Ads 468x60px

Musik Gereja Untuk Zaman Sekarang dan Masa Depan



Musik Gereja di masa lampau
Sejak dulu Musik Gereja mendapat tempat penting di dalam liturgi Gereja Katolik berupa lagu Gregorian dan sejak abad 15 berupa musik polifon semuanya dengan bahasa Latin. Maka cukup besarlah khazanah lagu Gregorian dan lagu polifon berupa misa dan motet dari abad ke abad cukup besar. 

Namun sejak Konsili Vatikan II (1962-65) terjadi suatu perubahan: bahasa Latin diganti dengan bahasa pribumi. Suatu perubahan drastis dengan akibat yang besar: terjadi suatu vakuum lagu liturgi yang mula-mula diisi dengan terjemahan dari naskah lagu yang semula diciptakan dalam bahasa Latin ke dalam bahasa Indonesia. Namun ternyata ini tentu kurang memuaskan, karena kesatuan antara bahasa Latin dengan lagu asli serta keindahan bunyi asli tidak dapat ditirukan / dialihkan ke dalam bahasa Indonesia.

Mempersatukan Umat Via Seni Paduan Suara



Pokok pembicaraan kita kali ini mengandaikan setidak-tidaknya dua hal yakni:
1. Urgensi mempersatukan umat
2. Kemungkinan seni paduan suara berperan dalam usaha mempersatukan umat tersebut.

Akhir-akhir ini di beberapa penjuru tanah air kita terdengar keinginan untuk memisahkan diri dan diberitakan adanya pertentangan, pertikaian, tawuran, perang suku atau apapun namanya. Di kalangan pemeluk agama yang sama pun bisa juga dan sudah terjadi perselisihan. Barangkali kali ini benar-benar kita harus mencari dan menyediakan dalam jumlah banyak lem perekat. Pendapat lain misalnya dari kelompok pencinta alam, berita pecah-belah mungkin terlalu di expose. Yang dikawatirkan oleh kelompok ini kalau suasana saling tidak suka jadi menular. Ibarat asap pasti ada apinya berita-berita perpecahan atau pun disintegrasi pasti ada sekian persen kebenarannya. Sebagai warga bangsa setiap orang mempunyai kewajiban untuk mengupayakan supaya hawa panas perpecahan bisa diturunkan suhunya. Daripada kesana kemari menjajakan isu yang belum tentu benar orang bisa mencari kata-kata yang menyejukkan, humor yang melegakan, atau nyanyian yang membuat lingkungan menjadi nyaman. Kalau kita mau melihat sekeliling kita maka ada cukup banyak kegiatan yang bisa ditawarkan:

PIM - Poenakawan In Motion


Ada banyak lagu pujian diciptakan dan dinyanyikan oleh umat Tuhan tiap waktu. Tapi tidak banyak yang tahu jika dibalik beberapa pujian itu ada kisah-kisah luar biasa.

Kisah di balik terciptanya 3 lagu pujian kontemporer berikut juga sangat menarik.

~ DARLENE ZSCHECH
Pada tahun 1993 sedang mengalami masa-masa terberat dalam hidupnya. Tapi justru ketika itulah ia kemudian menciptakan lagu “Shout to the Lord”. Lagu ini diperkirakan dinyanyikan oleh 25-50 juta orang di seluruh dunia tiap minggunya.

~ DON MOEN
Sedang berada dalam pesawat terbang untuk menghadiri pemakaman keponakannya yang tewas secara tragis dalam satu kecelakaan mobil. Saat itulah, ia membaca Yesaya 43:19 dan dari ayai itu, ia menciptakan sebuah lagu (DIA BUKA JALAN)

~ MARC BYRD
Sedang dalam kondisi putus asa dan satu akhir pekan, ia menghabiskan waktu mendalami kitab Mazmur. Dari situ, ia mendapat ilham untuk membuat satu lagu berjudul “GOD OF WORDERS”.

Lagu rohani ini bahkan pernah diperdengarkan di ruang angkasa, tepatnya di dalam dua buah pesawat ulang alik untuk membangunkan para astronotnya.

NATAL: Sejuta Kisah dan Sejuta Kasih



Kai ho logos sarx egeneto
Kai eskennoosen en hemin,
Kai etheasametha ten doxan autou,
Doxan oos monogenous para patros,
Pleres kharitos kai aletheias

dan Firman itu telah menjadi daging
dan berkemah di antara kita
dan kita telah melihat kemuliaannya
kemuliaan anak tunggal Bapa
penuh kasih-karunia dan kebenaran (Yoh 1:14)


Adapun kutipan di atas merupakan nukilan dari bacaan Injil dalam misa pagi perayaan Natal yang akan kembali kita kenangkan pada akhir bulan ini. Misa itu merupakan misa terakhir dalam rangkaian perayaan Natal, yang dimulai pada tengah malam, kemudian fajar dan akhirnya pagi. Bersama dengan bacaan dari Yes 52:7-10 yang menyerukan betapa indah di bukit-bukit langkah-langkah orang yang membawa kabar sukacita, Allah menghibur umatNya disaksikan seluruh alam semesta dan Ibr 1:1-6 yang menegaskan bahwa Allah sudah dengan aneka cara menyapa manusia, tetapi akhirnya menyapa dalam diri AnakNya yang terkasih, bacaan misa pagi itu memberikan cakrawala yang amat luas bagi karya keselamatan Allah. Cakrawala sejarah dunia yang direnungkan dengan sikap kontemplatif dan doa yang amat kusyuk: ”Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di Kota Daud” (Luk 2:11).

RIP - Race In Peace

Sebuah Permenungan Untuk Perayaan Natal 2013 MPR DPR RI 


Kai ho logos sarx egeneto. 
Kai eskennoosen en hemin.
Firman itu telah menjadi daging 

dan berkemah di antara kita
(Yoh 1:14)


Ketika kita meninggal, kerap ada tulisan “RIP” – “Rest in Peace” (Beristirahatlah dalam Damai), tapi kini ketika kita sampai pada momentum permenungan Natal, “RIP” juga bisa berarti “Race In Peace” (Berpacu dalam Damai). Ya, pada mulanya adalah nada dasar “D” yakni Damai, entah sedang “beristirahat”, entah sedang “berpacu”. Konsep damai sendiri membawa konotasi positif; hampir tidak ada orang yang menentang perdamaian, bahkan perdamaian kerap identik dengan harapan, ingatan dan pesan bijak bestari Natal (Bdk: Pesan Natal 2013: “Datanglah Ya Raja Damai”).

SEMBOYAN - Verbum est Evangelicum.


Banyak orang yang hanya mengetahui semboyan negara Indonesia, tapi tidak mengetahui semboyan negara lain, ada banyak sekali semboyan yang ada di dunia ini beberapa diantaranya adalah:

M.A.G.I.S




Anugerahkanlah kepadaku ya Tuhan,
kemampuan untuk dapat melihat segala sesuatu
kini dengan mata baru;
untuk memilah-milah, memilih-milih lalu
menguji roh yang dapat membantu diriku
membaca tanda-tanda jaman;
untuk mencecap nikmat segala hal yang menjadi milikMu
dan untuk mewartakan segala ini kepada pribadi-pribadi di luar diriku
Berilah aku kejernihan pemahaman yang Engkau berikan kepada Ignatius.

(Pedro Arrupe, 1907-1991)

Magis, adalah istilah dalam Spiritualitas Ignasian yang berarti “Lebih”. Tentunya istilah ini digali dari motto para Jesuit sendiri “Ad Maiorem Dei Gloriam”. Dengan kata “Magis” berarti seseorang mau berbuat lebih, tidak cepat berpuas diri, tidak “suam-suam” kuku, seenaknya, bersantai ria, tetapi secara optimal mau mencari dan mewujudkan kehendak Allah dalam hidupnya dan tugas panggilannya bagi orang-orang di sekitarnya. Dalam buku saya, “Via Veritas Vita” (RJK), semangat magis ini juga berakar pada jiwa dan semangat Latihan Rohani: Apa yang telah saya perbuat untuk Tuhan? Apa yang sedang saya perbuat untuk Tuhan? Dan apa yang akan saya perbuat untuk Tuhan?