Ads 468x60px

Jose Maria Escriva



OPUS DEI

Prolog
Gunawan adalah seorang pemain gamelan di Gereja Cilincing, Utara Jakarta. Bagi saya, nama ini bisa berarti Berguna dan Menawan. Bagaimana kita sebagai orang beriman juga bisa berguna dan menawan? Kita akan belajar dari sosok seorang pastor diosesan Spanyol, Josemaría Escrivá de Balaguer (1902-1975). Siapa dia? Apakah Anda pernah melihat film Da Vinci Code? Atau, mungkin kita pernah membaca novel Dan Brown dengan judul The da Vinci Code? Sekilas pintas, banyak pilar kontroversi yang dihadirkan di sana, bukan? Salah satu kontroversi yang menceruat adalah tentang Prelature of the Holy Cross - Opus Dei, atau lebih kerap dikenal dengan nama Opus Dei. Dialah orang di balik nama besar Opus Dei ini!

Sacra Crux Sit Mihi Lux

Ratu Helena

PROLOG
Selama tahun 2009-2011, saya pernah berkarya di sebuah gereja sederhana yang didesain apik oleh “Burung Manyar” Romo Mangunwijaya. Sebuah gereja terbuka, yang terletak megah-gagah di Jalan Tugu Raya, Cilincing, pinggiran Utara Jakarta. Adapun namanya: Gereja Salib Suci. Di lain kesempatan, ketika, saya mempersembahkan sebuah misa Rabu Abu bagi para karyawan KEKAL (Keluarga Katolik Lippo) di Gereja St Helena Karawaci, ternyata santa pelindung paroki ini digambarkan memeluk sebuah salib suci. Yah, menurut tradisi dan sejarah Gereja, Helena-lah yang menemukan salib suci di Yerusalem. Ia juga terkenal karena keramahannya kepada para tawanan, tentara, dan kaum miskin di sekitarnya. 

Caritas Christi Urget Nos


Luisa de Marillac
CARITAS CHRISTI URGET NOS

PROLOG
Ada banyak Novena tentang Bunda Maria bukan? Ada Novena Tiga Salam Maria. Ada Novena Ratu Pecinta Damai. Ada Novena Bunda Penolong Abadi dan lain sebagainya. Sebuah Novena Maria yang mungkin pernah anda dengar adalah Novena Medali Wasiat. Yah, pada tanggal 27 November 1830, terjadi penampakan Bunda Maria kepada Sr. Katarina Laboure di kapel rumah induk sebuah tarekat suster di Paris. Inilah salah satu kekayaan sebuah tarekat yang lekat-dekat dengan pelbagai karya nyata bagi kaum marginal. Mereka dikenal sebagai tarekat para suster Puteri Kasih (“PK”) dengan Luisa de Marillac sebagai pendirinya bersama Vincentius a Paulo.  

Donato Ergo Sum


Agnes Gonxha Bojaxhiu

PROLOG
Masih ingatkah kita, siapa pemenang hadiah Nobel Perdamaian tahun 1979 dan sahabat Paus Yohanes Paulus II serta Lady Diana? Tahukah kita, bahwa dia juga dihormati sekaligus dicintai oleh banyak orang, dari pelbagai agama, bangsa dan budaya? Sebuah kisah nyata tentangnya: Ketika diundang ke University of Notre Dame, Indiana yang dikelola oleh para imam dan bruder Kongregasi Salib Suci, seorang teolog elegan bertanya kepadanya: “Mengapa dalam karya karitatif, anda selalu memberikan ikan kepada orang yang memerlukan, dan bukan pancing yang diberikan sehingga lebih mendidik orang itu?” Dia menjawab, bahwa orang-orang yang ditolongnya adalah orang-orang, yang memegang pancing saja sudah tidak bisa! Sebuah jawaban dari seseorang yang memiliki karunia hikmat. Siapakah dia? Yah, Bunda Teresa dari Calcuta, a living saint!!! 

Pax et Bonum



Anselma Bopp


PROLOG
Ketika kita berbicara perihal para suster Fransiskanes, kerap yang spontan terbersit hanyalah “OSF” yang di Semarang dengan RS. Elisabeth dan Jakarta dengan Yayasan Marsudirininya. Tapi, ternyata, ketika kita memperbincangkan lebih mendalam tentang para suster Fransiskanes, ada pelbagai macam, dengan aneka bentuknya yang beraneka ragam. Salah satunya adalah Fransiskanes Pringsewu. Orang-orang Jakarta tidak jarang menyebut mereka  sebagai “Suster-suster Kampung Ambon” (FSGM: Fransiskanes dari Santo Georgius Martir). FSGM sendiri adalah sebuah kongregasi biarawati multi-nasional, dengan status Kepausan. Sejarah kongregasi ini juga sudah 150-an tahun lamanya, dengan Maria Anselma Bopp sebagai pendirinya dan negeri Jerman sebagai tempat karya pertamanya. 

Voyes comme’est simple, il suffit d’aimer


Bernadette Soubirous

PROLOG
Gereja Katolik mempunyai banyak tempat ziarah. Ketika kita bicara soal pelbagai tempat ziarah, kurang afdol rasanya kalau kita tidak menyebut tempat ini: Goa Maria Lourdes.  Lebih dari satu setengah abad yang lalu, Bunda Maria menampakkan diri sebanyak 18 kali, dari tanggal 11 Februari hingga 16 Juli 1858 kepada seorang gadis miskin yang sakit-sakitan. Yah, inilah sepenggal kisah nyata tentang seorang gadis sederhana dari Prancis, yang hampir sepanjang hidupnya menderita sakit namun dipilih oleh Tuhan dan Bunda Maria. Sekarang ia diangkat menjadi santa pelindung orang-orang sakit. Namanya ialah Bernadette Soubirous, seorang perempuan beriman, yang mengalami penampakan Bunda Maria, yang jenazahnya masih utuh dan tersimpan dalam peti kaca yang indah di kapel utama St. Gildard Nevers, Prancis, dengan seuntai rosario dililitkan di sekeliling tangannya. Tubuhnya masih utuh. Wajahnya juga sangat tenang. O Res mirabilis. O sungguh mengagumkan!

Pro Patria et Ecclesia


Jeanne d’Arc

PROLOG
Jeanne d’Arc (1412-1431) adalah tokoh penting dalam sejarah atau budaya barat. Sejak zaman Napoleon hingga kini, politisi Perancis dari berbagai partai telah membangkitkan kenangan terhadapnya. Banyak penulis dan komponis, termasuk Shakespeare, Voltaire, Schiller, Verdi, Tchaikovsky, Twain, Shaw, dan Brecht, telah menciptakan berbagai karya musik dan sastra mengenai dirinya. Di Perancis, ia dijuluki La Pucelle yang berarti "sang dara" atau "sang perawan". Ia menjadi pahlawan bangsanya pada umur tujuh belas tahun, tapi wafat pada umur sembilan belas tahun.

Iustitia Omnibus



Dorothy Day


 PROLOG

Dorothy Day adalah seorang jurnalis feminis dan penganut atheis gnostik  yang bertransformasi menjadi aktivis sosial yang militan dan anggota Gereja Katolik Roma yang taat. Dorothy Day yang kerap dianggap sebagai “Bunda Teresa dari Amerika” itu menjadi terkenal karena kampanye keadilan sosialnya dalam membela para buruh dan banyak orang miskin. Bersama dengan Peter Maurin, Dorothy Day yang juga dijuluki “nabi para kaum buruh” mendirikan Catholic Worker Movement (Gerakan Pekerja Katolik), yang dimulai dengan penerbitan koran Catholic Worker”. Gerakan sosialnya menyebar-pencar ke kota-kota lain di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Pada tahun 1941, ada lebih dari 30 komunitas “Catholic Worker yang independen namun berafiliasi dengan Catholic Worker”. Pada tahun 2005 telah ada sekitar 100 komunitas di Australia, Britania Raya, Jerman, Belanda, Irlandia, Meksiko, Selandia Baru, dan Swedia. 

Ut Omnes Unum Sint


Chiara Lubich


 PROLOG
Seorang perempuan Katolik menerima belasan gelar doktor kehormatan. Ia juga menerima pelbagai kewarganegaraan kehormatan dan penghargaan internasional, di antaranya yaitu Hadiah Templeton untuk kemajuan di bidang Agama (1977), Hadiah Pendidikan Perdamaian UNESCO (1996) dan Hadiah untuk Hak Asasi Manusia (1998). Dia juga telah menulis lebih dari 40 buku tentang spiritualitas, yang banyak di antaranya telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Dia adalah salah seorang figur spiritual terkemuka dalam dunia Katolik, dengan komitmen yang tajam dalam persatuan Gereja dan dialog antar umat beriman. Siapakah dia? Dialah Chiara Lubich (22 January 1920 – 14 Maret  2008) seorang perempuan Katolik taat, pendiri dan presiden Gerakan Focolare, yang kini tersebar-pencar di 182 negara dan memiliki jutaan anggota dan pengikut dari pelbagai agama dan budaya.

Deo Gratias

Anna Dengel

PROLOG
BKK (Biarawati Karya Kesehatan) atau biasa dikenal dengan Medical Mission Sisters (MMS) adalah Kongregasi Religius Internasional yang mengabdi Tuhan, sesama dan seluruh ciptaan melalui karya penyembuhan yang holistik. Awalnya, Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan adalah Perkumpulan Awam "Society of Catholic Medical Missionaries" untuk menangani karya kerasulan medis di tanah misi. Kongregasi BKK ini  berkarya di pebagai negara: Afrika (Ethiopia, Uganda, Ghana,  Kenya)  India, Philipina, Pakistan, Jerman, Inggris, Belanda, Belgia, Amerika Latin (Peru, Venezuela), Amerika Serikat dan Indonesia. Anna Dengel, seorang dokter perempuan Austria ada di balik kongregasi ini.

Via, Veritas, Vita

Madeleine Sophie Barat

PROLOG
Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ: Religieuse du Sacre Coeur de Jesus) bermula di Perancis pada tahun 1800. Doa dan kehidupan batiniah menjadi pokok dari semangat bagi kongregasi ini. Sekarang ada 3.400 RSCJ yang berkarya di lima benua, di 44 negara, dalam bidang pendidikan formal maupun non formal, pengajaran dan formasi, kegiatan-kegiatan untuk perkembangan kemanusiaan dan usaha memajukan karya pastoral dan bimbingan iman. Pada tanggal 3 Juli 1991, kongregasi Hati Kudus Yesus menapakkan kakinya di bumi Indonesia. Pendirinya adalah Madeleine Sophie Barat (1779-1865)

Ad Maiorem Dei Gloriam


Marie Madeleine Victore de Bengy        

PROLOG
Kisah nyata ini bermula dari seorang perempuan Prancis, yang sewaktu remaja mengalami gejolak sosial pasca Revolusi. Perawakan tubuhnya kecil dan tidak begitu cantik. Tetapi dengan mata yang bersinar dan senyum yang memancar serta kepandaian dan kepribadian yang hidup, dia selalu dianggap menarik. Namanya Marie Madeleine Victore de Bengy de Bonnault d'Houet. Sewaktu kecil dipanggil Gigi, semasa gadis disebut Victoire, sebagai seorang istri dan janda dikenal dengan nama Ibu Joseph. Bagi orang lain lagi, dia disebut Madame d'Houët. Yah, dia adalah seorang anak perempuan, saudari, teman, istri, janda, ibu sekaligus seorang pendiri kelompok religius yang disebut “Sahabat-sahabat  Setia Yesus” (Faithful Companions of Jesus/FCJ)

Deus Meus et Omnia


Clara dari Asisi

PROLOG
Seorang gadis muda Eropa, puteri bangsawan yang cerdas, bernas pun kaya raya di abad Pertengahan itu meninggalkan dan menanggalkan segalanya demi sebuah hidup yang sederhana. Mungkinkah? Yah… Ini bukan sepenggal film fiktif atau roman picisan belaka. Ini non fiksi! Ini sebuah kisah nyata seorang perempuan beriman bernama Clara (Bhs Itali: Chiara). Dialah sahabat dekat Fransiskus Asisi. Dialah pendiri Ordo Suster-suster Klaris (Inggris: Poor Clares). Clara sendiri diketahui memiliki karunia “vision” (penglihatan) misalnya saat St. Fransiskus wafat - Clara bisa menyaksikan sahabat yang dikasihinya itu wafat padahal terpisah dengan jarak kira-kira 400 km. Dan karena itulah, ia dinobatkan sebagai santa pelindung bagi mereka yang memiliki penyakit/gangguan pada mata. Setiap tanggal 24 Juni di Asisi juga dirayakan suatu perayaan untuk mengenang penuh-syukur peranan Clara untuk menyelamatkan kota Asisi terhadap serbuan tentara Kaisar Frederick II yang membawa-serta pasukan muslim yang berjumlah 20.000 orang.

Pastor Bonus


Maria Euphrasia

PROLOG
Benarkah bulan April adalah bulan perempuan? Entahlah! Yang pasti, di bulan April, kita bisa berkesempatan untuk sejenak bijak merenung-menung dan mengenang-peringati sejarah hidup dua tokoh perempuan. Yang seorang, adalah tokoh pahlawan perempuan Indonesia bernama Raden Ajeng Kartini yang diperingati pada 21 April. Yang seorang lagi adalah tokoh pendiri kongregasi Gembala Baik bernama Maria Euphrasia, yang diperingati pada 24 April. Kartini dan Maria Euphrasia adalah dua perempuan yang hidup di masa berbeda, namun memiliki persamaan dalam mengukir sejarah perempuan dan terus dikenang dari masa ke masa. Kedua perempuan ini menyaksikan sebuah realitas kekerasan terhadap manusia yang membuat hidup menjadi tidak berharga. Kartini menyaksikan bagaimana bangsanya dipaksa menjadi pekerja tanpa upah sementara Maria Euphrasia menyaksikan perbudakan dan pebagai penindasan pasca Revolusi Prancis.

Deus Bonus Est


Yulia Billiart

 PROLOG
Yang terluka yang menyembuhkan!! Inilah sepenggal kisah kasih nyata tentang seorang dara beriman, yang mengalami kelumpuhan total di usia 23 tahun. Dengan kelumpuhannya, ia tidak menjadi “taker”. Ia tetap setia berjuang menjadi seorang “giver”. Ia suka berbagi kasih dan perHATIan kepada sesamanya. Yulia Billiart namanya. Seorang perempuan yang penuh dengan perjuangan dan gulat geliat iman, walaupun beragam penderitaan dan keterbatasan diri terus mendera hidupnya. Ia juga yang menjadi salah satu pendiri dan ibu rohani bagi Kongregasi Suster-suster Notre Dame (SND). “Ah, qu’il est bon, le bon Dieu”. Ah, betapa baiknya Allah yang baik! Yah lewat imannya, ia meyakinkan kita semua bahwa Allah sungguh baik. God is Good!

Manete in Me

Clara Fey

PROLOG
Beberapa tahun yang lalu, pada suatu Minggu pagi yang cerah, puluhan orang dari Front Pembela Islam (FPI) menyerbu-gerah sebuah pekarangan sambil mengacung-acungkan senjata tajam dan memerintahkan para suster agar menutup gereja dan sekolah “Sang Timur” di Cileduk, Tangerang (35-40 km sebelah barat Jakarta). “Ketika terjadi serangan pagi-pagi dinihari tak seorangpun bisa melawan para penyerang. Kami harus menurut,” kata Suster Anselma PIJ. Padahal, di lain matra, banyak penduduk setempat yang sangat menghargai karya kasih para suster. Mereka tidak hanya memberikan pendidikan mulai dari TK sampai SMA, tetapi mereka juga mengelola sebuah sekolah untuk para penyandang cacat yang terbuka untuk semua agama. Merekalah para suster dari Pauperis Infantis Jesu (PIJ). Dan, Clara Fey adalah tokoh besar di balik kongregasi yang biasa disebut “Sang Timur” ini.       

In Omnibus Charitas




Theresia Saelmaekers

PROLOG
Tahun 2003-2005, ketika saya masih asyik khusyuk-masyuk belajar nyantrik di kota Yogyakarta, kadang saya berkesempatan mengunjungi para narapidana di penjara Wirogunan, dan ada juga beberapa suster dengan inisial, “FCh” (Charitas) yang ikut serta. Ketika pada tahun 2011, saya berkarya di sebuah paroki di selatan Jakarta, ternyata di bilangan Cilandak, ada juga sebuah kompleks sekolah Katolik yang cukup besar dan terkenal. Adapun namanya, Sekolah Charitas, dari tingkat TK sampai SMU. Siapakah orang di balik komunitas religius bernama “Charitas” ini? Dialah Theresia Saelmaekers (1797-1886), seorang perempuan beriman dari negeri Belgia, pendiri kongregasi “FCh” atau biasa dikenal sebagai Suster CharitasIa juga merintis berdirinya tiga kongregasi lain (SFS, KSFL, SFE).

Soli Deo Gloria


Angela Merici

PROLOG
Siapa yang tidak kenal motto “SERVIAM”? Inilah sebuah motto khas anak-anak sekolahan Ursula di bilangan Jakarta Pusat dan BSD - Tangerang. Harum namanya, ranum prestasinya. Bahkan, kerap SMU Ursula Jakarta menjadi salah satu sekolah terbaik di Indonesia. Yah, ada pelbagai sekolah unggulan, bernafaskan spiritualitas Katolik, yang dirintis-kelola oleh para suster dengan inisial di belakangnya, “OSU”. Pelbagai yayasan sekolah dari Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMU, SMK dan pebagai lembaga kejuruan serta panti asuhan dan panti sosial yang tersebar-pencar di pulau Jawa dan Timur Indonesia (NTT) menjadi saksi bisu indahnya karya dan warta kasih mereka. Melayani, melayani, sekali lagi melayani! Sebuah nama orang kudus ada di belakang semua karya indah penuh entitas dan kualitas ini: Angela Merici.

Oportet Illum Regnare


Maria Ines Teresa Arias Espinosa

PROLOG
Suatu hari, saya pernah diminta memimpin perayaan Ekaristi dalam bahasa Spanyol bagi komunitas Amerika Latin di Jakarta. Adapun misa sore itu dirayakan di Kapel Seminari Wacana Bhakti di bilangan Selatan Jakarta. Ada enam puluhan orang Katolik dari Amerika Latin: Spanyol, Mexico, Veneuela, Colombia, Portugal, Argentina, Brasil dsbnya. Saya awalnya merasa asing dan kikuk karena tidak ada yang saya kenal, dan sebenarnya saya juga tidak lancar berbahasa Amerika Latin. Ternyata ada satu hal baik, yang melegakan: diantara mereka, terselip beberapa suster biarawati berinisial “MC” di belakangnya. Yah, para suster inilah yang ternyata siap sedia mendampingi komunitas Amerika Latin, terlebih dalam pelayanan liturgis. Beberapa suster ini juga begitu fasih berbicara dalam dialek Amerika Latin. Siapakah mereka? Mereka adalah para suster “MC”, bukan Master Ceremony” tentunya, tapi Misionaris Claris, dan Ibu Maria Ines Teresa Arias Espinosa adalah tokoh besar di balik kongregasi ini: “Sejak bangun pagi sampai saat tidur malam, hati dan jiwa kami, bagaikan kecapi yang harmonis bergetar memujiNya”. 

Deus Providebit


Magdalena Daemen

 
PROLOG
Ada pelbagai macam pengikut sekaligus pecinta Fransiscus Asisi bukan? Ada banyak kongregasi suster yang juga menggunakan kekayaan spiritualitas Fransiskus dalam gerak langkahnya bukan? Nah, kalau kita bicara soal karya para pengikut dan pecinta spiritualitas St.Fransiskus di Pulau Jawa, terlebih di Jawa Tengah, maka nama dan aneka karya para suster Fransiskanes dari Heythuysen (OSF) tidak boleh dilupakan pun diluputkan bukan? SMA Santa Maria di Yogyakarta, Yayasan Marsudirini di Jakarta, Sekolah Sedes Sapientiae serta RS Elisabeth di Semarang dengan pelbagai poliklinik, rumah bersalin juga sejumlah panti asuhan adalah sebagian kecil karya nyata mereka. Lebih daripada itu, saya merasakan ikatan batin juga dengan kongregasi ini, karena ada satu saudara saya yang masuk biara OSF, Sr Maria Clarissa yang meninggal 11 November 2011 lalu pada usia 86 tahun. Yah, semangat dan spiritualitas Magdalena Daemen sebagai ibu pendiri pasti banyak mewarnai derap langkah warta dan karya kongregasi ini, bukan?

Caritas et Humilitas


Elisabeth Gruyters

PROLOG
Siapa tak kenal Rumah Sakit dan Akademi Keperawatan Sint Carolus di tengah megah-riahnya kota Jakarta, Rumah Sakit Panti Rapih-Panti Rini-Panti Nugroho di kota gudeg Yogyakarta atau Rumah Sakit Borromeus di “Paris Van Java” Bandung? Bukankah banyak orang Jakarta juga kerap-akrab mendengar nama besar “Yayasan Tarakanita (PlaygroupTKSDSMPSMA, dan SMK) dan “Yayasan Pendidikan Tinggi Tarakanita” yang exist di seantero Jakarta? Ada juga nama sekolah unggulan, Stella Duce dan asrama Syantikara di Yogyakarta. Yah, Kongregasi para suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus (biasa dikenal dengan Kongregasi CB) adalah aktor di balik nama besar pelbagai lembaga publik yang sudah “admiranda et amanda”: dikagumi dan dicintai masyarakat itu. Kongregasi CB  sendiri dirintis-kembangkan oleh seorang perempuan Belanda, Elisabeth Gruyters pada 29 April 1837 di Maastricht, Belanda. Oleh Gereja, kongregasi ini ditempatkan di bawah naungan Santo Carolus Borromeus. Selain di Indonesia, mereka juga melayani di AmerikaAfrikaBelandaBelgia, Denmark, BrasilNorwegiaFilipinaVietnamTimor Leste, dan masih banyak lagi: “Dimuliakanlah Nama Tuhan selama-lamanya!” (EG 156). 

Pro Bonum Commune


Minerva Mirabal


PROLOG
Sosok perempuan muda ini: cantik, baik dan menarik, pintar serta terpelajar. Minerva Mirabal namanya. Ia dibesarkan dalam iman dan pendidikan Katolik yang baik. Bersama para saudarinya, ia dikenal sebagai “Las Mariposas” ("The Butterflies"). Yah, mereka menjadi “kupu-kupu cantik” yang ikut merintis-ciptakan gerakan perlawanan di tahun 1950-an, berjuang melawan salah satu kediktatoran paling represif di Dominika, yakni Rafael Leonidas Trujillo (1930-1961). “Las Mariposas” ("The Butterflies") tegar menghadapi teror, intimidasi, agitasi, hukuman penjara dan penyiksaan berulangkali dan akhirnya pembunuhan. Kisah nyata tentang Mirabal bersaudara ini sendiri pernah diangkat dalam sebuah film “The Time of Butterflies” pada tahun 2001. 

Ego Mitto Vos!!



Dimana Pastorku?


Suatu hari di terminal….., matahari lurus-terik menjulurkan lidahnya, hiruk-pikuk berbaur-campur dengan kemacetan yang padat merayap serta kebanjiran yg melumat- laknat. Aneka fragmentasi sosial terus menggerus serta menggeliat jelas-lugas: Seorang ibu berbedak debu jalanan tergopoh-payah menarik anaknya mengejar sebuah angkot. Seorang renta duduk dalam siang terpanggang-seperti penari kecak, menengadah menjemput rejeki pada mobil yang lewat. Disini nyata adanya korban (Ignatio Ellacuria: the crucified people): anak jalanan, waria, pemulung, asongan-kaki lima juga para penganggur dan bromocorah.
“Dimana pastorku?”

Ave Crux, Spes Unica!



Edith Stein


PROLOG
Teresia Benedikta dari Salib alias Edith Stein adalah seorang anak bungsu dari keluarga Yahudi dengan banyak atribut: Ia merupakan seorang kudus dalam Gereja Katolik sekaligus doktor filsafataktivis feminisdosen, penulis, penterjemah, biarawati ordo Karmelit, dan sekaligus martir yang meninggal di kamp konsentrasi Auschwitz PolandiaPaus Yohanes Paulus II pada tanggal 1 Oktober 1999, memaklumkannya sebagai pelindung Eropa bersama dengan St Katarina dari Sienna dan St Brigitta dari Swedia. Yah, Gereja menghormati “seorang puteri Israel. Istimewa, bukan?


Fiat Lux !


Kartini dari Jepara


Seperti kita ketahui, pada tahun 1911 terbit antologi surat-surat Kartini dalam format buku yang disusun oleh J.H. Abendanon, berjudul ‘Door Duisternis tot Licht’, dan kemudian diterjemahkan oleh Armijn Pane sebagai ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ (terbit di tahun 1951). Tulisan saya ini sendiri mendapat banyak rujukan dari artikel Goenawan Muhammad, “Habis Gelap - Terbitlah Aufklarung”.

Abendanon sendiri sebetulnya adalah seorang direktur pada departemen pendidikan, industri dan agama pemerintah Hindia-Belanda di awal abad ke-20. Ia seorang pendukung 'Gerakan Ethis' waktu itu, yang berencana mendirikan sekolah di tanah jajahan secara besar-besaran. Lewat penerbitan buku itu, Abendanon sebenarnya ingin berbicara tentang suatu transformasi positif, dengan Kartini sebagai pembawa obor pencerahan. Singkatnya, bahwa transformasi dari 'gelap' ke 'terang' berarti suatu proyek pencerahan dari 'kebodohan' ke 'kecerdasan'.

Kata 'pencerahan' memang beberapa kali memang muncul dalam korespondensi Kartini (misalnya dalam surat kepada Steela Zeehandelar 12 Januari 1900). Sudah barang tentu, seperti tersebut dalam beberapa surat Kartini yang lain, 'pencerahan' juga ada hubungannya pula dengan emansipasi, khususnya berkenaan dengan posisi perempuan bumiputera. "Kemerdekaan perempuan akan merupakan buah dari penderitaan dan kepedihan kami', tulis Kartini dalam sepucuk surat bertanggal 1 Agustus 1903.

Kompas - Komando Pastoral


Membaca Arah Dasar KAJ 2011-2015

Adapun latar belakang disusun-rukunnya Ardas Keuskupan Agung Jakarta Tahun 2011 – 2015, yang bagi saya pribadi saya sebut “Kompas - Komando Pastoral“, yakni: sebuah pameo lama dalam bahasa Latin yang berbunyi,  Ecclesia Semper Reformanda - Gereja senantiasa diperbarui bukan? Begitu juga yang berlaku dengan gerak pastoral di KAJ. Bukankah merupakan sebuah kepastian bahwa Gereja di tengah dunia memerlukan sebuah reksa pelayanan pastoral yang semakin baik dan benar?

Merupakan sebuah kewajaran bahwa Ardas ini tampaknya menjadi sebuah kelanjutan yang berkesinambungan dari Sinode I KAJ pada tahun 1989-1990 di bawah komando Mgr Leo Soekoto, SJ. Adapun core values yang dihasil-buahkan dalam proses sinodal waktu itu adalah, Gereja KAJ menjadi Gereja yang “2 m’ dan “2 b” (Mandiri,  Misioner, Berdaya pikat dan Berdaya tahan). Selain itu, konteks sosial politis tahun 1996-1998 yang menampakkan gejolak suram dan potret buram serta pelbagai friksi sosial multidimensional di Jakarta membawa kembali kesadaran bahwa Gereja juga diutus untuk terlibat, tentunya tanpa terlibat di tengah pusaran keprihatinan dan pergulat-geliatan masyarakat sekitarnya. 

Glosarium


“… the aim of this mode of prayer is
to make the events of salvation ‘present’ in the mind, and thus to attain
that direct experience of love.”
(Rahner, Ignatius the Theologian; NY 1968, p.191)



1.    Latihan Rohani Santo Ignatius Loyola adalah kumpulan doa dan meditasi serta “manual” untuk membangun hidup rohani yang disusun oleh Santo Ignatius Loyola, khususnya selama masa-masa formatif pembentukan hidup rohaninya (tahun 1522-1524). Kumpulan doa, meditasi, dan teknik latihan rohani ini biasanya dijalankan selama 30 hari dalam retret tertutup, dan bertujuan untuk membangun dan memperdalam relasi iman personal pada Yesus lewat misteri kelahiran, kehidupan, karya, sengsara dan kebangkitanNya. Dalam Latihan Rohani ini setiap orang diajak untuk merenungkan beberapa aspek penting dalam iman kristiani seperti: penciptaan, dosa, pengampunan, panggilan, pelayanan, dan juga hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Dengan bimbingan seorang pembimbing rohani, setiap orang lewat latihan-latihan rohani dibantu untuk mencapai kebebasan spiritual, dan kemampuan untuk menemukan kehendak Tuhan dalam hidupnya dan bertindak atas dasar roh dan cinta Tuhan yang diterimanya.

Pada Mulanya adalah “Citra”


Sebuah bedah atas film “Goodbye Lenin”

Ya, kalau Penginjil Yohanes mengatakan bahwa pada mulanya adalah firman. Maka, saya mengatakan, pada mulanya adalah citra. Yah, citra sebuah negara sosialis, Republik Demokrasi Jerman, yang tentu saja tak membiarkan halaman rumahnya kecipratan produk kapitalis macam Coca Cola pada era 1980-an. Seorang perempuan memandang spanduk raksasa yang berkibar di gedung tepat di sebelah apartemennya. Sebuah spanduk Coca Cola, sesuatu yang tak pernah terbayangkan bagi perempuan itu, karena baginya dunia adalah dunia yang tidak berubah. Dunia sebuah negara sosialis, tidak lain dan tidak bukan! Tapi, spanduk Coca Cola itu?   

Christianne yang malang itu mengangguk ketika mendapat penjelasan yang dianggapnya masuk akal: Coca Cola telah diproduksi secara massal di Jerman Timur. Christianne (Kathrin Sass) mengutuk kapitalisme sejak kepergian suaminya ke wilayah Barat, menyusul perempuan lain. Sejak itu, sosialisme menjadi satu-satunya kebenaran tunggal yang mengalir deras dalam nadinya. Ia tak beringsut, dan memang semuanya begitu, sampai 7 Oktober 1989. Malam itu ia melihat anak laki-lakinya mengikuti demonstrasi menuntut penyatuan Jerman. Dunianya gelap. Ia koma tanpa menyadari pada April 1990, tembok pemisah Jerman runtuh.

Coklatku Sayang, Coklatku Malang


“Katakan cinta dengan coklat, maka dia akan terpikat…”. Kita semua tahu, coklat merupakan makanan favorit banyak orang. Coklat boleh jadi merupakan makanan yang merupakan hadiah paling populer untuk para pasangan yang saling jatuh cint. Sejak lama coklat memang punya reputasi tinggi. Makanan atau minuman yang dibuat dari biji tanaman coklat ini berhasil merebut hati banyak orang, tidak cuma karena kelezatannya, tapi juga nilai plus yang dimilikinya dalam memperbaiki suasana hati dan mempengaruhi munculnya gelora cinta.

Pohon coklat, yang buahnya mengandung biji yang bisa diproses menjadi camilan coklat, pertama kali ditemukan 2.000 tahun lalu di hutan tropis Amerika. Sementara itu, bangsa Maya merupakan bangsa pertama yang mengkonsumsi cokelat (250-900 SM). Mereka mencampur biji coklat dengan berbagai bumbu untuk membuat minuman yang dipercaya mujarab.

Scandal - Kejahatan Altar


El Crimen del Padre Amaro (The Crime of Father Amaro) judulnya. Sebuah film yang sukses meraih box-office sekaligus film yang paling kontroversial pada tahun itu. Banyak pengamat sinema bahkan berani mengatakan bahwa  El Crimen del Padre Amaro (The Crime of Father Amaro) merupakan film yang paling sukses dalam sejarah Meksiko. Sebuah film yang menceritakan potret suram-buram Gereja Katolik, terlebih dengan fokusnya pada pergulat-geliatan sekaligus ‘perselingkuhan’ seorang pastor muda idealis bernama Amaro (Gael Garcia Bernal).

Film yang disutradarai oleh Carlos Carrera ini didasarkan pada sebuah novel dengan judul yang sama (1875) oleh penulis Portugis abad ke-19, José Maria de Eca de Queiroz. Ketika pertama kali dirilis, El Crimen del Padre Amaro sangat controversial. Bahkan, banyak umat Katolik di Meksiko mencoba menghentikan publikasi film tersebut. Mereka gagal dan film ini menjadi box office terbesar di Mexico, mengalahkan pemegang rekor sebelumnya, “Sexo, lágrimas y pudor” (1999). Film ini begitu kontroversial di Meksiko, terutama karena dirilis segera setelah kunjungan Paus Yohanes Paulus II.

Penuh Tanda Penuh Tanya


Film dan novel “The Name of the Rose” sering dianggap serius dan sulit. Akibatnya ia sering ditilik bukan semata-mata sebagai film dan novel pada umumnya, melainkan disertai embel-embel yang berpotensi “menakutkan” calon pembaca. Disebut-sebut film dan Novel “The Name of the Rose” ini bernuansa filsafat, penuh konsep semiotika, dan menggugat keimanan, sampai-sampai membuat sebagian orang ragu untuk mulai menikmatinya. Hal ini mungkin terjadi gara-gara nama besar penulis awalnya, Umberto Eco adalah seorang profesor doktor sastra, filsuf, ahli semiotika di Universitas Bologna, dan pakar Abad Pertengahan. Beberapa karyanya yang lain adalah: “Foucault’s Pendulum, The Island of the Day Before, dan tiga kumpulan esai populer Travels in Hyperreality, Misreadings, dan How to Travel with a Salmon and Other Essays.

Mgr Soegija: Sebuah Interupsi


In necessariis unitas,
in dubiis libertas,
in omnibus caritas:
Dalam kegentingan - bersatu,
dalam keraguan - merdeka,
dalam segala hal – cinta.”


Johann Baptist Metz, seorang pencetus konsep teologi politik, memberi-jelaskan sebuah definisi tersingkat tentang agama. Menurutnya, agama adalah interupsi (Unterbrechung).

Apa itu Interupsi? Pada dasarnya agama berangkat dari interupsi Allah ke tengah dunia yang disalah-urus oleh manusia. Agama hadir sebagai interupsi, semacam campur tangan di tengah dunia yang terpusat hanya pada dirinya. Bukankah setiap agama mengkhianati panggilannya bila mereka berhenti membuat interupsi? Bukankah ketika berhenti ber-interupsi, agama-agama tidak lagi menjadi “anjing yang menyalak” dan “duri yang menusuk, tetapi sebaliknya merupakan obat tidur yang sangat mujarab?
Nomen est Omen. Nama adalah tanda! 7 Juni 2012, nama sebuah judul film diluncurkan kompak-serempak di pelbagai bioskop tanah air. Soegija namanya. Mgr Albertus Soegijapranata, nama lengkapnya. Soegija yang kerap dijuluki “Bung Karno-nya Gereja Indonesia” adalah seorang imam Jesuit, yang hidup dalam masa revolusi kemerdekaan. Beliau diangkat sebagai Uskup Agung Pribumi yang pertama, secara khusus untuk wilayah Semarang di tahun 1940. Situasi negara yang sedang bergolak-gelak di masa perang menuntutnya untuk tidak melulu asyik melakukan kegiatan altar, tetapi juga berani melakukan interupsi di “pasar” dengan segala carut-marutnya.