Ramadhan
adalah metafora berumur panjang, bukan karena berpusat melulu pada kenangan
masa lalu dengan tabuh yang berlalu dan bertalu atau memoria nostalgia ketika
saling memahami sembari silang mengilhami, tapi terlebih sebuah keterbukaan
relung hati akan lahirnya rahmat imani dalam hidup harian kita, ziarah dari
"gelap" ke "terang", yang dalam bahasa arab disebut
"minazh zhulumaati ilan-nuur, sebuah kiasan dalam surat Al Baqarah.
Inilah
sebuah kontemplasi kalbu dari hati "amarah" kembali ke yang
fitrah", dari hati yang "iri" kembali ke yang fitri", dari
hati "takabur" menjadi "lebur", dari hati yang
"mencaci" ke hati yang "suci", dari yang "banyak akal
bulus" ke yang "tulus", yang sejati, yang benar-benar asli
sebagai potret kehadiran Yang Ilahi dalam kehidupan Yang Insani.