa untuk hidup sebagai murid dituntut mengambil bagian dalam penderitaan-Nya yang menyelamatkan.

Kepada Peminta-minta


@ Chairil Anwar 


Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.

Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga.

FMKI - Forum Masyarakat Katolik Indonesia

CATATAN SINGKAT SEJARAH KRONOLOGIS
FMKI - FORUM MASYARAKAT KATOLIK INDONESIA
(LIMA TAHUN PERTAMA)


Pada tanggal 30-31 Mei 1998 diselenggarakan Pertemuan Eksponen Umat Katolik Regio Jawa di Muntilan. Pertemuan tersebut menelorkan Deklarasi Muntilan “Membangun Indonesia Masa Depan”. Deklarasi Muntilan tersebut merekomendasikan didirikannnya Komite Nasional Umat Katolik Indonesia. Gagasan ini disambut positif oleh para tokoh dan umat Katolik Indonesia.

Pada 12-15 Agustus 1998 diselenggarakan Sarasehan di Jakarta mengenai “Keterlibatan Umat Katolik dalam Kehidupan Sosial Politik – Visi, Tantangan, Kemungkinan”. Sarasehan tersebut pada tgl. 15 Agustus 1998 mendeklarasikan Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI).

"OPTION FOR THE POOR." - Belajar Dari Fransiskus


“Di Asia, khususnya di Indonesia, manusia kecil, lemah,
miskin umumnya tidak dihargai. Yang dihargai ialah mereka
yang kaya dan berkuasa ... Hukum rimba: siapa kuat, dia
menang. Hukum ini nyata hidup dalam keseharian manusia,
yang juga masih dianut oleh umat Katolik Indonesia.
Kelakar adalah kelakar, tidak perlu diambil serius 100 %.
Namun, setiap rohaniwan Gereja Katolik (yang nota bene terkenal
sebagai agama yang kaya raya dan kuasa) sedikit banyak telah
“terperangkap” dalam suatu sistem yang memang memberinya
kesempatan dan fasilitas besar untuk memberi kepada kaum miskin,
tetapi sangat menghalangi dia untuk menjadi kaum miskin.”
(YB.Mangunwijaya Pr, “Sang Burung Manyar”)