Ads 468x60px

Upacara Pengusiran Setan - EXORCISME

Untuk memahami upacara pengusiran setan dalam pelbagai praktek eksorsis, kita harus bertitik-tolak dari Yesus Kristus dan dari ayat-ayat Sabda-Nya sendiri. Yesus Kristus telah datang untuk mewartakan Khabar Gembira dan meresmikan Kerajaan Allah di atas bumi, ke dalam hati semua orang. Manusia memiliki kemampuan untuk menerima Allah di dalam hatinya (Rom 5,5). 

Namun kemampuan ini telah digelapkan oleh dosa dan kejahatan dengan menduduki tempat yang akan didiami oleh Allah. Untuk itu Yesus Kristus telah datang untuk membebaskan manusia dari kuasa kejahatan dan dosa, dan juga dari segala bentuk penguasaan terkutuk oleh setan dengan segala roh-roh sesat yang disebut iblis, yang mau melenyapkan/ membasmi makna kehidupan manusia. 

Yesus Kristus telah mengusir segala iblis dan membebaskan manusia dari keterikatan pada roh- roh yang menyesatkan itu. Ia menyiapkan tempat dalam diri manusia untuk mengalami dan menikmati kebebasan dalam Allah yang menganugerahkan Roh Kudus-Nya kepada setiap orang yang dipanggil untuk menjadi kenisah-Nya (1Kor 6,19; 1Ptr 2,5) agar membimbing langkah-langkah mereka (Rom 8,1-17; 1Kor 12,1-11; Gal 5,16-26) menuju kedamaian dan keselamatan. 

“Lima Cara Tobat Sejati”


Apakah engkau ingin aku menyebutkan juga cara-cara tobat sejati? Ada banyak cara dan variasi, dan semuanya menghantarmu ke surga.

Cara tobat pertama adalah menggugat dosa-dosamu sendiri: Jadilah yang pertama mengakui dosa-dosamu, maka engkau akan dibenarkan. Karena alasan ini juga, pemazmur menulis: “aku berkata: `Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.” Sebab itu, engkau juga patut mengakui dosa-dosamu sendiri; hal itu akan menjadikan cukup alasan bagi Tuhan untuk mengampunimu, sebab orang yang menggugat dosa-dosanya sendiri lebih lambat dalam melakukan dosa-dosa itu lagi. Bangkitkanlah nuranimu untuk menggugatmu dalam rumahmu sendiri, agar ia tidak menjadi pendakwamu di hadapan tahta pengadilan Tuhan.

Jadi, itu adalah suatu cara tobat yang sangat baik. Cara tobat yang lain, yang tak kalah pentingnya, adalah mengenyahkan dari benak kita rasa sakit yang diakibatkan oleh para musuh kita, agar kita dapat menguasai amarah kita, dan agar kita dapat mengampuni kesalahan sesama hamba dosa terhadap kita. Maka, dosa-dosa kita terhadap Tuhan juga akan diampuni. Dengan demikian, engkau mendapatkan suatu cara untuk menebus dosa-dosamu: Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.

Imamku – Idolaku?


Pater Van Lith:
Lebih dari seabad yang lalu, Gereja Katolik di Jawa dirintis oleh Romo Fransiskus Van Lith di daerah Kalibawang. Van Lith juga yang membaptis umat Katolik Jawa yang pertama tanggal 14 Desember 1904 di daerah Sendangsono. Peristiwa baptisan Katolik ini, diakui sebagai tanda kehadiran Gereja Katolik di daerah Jawa. Van Lith sambil belajar bahasa dan budaya jawa, dengan jubah hitamnya selalu bersepeda dan berkunjung ke rumah anak-anak didiknya. Ia mendirikan sekolah dan asrama guru (Kweekschool) di Muntilan (Betlehem Van Java): bukan untuk semata membabtis orang, tapi untuk membentuk rasul-rasul awam yang tangguh. Ia tidak ambil pusing berapa banyak yang bisa dibabtis, ia hanya ingin mewartakan injil seluas dunia. Tahukah anda bahwa figur Van Lith inilah yang membuat banyak orang Belanda ingin menjadi imam dan bermisi di Jawa, seperti yang dikatakan seorang profesor teologi dari Belanda, yang lama tinggal di Yogyakarta, (alm) Tom Jacobs, SJ

I M L E K : "Ikuti MARIA Lewat Ekaristi Kudus"


Imlek di tahun Ular Air ini bukan cuma berarti datangnya tahun yang baru, dengan semua yang serba baru, tapi dalam makna iman kristiani juga bisa berarti, “Ikut Maria Lewat Ekaristi Kudus.”
Mengapa?

Pertama, Maria yang bersyukur (Luk 1:46-47), “Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukacita karena Allah penyelamatku”. Kitapun diajak bersyukur. Bagaimana tidak, dalam dua bulan berturut-turut di tahun yang sama, kita bisa merayakan tahun baru dalam ekaristi. Pertama: Tahun Baru Matahari (1 Januari) dan kedua, Tahun Baru Bulan (10 Februari). Bicara soal rasa syukur, saya juga teringat sebuah sms dari seorang umat, “Ada rayap makan bakpao - mohon maaf ‘nggak ada angpau. Kucing bengek makan bakpia - biar bokek yang penting sincia. Daun waru daun kucai - met taun baru gong xi fa cai”. Bukankah sms sederhana ini juga sebuah undangan untuk bersyukur? Seperti Maria yang bersyukur dalam kidung Magnificatnya, bukankah Ekaristi (eucharistia) arti dasarnya juga adalah beryukur? Bukankah Ekaristi juga bisa berarti “Elok KArena kRIStus ada di haTI”. Semper Gaude-Bersyukurlah senantiasa!

Kedua, Maria yang berbagi, dengan mengunjungi sanak saudaranya yang sedang “sakit” karena hamil tua, yakni Elisabeth (Luk 1:39), “Berangkatlah Maria dan bergegas menuju sebuah kota di pegunungan Yehuda”.. Imlek pun yang biasanya berlangsung 15 hari, memungkinkan setiap keluarga untuk berkumpul kembali, terlebih pada pada ekaristi syukur, bahkan antar keluarga setelah misa bisa saling berbagi kue manis, ‘nian gao’, kue keranjang, jeruk, sambil bersama keluarga melihat aktraksi seni di pelataran gereja. Donato ergo sum-Aku berbagi maka aku ada!” 

Ketiga, Maria yang peduli (Yoh 2:3), “Yesus, mereka kehabisan anggur”. Dalam ekaristi, kita bisa belajar peduli: mendoakan agar orangtua panjang umur dan keluarga rukun, bisa saling memberi salam, “hung bao/angpau” dsbnya. Bahkan kadang dimunculkan sebuah tradisi, adanya penyalaan petasan untuk mengusir roh jahat dalam keluarga. Bukankah itu sebuah usaha kepedulian terhadap orang lain, trlebih terhadap keluarga kita masing-masing? “Caritas in fraternitas-cintakasih dalam semangat persaudaraan!”

Keempat, Maria yang berharap (Yoh 2:5), “Apa yang dikatakanNya kepadamu, buatlah itu”. Dalam setiap Ekaristi syukur, dalam rangka Tahun Baru Imlek kita sebagai satu keluarga, bersama dengan para leluhur/arwah orang beriman yang sudah meninggal, yang juga kita doakan, kita diundang juga untuk mempunyai niat baru, impian baru, semangat baru, dan aneka resolusi baru. Intinya: kita diajak terus berharap, bukankah harapan berarti mimpi dan bukankah setiap mimpi berarti pekerjaan? “Dum spiro, spero-Selama masih bernafas, aku tetap berharap!” 

José Rizal dan Pastor Pablo Pastells, SJ ( Dialog Domba dengan Gembalanya)

1. Abstraksi:
Penulis memaparkan korespondensi surat menyurat antara dr. José Rizal dan Pastor Pablo Pastells, SJ yang menjadi sumber referensi penting di Filipina. Korespondensi yang terjadi sepanjang pertengahan tahun 1892 hingga pertengahan tahun 1893 menarik untuk disimak. Munculnya diskusi, debat, saling mengeritik, hingga pertengkaran antara pastor dengan umat – domba dengan gembalanya ini – tidak jarang menyangkut perkara-perkara yang lebih mendalam: cara menghayati iman, prinsip hidup, pergolakan pemikiran yang sangat personal yang menjangkau diskusi filsafat dan teologi. Perkara yang terakhir inilah yang hendak penulis sampaikan. 

2. Berbeda Namun Tetap Bersahabat
Sepanjang pertengahan tahun 1892 hingga pertengahan tahun 1893, dr. José Rizal dan Pastor Pablo Pastells, SJ menjalin sebuah ruang dialog yang berisi perdebatan sengit yang panjang dan mendalam tetapi dijiwai dengan semangat persahabatan, antara dua orang teman sekaligus bekas guru dan murid. Pada waktu itu Rizal baru berumur 31 tahun, seorang penulis humanis yang sudah dikenal luas, salah satu novelnya adalah Noli Me Tangere, dengan minat dan bakat yang begitu multidimensi. Ia menulis surat-suratnya dari tempat pembuangannya di Dapitan, Mindanao, sebuah pulau di bagian selatan Filipina. Sementara Pastells, 45 tahun, superior Serikat Yesus di Filipina, menulis dan membalas surat-suratnya dari Manila. 

Novel Everything is Illuminated

Iluminasi….
(Petikan dari Novel Everything is Illuminated)

“Herschel akan menjaga ayahmu ketika aku harus pergi melaksanakan tugas atau ketika nenekmu sakit. Nenekmu sakit sepanjang waktu, tak hanya pada hari-hari terakhir hidupnya. Herschel akan menjaga si bayi, dan menggedongnya seperti anaknya sendiri. Bahkan ia memanggil bayi itu anakku.”
Kuceritakan semua ini pada Jonathan seperti dituturkan Kakek padaku, dan pemuda itu menuliskan semuanya pada buku diary. Ia menulis begini:

“Herschel tak punya keluarga sendiri. Ia tak suka bergaul. Ia keranjingan membaca, juga menulis. Ia seorang penyair dan banyak puisinya ia perlihatkan padaku. Cukup banyak yang kuhafal. Puisi-puisi gila, engkau boleh mengatakannya demikian, dan tentang cinta. Ia selalu di kamarnya menuliskan hal semacam itu, dan tak pernah bergaul dengan orang. Aku sering berkata padanya, Apa gunanya menuliskan cinta pada selembar kertas? Kataku, Biarkan cinta menulis pada dirimu barang sedikit. Tapi ia amat keras kepala. Atau mungkin ia hanya malu.”

“Kau temannya?” tanyaku, meski ia telah mengatakan bahwa ia adalah teman Herschel.
“Hanya kamilah temannya, kata kakek kepada kami pada suatu ketika. Nenekmu dan aku. Ia makan malam bersama kami, dan kadang-kadang berada di rumah kami hingga larut malam. Bahkan kami berlibur bersama. Ketika ayahmu lahir, kami bertiga berjalan-jalan dengan si bayi. Ketika ia butuh sesuatu, ia datang kepada kami. Suatu kali ia bertanya padaku, apakah ia boleh mencium nenekmu. Mengapa, tanyaku, dan ini membuatku marah, benar-benar amat marah, karena ia berhasrat mencium nenekmu. Sebab aku takut, katanya, aku tak ‘kan pernah mencium seorang perempuan. Herschel, kataku, itu semua karena engkau tak pernah mencoba mencium seorang pun.”

"Imagining Argentina": "Teruslah Mengingat dan Teruslah Berharap"

Ada rasa gemetar dan nyinyir setiap kali mendengar kata “korban”. Perasaan itu makin menusuk ketika suatu waktu saya menonton "Imagining Argentina", yang dibintangi oleh aktor kenamaan Antonio Banderas. Film ini bercerita tentang pengalaman seorang warga negara biasa, Carlos Rueda, yang harus kehilangan anak dan istrinya lantaran diculik. Istri Carlos, Cecilia, diculik paksa setelah membeberkan kasus penghilangan sejumlah anak oleh tentara. Selama masa penantian, Carlos dihantui oleh erangan istrinya yang diperkosa dan teriakan anak-anak yang disetrum. Ia merasakan kehadiran para korban di sekelilingnya melalui suara-suara aneh itu. Meski begitu, ia tak tahu pasti di mana mereka berada kecuali melalui jejak-jejak yang ditinggalkan para penculik. Ketika melewati setiap tempat di mana istri dan anaknya dianiaya, Carlos mendengar teriakan sakit melengking di telinganya. Ia mendengar suara korban seolah dia hadir menyaksikan mereka disiksa di depan mata.

Film ini mengambil latar Argentina tahun 1970-an, ketika negeri itu diperintah oleh rezim junta militer Jorge Videla. Masa-masa itu adalah lembaran sejarah paling kelam para korban. Selama tujuh tahun saja (1976–1983), sekitar 30.000 orang tak berdosa hilang diculik karena alasan yang tak jelas; dan lebih separuhnya adalah anak-anak yang sama sekali tidak terlibat dan tidak tahu-menahu tentang politik. Dalam kurun waktu yang singkat, Videla beserta aparatur militernya menjerumuskan negeri itu dalam horor dan ketakutan yang tak terbandingi dalam sejarah manusia. Ketakutan demi ketakutan menumpuk dan menciptakan histeria massal bagi mereka yang hidup. Mereka yang selamat dari incaran maut—para survivor—terpaksa harus menanggung trauma dan kepedihan batin akibat kepergian orang yang mereka cintai.

Bukan sekedar soal ular & merpati: Mengangkat kembali suara kenabian yang bungkam

PENGANTAR
POSISI demografis orang Kristen sebagai minoritas di Indonesia, seringkali merupakan pembenaran (justifikasi) untuk tidak bersuara vokal menghadapi pelanggaran hak-hak asasi manusia di Indonesia. Suara orang Kristen, khususnya suara para politisi Kristen, seringkali hanya disalurkan secara berbisik-bisik di balik layar, ke lembaga-lembaga kekuasaan, baik yang sipil maupun militer. 

Nats yang seringkali dijadikan pembenaran sikap tidak berani menunjukkan batang hidung itu adalah Matius 10: 16 yang berbunyi: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”. Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Keminoritasan orang Kristen juga seringkali menghambat pengembangan sikap kritis – kalau perlu, oposisi -- terhadap kebijakan dan program pemerintah dan pebisnis yang kurang menghargai hak-hak asasi manusia (HAM). 

Kepatuhan terhadap kebijakan pemerintah, bahkan terhadap rezim-rezim yang korup dan represif, telah ditopang oleh nats lain, yakni Roma 13, atau Pasal 13 dari Surat Rasul Paulus pada Jemaat di Roma, khususnya ayat pertama dan kedua. Ayat-ayat itu berbunyi sebagai berikut: 
“Tiap-tiap orang harus takluk pada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya”. 

Kekerasan Negara – Kekerasan Kapital (sebuah testimoni dari seorang korban)

Pada tanggal 24 Agustus 1965 saya kembali ke Jakarta, sesudah hampir selama lima tahun tinggal di Kolombo, ibukota Sri Lanka, sebagai wakil Komite Nasional Indonesia Untuk Konperensi Pengarang Asia Afrika pada Biro Tetap Pengarang-Pengarang Asia Afrika. Belum lagi sempat menyadari suasana dan kenyataan yang serba baru di ibukota, pada pagi buta tanggal 1 Oktober 1965 terjadi peristiwa berdarah yang kemudian kita kenal sebagai “Peristiwa G30S”.

Saya kembali ke Tanah air tidak atas kehendak sendiri, juga tidak karena panggilan organisasi di ibukota yang mengutus saya. Tapi disebabkan oleh adanya pergantian politik di Sri Lanka, dengan tampilnya pemerintah baru, PM Dudley Senanayake, yang dengan jalan pemilu berhasil menumbangkan pemerintah PM Sirimavo Bandaranaike. Pemerintah baru yang anti-Semangat Bandung itu, pada tiga hari pertama kekuasaannya, mengirim surat pengusiran: Dalam tempo 2 x 24 jam saya harus sudah meninggalkan Sri Lanka.

Relung Karung Puisi




Dulu: 
Anjing kampung menggonggong: gong…gong…kerr
Kucing Angola mengeong:…ngeongg ngeong ngeonggg
Macan tutul mengaum:…aummmm, ummmmmmm, ummmm
Ayam jago berkokok:….kokokpetok-kokokpetok
Bebek betina bersiul gaul:….wekwekwek
Jengkerik nyentrik beraksi apik nan cantik:….krikkrikkrik
Burung perkutut pak lurah manggung: ….hurr ketekukkuk
Ranting pohon jambu monyet pating petakilan: kil takil kil takil….saling bercanda
Rumput gajah liar sejumput klepas-klepus:….. pas pus pas pus, pamerkan raga
Batang bunga mawar seikat fa, fa, fu, fu….saling tertawa:…wa…wa…wa

Kini:
Manusia penuh busana pun harga…ga..ga…ga
Tutupi aurat demi martabat, katanya…nya…nya..nya
Penuh muslihat demi harkat, kiranya…nya..nya…nya
Lupa kerabat pun sahabat, demi derajat jadinya…nya..nya…nya
Ingkari Tuhan, iman dan nurani kemanusiaan

Selayang Pandang "MOENDOET" - "Burung Kutilang, Burung Perkutut"


Historiografi "Pemuda Muntilan" dan ”Pemudi Mendut"
Aan de over van de Elo
Staat het klooster van Mendoet
Daar zijn veel Javaanse meisjes
Door de zuster opgevoed……
di pinggiran sungai Elo
Terletak asrama Mendoet

Di sana banyak gadis Jawa
Yang dididik para biarawati.



Pengantar:
"Dalam Gereja Katolik di Indonesia kaum intelektual sejak semula memainkan peranan yang mengagumkan. Di banyak daerah, tulang punggung perkembangan umat adalah guru-guru. Umat Katolik melibatkan diri secara aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia."
(Paus Yohanes Paulus II, Unika Atmajaya Jakarta 12 Oktober 1989).

Gereja Katolik ”merekrut” penganut yang bersemangat joss dan beriman kokoh di pulau Jawa melalui jurus ”3P”, yakni perawatan kesehatan, perintisan sistem pendidikan dan pewartaan misi. Hal ini menjadi lebih nyata terlebih dengan hadirnya ”dwitunggal” MOENDOET di ”Betlehem van Java” sebagai ”jantung misi”: Para imam Jesuit dan bruder FIC merintis adanya pendidikan bagi para anak laki-laki di Moentilan, dan para suster Fransiskanes dari Heythuizen dengan semboyan “Deus Providebit”nya mempromosikan adanya pendidikan bagi anak perempuan di Mendoet. 

Muntilan sendiri adalah sebuah kota kecamatan di Jawa Tengah, terletak pada KM 25 dari Yogyakarta ke Magelang. Selain nama Rama Sandjaja yang terbunuh tahun 1948, dikenang manis pula nama Rama van Lith SJ (1863-1926) yang sama-sama dimakamkan di Muntilan. Pada tahun 1897, Rama van Lith mulai berkarya di Muntilan, yang dia sebut sebagai "Bethlehem van Java". Ia menetap di Desa Semampir di pinggir Kali Lamat. Di desa kecil itu, ia mendirikan sebuah sekolah desa dan sebuah bangunan gereja yang sederhana. Gereja kecil dan sekolah desa itu kemudian berkembang menjadi sebuah kompleks gedung-gedung yang dinamai Kolese St.Fransiskus Xaverius, Muntilan. 

Agama Dalam Kacamata Marx(is)



1. AGAMA SEBAGAI BENTUK ALIENASI:
AGAMA, di mata Marx, adalah suatu bentuk alienasi. Ini diungkapkannya sebagai berikut dalam Manuskrip-Manuskrip Ekonomi & Filsafat yang ditulis tahun 1844:
Religion, the family, the State, law, morality, science, art, etc., are only particular forms of production and come under its general law. The positive abolition of private property, as the appropriation of human life, is thus the positive abolition of all alienation, and thus the return of man from religion, the family, the State, etc., to his human, i.e. social life. Religious alienation only occurs in the sphere of consciousness, in the inner life of man, but economic alienation is that of real life, and its abolition therefore affects both aspects. Of course, the development in different nations has a different origin according to whether the actual life of the people is more in the realm of mind or in the external world, whether it is a real or ideal life (dikutip dalam Bottomore & Rubel 1973: 250). 

Selanjutnya, dalam (sebelas) tesis tentang Feuerbach (1845), Marx bertanya:
• dalam situasi bagaimana manusia memproyeksikan kekuatan serta nilai-nilainya, kepada mahluk-mahluk yang adikodrati (superhuman) yang hipotetis, sebagai penyebab sosial gejala-gejala itu? 
• Bagaimana latar belakangnya sehingga manusia memproyeksikan kekuatan, yang sebenarnya kekuatannya sendiri, kepada benda-benda di luar dirinya, yang mereka abstraksikan dengan memberhalakannya? 
(lihat Bottomore & Rubel 1973: 20-21). 


Sudahkah “Option For The Poor” menjadi komitmen seluruh kegiatan Gerejawi kita?


Membaca Teks, Mengartikan Konteks, Menggagas Praktek

“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya 
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.
(Yohanes 1: 14)

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, 
kamu telah melakukannya untuk Aku.
(Matius 25: 41)

Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
(Matius 16: 18)

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, 
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, 
dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 
Dan dalam keadaan sebagai manusia, ia telah merendahkan diri-Nya 
dan taat sampai mati, banhkan sampai mati di kayu salib. 
(Filipi 2: 5-8)


XXI - INTERUPSI:



“Angin topan bertiup menimpa pohon-pohon,
menggugurkan daun daun kering dan merontokkan ranting-ranting lapuk.

Akan tetapi,
topan itu tak dapat mencabut Salib Suci
yang tertanam dalam di perut bumi.
Jangan menyesali hilangnya ranting-ranting itu.
Jika tidak ada angin pun mereka pasti akan jatuh,
dan jika mereka tidak jatuh pun masih tetap perlu dipangkas.
Jika engkau ingin menghindari penderitaan,
jangan berharap untuk
menjadi seorang kudus….”



Hidup adalah kesempatan, gunakan itu.
Hidup adalah keindahan, kagumi itu.
Hidup adalah mimpi, wujudkan itu.
Hidup adalah tantangan, hadapi itu.
Hidup adalah kewajiban, penuhi itu.
Hidup adalah pertandingan, jalani itu.
Hidup adalah mahal, jaga itu.
Hidup adalah kekayaan, simpan itu.
Hidup adalah kasih, nikmati itu.
Hidup adalah janji, genapi itu.
Hidup adalah kesusahan, atasi itu.
Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu.
Hidup adalah perjuangan, terima itu.
Hidup adalah tragedi, hadapi itu.
Hidup adalah petualangan, lewati itu.
Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu.
Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu.
Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu.

C'est la vie...


Bila kita enggan memasuki malam
bagaimana mungkin kita bangun menatap menyingsingnya fajar.

Bila kita enggan terpejam dalam tidur dan terlena dalam mimpi
bagaimana mungkin kita menikmati suka cita mentari pagi. 

Tidur adalah semacam 
kematian mini 
yang berakhir di nafas pagi.

Mati adalah semacam tidur yang panjang dan lama 
dalam dekap hangat pelukan Allah. 

Dan fajar menyeruak cakrawala 
setiap jiwa 
sebab janji Allah adalah kehidupan bukan kematian
sebab cuma melalui mati orang 
mencicipi hidup abadi.

"Hardiknas: Harapan dan Ingatan."



"Non scholae sed vitae discimus - Kita belajar bukan cuma u/gelar sekolahan tp u/kehidupan". Nah, bersama peringatan Hardiknas pd hari ini, baiklah kita jg mengingat pd bulan Mei 2013 ini adalah persis 150 tahun karya Rm Van Lith di "Betlehem van Java" dg adanya pendidikan karakter lewat "SEKOLAH" Moentilan (oleh para imam Jesuit) dan Mendoet (oleh para suster OSF). 

Sekolah sendiri bisa berarti "SEtia+KOkoh ikut alLAH", krn disadari inilah tempat "kader" katolik ditempa tengah dunia yg "keder" krn suka berkonflik. Berangkat dari kesadaran iman bhw sekolah bukan hanya membentuk "otak" tapi juga "watak+akhlak", bukan hanya membentuk "head" tapi juga "hand dan heart", maka adapun jurus "3C" yg baik diingat hari ini sbg org Katolik Indonesia yg cerdik "CERdas+terdiDIK" serta tulus "TUtur katanya haLUS", al: 

1. "Conscience-Kesadaran diri": 
Sadarkah kt sbg org Katolik yg apostolik di tgh carut marut dunia yg penuh intrik+taktik? 

2. "Competence-Kecakapan budi": 
Benar2 mendalamkah pengetahuan iman+"sensus catholicus", kualitas iman kt yg asli dan bukan skedar basa basi? 

3. "Compassion-Kerahiman hati": 
Bukankah "sekolah" mempertajam pikiran-memperhalus perasaan+memperdalam keberimanan? Dkl: Dg pendidikan, kt diajak mjd "kalos kagatos", org yg utuh+penuh, dlm bhs Dick Hartoko: "yg memerdekakan manusia merdeka". Dlm bhs Rm Mangun, "yg ber-hati nurani". Yg pasti, Di negara bernama Indonesia ini, jelaslah kita memang bukan bagian yg paling besar (pars maior) tp kita hrs berjuang jd bagian yg paling baik (pars sanior"). "Bangunlah jiwanya. Bangunlah raganya!" 

" R E Q U I E M " - Sebuah Permenungan Tentang Kematian -




Sendiri Berjalan
Jalan setapak itu tidak tampak
Semua kabur semua kelam
Hanya cerita hanya bayangan
Tidak ada petunjuk arah
Tidak ada peta
Tidak ada bimbingan
Tidak ada pelatihan
Bahkan jalan itu benar ada...?!
Tidak seorang pernah tahu

Saat itu datang,
Tidak ada pilihan selain melangkah
Sendiri dalam gelap
Sendiri dalam terang
Sendiri dalam perjalanan
Yang tak mungkin dielakkan

Kau atau aku....
dia atau mereka...
tak seorang pernah tahu

Hening Sejenak . . . .



Hening sejenak, renungkanlah Sengsara Yesus. Kemudian, daraskanlah seruan berikut diakhiri dengan: kasihanilah kami dan seluruh dunia.

Demi Yesus yang menetapkan Ekaristi sebagai kenangan akan Sengsara-Nya, ….
Demi Yesus yang menderita sakrat maut di Taman Getsemani, ….
Demi Yesus yang didera dan dimahkotai duri, ….
Demi Yesus yang dijatuhi hukuman mati, ….
Demi Yesus yang memanggul salib-Nya, ….
Demi Yesus yang jatuh di bawah beban berat salib, ….
Demi Yesus yang berjumpa dengan BundaNya yang berduka, ….
Demi Yesus yang menerima uluran tangan dalam memanggul salib-Nya, ….
Demi Yesus yang menerima belas kasih Veronica, ….
Demi Yesus yang menghibur para perempuan, ….
Demi Yesus yang ditelanjangi, ….
Demi Yesus yang disalibkan, ….
Demi Yesus yang wafat di Salib, ….
Demi Yesus yang dimakamkan, ….
Demi Yesus yang dibangkitkan dari antara orang mati, ….

`Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa, Kudus dan kekal,
kasihanilah kami dan seluruh dunia'
(diserukan tiga kali)

Penemuan Terpenting Seputar Manusia Kain Kafan




1. Apa Kain Kafan?
Adalah sehelai kain linen (4,36 x 1,10) yang pasti membungkus mayat orang yang telah didera, dimahkotai duri, dipakukan pada salib dengan paku, yang lambungnya dibuka dengan tombak. Noda-noda darah dan serum tidak bisa dibuat secara manual. Darah adalah darah yang membeku di atas kulit seorang terluka dan yang mencair kembali (fibrinolisis) karena bersentuhan/nempel dengan kain lembab. Adalah darah manusia laki-laki dari golongan AB, yang setelah diselidiki melalui proses DNA ternyata adalah darah sangat kuno. Darah sangat merah kendati sudah sangat tua, hal mana disebabkan karena orang mati dalam penyiksaan yang hebat. 
Darah ini adalah sama dengan darah yang ditemukan pada Kain Peluh yang disimpan di Oviedo (Spanyol); kain (83 x 52) yang menunjukkan noda-noda darah sama dengan KK. Menurut tradisi kain ini disebut Sagrado Rostro (Wajah Kudus), datang ke Spanyol dalam sebuah peti, melalui Afrika Utara. Darah Sagrado Rostro termasuk golongan sama dengan KK dan profil genetik sama dengan Manusia KK.
Selain darah, pada KK terlihat sebuah gambar manusia yang dibungkus olehnya. Gambar ini merupakan foto negatif. Foto hanya di permukaan, tridimesional, stabil secara ilmiah. Stabil juga dalam air, tanpa pigmen, tanpa arah, dan tidak terjadi karena bersentuhan antara kain dan tubuh. Jadi pada KK ada gambar juga dimana kain tidak bersentuhan dengan tubuh. Hitam-putihnya tergantung dan jarak dekat-jauh antara tubuh dan kain. Maka bisa disimpulkan bahwa gambar itu terjadi karena suatu radiasi cahaya dari tubuh itu sendiri.

Tujuh Jalan Cinta Paus Fransiskus



Jika ada yang meragukan bahwa Paus Fransiskus dipilih oleh Para Kardinal dengan mandat untuk memperbarui Vatikan, maka Paus sendiri bergurau kepada para jurnalist tanggal 16 Maret, 3 hari setelah terpilih, bahwa beberapa Kardinal mengusulkan nama baginya “Adrianus”, mengikuti jejak Paus Adrianus VI, seorang Paus yang secara agresif memperbarui Pusat Administrasi Vatikan pada tahun-tahun permulaan dari Protestantisme.

Namun pembaruan semacam itu hanyalah sebagian kecil saja dari yang Tuhan kehendaki dalam pembaruan Gereja. Ketika St. Fransiskus dari Asisi mendengarkan kata-kata Yesus dari Salib di Gereja San Damiano, “bangunlah kembali Gereja-Ku”, ia menyangka Tuhan menyuruhnya memperbaiki bangunan Gereja Kecil San Damiano itu. Nanun ternyata Tuhan menghendaki suatu proyek pembangunan lain yaitu: mereformasi kehidupan iman umat Gereja secara keseluruhan.

Nampaknya demikianlah, meskipun para Kardinal memilih seorang Paus untuk mengatasi pelbagai issue yang terjadi di dalam Curia Vatikan, dan pelbagai skandal di dalam Gereja, namun sama seperti Santo Pelindungnya itu, Paus Fransiskus kiranya boleh menjadi tangan Tuhan untuk melakukan pembaruan yang lebih besar dan mendasar di dalam Gereja Katolik.

PONTIFEX MAXIMUS





Annuntio vobis gaudium magnum:
Habemus Papam;
Eminentissimum ac reverendissimum Dominum,
Dominum Georgium Marium Sanctæ Romanæ Ecclesiæ Cardinalem Bergoglio,
Qui sibi nomen imposuit Franciscum.

Saya mengumumkan kepada anda sukacita besar;
Kita memiliki Paus;
Tuan Yang Mulia dan Terhormat,
Tuan Geogius Maria Kardinal Gereja Roma Yang Kudus Bergoglio,
Yang telah mengambil nama Fransiskus

Paus baru kita telah terpilih, Beliau adalah Kardinal Jorge Mario Bergoglio, S.J., Uskup Agung Buenos Aires dan Ordinaris untuk umat ritus Timur di Argentina yang tidak memiliki ordinaris bagi ritus mereka. Beliau lahir pada tanggal 17 Desember 1936 di Buenos Aires. Ia ditahbiskan sebagai imam jesuit pada tanggal 13 Desember 1969 selama studinya di Fakultas Teologi San Miguel Argentina.

Beliau adalah Master Novis di San Miguel di mana ia juga mengajar teologi. Beliau pernah menjadi provinsial Jesuit Argentina (1973-1979) dan rektor Fakultas Filosofi dan Teologi San Miguel (1980-1986). Setelah menyelesaikan disertasi doktoral di Jerman, Beliau melayani sebagai pembimbing rohani di Cordoba. Pada tanggal 20 Mei 1992, Beliau ditunjuk sebagai Uskup Tituler Auca dan Uskup Auksilier Buenos Aires, menerima tahbisan uskup pada tanggal 27 Juni 1992. Pada tanggal 3 Juni 1997, Beliau ditunjuk sebagai Uskup Agung Koadjutor Buenos Aires dan menggantikan Kardinal Antoniop Quarracino di Buenos Aires pada tanggal 28 Februari 1998. Beliau juga adalah Ordinaris untuk umat ritus Timur di Argentina yang tidak memiliki ordinaris bagi ritus mereka.

Beliau melayani sebagai Presiden Konferensi Para Uskup Argentina pada tanggal 8 November 2005 sampai 8 November 2011. Diangkat sebagai kardinal oleh Beato Yohanes Paulus II pada Konsistori 21 Februari 2001 dengan Titel Kardinal dari St. Robertus Bellarminus.

@Ad Maiorem Dei Gloriam...