@ Chairil Anwar
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku..
Pertanyaan yang seharusnya mempertemukan agama-agama dan pemikiran-pemikiran filosofis adalah pertanyaan tentang penderitaan, atau pada umumnya pertanyaan tentang keburukan (malum) dan pertanyaan klasik: dari mana keburukan (unde malum)? Refleksi filosofis yang berbicara tentang masalah ini dikenal dengan nama Teodice. Hemat saya, pertanyaan-pertanyaan klasik kemanusiaan, yakni tentang asal dan tujuan manusia serta bagaimana nasib manusia sesudah kematian, mendapat klimaksnya dalam pertanyaan tentang keburukan, malum. Sebab, pada dasarnya pengalaman keburukanlah yang melahirkan pertanyaan tentang asal dan tujuan manusia. Kalau kita mesti menghadapi keburukan, apabila kita mesti berhadapan dengan sekian banyak hal yang tidak kita kehendaki, maka akan muncul rentetan pertanyaan mendasar di atas: Siapakah kita sebenarnya? Dari manakah kita? Milik siapakah kita sehingga kita harus menghadapi pengalaman keburukan dan menjadi sekian tak berdaya di hadapan pengalaman itu? Ke manakah arah perjalanan kita, ke mana biduk kehidupan ini akan menuju, apabila untuk ke sana kita mesti menghadapi sekian banyak gelombang yang menakutkan, yang memberikan rasa tidak aman?
0 komentar:
Posting Komentar