Inti pokok dari Kitab Suci Perjanjian Lama
adalah Allah yang menyertai umat pilihan-Nya yaitu Israel. Allah telah mengikat
perjanjian dengan bangsa Israel: bila Israel setia akan mendapatkan rahmat,
bila tidak setia akan mendapatkan kutuk.
Sedangkan inti pokok Kitab Suci Perjanjian Baru: bahwa dalam diri Yesus Kristus dari Nasaret, Allah menampakkan diri pada manusia. Dalam Pribadi Putra-Nya itu Allah mau merangkul setiap orang dan seluruh umat manusia dan tidak lagi dengan bangsa Israel saja.
Penampakkan diri Allah tersebut disebut wahyu. Yesus Kristus adalah wahyu Allah. Karena dalam diri Yesus itu Allah bisa didekati, disapa dan dirasakan kehadiaran-Nya. Jawaban atau tanggapan manusia atas pernyataan diri Allah disebut iman. Di sini Roh Kudus punya peranan penting yaitu menerangi, membimbing manusia sehingga menanggapi tawaran diri Allah. Manusia dimampukan oleh Roh Kudus yang dalam diri manusia sendiri sudah terdapat keterarahan pada Yang Ilahi atau Allah sendiri.
Komunikasi manusia dengan Allah itu terjadi melalui
kata-kata yang sudah tertulis yaitu Kitab Suci. Bila kata-kata itu dihidupkan
kembali yaitu dibaca dan didengarkan, maka terjadilah komunikasi: Allah
bersabda dan manusia mendengarkan. Bila hal itu benar-benar terjadi maka Allah
bersabda pada manusia melalui Kitab Suci, tidak hanya pada masa lampau saja
melainkan pada masa sekarang ini juga. Sedangkan inti pokok Kitab Suci Perjanjian Baru: bahwa dalam diri Yesus Kristus dari Nasaret, Allah menampakkan diri pada manusia. Dalam Pribadi Putra-Nya itu Allah mau merangkul setiap orang dan seluruh umat manusia dan tidak lagi dengan bangsa Israel saja.
Penampakkan diri Allah tersebut disebut wahyu. Yesus Kristus adalah wahyu Allah. Karena dalam diri Yesus itu Allah bisa didekati, disapa dan dirasakan kehadiaran-Nya. Jawaban atau tanggapan manusia atas pernyataan diri Allah disebut iman. Di sini Roh Kudus punya peranan penting yaitu menerangi, membimbing manusia sehingga menanggapi tawaran diri Allah. Manusia dimampukan oleh Roh Kudus yang dalam diri manusia sendiri sudah terdapat keterarahan pada Yang Ilahi atau Allah sendiri.
Kitab Suci dipakai oleh Allah untuk membuat Diri-Nya teralami. Kasih Allah tetap aktual, dulu dan sekarang. Vatikan II menegaskan bahwa “Tuhan hadir dalam Sabda-Nya, karena ia berbicara jika di dalam Gereja Kitab Suci dibacakan” (SC, No. 7)
Kitab Suci bukan kitab ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan modern baru muncul pada abad ke 15 M. Maka segala soal dan masalah ilmu pengetahuan tidak terjawab dalam Kitab Suci. Kitab Suci bukan ilmu sejarah meskipun perlu diakui ada unsur sejarahnya. Kitab Suci tidak memberitahukan tokoh-tokoh, peristiwa atau kejadian sebagaimana dibuat oleh ilmu sejarah. Kitab Suci juga bukan ilmu kemasyarakatan yang memberikan pedoman bagaimana masyarakat harus diatur. Kitab Suci juga bukan semacam buku “katekismus” atau pelajaran agama yang siap dengan segala jawaban.
Kitab Suci adalah buku iman atau buku agama, yang berbicara tentang Allah dan manusia dalam hubungannya timbal balik. Dengan bermacam-macam cara Kitab Suci menjelaskan: siapa Allah bagi manusia dan siapa manusia di hadapan Allah. Jadi, pelajaran pokok yang perlu dimiliki dari Kitab Suci adalah menjalin hubungan pribadi (individu atau kelompok bangsa atau Gereja) dengan Allah. Inilah yang pokok yang dipelajari dari Kitab Suci!
Beberapa pertanyaan untuk renungan kita:
• Apa yang kita temukan bila kita membaca Kitab Suci?
• Bagaimana Allah berbicara kepada kita?
• Bagaimana seharusnya kita menjawab Sabda-Nya?
• Bagaimana sebaiknya kita hidup?
• Bagaimana kita berhubungan dengan sesama?
• Bagaimana menjadi saksi kebaikan Allah di tengah masyarakat?
Kapan Kitab Suci dipakai?
1. Kitab Suci biasanya dipakai dalam liturgi atau ibadat resmi Gereja seperti perayaan Sabda, penerimaan ketujuh sakramen (Baptis, Ekaristi, Krisma,dll), dan Ibadat Harian. Perayaan Sabda dan Ekaristi bisa diadakan bersama-sama, bisa juga tidak. Dalam perayaan Ekaristi biasanya didahului dengan perayaan Sabda. Bisa juga diadakan perayaan Sabda tanpa dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi (misalnya karena tidak ada imam). Ibadat Harian biasanya dilakukan oleh kaum rohaniwan. Dalam liturgi selalu diadakan pembacaan Kitab Suci.
2. Yang kedua Kitab Suci biasanya dipakai pada kebaktian (devosi) yang menyerupai liturgi yang kita kenal dengan paraliturgi. Paraliturgi adalah doa atau kebaktian untuk memajukan kehidupan rohani umat. Yang termasuk dalam paraliturgi misalnya kebaktian kepada Sakramen Maha Kudus, doa Rosario, Jalan Salib, dan Novena.
3. Yang ketiga Kitab Suci dipakai pada kesempatan doa bersama untuk berbagai macam kepentingan, mulai dan memperingati arwah sampai untuk pemberkatan perkawinan.
4. Yang keempat pada kesempatan “khusus” seperti retret atau rekoleksi dan kegiatan rohani sejenisnya. Kegiatan ini bisa secara pribadi, keluarga atau kelompok/bersama.
5. Yang kelima, Kitab Suci dipakai pada pendalaman Kitab Suci. Biasanya kegiatañ ini diletakkan dalam suasana doa dalam paroki, wilayah, lingkungan atau keluarga atau kelompok. Maka yang penting bukan pengetahuan tetapi tuntunan untuk hidup umat.
6. Yang keenam, secara pribadi atau bersama kita menggunakan Kitab Suci untuk studi/kursus/kuliah. Tujuan ini lebih untuk mendapatkan pengetahuan baik bidang sosial, ekonomi, politik, kebudayaan maupun latar belakang sejarah serta berusaha mempelajari hal-hal teknis. Hanya sekali lagi perlu dicatat bahwa Kitab Suci bukanlah buku sejarah atau riwayat hidup atau ilmu pengetahuan tetapi buku iman. Jadi, bila terjadi ketidak cocokan dengan ilmu sejarah atau ilmu pengetahuan ya perlu dimaklumi saja. Apalagi ilmu sejarah dan ilmu pengetahuan modern belum berkembang ketika para penulis Kitab Suci hidup. Mereka menggunakan pengetahuan sesuai dengan perkembangan jamannya.
Apa yang sebenarnya terjadi bila kita membaca dan mendengarkan bacaan-bacaan dari Kitab Suci?
Umat sekarang yang sedang membaca dan mendengarkan Kitab Suci berusaha menempatkan dirinya dalam arus pengalaman iman umat jaman dulu yaitu umat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Umat sekarang perlu belajar bagaimana tokoh-tokoh Kitab Suci dan umat pada umumnya berhubungan dengan Allah. Dengan membaca, mendengar dan menjelaskan bacaan dari Kitab Suci terjadilah pewartaan iman dalam Gereja. Usaha mewariskan iman terjadi di sini.
Kita menggunakan Kitab Suci tidak hanya dalam liturgi dan kegiatan rohani lainnya tetapi juga perlu pada kesempatan lain. Lalu kapan Kitab Suci sebaiknya dipakai?
Di luar liturgi dan kegiatan doa bersama atau kelompok, banyak orang Kristen mempergunakan waktu luangnya untuk membaca Kitab Suci. Artinya secara pribadi atau bersama sengaja mengisi dengan membaca Kitab Suci entah untuk tujuan mempelajari maupun untuk membangun hubungan pribadi dengan Tuhan dalam doa.
Dalam banyak kegiatan lain seperti arisan, pertemuan keluarga/trah, memulai kerja, rapat/sidang sebaiknya juga dibacakan meskipun hanya beberapa ayat saja. Memang hal ini belum biasa, namun justru di sinilah tantangannya. Mestinya kita tidak hanya mendengarkan bacaan Kitab Suci waktu ikut Ekaristi di gereja saja tetapi perlu menciptakan waktu sendiri juga.
Pedoman membaca Kitab Suci
Pedoman ini tidak mutlak mengingat setiap orang punya cara sendiri untuk membaca teks Kitab Suci. Namun pedoman ini sangat berguna bagi yang belum mendapatkan pegangan.
1. Pertama, membaca Kitab Suci dalam suasana doa lebih bermanfaat untuk membangun hubungan pribadi dengan Tuhan daripada dalam suasana lain, misalnya studi atau dalam kuliah. Dalam kuliah orang lebih mau mendapatkan informasi dan pengetahuan. Untuk menciptakan suasana doa ini aka perlu dibuka dan ditutup dengan doa.
2. Kedua, membaca teks Kitab Suci yang dipilih sendiri atau mengikuti penanggalan liturgi.
3. Ketiga, menyelidiki hal-hal yang kurang dimengerti dengan sarana atau alat bantu yang dipunyai, misalnya konkordansi, kamus Alkitab, buku pengantar, buku tafsir, ensiklopedi dli. Bila tidak punya alat bantu, baik dibaca dua atau tiga kali supaya bisa sedikit paham.
4. Keempat, perlu membuat catatan dan memberi tanda pada ayat atau kata yang mengesan dan penting dengan tinta merah atau stabilo. Bagian itu akan mudah dicari dan ditemukan bila sewaktu-waktu kita ingin membacanya kembali.
5. Kelima, merenungkan bacaan itu. Dalam perenungan tersebut kiranya berguna menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
a. Siapakah penulis kitab itu?
b. Apakah maksud penulis?
c. Apakah pesan yang ingin disampaikan?
d. Kepada siapa pesan itu ditujukan?
e. Apakah yang kubaca tentang Tuhan?
f. Adakah janji Tuhan?
g. Adakah suatu perintah untuk ditaati?
h. Adakah pedoman bagi hidupku?
i. Adakah dosa yang harus dijauhkan?
Prinsip yang perlu dipegang adalah ini: bukan pengetahuan sebanyak-banyaknya yang mengenyangkan batin tetapi mencecap perkaranya secara dalam-dalam. Bila Anda merasa ingin berlama-lama dalam satu perkara saja, misalnya “Adakah dosa yang harus dijauhkan”? ya kita memberi waktu cukup di situ. Mengamati perasaan Anda juga penting: aman tenteram atau gelisah? Kedamaian, ketenangan atau ketenteraman menjadi ciri-ciri kehadiran Tuhan.
6. Keenam, sekali lagi berdoa dan
7. Ketujuh, mohon kekuatan untuk melaksanakan kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Ada 3 jenis pembaca Kitab Suci:
1. Pertama, berpegang pada interpretasi pribadi, entah sendiri atau orang lain.
2. Kedua, menerima interpretasi Gereja, tapi tidak berbuat apa-apa.
3. Ketiga, menyatukan usaha sendiri dengan taat pada ajaran resmi Gereja.
Kita bisa bertanya pada diri kita sendiri termasuk dalam jenis yang mana?
Beberapa syarat yang dibutuhkan agar orang membaca Kitab Suci yaitu:
• punya Kitab Suci atau Alkitab,
• kemauan yang kuat untuk membaca Kitab Suci,
• menyediakan waktu,
• punya perhatian terhadap Tuhan dan hidupnya sendiri serta kesediaan mengolah bersama Tuhan.
Alkitab merupakan buku pembina iman. Karena tujuan membaca Kitab Suci tidak lain adalah menjadi manusia yang semakin beriman. Lain kata menjadi sahabat Allah, memahami kehendak-Nya, dan belajar menuruti kebijaksaan Allah.
BELAJAR MENCINTAI ALKITAB
Memang yang paling pokok orang melaksanakan Sabda Allah dalam hidup sehari-hari daripada tahu banyak tetapi tidak berbuat apa-apa. Namun bagaimana orang bisa melaksanakan dengan benar dan tepat kalau tidak dilandasi pengetahuan yang cukup? Untuk ini dibutuhkan selain ketrampilan dasar tetapi juga pengetahuan dasar tentang Alkitab.
Ketrampilan dasar ini meliputi:
• Terampil membaca singkatan-singkatan kitab.
Misalnya Ob, maksudnya adalah kitab Obaja atau Rat yang maksudnya kitab Ratapan. Keduanya ini merupakan kitab-kitab Perjanjian Lama.
• Terampil membaca dan menemukan bab dan ayat.
o Misalnya Mt 1: 18-25, maksudnya adalah Injil Matius bab 1, ayat 18 sampai 25.
o Misalnya lagi Mzm 8: 2. 4-6. Maksudnya adalah kitab Mazmur bab 8, ayat 2 dan ayat 4 sampai 6.
o Contoh yang lain, misalnya 1 Kor 13: 1 - 14: 25. Maksudnya surat St. Paulus kepada Jemaat di Korintus yang pertama, bab 13 ayat 1 sampai dengan bab 14 ayat 25
Ada dua cara menuliskan bab dan ayat. Yang pertama, seperti contoh di atas.
Misalnya Mt 1: 18-25. Sedangkan cara yang kedua (cara Inggris) yaitu Mt 1, 18-25. Bedanya di mana? Bedanya pada tanda setelah penulisan bab, yang pertama memakai titi1 dua (:) dan yang kedua memakai koma ( ,). Dua-duanya dipakai dalam pembahasan buku-buku agama kita.
• Terampil menemukan masing-masing kitab. Letak masing-masing kitab dalam daftar
Alkitab sudah tersusun tetap. Kalau kita punya Alkitab terbitan bersama (ekumenis) yang perlu diketahui ini: ada tiga kelompok kitab yaitu Perjanjian Lama, Deuterokanonika dan Perjanjian Baru. Letak kitab-kitab Deuterokanonika di tengah-tengah dengan nomor halaman diberi tanda kurung [ 1.
• Terampil memakai catatan kaki. Kitab Suci terbitan Pelita atau Nusa Indah, yang terdiri dan dua jilid Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru punya catatan kaki. Catatan tersebut sering bermanfaat kalau kita membutuhkan keterangan tambahan.
• Terampil menggunakan alat bantu untuk memahami Alkitab.
Yang dimaksud dengan alat bantu adalah segala sesuatu yang mambantu kita untuk memudahkan membaca, memahami teks Kitab Suci misalnya Kamus Alkitab, Ensiklopedi, Peta atau Gambar-gambar, Konkordansi, buku Pengantar, buku Komentar atau Tafsir dll.
Sedangkan yang menyangkut pengetahuan dasar meliputi:
• Tahu jumlah kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
• Tahu isi utama kitab-kitab. Ada banyak buku pengantar yang bisa membantu kita untuk mengetahui isi masing-masing buku. Misalnya, Membaca Kitab Suci, Pengantar Bagi Para Pemula, Gerald S. Sloyan, Kanisius, Yogyakarta, 1994. Buku ini secara ringkas mengulas masing-masing kitab atau kelompok kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
• Tahu isi, pesan utama bacaan terpenting. Misalnya, kisah penciptaan, kotbah di bukit, perjamuan malam terakhir, kisah anak hilang, gembala baik, pertobatan Paulus, kasih dll.
• Tahu di mana harus dicari bacaan terpenting tersebut. ini hanya mungkin kalau kita sendiri terbiasa membuka-buka Alkitab, mencari dan menemukan bacaan-bacaan terpenting tersebut, misalnya kisah Anak Hilang (Luk 15: 11-32)
• Tahu kata atau ungkapan khas dalam Alkitab. Misalnya, injil, kerygma, diakonia, kasih, gereja, Kristus/Mesias, Yesus, wahyu, iman dll, bisa dibaca pada Kamus Alkitab.
0 komentar:
Posting Komentar