Adapun sebuah buku "The Return of
The Prodigal Son" yang membedah bacaan Injil hari ini tentang "anak
yang hilang."
Sang penulis, Henri Nouwen mengkontemplasikan secara mendalam tentang anak yang hilang dari lukisan Rembrandt dan “lukisan” St Lukas (15:11-32) dengan 3 tahapan yang kerap kita alami juga, antara lain:
1. Anak Bungsu.
Kita menjadi anak yang "hilang", yakni ketika kita "sibuk", pergi ke banyak tempat dengan banyak orang dan aneka gerakan, tapi pada akhirnya, karena kekurang hati-hatian, "sayap" kita menjadi rapuh, kita jatuh dan merasa lelah, letih, “habis” dan tidak mempunyai "rumah".
Kita rindu pulang dan menantikan sambutan hangat Sang Bapa.
Kita menjadi anak yang "hilang", yakni ketika kita "sibuk", pergi ke banyak tempat dengan banyak orang dan aneka gerakan, tapi pada akhirnya, karena kekurang hati-hatian, "sayap" kita menjadi rapuh, kita jatuh dan merasa lelah, letih, “habis” dan tidak mempunyai "rumah".
Kita rindu pulang dan menantikan sambutan hangat Sang Bapa.
2. Anak Sulung.
Kita merasa menjadi orang yang patuh dan taat kepada orangtua, guru, uskup bahkan kepada Tuhan.
Kita seakan menjadi seorang yang “kerasan di rumah”.
Tapi kita lupa bahwa "akar" kita keropos karena kita mudah iri hati: tersinggung, keras kepala,mudah menggerutu dan sulit bersekutu terutama sikap selalu merasa paling benar dan paling baik yang kadang ditunggangi oleh rasa dengki dan kesombongan sehingga mudah men-cap buruk orang yang "lain" dengan kita.
Kita merasa menjadi orang yang patuh dan taat kepada orangtua, guru, uskup bahkan kepada Tuhan.
Kita seakan menjadi seorang yang “kerasan di rumah”.
Tapi kita lupa bahwa "akar" kita keropos karena kita mudah iri hati: tersinggung, keras kepala,mudah menggerutu dan sulit bersekutu terutama sikap selalu merasa paling benar dan paling baik yang kadang ditunggangi oleh rasa dengki dan kesombongan sehingga mudah men-cap buruk orang yang "lain" dengan kita.
3. Sang Bapa.
Kita diajak untuk berubah, tidak lagi menjadi "anak hilang", tidak menjadi anak sulung yang iri hati atau anak bungsu yang tidak berhati-hati, tapi mau terus belajar menjadi "sang bapa" yang tulus dan iklas menyambut anaknya pulang, yang tidak mudah menghakimi tapi selalu mengampuni, yang penuh kerahiman dan belas kasihan terhadap setiap orang yang bersalah, selalu terbuka untuk menerima dan menghargai kerapuhan setiap orang dengan hati yang hangat, yang penuh damai dan kebaikan.
Kita diajak untuk berubah, tidak lagi menjadi "anak hilang", tidak menjadi anak sulung yang iri hati atau anak bungsu yang tidak berhati-hati, tapi mau terus belajar menjadi "sang bapa" yang tulus dan iklas menyambut anaknya pulang, yang tidak mudah menghakimi tapi selalu mengampuni, yang penuh kerahiman dan belas kasihan terhadap setiap orang yang bersalah, selalu terbuka untuk menerima dan menghargai kerapuhan setiap orang dengan hati yang hangat, yang penuh damai dan kebaikan.
"Pulau Galang punya banyak cerita –
Mari pulang ke rumah Bapa yang penuh cinta."
Mari pulang ke rumah Bapa yang penuh cinta."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 752D878C
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 752D878C
0 komentar:
Posting Komentar