Pada tahun 2000, ketika Frieda Tchacos
Nussberger, pedagang barang antik dari Zurich, memperoleh naskah kuno yang
memuat Injil Yudas, naskah itu telah beredar sebagai barang dagangan hampir
selama dua puluh lima tahun, dan dibawa-bawa dari Mesir ke Eropa maupun Amerika
Serikat. Rodolphe Kasser, seorang ahli naskah berbahasa Kopt asal Swiss, mengatakan bahwa dia belum pernah melihat naskah kuno dalam
keadaan seburuk itu. “Naskah kuno itu begitu ringkih, dan akan rontok bahkan
oleh sentuhan yang paling lembut sekali pun.” Karena khawatir, jangan-jangan
naskah itu akan semakin hancur, Tchacos menyerahkannya kepada Maecenas
Foundation for Ancient Art, yang akan melakukan restorasi dan menerjemahkan
naskah kuno tersebut, dan akhirnya akan menyerahkannya kepada Museum Koptik di
Cairo. Projek naskah kuno yang menggabungkan arkeologi, sains modern dan suatu
topik budaya yang amat penting dan menarik ini, bagi National Geographic
merupakan hal yang sudah biasa dilakukan. Untuk itu National Geographic Society
mendapat dukungan dari Waitt Institute for Historic Discovery; suatu yayasan
yang didirikan oleh pencipta Gateway, Ted Waitt, untuk mendukung projek-projek
yang meningkatkan pengetahuan umat manusia melalui berbagai eksplorasi yang
berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut sejarah maupun ilmu pengetahuan.
National Geographic Society dan Waitt Institute bekerjasama dengan Maecenas
Foundation untuk membuktikan keaslian dokumen tersebut, meneruskan proses
restorasi, dan menerjemahkan kandungan naskah kuno tersebut. Tetapi, untuk itu
pertama-tama Florence Darbre, dibantu oleh sarjana Koptik, Gregor Wurst, harus
menyusun dulu naskah yang sudah robek-robek dan cerai berai itu.
Jelas ada orang yang telah menyusun ulang naskah tersebut secara sembarangan, dan bagian atas dari lembar-lembar papirus (yang bernomor halaman) telah terpotong. Karena ini, tantangannya besar sekali: ada hampir seribu fragmen yang terserak bagai remah-remah. Dengan alat penjepit, Darbe mengambil potongan-potongan papirus yang ringkih itu dan meletakkannya di antara lempengan kaca. Dengan bantuan komputer, dia bersama Wurst berhasil mengabungkan ulang 80 persen dari naskah itu dalam waktu lima tahun yang menuntut kerja keras, penuh kehati-hatian. Kasser dan para sarjana lain menerjemahkan dokumen yang terdiri dari dua puluh enam halaman, yang berisi pemaparan terperinci mengenai keyakinan gnostik yang begitu lama tersembunyi itu. Para ahli Gereja Purba mengatakan bahwa ini merupakan penemuan naskah yang paling dramatik dalam dasawarsa-dasawarsa terakhir ini. Kata Kasser, “Naskah kuno ini hidup kembali berkat sebuah mukjizat.”
Agar yakin mengenai umur dan keasliannya, National Geographic Society mengupayakan suatu penelitian terhadap naskah kuno tersebut melalui pengkajian yang amat saksama, tanpa merusak naskah yang amat berharga itu. Untuk itu, diserahkan beberapa potongan papirus agar ditentukan umurnya dengan metode radio karbon yang paling ketat yang ada saat ini. Selain itu, National Geographic Society juga berkonsultasi dengan para sarjana sastra dan budaya Kopt yang amat ahli mengenai tulisan dan naskah kuno.
Pada bulan Desembar 2004, National Geographic Society menyerahkan lima potongan sampel kecil ke laboratorium AMS (Accelerated Mass Spectometry) di Tucson, Arizona, untuk ditentukan umurnya dengan metode radio-karbon. Empat sampel terdiri dari potongan papirus naskah kuno tersebut, sedangkan yang satunya lagi adalah potongan kecil dari kulit yang dipakai untuk menjilid naskah tersebut, dengan serpihan papirus yang menempel di sana. Tak ada bagian dari naskah kuno itu yang rusak dalam proses tersebut.
Pada awal Januari 2005, para ilmuwan di laboratorium AMS telah menyelesaikan pengujian mereka. Potongan-potongan sampel tadi menunjuk angka yang berbeda-beda, tetapi secara umum koleksi itu dapat ditentukan berasal dari antara tahun 220 dan 340 Masehi, dengan kemungkinan kesalahan plus-minus enam puluh tahun.
Menurut Direktur Laboratorium AMS, Dr. Tim Jull dan ilmuwan riset Greg Hodgins, “umur sampel papirus dan kulit yang berhasil dikalibrasi itu dapat dengan ketat ditentukan rentangnya, dan menetapkan asal-usul naskah kuno itu dari abad ketiga atau keempat Masehi.”
Sejak penemuannya pada akhir 1940-an, penentuan umur sampel dengan metode radio-karbon merupakan standar yang paling baik dalam hal penentuan umur bagi barang-barang dan artifak kuno, baik di bidang arkeologi maupun peleoklimatologi. Perkembangan teknologi AMS telah memungkinkan para periset untuk meneliti sampel dan fragmen-fragmen kecil dari suatu artifak, sebagaimana telah diterapkan pada naskah kuno tersebut.
Laboratorium AMS di Universitas Arizona amat terkenal di dunia karena prestasinya —termasuk penentuan tanggal yang tepat untuk Gulungan-gulungan Laut Mati, yang memungkinkan para ahli untuk dengan tepat menempatkan naskah-naskah tersebut di dalam konteks sejarahnya.
Lebih lanjut, menurut para ahli, isi dan gaya bahasa dari naskah itu juga membuktikan keasliannya. Para ahli yang dimaksud adalah para doktor yang amat terkemuka, yaitu Rodolphe Kasser, mantan dosen di Universitas Geneva, dan penerjemah terkemuka dokumen-dokumen Nag Hammadi; Marvin Meyer dari Universitas Chapman (Orange, CA); dan Stephen Emmel, dosen kajian Koptik di Universitas Munster German). Ketiga ahli itu amat membantu dalam penerjemahan atas naskah kuno tersebut.
Menurut para ahli itu, konsep-konsep teologis dan struktur kebahasaan dari naskah kuno tersebut amat mirip dengan naskah-naskah di dalam pusaka Nag Hammadi, suatu koleksi yang hampir seluruhnya adalah naskah gnostik yang ditemukan di Mesir pada tahun 1940-an, yang juga berasal dari abad-abad pertama komunitas kristen.
“Naskah ini bersesuaian benar dengan gagasan-gagasan abad kedua Masehi, yang telah kita ketahui. Bahkan dalam bentuknya yang terpotong-potong menjadi fragmen-fragmen itu, naskah tersebut amat menarik—amat cocok ditempatkan di abad kedua, sesuai sekali dengan bagian tertentu dari abad kedua,” kata Dr. Meyer.
Emmel sependapat dengan pandangan Meyer bahwa isi naskah kuno tersebut mencerminkan pandangan gnostik yang unik, yang amat umum di abad kedua.
Demi meragukan keasliannya, kita harus menjawab pertanyaan: mungkinkah seseorang telah memalsukannya? “[Untuk membuat dokumen seperti itu] Anda harus membayangkan dunia yang sama sekali asing dari dunia yang kita ketahui sekarang ini. Suatu dunia yang umurnya sudah seribu enam ratus tahun... Para ahli yang bahkan telah melewatkan hidup mereka untuk mempelajari hal- hal itu saja amat sulit untuk memahaminya, apalagi untuk mengarang naskah itu bagi orang lain. Diperlukan orang yang benar-benar jenius untuk menghasilkan artifak seperti ini, dan secara pribadi saya kira hal itu tak mungkin,” kata Emmel.
“Saya sama sekali tidak meragukan bahwa naskah kuno ini adalah artifak yang asli, yang berasal dari akhir zaman Mesir kuno, dan bahwa naskah itu berisi bukti bagi karya-karya asli dan literatur apokrip Kristen kuno,” kata Emmel menambahkan.
Di samping mencerminkan paham gnostik, bukti yang berkaitan dengan gaya tulisan kuno yang dipakai dalam naskah itu juga mendukung keasliannya. Dr. Emmel, seorang ahli dalam gaya tulisan tangan dalam bahasa Kopt, memberikan penilaiannya sebagai berikut, “Naskah ini dengan amat hati-hati ditulis oleh seseorang yang jelas merupakan ahli kitab profesional. Bentuk dari jenis tulisannya amat mengingatkan saya akan naskah-naskah Nag Hammadi. Naskah ini sama sekali tidak serupa dengan naskah-naskah di dalam pustaka Nag Hammadi itu, tetapi tipe tulisannya amat mirip.”
“Pertanyaan apakah seseorang di zaman modern ini bisa memalsukan objek seperti ini bagi saya adalah sama sekali bukan pertanyaan. Itu di luar pertanyaan. Kalau memang ada orang yang melakukan itu, dia tidak hanya membutuhkan bahan yang asli, yaitu papirus, dan bukan hanya sembarang papirus, tetapi papirus kuno. Dia juga harus tahu bagaimana meniru tulisan Koptik dari periode yang amat awal. Di dunia ini jumlah spesialis dalam bahasa Kopt yang tahu itu hanya sedikit sekali. Dia juga harus mengarang suatu naskah dalam bahasa Kopt yang secara ketatabahasaan benar dan meyakinkan. Jumlah orang yang dapat melakukan hal itu lebih sedikit lagi dibandingkan jumlah orang yang bisa membaca bahasa Kopt.”
Dalam upaya untuk lebih menegaskan keaslian naskah tersebut, sampel dan tinta yang dipakai di dalam naskah itu dikirim ke McCrone and Associates, institusi yang terkenal karena analisis forensiknya terhadap tinta. Kajian mereka pun menegaskan keaslian dokumen tersebut. Metode TEM (Transinission Electron Inicroscopy) menegaskan adanya karbon hitam sebagai unsur pembentuk utama dari tinta tersebut; sedangkan bahan penjilidnya adalah getah, dan itu sesuai dengan tinta yang biasa digunakan pada abad ketiga dan keempat Masehi.
Selanjutnya, dengan menggunakan metode yang dikenal sebagai Raman Spectroscopy, McCrone and Associates juga berhasil menetapkan bahwa tinta itu juga mengandung unsur-unsur yang biasa dipakai untuk membuat tinta, yang lazim pada abad ketiga.
0 komentar:
Posting Komentar