Anna Dengel
SKETSA PROFIL
Secara singkat: hidup religius dan karya kerasulan dilanjutkan seperti yang dimulai oleh Anna Dengel, namun bentuk dan arah pelayanan disesuaikan dengan tuntutan zaman seperti diungkapkan dalam Kharisma Kongregasi supaya semakin “SEtia HAdirkan Tuhan.”. Dalam bahasa para suster BKK: “MELALUI GEREJA, KONGREGASI BIARAWATI KARYA KESEHATAN MENERIMA PENGUTUSAN: “MENJADI KEHADIRAN AKTIF KRISTUS SANG PENYEMBUH”. Yah, satu semangat mereka yang bisa dirangkum dalam usaha nyatanya untuk setia menghadirkan Tuhan, yakni: Passion for Christ, Passion for Humanity.”
PROLOG
BKK (Biarawati
Karya Kesehatan) atau biasa dikenal dengan Medical Mission Sisters (MMS) adalah
Kongregasi Religius Internasional yang mengabdi Tuhan, sesama dan seluruh
ciptaan melalui karya penyembuhan yang holistik. Awalnya, Kongregasi
Biarawati Karya Kesehatan adalah Perkumpulan Awam "Society of
Catholic Medical Missionaries" untuk menangani karya kerasulan
medis di tanah misi. Kongregasi BKK ini berkarya di pebagai negara:
Afrika (Ethiopia, Uganda, Ghana, Kenya) India, Philipina,
Pakistan, Jerman, Inggris, Belanda, Belgia, Amerika Latin (Peru, Venezuela),
Amerika Serikat dan Indonesia. Anna Dengel, seorang dokter perempuan Austria
ada di balik kongregasi ini.
Seluruh program perutusan kita adalah:
“Biarlah terangmu bersinar di depan orang
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Allah”.
Jika kamu melakukan itu dengan baik,
kamu tidak membantu tetapi memuliakan Allah,
dan kamu tidak perlu kuatir akan
hasil-hasilnya.
(Anna Dengel, Refleksi dari Matius 5: 16)
Kongregasi Biarawati
Karya Kesehatan sejak awal didirikannya di Amerika Serikat, selalu memberi
perhatian khusus pada bidang kesehatan. Mereka terpanggil menjadi
kehadiran yang menyembuhkan. Mereka sendiri mengalami Allah yang
menyembuhkan, dan kesaksian inilah yang menjadi ujung tombak pelayanan
penyembuhan di setiap tempat perutusan.
Kongregasi Biarawati
Karya Kesehatan (BKK) ini sendiri didirikan oleh Dr Anna Dengel pada
30 September 1925 di Washington DC, Amerika Serikat. Anna Dengel terlahir
di sebuah kota kecil di Tirol, Austria, pada tanggal 16 Maret 1892. Suasana di
dalam keluarganya hangat, penuh kasih sayang dan beriman. Namun duka yang besar
menimpa keluarga Anna, ketika Anna baru berumur 9 tahun.
Menurut cerita Anna
Dengel sendiri, peristiwa kematian ibunya menyimpan kesan yang mendalam pada
jiwanya. Sesudah kematian ibu yang tercinta, ayahnya mengirim Anna ke sebuah
sekolah dan asrama Katolik, yang memberikan pendidikan iman yang
sangat berguna baginya di kemudian hari. Liturgi Hari Minggu disiapkan
dengan baik dan para murid kerap diajak berdiskusi tentang Misi
Gereja, maka cinta akan Gereja dan keinginan untuk ikut serta dalam pewartaan
kabar gembira tertanam dan berkembang dalam hati Anna.
Setelah tamat sekolah,
Anna menerima tawaran untuk mengajar bahasa Jerman pada sebuah sekolah di kota
Lyons, Perancis. Di sekolah inilah, terjalin sebuah persahabatan antara
Anna dengan seorang guru lain yang sangat aktif di Gereja dan pelbagai bidang
sosial, akan tetapi sesudah dua tahun Anna meninggalkan sekolah itu, karena ia
tidak melihat masa depan di situ. Kembali ke tanah airnya Tirol, Anna membantu
ayahnya yang menyelenggarakan usaha pembuatan pakaian misa.
Pada suatu perjalanan
tugas untuk usaha ayahnya itu, Anna membaca sebuah surat edaran yang mengandung
cerita tentang sekolah di Lyons, dimana wanita-wanita muda dididik untuk
menjadi perawat di negara-negara Misi. Membaca surat edaran itu, hati Anna
berdebar-debar. Ia merasa hal itu sesuai dengan keinginan hatinya
yang terdalam.
Dalam perjalanan waktu,
Anna mendapatkan informasi tambahan bahwa ada seorang dokter
wanita Skotlandia, Dr. Agnes Mc. Laren yang mencari para dokter perempuan yang
bersedia untuk bekerja di tanah misi India. Dokter itu pun telah mendirikan
sebuah yayasan untuk mengumpulkan dana bagi karya misi medis di daerah
tersebut, termasuk biaya beasiswa untuk studi kedokteran bagi seseorang yang
rela mengabdikan diri untuk bangsa India. Anna juga mendengar
bahwa di India, banyak wanita dan anak-anak meninggal karena adat istiadat
dan agama melarang kaum laki-laki menolong persalinan kaum perempuan. Ia
tersentuh oleh pengalamannya sendiri bagaimana rasanya ketika kehilangan ibunya
tercinta.
Anna sendiri adalah
pemudi yang pertama untuk menerima tawaran beasiswa untuk belajar ilmu
kedokteran. Agar ia dapat bekerja sebagai dokter di India, perlulah ia juga memperoleh
ijazah kedokteran Inggris. Maka Dr.Agnes Mc. Laren menyarankan
supaya Anna melamar di Universitas Cork Irlandia. Selama di Universitas
Cork Irlandia, Anna menginap di susteran Ursulin. Dalam bulan
Juni 1914, Anna lulus ujian masuk di Universitas Cork.
Dalam perjalanan waktu, Anna juga harus
bekerja di samping belajar untuk membiayai studinya. Pengalaman studi
dan perjuangan hidupnya ini membuat dirinya lebih kokoh untuk
menghadapi pelbagai kesulitan di masa mendatang. Pada tahun
1919, Anna lulus ujian kedokteran dengan pujian (cum laude).
Pada Oktober 1920,
Anna Dengel mendarat di Bombay. Melalui New Delhi ia naik kereta api ke sebuah
kota yang besar dan ramai, Rawalpindi menuju Rumah
Sakit St. Catharina, yang khusus melayani ibu-ibu dan anak. Rumah sakit
ini tidak besar, hanya 16 tempat tidur, tetapi polikliniknya ramai dikunjungi
para wanita Islam dan Hindu dari bermacam-macam kasta. Segala penyakit yang
dipelajarinya dalam buku-buku kedokteran terdapat di situ. Yang sangat
menyedihkan Anna ialah bahwa kebanyakan penyakit ini dapat dicegah seandainya
ada dokter dan bidan yang cakap.
Bagaimana pengalaman
dokter Anna Dengel sebagai misionaris awam? Sepanjang hari, ia sibuk
bekerja di poliklinik di rumah sakit dan sore hari ia selalu dipanggil untuk
mengunjungi orang-orang sakit di rumah mereka. Di rumah sakit, kalau ada ibu
yang hendak bersalin, Dokter Anna Dengel harus mengerjakan semuanya sendiri,
karena para biarawati yang bekerja di rumah sakit ini tak boleh menolong,
disebabkan oleh undang-undang Gereja yang belum diubah sejak abad ke 13.
Pembantu awam yang terlatih pun belum ada, karena adat istiadat yang masih
berlaku mengasingkan kaum wanita dari hidup dan kerja di dalam masyarakat. Pada
umumnya orang-orang pada waktu itu masih kurang mengerti tentang
syarat-syarat kesehatan seperti kebersihan dan pentingnya sinar
matahari, olah raga dan gizi.
Ketika Anna Dengel telah
lebih dari tiga tahun bekerja sebagai dokter di Rawalpindi, para
pasien semakin bertambah banyak sehingga rumah sakit dan poliklinik tidak
lagi bisa menampungnya. Maka timbullah pertanyaan dalam hatinya: “Tuhan,
saya harus berbuat apa bagi-Mu dan Gereja-Mu, meneruskan pekerjaan ini atau
Engkau menghendaki jalan lain bagi saya?” Ia merasa perlu adanya sebuah
kongregasi religius wanita yang mengabdikan diri bagi mereka yang tidak
memperoleh pelayanan kesehatan secara memadai.
Pada suatu hari, ia
bertemu dengan seorang pastor dan dalam kebingungannya tercetuslah ungkapan: “Tolong
saya!” Pastor ini mengajak Anna bercerita dan menjelaskan keadaan
hatinya dan pada akhirnya sang pastor berpendapat, bahwa Anna
dipanggil untuk masuk biara para suster yang telah ia kenal dan di mana ia
bekerja dan menginap selama ini.
Anna percaya,bahwa
nasehat pastor ini pasti kehendak Tuhan dan bahwa ia harus mentaatinya, meskipun
hatinya terasa berat sekali meninggalkan tugasnya sebagai dokter di Rawalpindi. Ia sendiri berangkat
ke Eropa pada musim semi tahun 1924 dengan maksud masuk biara.
Pada awalnya, Anna
Dengel memang berniat memasuki sebuah kongregasi biarawati.
Namun pertemuannya dengan seorang misionaris bernama Pastor Khun
ketika Anna Dengel berkunjung ke Austria sebelum masuk biara, telah mengubah
arah panggilannya. Pastor Khun sendiri adalah seorang misionaris
yang kembali dari India, dari sebuah kota di mana Anna dulu pernah bekerja,
yaitu di Rawalpindi. Pastor Knun menyarankan agar Anna mengikuti suatu retret
bimbingan pribadi untuk mengenal kehendak Tuhan dengan lebih jelas.
Dalam suatu retret
dengan bimbingan seorang pastor lainnya, Anna Dengel dianjurkan
untuk melepaskan niat masuk kongregasi yang sudah ada. Ia diajak supaya
lebih menyerahkan diri untuk perkembangan misi medis dengan mendirikan sebuah
kongregasi baru dengan ijin Gereja dan dibawah pimpinan Gereja. Anna
diyakinkan bahwa itulah kehendak Tuhan baginya. Anna Dengel merasa damai dan
bahagia dengan keputusan itu karena selaras dengan cita-citanya.
Sejak itulah, Anna
Dengel mulai mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mewujudkan nasehat itu
dengan berkunjung ke beberapa tempat serta menjalin relasi. Pertama-tama,
ia membicarakan niatnya ini dengan Yayasan Misi Medis di London. Miss Willis, sekretaris
Misi Medis bersedia membantu Anna. Miss Willis yang berasal dari kota Boston,
Amerika Serikat menawarkan untuk menemani dan memperkenalkan dokter Anna Dengel
pada teman-temannya.
Di Amerika Serikat, Anna
memulai beberapa kegiatan, yakni :
Ø memberi
ceramah kepada pelbagai perkumpulan dan sekolah-sekolah.
Ø membangkitkan
minat pada pejabat -pejabat Gereja dan menyadarkan mereka bahwa para medis
Katolik harus dikembangkan demi majunya perutusan Gereja.
Ø mencari
dana dan bantuan finansial.
Sebuah pertemuan dengan pastor Mathis, seorang
biarawan dari Kongregasi Salib Suci, yang kebetulan juga mengusahakan tenaga
medis untuk bekerja di India, menolong Anna untuk mendirikan sebuah tarekat
baru. Ia mengajak Anna untuk menulis Konstitusi atau Anggaran Dasar terlebih
dahulu, agar Anna dapat memperoleh izin dari uskup setempat. Dengan bantuan
Pastor Mathis dan seorang ahli Hukum Gereja, konstitusi tersebut selesai dalam
waktu singkat. Namun Anna hanya diberi izin untuk mendirikan sebuah ‘Perserikatan
Saleh’ berhubung larangan Gereja bagi kaum biarawan-biarawati untuk
melakukan praktek medis (kedokteran dan kebidanan). Anna Dengel sendiri tetap
mempunyai harapan bahwa kelak akan diberi ijin untuk menjadi kongregasi
religius.
Setelah melalui proses
yang panjang, akhirnya harapan itu benar-benar terwujud ketika Paus Pius XI
mengeluarkan Dekrit yang mengizinkan lembaga-lembaga religius mengabdikan
dirinya terutama termasuk pada karya kesehatan dengan praktek medis lengkap di
negara misi. Maka perkumpulan saleh yang didirikan pada tanggal 30 September
1925 resmi menjadi sebuah Kongregasi religius dengan nama Society of
Catholic Medical Missionaris yang sekarang dikenal dengan nama Medical
Mission Sisters atau dalam bahasa Indonesia, Biarawati Karya
Kesehatan (BKK). Hari peresmian ‘Society of Catholic
Medical Misionaris’ (Medical Mission Sisters atau Biarawati
Karya Kesehatan) ditetapkan pada tanggal 30 September 1925, karena
diharapkan hari itu akan menjadi hari peringatan akan St. Theresia dari
Lisieux, Pelindung Misi.
Pada awal tarekat ini, pelbagai pelajaran formal diberikan oleh Pastor Mathis dan pastor lain: Pelajaran Kitab Suci, hidup rohani, liturgi, sejarah Gereja. Sedangkan Anna Dengel sendiri mengajar bahasa Urdu kepada para novisnya, karena bahasa itu harus mereka kuasai di daerah misi. Disamping itu, tugasnya untuk menyadarkan umat dan pimpinan Gereja belum selesai. Anna Dengel juga harus sering pergi untuk memberi ceramah. Ia juga menjadi pengarang dan penerbit majalah ‘The Medical Missionary’ yang didirikannya pada tahun 1926.
Pada awal tarekat ini, pelbagai pelajaran formal diberikan oleh Pastor Mathis dan pastor lain: Pelajaran Kitab Suci, hidup rohani, liturgi, sejarah Gereja. Sedangkan Anna Dengel sendiri mengajar bahasa Urdu kepada para novisnya, karena bahasa itu harus mereka kuasai di daerah misi. Disamping itu, tugasnya untuk menyadarkan umat dan pimpinan Gereja belum selesai. Anna Dengel juga harus sering pergi untuk memberi ceramah. Ia juga menjadi pengarang dan penerbit majalah ‘The Medical Missionary’ yang didirikannya pada tahun 1926.
Pada tahun 1935, Anna
Dengel memulai suatu perjalanan studi dan mengunjungi proyek-proyek
kesehatan di pelbagai negara di Afrika dan Asia. Pada saat itulah, Paus
Pius XI mengeluarkan suatu Dekrit dengan pernyataan, bahwa Kongregasi Suci di
Roma “Propaganda Fide” menginginkan adanya lembaga-lembaga
religius wanita baru yang mengabdikan dirinya terutama pada karya kesehatan di
negara-negara Misi. Di sinilah usaha Anna Dengel bisa semakin terwujudkan.
Tarekat barunya bisa menjadi Kongregasi menurut hukum Gereja dan para
anggotanya dapat mengikrarkan “Kaul Publik” yaitu kaul yang diterima oleh
pemimpin yang sah atas nama Gereja.
Karena itulah, Anna
Dengel semakin rajin menghadiri kongres internasional untuk para dokter
misionaris. Ia juga kerap membaca dan mempelajari masalah-masalah baru
yang timbul karena perkembangan ilmu pengetahuan dan kedokteran (seperti
pembatasan kelahiran, abortus, euthanasia). Ia juga mengusahakan agar pelayanan
kesehatan dapat diberikan secara adil dan merata kepada semua orang,
terutama orang kecil. Selain itu, Anna Dengel juga menyebarkan
semangat “BKK” melalui surat-suratnya. Ia kerap mengirim
surat edaran mengenai pelbagai hal rohani yang ditujukan kepada
setiap suster. Surat-surat ini merupakan warisan serta kekayaan inspirasi para
anggota sampai sekarang dan pada masa yang akan datang.
Dalam tahun terakhir
hidupnya, Anna Dengel tinggal di rumah Pimpinan Umum
Tarekat di Roma, dimana ia dikunjungi oleh para susternya dan misionaris lain
yang datang ke Roma. Pada tanggal 30 September 1975, Anna Dengel masih boleh
mengalami peringatan 50 tahun berdirinya Kongregasi. Pada kesempatan itu, ia menulis
kepada semua anggota: “kebahagiaan yang luar biasa besar memenuhi hati
saya pada Hari Peringatan 50 tahun berdirinya Kongregasi. Tak ada bayang-bayang
sedikitpun yang memasuki hatiku yang dapat mengurangi rasa bahagia itu. DEO
GRATIAS!”
Pada tahun 1976, Anna
Dengel sakit dan harus dirawat oleh para suster sampai wafatnya pada tanggal 17
April 1980 pada usia 88 tahun, tepat pada hari wafatnya Dr. Agnes Mc. Laren 67
tahun yang lalu.
Walaupun Anna Dengel
telah tiada, namun semangatnya tetap ada dalam diri para pengikutnya. Selain
penghargaan terhadap lingkungan hidup, dalam Semangat Yesus Sang
Penyembuh, mereka hadir melalui pelbagai pelayanan konkret yang
ditujukan kepada sesama manusia:
- yang tidak mempunyai sumberdaya
untuk menolong diri sendiri
- yang membutuhkan penyembuhan
- yang dibuat miskin dan
tertindas
- yang diperlakukan tidak adil
Adapun pelbagai pelayanan mereka melalui:
- Rumah Sakit dan penyembuhan
alternatif
- Pendampingan Pastoral untuk
anak-anak, orang muda dan orang tua
- Pemberdayaan
dan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
REFLEKSI TEOLOGIS
Sehat – “SEtia HAdirkan Tuhan”
Panggilan kita menjadi satu panggilan indah.
Karya kita sangat indah,
Panggilan kita sangat indah,
Hidup demi kehormatan dan kemuliaan Allah
Dan senantiasa menolong orang lain,
Menolong menyebarkan iman
Melalui hidup dan teladan kita
Dan melalui apa saja yang kita perbuat
Renungkanlah apa artinya diperbolehkan hidup dengan cara demikian
Kita semua harus sungguh berbahagia
Karena Allah telah memanggil kita dalam panggilan ini
(Anna Dengel, Pendiri BKK)
Belum lama setelah
Indonesia merdeka, Menteri Kesehatan Indonesia ingin mendirikan sekolah bidan kesehatan di
Indonesia bagian Timur. Keinginan ini ditangkap oleh Mgr. Willekens, SJ yang
menghubungi Biarawati Karya Kesehatan di Belanda dan mengundang para Suster BKK
untuk membantu menteri Kesehatan Indonesia mewujudkan keinginannya.
Atas undangan tersebut, Sr.
Dr. Eleonore Lippits, pimpinan BKK di Belanda memutuskan untuk mengirim 5
Suster BKK Belanda ke Indonesia yang juga merupakan utusan dari Dinas Kesehatan
Masyarakat pemerintah Belanda untuk membantu Departemen Kesehatan Indonesia.
Tanggal 10 Maret 1947, tibalah
kelompok BKK pertama di Jakarta yaitu: Sr. Anna Kersemakers, Sr. Theresia van
Ham, Sr. Willibroard Meijer, Sr. Thecla Ruiten, dan Sr. Elisabeth Hemmelder.
Kelompok pertama ini untuk sementara menumpang di komunitas Suster Carolus
Borromeus, RS Carolus Borromeus, Jakarta untuk proses penyesuaian makanan dan
dan iklim Indonesia selama 3 bulan. Pada tanggal 5 Juni 1947, mereka berangkat
ke Makassar, Sulawesi Selatan dan tinggal selama beberapa bulan bersama
para Suster JMJ di Komunitas Stella Maris. Sepuluh hari kemudian, tanggal 15
Juni 1947, mereka segera mulai mendirikan Sekolah Bidan Pemerintah di Makassar
dengan nama Melania yang kemudian hari diganti namanya menjadi “Klinik Bersalin
Sitti Fatima”. Ini merupakan sekolah bidan pertama di Indonesia bagian Timur.
Pada tanggal 11 November 1949 menyusullah kelompok kedua dari BKK Belanda untuk
memulai pelayanan kesehatan di Solo (RS Brayat Minulya, di Jl. Tagore, Solo) dan
sekitarnya.
Dalam pelbagai karya
nyata, mereka sendiri tidak hanya mengobati pasien supaya sembuh, tapi
juga mengupayakan supaya orang tidak sakit. Mereka sangat menekankan
edukasi dan membimbing masyarakat supaya tahu tanggung jawabnya
memelihara kesehatan sendiri. Dkl: kehadiran para suster BKK di tengah-tengah
masyarakat, yaitu menolong dan memfasilitasi agar orang semakin memiliki
kesadaran sendiri akan pola hidup dan pola makan yang sehat.
Yah, jelaslah bahwa
kongregasi BKK ini identik dengan dunia kesehatan. Mereka juga mengusahakan
supaya setiap orang menjadi sehat, bukan? Bagi saya pribadi, sehat bisa
berarti, “SEtia HAdirkan Tuhan.” Hal ini tentunya bersumber
pula pada iman akan Yesus Kristus. Yesus, sang penyembuh dan pemelihara
kehidupan.
Sesuai dengan semangat Konsili
Vatikan II, yang mengharapkan agar semua Kongregasi Religius mengadakan
kapitel pembaharuan, supaya semakin “SEtia HAdirkan Tuhan”, maka Kongregasi
Biarawati Karya Kesehatan juga mengadakan kapitel pembaharuan pada
tahun 1967. Adapun beberapa aspek mendapat perhatian yang lebih besar supaya
semakin “SEtia HAdirkan Tuhan.” seperti:
- Dalam
struktur kepemimpinan: kepemimpinan yang partisipatif, dimana setiap suster
ikut berperanserta dan bertanggung jawab.
- Dalam
hidup komunitas: saling ketergantungan dan mutu hubungan antar anggota menjadi
landasan untuk saling mendukung dalam hidup religius dan penghayatan pengutusan
Kongregasi.
- Dalam
arah karya penyembuhan: keadilan merupakan unsur pokok.
- Dalam
pembinaan: hidup berkomunitas dan pelayanan di tengah perjuangan hidup
masyarakat menjadi bagian integral sejak awal masa pembinaan.
Secara singkat: hidup religius dan karya kerasulan dilanjutkan seperti yang dimulai oleh Anna Dengel, namun bentuk dan arah pelayanan disesuaikan dengan tuntutan zaman seperti diungkapkan dalam Kharisma Kongregasi supaya semakin “SEtia HAdirkan Tuhan.”. Dalam bahasa para suster BKK: “MELALUI GEREJA, KONGREGASI BIARAWATI KARYA KESEHATAN MENERIMA PENGUTUSAN: “MENJADI KEHADIRAN AKTIF KRISTUS SANG PENYEMBUH”. Yah, satu semangat mereka yang bisa dirangkum dalam usaha nyatanya untuk setia menghadirkan Tuhan, yakni: Passion for Christ, Passion for Humanity.”
EPILOG
Jika engkau sungguh mencintai,
Engkau akan mampu mencari akal
Engkau akan memberi perhatian yang sungguh-sungguh
Engkau akan sabar dan tabah hati
Engkau akan menyesuaikan diri
Engkau akan suka memberi tanpa kenal lelah,
tanpa pamrih, dengan murah hati
Engkau sungguh ingin mengabdi dan tidak hanya bekerja
Engkau tidak akan mementingkan dirimu sendiri
(Anna Dengel, Pendiri BKK)
Pelindung Kongregasi
Biarawati Karya Kesehatan (BKK) adalah “BUNDA MARIA POHON
SUKACITA KAMI”. Gelar “Pohon Sukacita Kami “ini dipilih karena sangat cocok
dengan semangat dan panggilan misi medis. Bunda Maria sungguh-sungguh menjadi pohon
sukacita, karena dengan menerima panggilannya, bukankah ia membawa
sukacita yang benar ke dalam dunia? Bersama Anna Dengel, para suster
BKK jelas dipanggil untuk menjadi pembawa sukacita bagi semakin banyak orang
lain, terlebih yang menderita dan tertekan. Bagaimana dengan kita sendiri?
Sudahkah menjadi pembawa sukacita bagi sesama dan keluarga kita masing-masing?
Satu dasar iman yang pasti: Bukankah kita juga bersukacita karena telah mengenal
dan menerima Kristus, Sang Penebus dan Penyembuh bersama BundaNya
Maria secara lebih dekat? Syukur kepada Allah. Deo Gratias!!
ASPIRASI
“Tidak ada pengutusan
penyembuhan tanpa persekutuan bersama orang lain. Kami diutus untuk membangun
persekutuan bersama orang lain dan menimba kekuatan dari relasi satu sama lain
antar Suster BKK. Kehadiran, yaitu hubungan dalam cinta kasih dengan
orang lain, merupakan langkah pertama pengutusan kami. Inilah daya yang paling
kuat dalam penyembuhan. Kemudian bersama dengan mereka mencari akar kejahatan
yang menghambat kesehatan dan kesejahteraan banyak orang, lalu bersama mereka
pula mencari jalan keluar dan mengobati luka-luka dalam masyarakat”.
(Kapitel Pembaharuan BKK, tahun 1967)
Ini adalah Panggilan untuk Berkorban dan Bergembira
Cinta kasih diukur dengan pengorbanan
karena banyak hal bertentangan
dengan watak kita
Namun panggilan kita adalah juga panggilan untuk bergembira,
karena boleh terlibat dalam pelayanan Allah,
dalam pelayanan kepada sesama.
Ketika kamu masuk Tarekat,
kamu mengikatkan diri untuk
memberikan diri sepenuhnya
untuk melayani Tuhan.
Tuhan mengundang kita
dan kita mengikatkan diri.
Ini timbal balik
Jika kita tidak memahami bahwa hidup religius adalah
melulu hanya mencari Tuhan dan bukan diriku sendiri,
kita tidak memahami hidup religius itu
Dengan mencari hanya Tuhan dan bukan dirimu sendiri
kamu memiliki kemurahan hati, semangat berkorban
dan semangat kegembiraan dan saya ingin menambahkan yakni
kebaikan hati.
Ada orang yang kurang memiliki sentuhan manusiawi itu.
Di dalam panggilan kita, hal ini sangat dibutuhkan.
(Anna Dengel, Pendiri BKK)
0 komentar:
Posting Komentar