PANGGILAN KONTEMPLATIF
Pendahuluan
Setiap kali mendengar kata kontemplatif kita akan selalu teringat akan biara kontemplatif. Kontemplatif berasal dari kata Kontemplasi atau contemplare dari bahasa Latin yang artinya memandang, melihat, memperhatikan, dan mengamat-amati. Memandang disini maksudnya selalu mengarahkan hati kepada Tuhan atau memandang kepada Tuhan. Maka biara kontemplatif itu dikhususkan untuk berdoa terus-menerus mengarahkan hati kepada Tuhan. Berdoa bagi dunia dan gereja. Kata “kontemplasi” saya terjemahkan secara bebas dengan “hati yang selalu berdoa”. Kalau kita berdoa yang perlu adalah keheningan baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Maka jangan heran kalau di biara kontemplatif selalu menjaga keheningan. Itu maksudnya supaya hati sungguh bebas berdoa setiap saat kepada Tuhan. Sebab Tuhan sungguh senang tinggal pada hati yang memberikan tempat bagiNya.
Kontemplatif dalam Gereja
Gereja sangat membutuhkan orang-orang yang bersedia mengabdikan dirinya kepada doa. Sebab oleh kekuatan doa-lah, gereja selalu terlindungi, terjaga, dan terpelihara di tengah dunia yang tidak menentu ini. Doa memampukan gereja untuk selalu berjuang. Kita bisa belajar dari para kudus yang selalu berdoa dan Tuhan memakai mereka untuk bekerjasama dengan rahmatNya menyelamatkan bangsa manusia. Sudah sejak purbakala bapa-bapa gereja telah mewariskan pengalaman iman yang sangat berharga untuk diteruskan sampai sekarang ini. Bahkan pada abad pertengahan biara kontemplatif begitu tersebar luas dan berkembang pesat.
Mendiang Bapa Suci Yohanes Paulus II menempatkan secara khusus dalam kubah Basilika St. Petrus, persis pada jantung Vatikan sebuah biara kontemplatif yang dipersembahkan kepada Bunda Gereja. Setiap lima tahun, tanggung jawab itu ini di terima oleh suatu Ordo Kontemplatif yang berbeda dan dari komunitas yang berbeda-beda pula dari seluruh dunia (Italia, Kanada, Russia, Bosnia, Nicaragua, dan Philipina).
Apa saja yang harus ada dalam Biara Kontemplatif?
1. Klausura
Klausura secara fisik adalah tembok-tembok biara yang melindungi para rubiah atau rahib dari hiruk-pikuk dunia selain demi keamanan. Itu maksudnya supaya mereka dapat dengan bebas menjalankan aktivitas setiap hari. Dan yang lebih penting adalah untuk dapat menciptakan susana hening sehingga hati dapat dipenuhi dengan doa setiap saat. Klausura secara rohani adalah hati manusia yang berdoa yang terlindung oleh segala godaan. Ia membentengi diri dengan kekuatan Tuhan.
2. Keheningan
Di dalam klausura perlu juga diciptakan suatu keheningan. Sebab keheningan selain menghantar hati kepada doa dapat juga menciptakan kedamaian hati, keteduhan, dan ketenangan. Kita dapat belajar dari Tuhan Yesus yang selalu pergi ke tempat sunyi untuk berjumpa dengan BapaNya dalam doa misalnya dalam Luk 6:12-13.
3. Silentium
Silentium pengertian lahiriah tidak bercakap atau omong yang tidak beraturan dengan sesama pada waktu-waktu tertentu. Itu maksudnya selain untuk menciptakan keheningan, para rubiah atau rahib dapat juga dengan bebas berdoa dan mengarahkan hati kepada Tuhan. Seperti contoh di atas bahwa Yesus pun dalam berhubungan dengan BapaNya perlu suatu suasana yang tenang dan sengaja mencari tempat-tempat yang sunyi untuk berdoa.
4. Ibadat Harian
Ibadat disini maksudnya doa yang setiap hari para suster daraskan. Ibadat Harian adalah doa resmi gereja yang setiap hari harus didaraskan, menggantikan umat beriman yang tidak dapat secara teratur mendoakannya termasuk biara-biara atau tarekat-tarekat aktif. Ibadat lengkap yang setiap hari para rubiah atau rahib daraskan terdiri dari:
a. Mattutina: Ibadat Bacaan (didoakan pada tengah malam)
b. Laudes: Ibadat Pagi
c. Terzia: Ibadat Siang (jam sembilan pagi)
d. Sexta: Ibadat Siang (tengah hari)
e. Nona: Ibadat Siang (jam tiga sore)
f. Vesver: Ibadat Sore
g. Completorium: Ibadat Penutup
5. Misa Kudus
Misa Kudus merupakan puncak liturgi kita karena disitulah kita dapat bersentuhan secara langsung dengan Tuhan Yesus lewat komuni kudus. Ia membiarkan diriNya disantap oleh kita dalam hosti kecil itu. Ia sungguh-sungguh tinggal dalam diri kita, sebagai sumber kehidupan, cinta, persaudaraan, syukur, dan pelayanan kasih.
Biara Kontemplatif menjadi Simbol Eskatologis
Seorang biarawan Fransiskan Murray Bodo pernah mengemukakan pendapat demikian: “ jika engkau seorang kontemplatif, cintamu menjangkau ke luar ke seluruh dunia dan engkau mengangkat semua kesakitan, penderitaan, dan kebingungan dunia ke dalam doa dan cintamu. Engkau merupakan bagian dari setiap orang dan segala sesuatu, dan engkau merasakan secara nyata keterikatanmu dengan semua ciptaan”. Ungkapan di atas mau menegaskan bahwa sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan sesama manusia untuk bisa bertahan hidup di dunia ini. Ia tidak bisa hidup sendirian tanpa memerlukan orang lain. Tentulah yang kita bahas sekarang merujuk pada doa atau mendoakan sesama.
Biara kontemplatif bertugas mendoakan seluruh dunia dengan seluruh keberadaannya. Doa adalah kekuatan positif karena muatannya adalah cintakasih-cintakasih di hadapan Allah. Maka barang siapa berdoa penuh cinta ia mengirim kekuatan positif ke dalam jagat raya. Kalau banyak orang mengirim kekuatan baik dan positif lewat doa ke jagat raya itu akan mempengaruhi dunia. Dari hati yang baik terlepaslah kekuatan yang baik sebaliknya dari hati yang jahat terlepaslah kekuatan yang jahat.
Ada banyak cerita menarik yang dapat kita petik untuk dijadikan contoh dan teladan yang baik dalam menghayati hidup beriman. Misalnya kita lihat kisah seorang Fransiskan Gereon Karl Goldmann yang hidup pada jaman Adolf Hitler. Pada waktu ia masuk seminari, ia bersama teman-temannya harus ikut wajib militer menjadi tentara NAZI. Sekalipun Goldman ikut berperang tapi ia tidak pernah membunuh. Di tengah semerautnya kelakuan tentara NAZI, Goldmann tidak pernah lupa berdoa dan berusaha mengikuti Perayaan Ekaristi bila ada kesempatan yang baik. Ia tidak pernah melewatkan waktunya untuk membaca Kitab Suci. Pernah temannya memarahi dia karena ia terus berdoa dan membaca Kitab Suci tapi ketika mencapai puncaknya mereka baku hantam, Goldmann menang. Ia tak pernah terkalahkan oleh siapapun termasuk pimpinannya, sebab ia mempunyai kekuatan iman yang luar biasa. Dalam perjalanan waktu orang kristen dibenci oleh NAZI tapi Goldmann masih tinggal bersama-sama mereka. Ia juga pernah beberapa kali terkepung bersama pasukannya tapi berkat perlindungan ajaib dari Tuhan ia seorang diri selamat. Dalam lapangan terbuka ia bersama teman-temannya pernah dibom tapi ia bersama satu teman yang setia mengikuti perintahnya tetap selamat.
Sampai pada suatu ketika ia tertanggkap oleh musuh dan ia dipenjarakan. Dalam penjara ia ditahbiskan menjadi imam secara darurat. Sekalipun dalam penjara ia tetap berdoa dan membaca kitab suci. Dan dipenghujung ceritanya Goldmann dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan musuh tapi berkat pertolongan Tuhan ia selamat. Kita dapat melihat dalam seluruh kisah perjalanannya selama Hitler masih hidup sangat menegangkan.
Lewat kisah ini Tuhan mau mengajari kita untuk senantiasa berdoa dalam hidup entah susah atau senang supaya hidup kita penuh berkat dan kedamaian. Doa itu sangat penting untuk keselamatan jiwa baik di dunia maupun di Surga nanti.
Biara Kontemplatif menjadi simbol ekskatologis karena berdoa terus-menerus seperti di Surga. Ia disebut jantung gereja. Jantung itu tidak kelihatan tapi ada dalam tubuh manusia. Begitu pula tugas perutusan para rubiah dan rahib yang hidup dalam biara kontemplatif sekalipun tersembunyi dan tidak kelihatan, ia menjadi kekuatan bagi gereja.
Penutup
Pada akhirnya kita semua di panggil untuk menjadi seorang kontemplatif sejati bagi Kerajaan Surga, sebab di Surga yang ada hanyalah berdoa. Maka kita harus memulainya di dunia ini. Ingatlah setiap dari kita ini akan berhadapan dengan kematian kapanpun juga. Dan apapun yang kita buat selama hidup di dunia ini harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Mengapa kita harus mengulur waktu untuk bertobat dan mengatakan berdoa itu tidak perlu. Perbuatan kita menentukan mutu hidup kita dan kelak setelah kematian kita akan melihat apa yang sudah kita buat selama hidup di dunia ini.
Mari kita mulai sekarang mendengar suara Tuhan lewat doa. Apapun profesimu jangan sampai engkau melupakan Tuhan Allahmu dalam hidupmu. Sebab kelak setelah kematian kamu akan bertemu dengan Dia.
Daftar Bacaan
Congregatio Pro Clericis (Kongregasi Suci untuk Para Imam), “EUCHARISTIC ADORATION FOR THE SANCTIFICATION OF PRIESTS AND SPIRITUAL MATERNITY”. Diterjemahkan oleh Sr. M. Paula OSCCap.
P. Fidelis OFMCap, Bahan rekoleksi “Memahami Nilai Keheningan” (Pontianak: 2008).
Vatikan-News, “Berdoa- apakah berguna- bagaimanakah berfungsi?”. Di terjemahkan oleh Sr. Ruth Neuhaus OSCCap (Sikeben: 2008)
Gereon Karl Goldmann, Di bawah Naungan SayapNya. Di terjemahkan oleh Team Regina Pacis (Jakarta: PT Intermasa 1981).
Pendahuluan
Setiap kali mendengar kata kontemplatif kita akan selalu teringat akan biara kontemplatif. Kontemplatif berasal dari kata Kontemplasi atau contemplare dari bahasa Latin yang artinya memandang, melihat, memperhatikan, dan mengamat-amati. Memandang disini maksudnya selalu mengarahkan hati kepada Tuhan atau memandang kepada Tuhan. Maka biara kontemplatif itu dikhususkan untuk berdoa terus-menerus mengarahkan hati kepada Tuhan. Berdoa bagi dunia dan gereja. Kata “kontemplasi” saya terjemahkan secara bebas dengan “hati yang selalu berdoa”. Kalau kita berdoa yang perlu adalah keheningan baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Maka jangan heran kalau di biara kontemplatif selalu menjaga keheningan. Itu maksudnya supaya hati sungguh bebas berdoa setiap saat kepada Tuhan. Sebab Tuhan sungguh senang tinggal pada hati yang memberikan tempat bagiNya.
Kontemplatif dalam Gereja
Gereja sangat membutuhkan orang-orang yang bersedia mengabdikan dirinya kepada doa. Sebab oleh kekuatan doa-lah, gereja selalu terlindungi, terjaga, dan terpelihara di tengah dunia yang tidak menentu ini. Doa memampukan gereja untuk selalu berjuang. Kita bisa belajar dari para kudus yang selalu berdoa dan Tuhan memakai mereka untuk bekerjasama dengan rahmatNya menyelamatkan bangsa manusia. Sudah sejak purbakala bapa-bapa gereja telah mewariskan pengalaman iman yang sangat berharga untuk diteruskan sampai sekarang ini. Bahkan pada abad pertengahan biara kontemplatif begitu tersebar luas dan berkembang pesat.
Mendiang Bapa Suci Yohanes Paulus II menempatkan secara khusus dalam kubah Basilika St. Petrus, persis pada jantung Vatikan sebuah biara kontemplatif yang dipersembahkan kepada Bunda Gereja. Setiap lima tahun, tanggung jawab itu ini di terima oleh suatu Ordo Kontemplatif yang berbeda dan dari komunitas yang berbeda-beda pula dari seluruh dunia (Italia, Kanada, Russia, Bosnia, Nicaragua, dan Philipina).
Apa saja yang harus ada dalam Biara Kontemplatif?
1. Klausura
Klausura secara fisik adalah tembok-tembok biara yang melindungi para rubiah atau rahib dari hiruk-pikuk dunia selain demi keamanan. Itu maksudnya supaya mereka dapat dengan bebas menjalankan aktivitas setiap hari. Dan yang lebih penting adalah untuk dapat menciptakan susana hening sehingga hati dapat dipenuhi dengan doa setiap saat. Klausura secara rohani adalah hati manusia yang berdoa yang terlindung oleh segala godaan. Ia membentengi diri dengan kekuatan Tuhan.
2. Keheningan
Di dalam klausura perlu juga diciptakan suatu keheningan. Sebab keheningan selain menghantar hati kepada doa dapat juga menciptakan kedamaian hati, keteduhan, dan ketenangan. Kita dapat belajar dari Tuhan Yesus yang selalu pergi ke tempat sunyi untuk berjumpa dengan BapaNya dalam doa misalnya dalam Luk 6:12-13.
3. Silentium
Silentium pengertian lahiriah tidak bercakap atau omong yang tidak beraturan dengan sesama pada waktu-waktu tertentu. Itu maksudnya selain untuk menciptakan keheningan, para rubiah atau rahib dapat juga dengan bebas berdoa dan mengarahkan hati kepada Tuhan. Seperti contoh di atas bahwa Yesus pun dalam berhubungan dengan BapaNya perlu suatu suasana yang tenang dan sengaja mencari tempat-tempat yang sunyi untuk berdoa.
4. Ibadat Harian
Ibadat disini maksudnya doa yang setiap hari para suster daraskan. Ibadat Harian adalah doa resmi gereja yang setiap hari harus didaraskan, menggantikan umat beriman yang tidak dapat secara teratur mendoakannya termasuk biara-biara atau tarekat-tarekat aktif. Ibadat lengkap yang setiap hari para rubiah atau rahib daraskan terdiri dari:
a. Mattutina: Ibadat Bacaan (didoakan pada tengah malam)
b. Laudes: Ibadat Pagi
c. Terzia: Ibadat Siang (jam sembilan pagi)
d. Sexta: Ibadat Siang (tengah hari)
e. Nona: Ibadat Siang (jam tiga sore)
f. Vesver: Ibadat Sore
g. Completorium: Ibadat Penutup
5. Misa Kudus
Misa Kudus merupakan puncak liturgi kita karena disitulah kita dapat bersentuhan secara langsung dengan Tuhan Yesus lewat komuni kudus. Ia membiarkan diriNya disantap oleh kita dalam hosti kecil itu. Ia sungguh-sungguh tinggal dalam diri kita, sebagai sumber kehidupan, cinta, persaudaraan, syukur, dan pelayanan kasih.
Biara Kontemplatif menjadi Simbol Eskatologis
Seorang biarawan Fransiskan Murray Bodo pernah mengemukakan pendapat demikian: “ jika engkau seorang kontemplatif, cintamu menjangkau ke luar ke seluruh dunia dan engkau mengangkat semua kesakitan, penderitaan, dan kebingungan dunia ke dalam doa dan cintamu. Engkau merupakan bagian dari setiap orang dan segala sesuatu, dan engkau merasakan secara nyata keterikatanmu dengan semua ciptaan”. Ungkapan di atas mau menegaskan bahwa sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan sesama manusia untuk bisa bertahan hidup di dunia ini. Ia tidak bisa hidup sendirian tanpa memerlukan orang lain. Tentulah yang kita bahas sekarang merujuk pada doa atau mendoakan sesama.
Biara kontemplatif bertugas mendoakan seluruh dunia dengan seluruh keberadaannya. Doa adalah kekuatan positif karena muatannya adalah cintakasih-cintakasih di hadapan Allah. Maka barang siapa berdoa penuh cinta ia mengirim kekuatan positif ke dalam jagat raya. Kalau banyak orang mengirim kekuatan baik dan positif lewat doa ke jagat raya itu akan mempengaruhi dunia. Dari hati yang baik terlepaslah kekuatan yang baik sebaliknya dari hati yang jahat terlepaslah kekuatan yang jahat.
Ada banyak cerita menarik yang dapat kita petik untuk dijadikan contoh dan teladan yang baik dalam menghayati hidup beriman. Misalnya kita lihat kisah seorang Fransiskan Gereon Karl Goldmann yang hidup pada jaman Adolf Hitler. Pada waktu ia masuk seminari, ia bersama teman-temannya harus ikut wajib militer menjadi tentara NAZI. Sekalipun Goldman ikut berperang tapi ia tidak pernah membunuh. Di tengah semerautnya kelakuan tentara NAZI, Goldmann tidak pernah lupa berdoa dan berusaha mengikuti Perayaan Ekaristi bila ada kesempatan yang baik. Ia tidak pernah melewatkan waktunya untuk membaca Kitab Suci. Pernah temannya memarahi dia karena ia terus berdoa dan membaca Kitab Suci tapi ketika mencapai puncaknya mereka baku hantam, Goldmann menang. Ia tak pernah terkalahkan oleh siapapun termasuk pimpinannya, sebab ia mempunyai kekuatan iman yang luar biasa. Dalam perjalanan waktu orang kristen dibenci oleh NAZI tapi Goldmann masih tinggal bersama-sama mereka. Ia juga pernah beberapa kali terkepung bersama pasukannya tapi berkat perlindungan ajaib dari Tuhan ia seorang diri selamat. Dalam lapangan terbuka ia bersama teman-temannya pernah dibom tapi ia bersama satu teman yang setia mengikuti perintahnya tetap selamat.
Sampai pada suatu ketika ia tertanggkap oleh musuh dan ia dipenjarakan. Dalam penjara ia ditahbiskan menjadi imam secara darurat. Sekalipun dalam penjara ia tetap berdoa dan membaca kitab suci. Dan dipenghujung ceritanya Goldmann dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan musuh tapi berkat pertolongan Tuhan ia selamat. Kita dapat melihat dalam seluruh kisah perjalanannya selama Hitler masih hidup sangat menegangkan.
Lewat kisah ini Tuhan mau mengajari kita untuk senantiasa berdoa dalam hidup entah susah atau senang supaya hidup kita penuh berkat dan kedamaian. Doa itu sangat penting untuk keselamatan jiwa baik di dunia maupun di Surga nanti.
Biara Kontemplatif menjadi simbol ekskatologis karena berdoa terus-menerus seperti di Surga. Ia disebut jantung gereja. Jantung itu tidak kelihatan tapi ada dalam tubuh manusia. Begitu pula tugas perutusan para rubiah dan rahib yang hidup dalam biara kontemplatif sekalipun tersembunyi dan tidak kelihatan, ia menjadi kekuatan bagi gereja.
Penutup
Pada akhirnya kita semua di panggil untuk menjadi seorang kontemplatif sejati bagi Kerajaan Surga, sebab di Surga yang ada hanyalah berdoa. Maka kita harus memulainya di dunia ini. Ingatlah setiap dari kita ini akan berhadapan dengan kematian kapanpun juga. Dan apapun yang kita buat selama hidup di dunia ini harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Mengapa kita harus mengulur waktu untuk bertobat dan mengatakan berdoa itu tidak perlu. Perbuatan kita menentukan mutu hidup kita dan kelak setelah kematian kita akan melihat apa yang sudah kita buat selama hidup di dunia ini.
Mari kita mulai sekarang mendengar suara Tuhan lewat doa. Apapun profesimu jangan sampai engkau melupakan Tuhan Allahmu dalam hidupmu. Sebab kelak setelah kematian kamu akan bertemu dengan Dia.
Daftar Bacaan
Congregatio Pro Clericis (Kongregasi Suci untuk Para Imam), “EUCHARISTIC ADORATION FOR THE SANCTIFICATION OF PRIESTS AND SPIRITUAL MATERNITY”. Diterjemahkan oleh Sr. M. Paula OSCCap.
P. Fidelis OFMCap, Bahan rekoleksi “Memahami Nilai Keheningan” (Pontianak: 2008).
Vatikan-News, “Berdoa- apakah berguna- bagaimanakah berfungsi?”. Di terjemahkan oleh Sr. Ruth Neuhaus OSCCap (Sikeben: 2008)
Gereon Karl Goldmann, Di bawah Naungan SayapNya. Di terjemahkan oleh Team Regina Pacis (Jakarta: PT Intermasa 1981).
10 – 14 Februari 2014
@ Biara Providentia,
Jl. Diponegoro No.1
Singkawang Kalimantan Barat.
0 komentar:
Posting Komentar