Ads 468x60px

Rekonsiliasi dalam Aksi dan Kontemplasi



Belajar dari “Mutiara Hitam” - Afrika Selatan

Tulisan ini mengacu pada sebuah kisah di Afrika Selatan dan kupasan buku bertajuk, No Future Without Forgiveness yang dikarang oleh seorang Uskup Agung dari Gereja Anglikan, Desmond Mpilo Tutu (Doubleday, New York, USA, 1999, 287 hal). Syukurlah buku ini sekarang sudah di alih bahasakan oleh Triyoga Dharma Utami dan diterbitkan oleh CISCORE (Center for Intercultural Studies and Conflic Resolution). Tema besar tulisan ini adalah rekonsiliasi di Afrika Selatan antara pihak apartheid dengan kelompok kulit hitam. Ini sebuah fakta-bukan melulu fiksi! Ini adalah sebuah cerita pengalaman konkrit seorang gembala Gereja Anglikan (dan peraih Nobel Perdamaian). Ini sebuah kisah saksi mata sejarah sekaligus sebagai simbol kehadiran hidup yang terlibat. Di sinilah ditampilkan bahwa hidup kita hic et nunc tak terlepas dengan sejarah dan rekonsiliasi. Locus theologicus kita bukanlah melulu sistem, tapi lebih pada sejarah yang nota bene terus on-becoming.

Keluarga: Mandiri, Misioner, Berdaya Pikat- Berdaya Tahan



Sebuah Pengantar:
Visi Keuskupan Agung Jakarta ketika era Mgr Leo Soekoto adalah menjadi Gereja yang Mandiri, Misioner, Berdaya Pikat dan Berdaya Tahan. Sudah berlalu dua puluhan tahun, tapi tetap terasa aktualitasnya karena keluarga sebagai gereja mini (basic eccelesia) juga dipanggil menjadi keluarga yang Mandiri, Misioner, Berdaya Pikat dan Berdaya Tahan. Mengambil inspirasi dari kisah perkawinan di Kana, di mana Yesus membuat mukjijat untuk pertama kalinya (Bdk: Yohanes 2:1-11), kami usulkan satu perangkat nilai yang bisa dibangun oleh sebuah keluarga kristiani sebagai Gereja mini, dalam filosofi “CaBe LoTiSS”:

Homo Rationale : Sang Filsuf


Oleh banyak pakar, manusia kerap disebut ‘homo rationale’, dan dengan ratio-nya ini, manusia bisa berfilsafat. Filsafat (Bhs.Yun: philo-sophia: pencinta kebijaksanaan) adalah suatu ciri khas kemanusiaan karena ciri khas filsafat adalah bertanya. Hal bertanya ini bermula dari rasa heran lalu ingin tahu; “mengapa begini, mengapa begitu?” Rasa ingin tahu ini adalah khas manusia!

Dari sudut lain, karena sering usil dan genit bertanya macem-macem, filsafat kerap difitnah sebagai sekularistik, ateis dan anarkis. Filsafat juga suka menyobek-nyobek selubung-selubung ideologis pelbagai kepentingan, termasuk kepentingan yang tersembunyi dalam pakaian yang alim, seperti agama atau ideologi budaya). Ia bagaikan anjing herder yang mengonggong, mengganggu pun menggigit. Filsafat memang demikian, karena ia secara hakiki adalah ilmu kritis

Percak Percik Mutiara dari Tokoh Besar Dunia

Adam Smith
 "Apa yang bisa ditambahkan kepada orang yang berbahagia, sehat, bebas utang, serta memiliki hati nurani yang bersih?”Adam Smith (1723-1790), filsuf dan ekonom asal Skotlandia"

Edward G Bulwer-Lytton
 "Lebih baik punya lima musuh yang energik dan kompeten daripada seorang kawan yang bodoh." Edward G Bulwer-Lytton (1803-1873), politikus dan kritikus Inggris"

Bunda Teresa
 "Tidak semua hal yang besar bisa kita kerjakan, tapi kita pasti bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar." Bunda Teresa dari Kalkuta (1910–1997)"

Mahatma Gandhi
 "Kekuatan tidak bersumber dari kemampuan fisik. Kekuatan datang dari kehendak yang tak tertaklukkan." Mahatma Gandhi (1869–1948), filsuf India"

Salib, sebuah Tanda!


(Buku "TANDA-kaTA aNgka dan naDA", RJK, Kanisius)

Di kota Bandung, ada banyak imam dari Ordo Salib Suci. Di Cilincing, ada sebuah gereja tua bernama Gereja Salib Suci. Di dinding altar biasa ada sebuah kayu salib. Ketika memulai dan mengakhiri doa, orang Katolik biasa membuat tanda salib. Di abad pertengahan, ada sebuah perang besar di daerah Israel, bernama Perang Salib.

Bicara soal salib, saya teringat setiap Senin, Rabu dan Kamis siang pada tahun 2007-2009, saya kadang mengadakan misa, pengakuan dosa dan kunjungan rohani di penjara kota Tangerang. Di Tangerang sendiri ada penjara untuk anak-anak, wanita, pemuda dan juga dewasa. Lewat para narapidana yang saya jumpai, kadang ada satu dua yang menunggu putusan untuk dihukum mati atau tidak. Banyak dari mereka juga yang sadar, inilah mungkin salib yang harus mereka pikul juga. Yah, merekalah contoh nyata “rakyat yang tersalib.”

Sebuah Tetralogi Syukur Atas Rahmat Imamat

Sebuah Tetralogi Syukur Atas Rahmat Imamat
@ Rm Jost Kokoh Prihatanto
15 Agustus 2007 - 15 Agustus 2013
"TTM - TRIBUTE TO MARY"
"TRILOGI CARPE DIEM"
- Pantun Rohani.
- Pepatah Latin
- Puncta Bestari
(Penerbit "Pohon Cahaya", Yogyakarta, 15 Agustus 2013)



Smaradana



Selayang Pandang

Malam menjelang HUT Imamat saya, 14 Agustus 2013 kemarin, saya diajak tirakatan bersama kelompok bapak bapak penatua dari sebuah gereja kecil di Kedawung, 8 kilometer dari Bumi Sukowati di tengah kota Sragen. Di akhir tirakatan, ada seorang bapak dengan kostum jawa yang mendaraskan doa dan syair lagu dengan menembang tembang macapat khas jawa, yang disebutnya "Asmaradana"

Di lain matra, sebenarnya Asmaradana adalah sebuah tembang macapat (Jawa) yang menceritakan tentang kisah cinta antara Damarwulan dan Anjasmara. Inilsah salah satu puisi yang menceritakan tentang Asmaradana tersebut: 

BK – Bung Karno Selayang Pandang

Antologi Ideologi “Soekarnoisme”
Kutipan Umum

• "Kuat karena bersatu, bersatu karena kuat."
• "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit."
• "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."
o Dikutip dari Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
• "Bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya."
o Diucapkan ketika menyematkan bintang sakti kepada dua orang perwira, yaitu Mayor Benny Moerdani dari RPKAD dan Mayor Untung bin Sjamsuri dari Banteng Raiders.
o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang 29 Juli 1956.
• "Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali ! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia". 

BK – Bung Karno: Antologi Ideologi “Soekarnoisme”

Jilid II

Kutipan Umum

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta


Nomen Est Omen


Setiap nama adalah tanda
Motto atau semboyan negara digunakan untuk menggambarkan maksud atau motivasi negara itu dengan singkat. Semboyan itu dapat dicantumkan pada lambang negara, mata uang atau uang kertas. Beberapa negara memilih untuk tidak menciptakan motto nasional. Disinilah, ditampil kenangkan antologi semboyan banyak negara, al:


A
• Republik Afrika Tengah: Unité, Dignité, Travail (b. Perancis, "Unity, Dignity, Work"), "Kesatuan, Martabat, Kerja"[1]
• Aljazair: بالشعب و للشعب (b. Arab, "By the people and for the people"), "Oleh rakyat dan untuk rakyat"[2]
• Andora: Virtus, Unita, Fortior (b. Latin, "Strength united is stronger"), "Kekuatan yang bersatu akan lebih kuat"[3]
• Antigua dan Barbuda: Each endeavouring, all achieving, "Masing-masing berusaha, semua berhasil[4]
• Argentina: En Unión y Libertad (b. Spanyol, "In Union and Liberty"), "Dalam persatuan dan kemerdekaan[5]

BK – Bung Karno

Antologi Ideologi “Soekarnoisme”
Jilid III

Tentang nasionalisme
• Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi
“perkakasnya Tuhan”, dan membuat kita menjadi “hidup di dalam
rokh”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]


• Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaan.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]

• Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]

BH - Bung Hatta


Antologi Ideologi

Kutipan Umum:
“betul, banyak orang yang bertukar haluan karena penghidupan, istimewa dalam tanah jajahan di mana semangat terlalu tertindas, tetapi pemimpin yang suci senantiasa terjauh daripada godaan iblis itu.”

“memang benar pepatah Jerman: ‘Der Mensch ist, war es iszt’, artinya: ‘sikap manusia sepadan dengan caranya ia mendapat makan.”

“pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata - mata membela cita-cita.”

50 "Jalan Kasih" ala Jalaluddin Rumi


Selayang Pandang

Rumi – nama lengkapnya, Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-Khattabi al-Bakhri – lahir di Balkh (Afghanistan sekarang) pada tanggal 30 September 1207. Para Orientalis di Barat mengakui Rumi sebagai penyair yang terbesar dari semua penyair mistik yang pernah ada dalam peradaban Islam. Dan para sufi di Timur Tengah mengakui bahwa karya-karyanya dianggap sebagai Al-Qur’an kedua karena kedalaman maknanya. Jalaluddin Rumi adalah pendiri “Tarekat Mevlevi” di Turki. Sebelum Perang Dunia II, pengikut Tarekat Mevlevi berjumlah 100.000 yang tersebar di seluruh Balkan, Afrika, dan Asia. Tidak ada penyair di dalam sejarah – tidak juga Shakespeare Atau Dante – yang secara nyata mempunyai dampak pada peradaban seperti yang dilakukan oleh Rumi. Dan tak ada puisi yang mampu membangkitkan ekstase mistik dan kebahagiaan kepada pembacanya seperti puisi-puisi yang ditulis oleh Rumi.

10 "Jalan Kasih" ala Jalaluddin Rumi

- Sajak-sajak Rumi dalam Divan Samshi Tabris -

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, ia mampu berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.
Karya

Kutipan Kitab Suci untuk Kepemimpinan Pastoral

References from Scripture:

“The Lord answered me and said: Write down the vision clearly upon the tablets, so that one can read it readily. For the vision still has its time, presses on to fulfillment, and will not disappoint; If it delays, wait for it, it will surely come, it will not be late.”
—Habakkuk 2:2-3

“Do not neglect the gift you have, which was conferred on you through the prophetic word with the imposition of hands of the presbyterate. Be diligent in these matters, be absorbed in them, so that your progress may be evident to everyone. Attend to yourself and to your teaching; persevere in both tasks, for by doing so you will save both yourself and those who listen to you.”
—1 Timothy 4:12-16

“So I exhort the presbyters among you, as a fellow presbyter and witness to the sufferings of Christ and one who has a share in the glory to be revealed, tend the flock of God in your midst, (overseeing) not by constraint but willingly, as God would have it, not for shameful profit but eagerly. Do not lord it over those assigned to you, but be examples to the flock and when the chief Shepherd is revealed, you will receive the unfading crown of glory.”
—1 Peter 5:1-4

“I urge you therefore, brothers, by the mercies of God, to offer your bodies as a living sacrifice, holy and pleasing to God, your spiritual worship. Do not conform yourselves to this age but be transformed by the renewal of your mind, that you may discern what is the will of God, what is good and pleasing and perfect.”
—Romans 12:1-2

The Top 10 Leadership Qualities

Leadership can be defined as one's ability to get others to willingly follow. Every organization needs leaders at every level. Leaders can be found and nurtured if you look for the following character traits.
A leader with vision has a clear, vivid picture of where to go, as well as a firm grasp on what success looks like and how to achieve it. But it’s not enough to have a vision; leaders must also share it and act upon it. Jack Welch, former chairman and CEO of General Electric Co., said, "Good business leaders create a vision, articulate the vision, passionately own the vision and relentlessly drive it to completion."

A leader must be able to communicate his or her vision in terms that cause followers to buy into it. He or she must communicate clearly and passionately, as passion is contagious.

Generasi Pasca Aksara

Dalam dunia modern sekarang, sebenarnya tak ada lagi penonton. Setiap orang telah menjadi anggota pelakon. Dalam ‘pesawat angkasa bumi’ ini, tak ada lagi penumpang. Semua dari kita adalah kru. Itulah ucapan Marshall McLuhan, seorang teoritikus sosial berkebangsaan Kanada. 
Tak dapat dipungkiri bahwa realitas dunia modern hadir menemani konteks masyarakat kita. Dunia modern, yang identik dengan alat-alat transportasi dan komunikasi up to date itu, kini mempunyai dampak yang sangat luas terhadap kehidupan manusia, bisa baik bisa buruk lagi-lagi kembali kepada faktor manusianya.

Kita memang sudah hidup di dunia pasca-aksara, di sebuah dunia di mana image (citra) menjadi acuan kesadaran kita. Dalam ajang dunia seperti inilah, mimpi dan kenyataan berlapis-lapis. Membuat sesuatu yang nyata kadang seperti maya atau yang sebaliknya, yang maya menjadi nyata. Dengan itu semualah, masyarakat masa kini hidup. 

YUNUS (Terapung di Lambung Ikan Besar)

Refleksi Komunitas Basis Seniman 

I. Pengantar: 
Matahari telah lama tenggelam di Kota Niniveh
Kota menjelma lubang hitam,
Tanpa bulan dan bintang-gemintang,
Tanpa langit yang kehilangan cakrawala. 
Memasuki Niniveh, seperti memasuki lambung raksasa,
tahta bagi kegelapan yang disembah ratusan jiwa.
Orang-orang hanya bisa mengenyam kecemasan, 
sebelum akhirnya digeris menjadi nista 
Jentera kehidupan berputar terbalik,
mengiris jiwa-jiwa tercabik.
Purba-prasangka telah menggantikan cinta, 
menjelma pisau, menikam lambung siapa saja. 

Albert Camus Dan Dramanya:

Melihat Contoh Hubungan Drama (Sastra) Dan Refleksi Filsafat Camus dalam konteks penulis-penulis drama Perancis lain sesudah perang dunia kedua

Dalam kalangan pergaulan dengan penulis-penulis drama dan pendrama Perancis sesudah perang dunia kedua, Albert Camus, (bersama dengan Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir, Gabriel Marcel) memiliki kesamaan keyakinan dan pendapatbahwa moral (beserta pemikiran-pemikiran dan renungan filsafati) mesti memakai pendekatan dan bertitik tolak dari eksistensi konkret manusia sebagai individu yang ada dan hidup nyata. Teater atau drama dipakai untuk sarana penyuara keyakinan ini.
Akibatnya, drama-drama Albert Camus lebih merupakan drama situasi konkret eksistensi manusia daripada percaturan watak psikologis seperti drama-drama yang selama ini berlangsung. Hasilnya: watak dan penokohan bukan hanya potret penokohan kejiwaan seseorang sebagai individual saja tetapi juga memuat pandangan filsafat atau problematika moral uang melibatkan umat manusia skala besar (seluruhnya). Kondisi manusia eksistensial macam inilah yang mesti ditangkap lebih dahulu sebelum menikmati drama Camus serta para eksistensialis lainnya. 

Karya Sastra & Seni: Sesuatu yang akrab dan asing

I
Ada pertanyaan klasik yang selalu mengganggu orang-orang yang concern dalam bidang sastra yang kadang juga sering terasa menyakitkan: mengapa dunia sastra (terutama di Indonesia) nampak sebagai dunia yang terpencil dan sering di abaikan? Mengapa ia seolah-olah nampak sebagai mahluq yang " la yamutu wa la yahya" (tidak mati tetapi tidak nampak sebagai mahluq yang "giras")? 
Keadaan seperti ini, mengutip Gunawan Muhammad dalam esei "Dengan Minoritas Yang Tak Tepermanai"_ , nampaknya tidak hanya berlaku bagi dunia sastra, tetapi juga terjadi pada dunia seni rupa, seni pertunjukan, seni musik, dan dunia seni lainya. 

Sastra, Filsafat, dan Sastra Filosofis

"
Bermainlah dengan permainan, tetapi jangan main-main
Mainlah dengan sungguh-sungguh, tetapi permainan jangan dipersungguh.
Kesungguhan permainan terletak dalam ketidaksungguhannya, 
Sehingga permainan yang dipersungguh tidaklah sungguh lagi.
Mainlah dengen eros, tetapi janganlah mau dipermainkan eros.
Mainlah dengan agon, tetapi jangan mau dipermaikan agon.
Barangsiapa mjmpermaikan permainan, akan menjadi permainan permainan.
Bermainlan untuk bahagia, tetapi jangan mempermaikan bahagia1" 
N. Drijarkara (1913-1967)1


Siapkan Pemimpin yang Cakap!!!

Misa mahasiswa di sore hari itu memang sangat meriah. Dari petugas koor, tata laksana, juru potret, among tamu, sampai keamanan dan juru parkir, semuanya mahasiswa. Bahkan bacaan, syahadat, dekorasi, lagu dan pelbagai nuansa misa dibuat khas mahasiswa. Walaupun hari itu, hujan turun di kota Yogya , tetap saja ribuan mahasiswa gandrung untuk berkumpul-membludak dari pelbagai penjuru kota Yogya. Banyak yang rela berdiri di luar gedung gereja-berteman gerimis hujan sore. Nuansa kebersamaan, keterlibatan dan keceriaan khas mahasiswa menceruat di pelbagai sudut gereja. Melihat kreativitas, antusias dan jiwa kemudaan mereka, kerap kita menyebut para mahasiswa sebagai masa depan dan harapan kita. Namun harapan tersebut kerap kita letakkan juga dalam keprihatinan – bahwa banyak dari mereka mengalami ‘krisis’. Mereka cenderung tidak lagi familiar – bahkan alergi – dengan tradisi dan hidup menggereja dengan segala atributnya. Padahal, mengacu pada Dekrit konsili Vatikan II tentang kerasulan awam (AA, art. 12), mereka adalah kekuatan penting dalam masyarakat: garda depan dan agen perubahan masyarakat. Di lain segi, merupakan sebuah fakta bahwa mahasiswa zaman sekarang berkembang dalam konteks yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. 

Gerakan Mahasiswa Indonesia

Dulu, Kini dan Nanti

I. Prawacana: 
Senin sore - menjelang adzhan maghrib- di perpust’ kampus filsafat yang asri – tidak sengaja, saya menemukan seonggok kata dalam bahasa Yunani “paidea”, yang berarti pemuda (dari sana pula mungkin muncul kata “pedagogis”). Orang Yunani memandang pemuda sebagai pemasok masa depan yang utama. Erasmus Huis, juga pernah mengatakan bahwa: “masa depan suatu bangsa ditentukan oleh baik-buruknya pendidikan orang mudanya.” Yah, peran orang muda memang vital. 

Gereja Memandang Kaum Muda Sebelum Tahun 2000

1. Prolog:
Menjalankan proses refleksi atas kondisi real orang muda zaman ini yang dikorelasikan dengan paham keselamatan kristiani ternyata membutuhkan keberanian untuk menanggalkan sejumlah asumsi dalam benak kami, kemudian berusaha merekam fakta apa adanya, mencermati refleksi yang pernah ditempuh, serta memperbincangkannya dalam diskursus yang kerap dipenuhi oleh harapan kami sendiri sebagai insan muda. Sebuah petikan dari Erasmus “Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh baik buruknya orang mudanya” kami letakkan di awal tulisan ini karena kami yakin bahwa pada kaum muda sekarang ini terletak suram cerahnya masa depan dunia.

Sebuah Rangkuman Teologi:Masyarakat, Yesus dan Komunitas Kristiani

Mengenal Pemikiran Teologi Pembebasan Gustavo Gutierrez
Bersama Curt Cadorrete 

Abstrak: 
Teologi pembebasan adalah teologi yang bertitik tolak pada pengalaman. Dalam konteks, Amerika latin, khususnya Peru, pengalaman yang menjadi dasar refleksi adalah pengalaman hidup kaum papa yang mengalami penindasan. Di tengah masyarakat yang beratmosfer penindasan, gereja sebagai komunitas umat beriman kepada Kristus harus berani mengambil posisi bersama orang miskin. Pemihakan tersebut didasarkan pada visi Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus sendiri. Yesus bukan hanya mewartakan tapi Dia sendirilah bukti adanya harapan karena di dalam Kristus dan kepadaNyalah sejarah keselamatan sejarah umat manusia mengarah.

Napak Tilas Budayawan



(Memoria: Belajar dari seorang UK…..) 

Hidup mesti dihadapi dengan common sense.
Dan wujud kebudayaan (teater, cerpen, film, lenong) adalah refleksi kehidupan dengan akal sehat dalam pelbagai kewajaran dan sikap yang rileks. Rileksasi itulah suasana hidupnya Mas Umar Kayam…...


1. Prolog: UK (Umar Kayam), Requescat in Pace 
Setelah bertahun tahun berumah abadi di Karet, sosok budayawan Umar Kayam masih cukup terasa, terlebih ketika saya kembali asyik membuka salah satu bukunya menjelang liburan lebaran tahun 2013 ini, kumpulan sketsanya dalam “Mangan Ora Mangan KUMPUL” : suaranya yang bergetar mencampur-baur kosakata Indonesia, Jawa, Inggris, dan Belanda dalam satu kalimat yang pas, gress dan lucu; cerita-cerita pendeknya yang menggetarkan-yang belum tertandingi penulis cerita pendek Indonesia manapun. Kegairahannya terhadap makanan, kesenian, kekeluargaan, dan persahabatan. Seperti alter ego-nya yang bernama Ageng, Kayam menyusuri alur hidupnya tanpa rencana besar, tanpa ambisi yang berkobar, tanpa siasat atau strategi. Tapi sesungguhnya Kayam adalah sosok yang merayakan “hidup”. Dengan segala kesulitan yang mencekik, Kayam menyusuri hidup dengan sikap yang rileks, penuh humor, tapi dengan kegairahan yang penuh….. 

Kembali Ke Keutuhan Kitab Suci (2)

 Mengumandangkan kembali suara kenabian yang hilang

KEHEBATAN suatu kelompok minoritas seringkali dilihat dari banyaknya anggota kelompok itu yang duduk di lembaga-lembaga pemerintahan, atau dominasi kelompok minoritas itu dalam sistem ekonomi. Cara berfikir demikian, menurut hemat saya, harus dibalik. Ukuran kekristenan harus dapat dilihat dari seberapa seriusnya kita menyuarakan aspirasi kaum miskin, orang-orang yang tertindas, serta mereka yang buta dan tidak bersuara. Untuk itu, sebagai landasan teologis kita saya ingin mengusulkan enam hal sebagai berikut.

Pertama, perlu pemahaman kembali seluruh Kitab Suci secara integral, tanpa melepaskan pemahaman terhadap Perjanjian Baru dengan pemahaman terhadap Perjanjian Lama. Keteladanan para Nabi dalam era Perjanjian Lama perlu dikawinkan dengan hikmah yang tersirat dalam Perjanjian Baru, di mana pergumulan yang dihadapi para penulis Injil yang harus mengayuh biduk di antara ketiga batu karang yang sudah diuraikan di atas dapat kita saksikan terulang kembali di masa kini. Ketiga batu karang masa kini adalah pertama, sikap represif penguasa dunia, yang belum dapat menerima kritik secara lapang dada; kedua, sikap konservatif para pimpinan lembaga-lembaga agama, yang lebih mementingkan kelestarian lembaganya serta ekspansi umatnya ketimbang fungsi-fungsi profetiknya; serta ketiga, keradikalan gerakan-gerakan kemasyarakatan (social movements), termasuk gerakan-gerakan kemerdekaan, yang mudah terjebak dalam pancingan aparat-aparat represif negara untuk ikut memberhalakan kekerasan. 

Kembali Ke Keutuhan Kitan Suci (1)

Mengumandangkan kembali suara kenabian yang hilang

PENGANTAR
POSISI demografis umat Kristiani – yang meliputi umat Katolik, Protestan, serta denominasi lain yang membedakan diri dari keduanya -- sebagai minoritas di Indonesia, seringkali merupakan pembenaran (justifikasi) untuk tidak bersuara kritis dan vokal menghadapi pelanggaran hak-hak asasi manusia di Indonesia. Suara para politisi Kristiani, seringkali hanya disalurkan secara berbisik-bisik di balik layar ke lembaga-lembaga kekuasaan, baik yang sipil maupun militer. Setelah meninggalnya Romo Y.B. Mangunwijaya dan menuanya Romo Magnis, lebih jarang lagi kita dengar rohaniwan apalagi rohaniwati yang bersuara kritis. 

Nats yang seringkali dijadikan pembenaran sikap tidak berani membela hak-hak asasi rakyat Indonesia adalah Matius 10: 16 yang berbunyi: “Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”. Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Diutus ke tengah-tengah Serigala

Bagaimana Gereja Menyikapi Permasalahan Sosial-Politik di Indonesia Saat ini?

Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba 
ke tengah-tengah serigala, 
sebab itu hendaklah kamu cerdik 
seperti ular dan tulus seperti merpati”.
(Mateus 10: 16)


SIAPAKAH “serigala” yang dimaksud dalam nats di atas? Walaupun nats tersebut seringkali menjadi landasan moral sikap politik orang Kristen, khususnya para pimpinan gereja, di Indonesia, identitas “serigala” itu belum banyak didiskusikan. Secara informal, dalam percakapan sehari-hari, yang dimaksud sebagai “serigala” adalah orang-orang yang mengganggu kebebasan beribadah umat Kristen di Indonesia. 

Belakangan ini, cukup sering terjadi hambatan dalam pendirian gereja di daerah Jabodetabek dan menyebar lebar di seantero pulau Jawa. Hambatan itu ada yang berbentuk aksi massa, ada yang bersifat legal-struktural. 

APAKAH umat Nasrani di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, harus kembali ke zaman kegelapan seperti gereja purba yang terpaksa beribadah di katakombe-katakombe kota Roma? Mungkin begitu perasaan sebagian orang Kristen yang tenggelam dalam kedukaan mereka sendiri. Namun kalau mau meneliti lingkungan sekitar, baik secara lokal maupun nasional, dan mau mawas diri, kita tidak perlu pesimis dan fatalistis begitu.

Seni dalam Gereja

Selayang Pandang

“Art is best construed as a vehicle of interaction with the world:
a work of art is an object or happening through which we engage with the physical world we inhabit,
and through which we converse with those communities with whom we share our lives.” (Jeremy S. Beggie)
 

Ini adalah sebuah pengalaman. Tiap-tiap kali memasuki untuk pertama kalinya suatu bangunan gereja, selalu saja ada yang menarik mata untuk menatap dengan kekaguman karya seni yang terungkap di sana, entah gaya arsitektural bangunannya entah ornamen-ornamennya. 

Bangkit pula keingintahuan. Pastilah bahwa ada maksud yang hendak disampaikan dengan gaya bangunan dan pernik-pernik ornamen itu, setidaknya secara fungsional. Dengan penampilan gaya Eropa yang menjulang – menusuk langit dengan menara-menaranya – serta dekorasinya yang rumit, Gereja Katedral Jakarta berbeda dari Gereja Hati Kudus Yesus di Ganjuran Bantul yang sangat kuat nuansa kejawaannya. Bentuk relief, patung, dan lukisan-lukisan yang ada dengan setting bangunan gereja secara keseluruhan sudah berkisah tentang sesuatu yang diyakini bernilai dan tidak selayaknya dianggap sepi.

Membaca Gereja Asia Dalam Dokumen

Catatan untuk diingat: 
1. gerakan-gerakan pastoral Gereja yang ada di Indonesia ya (social, budaya, ekonomi, ekologi) sebenarnya tidak berdiri sendiri melainkan bersama dan selaras dengan gerakan-gerakan pastoral Gereja di berbagai tempat di Asia, sebagai langkah para Uskup Asia (FABC) yang mewujudkan Visi Konsili Vatikan II.
2. Konsili Vatikan II (1962-1965) membawa perubahan dan pembaharuan besar bagi Gereja di seluruh dunia khususnya di Asia, yang tampak dalam para Uskup Asia.

Para Uskup Asia pasca Konsili Vatikan II: lahirnya FABC
• 1970 para Uskup Asia berkumpul di Manila, bersamaan dengan kunjungan Paus Paulus VI, dirancang pembentukan FABC yang bertujuan: “Utk memupuk solidaritas antar para anggotanya serta tanggungjawab bersama demi kebaikan Gereja dan masyarakat Asia, dan memperjuangkan apa yang lebih baik bagi kepentingan yang lebih luas.” 

Sejarah Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih St. Karolus Borromeus (CB) di Jakarta

Selayang Pandang

SANTO CAROLUS BORROMEUS (1538-1584) adalah pelindung konggregasi dan ELISABETH GRUYTERS adalah ibu pendiri (1789 – 1864). Elisabeth Gruyters Lahir di Leut- Belgia, 1 November 1789. Di dalam sikap kelepasbebasan dan penyerahan diri kepada Allah dan kehendak-NYA Bunda Elisabeth memulai Kongregasi pada tanggal 29 April 1837 di Maastricht –Nederland.
Ada dua arti “biara” bagi Bunda Elisabeth, yang pertama adalah tempat Tuhan diabdi dengan tulus hati dan sempurna dan kedua “biara”adalah Kerajaan Allah. 

Situasi Maastricht pada masa Elisabeth Gruyters sangat dipengaruhi oleh Revolusi Perancis. Maastricht merupakan kota tertutup: rakyat miskin, banyak penderitaan, kemerosotan moral, gereja-gereja ditutup untuk dijadikan markas militer.Dalam situasi demikian Elisabeth Gruyters tergerak hatinya untuk memperjuangkan keselamatan orang-orang yang menderita baik secara rohani maupun jasmani.

Dalam perjalanan waktu, Bunda Elisabeth yang semula memiliki kerinduan besar untuk masuk biara, telah berubah menjadi Pendiri Kongregasi “Tuhan menggunakan aku sebagai alat-NYA untuk mendirikan biara ini.Dimuliakanlah nama-MU sampai kekal.Amin” (EG 44). Setelah beberapa waktu, jumlah suster bertambah dan jenis karya meluas. Bunda Elisabeth percaya setiap hari diberkati oleh tangan Tuhan yang tak kelihatan.Dalam proses mengajukan pengakuan dari Roma dan pembuatan Konstitusi, Roma meminta Bunda Elisabeth memilih antara menggabungkan diri dengan Tarekat yang sudah didirikan oleh St.Vincentius a Paulo atau menerima St.Carolus Borromeus sebagai Santo Pelindung.Bunda Elisabeth memilih yang kedua oleh karena itu, nama Kongregasi ini menjadi Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih St.Carolus Borromeus.

St. Carolus Jakarta (PKSC) & Para Suster Tarekat Cinta Kasih St. Carolus Borromeus (CB)

Sebuah Historiografi Sederhana

SEJARAH PKSC 
13 November 1910
Mgr. Luypen, SJ berkunjung ke Biara Induk

1 Januari 1911
Persatuan umat Katolik Batavia dibawah bimbingan Mgr. E.S. Luypen, SJ mempunyai rencana untuk mendirikan Rumah Sakit Katolik.

1912 – 1913
Pada waktu Pastor Sondaal, SJ di negeri Belanda, beliau sering berkunjung ke tempat Saudarinya yang menjadi pimpinan rumah sakit di Westeinde di S’Gravenhage, yang membuahkan pikiran untuk menyelenggarakan rumah perawatan di Indië. Tidak hanya rumah sakit Katolik saja, melainkan rumah sakit Katolik yang dikelola oleh para suster, bila Mgr. Luypen menyetujuinya. Beberapa minggu kemudian Pastor Sondaal, SJ menerima surat dari Mgr. Luypen, SJ dengan berita, bahwa beliau diminta untuk mencari Kongregasi suster yang mau ke Indië untuk mendirikan sebuah rumah sakit untuk perawatan di Batavia. 

Carpe Diem: Sebuah Trilogi

Prolog

Sed fugit interea, 
fugit inreparabile tempus 
Sementara waktu yang tak tergantikan lekas berlalu 
(Kutipan dari karya Vergilius, Georgicon III:284).
 

Suatu ketika, Dalai Lama ditanya, “apa yang paling membingungkan di dunia ini?” Dia menjawab, ”manusia.” Yah, karena ketika muda, manusia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang. Lalu ketika tua mengorbankan uangnya demi kesehatan, dan sangat kuatir akan masa depannya, sampai tidak sempat menikmati masa kini.” Yah, kadang orang kurang mensyukuri hari ini (hic) dan disini (nunc) bukan? Wajarlah, orang Romawi kerap mengatakan, “Diem perdidi” - Saya telah kehilangan satu hari! Kalimat ini diucapkan oleh Kaisar Titus, kala ia menyadari bahwa satu hari terlewatkan tanpa kesempatan untuk melakukan hal-hal yang baik/berguna. 

Disinilah, baik kita mengingat slogan orang Romawi, “Carpe Diem”, yang dalam bahasa Inggris kerap diartikan, “Seize the Day”, secara lugas berarti, “Reguklah Hari Ini”. Kalimat lengkapnya adalah, “Carpe diem, quam minimum credula postero”, yang berarti, "reguklah hari ini, dan percayalah sesedikit mungkin akan hari esok." 

Pengantar Kitab Suci Umum

Historiografi Biblis

APA ITU ALKITAB 
Kata Alkitab berasal dari bahasa Arab yang berarti Sang Kitab (Kitab itu; the Book). Kata ini dipakai oleh orang Arab untuk menunjuk pada kitab suci orang Yahudi dan Kristen. Namun ini kurang tepat karena Alkitab tidak hanya terdiri dari satu kitab, melainkan banyak, sehingga dalam bahasa Yunani disebut ‘ta biblia’ yang artinya kitab-kitab.

Buku Sejarah Karya Allah, Kesaksian tentang Allah dan Jawaban Manusia 
Semua kitab dalam Alkitab memberikan kesaksian mengenai karya Allah dan reaksi umat baik secara keIompok maupun perorangan atas karya Tuhan. Dalam Perjanjian Lama dikisahkan sejarah perjanjian Allah dengan bangsa lsrael, sedangkan dalam Perjanjian Baru dituliskan sejarah perjanjian Allah dengan seluruh umat manusia lewat Yesus Kristus. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru muncul dari pengalaman umat. Penulisan Alkitab dimaksudkan agar ingatan akan perjanjian itu dikekalkan (bdk Yos 24:25-28), diteruskan dari satu generasi ke generasi lain (Ul 6:4-9; 32:45- 47) sehingga mengikat juga generasi zaman sekarang (Ul 5:3). 

Tentang Injil & Sinoptik

INJIL MARKUS 
• Oleh Yohanes Markus, teman perjalanan Paulus dan Barnabas pada perjalanannya pertama ; pembantu Petrus di Roma. 
• Ditulis sebelum tahun 70 di Roma. 
• Markus mewartakan Yesus sebagai Mesias atau Kristus (= Yang diurapi), yang menderita, wafat dan akhirnya bangkit. 

INJIL MATIUS 
• Oleh Matius 
• Ditulis sekitar tahun 80 M dalam bahasa Yunani. 
• Matius mewartakan Yesus sang Mesias yang dinanti-nantikan; yang membangun Kerajaan Allah dan membawa hukum baru. 
• Matius menggunakan Injil Markus + sumber sabda-sabda Yesus (Quelle) + bahan-bahan khusus Matius. 

INJIL LUKAS 
• Oleh Lukas, bukan Yahudi, dokter dan Antiokia (Sinia), teman dan pengikut Paulus. 
• Ditulis sekitar tahun 85 M di Yunani. 
• Menekankan Yesus sang Penyelamat orang-orang miskin, sakit, dan berdosa. 
• Lukas menggunakan Injil Markus + sumber Sabda-sabda Yesus (Quelle) dan bahan-bahan lain khas Lukas
• Lukas juga menulis Kisah Para Rasul, yaitu Kabar Gembira untuk orang Kristen bukan Yahudi. Kisah Rasul merupakan kelanjutan Injil Lukas. 

Apa saja yang dapat dipelajari dari Kitab Suci?

Inti pokok dari Kitab Suci Perjanjian Lama adalah Allah yang menyertai umat pilihan-Nya yaitu Israel. Allah telah mengikat perjanjian dengan bangsa Israel: bila Israel setia akan mendapatkan rahmat, bila tidak setia akan mendapatkan kutuk. 

Sedangkan inti pokok Kitab Suci Perjanjian Baru: bahwa dalam diri Yesus Kristus dari Nasaret, Allah menampakkan diri pada manusia. Dalam Pribadi Putra-Nya itu Allah mau merangkul setiap orang dan seluruh umat manusia dan tidak lagi dengan bangsa Israel saja. 

Penampakkan diri Allah tersebut disebut wahyu. Yesus Kristus adalah wahyu Allah. Karena dalam diri Yesus itu Allah bisa didekati, disapa dan dirasakan kehadiaran-Nya. Jawaban atau tanggapan manusia atas pernyataan diri Allah disebut iman. Di sini Roh Kudus punya peranan penting yaitu menerangi, membimbing manusia sehingga menanggapi tawaran diri Allah. Manusia dimampukan oleh Roh Kudus yang dalam diri manusia sendiri sudah terdapat keterarahan pada Yang Ilahi atau Allah sendiri. 

Konsili Vatikan II tentang Kitab Suci dan konteks aktual

Ada dua dokumen yang secara langsung membahas tentang Kitab Suci atau Sabda Allah yaitu Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum, disingkat DV) dan Konstitusi tentang Liturgi (Sacrosanctum Concilium, disingkat SC). Bagian besar dari Dei Verbum menguraikan peranan sentral Kitab Suci dan memberi angin baru tidak hanya mendorong umat untuk membaca Kitab Suci tetapi juga anjuran kerjasama dengan jemaat-jemaat Kristen untuk menerjemahkan Kitab Suci dalam bahasa-bahasa daerah setempat. Usaha terakhir ini telah dilakukan oleh LBI dan LAI dengan terbitan Alkitab bersama (ekumenis). 

Pada pokoknya Konsili Vatikan II menegaskan kembali apa yang sudah ditegaskan konsili-konsili sebelumnya dengan menyatakan, “berdasarkan iman para rasul, Bunda Gereja yang kudus memandang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru secara keseluruhan beserta semua bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan inspirasi Roh Kudus dan mempunyai Allah sebagai pengarangnya, serta diteruskan kepada Gereja dengan ciri yang demikian” (DV. No. 11). 

Kemudian ditegaskan lagi, “Melalui Alkitab, Bapa di surga yang penuh kasih itu mendatangi anak-anak-Nya, dan berbicara dengan mereka. Begitu besar daya dan kekuatan firman Allah, sehingga merupakan topangan dan tenaga Gereja, kekuatan iman, santapan jiwa, sumber jernih dan kekal hidup rohani” (DV. No. 21b). 

Alkitab Perjanjian Baru

Isi dan Deskripsi

Alkitab Perjanjian Baru terdiri dari 27 Kitab yang tersusun sebagai berikut :

PERJANJIAN BARU
4 INJIL +
1 KISAH PARA RASUL SURAT-SURAT WAHYU
3 INJIL SINOPTIK
1. INJIL MATIUS
2. INJIL MARKUS
3. INJIL LUKAS

4. INJIL YOHANES
5. KISAH PARA RASUL
14 SURAT PAULUS
1. ROMA
2. 1 KORINTUS
3. 2 KORINTUS
4. GALATIA
5. EFESUS
6. FILIPI
7. KOLOSE
8. 1 TESALONIKA
9. 2 TESALONIKA
10. 1 TIMOTIUS
11. 2 TIMOTIUS
12. TITUS
13. FILEMON 
14. IBRANI

Alkitab Perjanjian Lama

Isi dan Deskripsi

Alkitab Perjanjian Lama terdiri dari 46 Kitab yang tersusun sebagai berikut :

I. 5 KITAB TAURAT/ PENTATEUKH.

Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan satu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama “Hukum”, Torah, yang dalam bahasa Arab menjadi Taurat. Istilah Pentateukh berasal dari bahasa Yunani, pentateuchos, artinya “Lima Kitab”, yaitu kelima Kitab yang pertama dalam ALKITAB. Dalam bahasa Indonesia “PANCA KITAB”. Nama yang seringkali dipakai juga ialah “Kelompok Kitab-Kitab Hukum”. 

Bagian ini, dikalangan kaum yahudi hingga kini, dengan cara pandang yang berbeda, dianggap sebagai inti Wahyu Ilahi yang memiliki kewibawaan tertinggi. 

Empat Langkah Menuju Kebijaksanaan

ala Anthony de Mello, "Si Burung Berkicau"
Langkah pertama yang perlu Anda lakukan untuk mencapai kebijaksanaan adalah mengenali perasaan negatif yang mungkin tidak Anda sadari. Banyak orang mempunyai perasaan negatif yang tidak disadarinya. Banyak orang mengalami perasan tertekan dan mereka tidak menyadari bahwa mereka merasa tertekan. Hanya jika mereka mengalami kontak dengan kegembiraan mereka akan menyadari betapa tertekannya perasaan mereka. Anda tidak dapat melakukan sesuatu terhadap penyakit kanker Anda jika penyakit itu belum ditemukan. Anda tidak dapat membasmi kumbang yang merusak perkebunan kapas Anda jika Anda tidak menyadari kehadiran kumbang itu di tanah pertanian Anda. Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah menyadari perasaan negatif Anda. Apakah yang dimaksud dengan perasaan negatif? Kemurungan, misalnya. Anda merasa murung dan cemas. Anda merasa benci kepada diri sendiri dan merasa bersalah. Anda merasa bahwa hidup Anda tidak bertujuan, tidak mempunyai makna, Anda merasa terluka, Anda merasa gelisah dan tegang. Kenali dulu perasaan-perasaan itu.

Pembicara Kitab Suci yang menarik bersama orang muda

Semua orang pernah menjadi orang muda. Bicara dengan orang muda adalah suatu hal yang menarik, persoalannya bagaimana menjadi pembicara yang menarik dan disenangi kaum muda. Ada juga pembicara yang membosankan namun ada pula yang cukup menarik bahkan bisa saja kita pernah mendengar pembicara anak muda yang sangat menarik sehingga bila kita mendengar bahwa orang itu yang akan menjadi pembicara dalam pertemuan anak muda maka kita akan lebih semangat untuk datang.

Untuk menjadi pembicara yang menarik, kita dapat belajar dari banyak pembicara yang ada. Dengan membuat suatu daftar dari para pembicara tersebut dengan membaginya menjadi 3 bagian: membosankan, cukup menarik dan sangat menarik, kita kemukakan alasan mengapa pembicara yang ini membosankan, dan yang itu cukup menarik, sementara yang lain sangat menarik. Apa kelebihan dan kekurangan mereka. Tujuan dari semua ini adalah agar kita bisa belajar dari kekurangan dan kelebihan orang lain sambil melihat dimana kekuatan dan kelebihan kita.

Catatan Penerbit Injil Yudas edisi Bahasa Inggris

Pada tahun 2000, ketika Frieda Tchacos Nussberger, pedagang barang antik dari Zurich, memperoleh naskah kuno yang memuat Injil Yudas, naskah itu telah beredar sebagai barang dagangan hampir selama dua puluh lima tahun, dan dibawa-bawa dari Mesir ke Eropa maupun Amerika Serikat. Rodolphe Kasser, seorang ahli naskah berbahasa Kopt asal Swiss, mengatakan bahwa dia belum pernah melihat naskah kuno dalam keadaan seburuk itu. “Naskah kuno itu begitu ringkih, dan akan rontok bahkan oleh sentuhan yang paling lembut sekali pun.” Karena khawatir, jangan-jangan naskah itu akan semakin hancur, Tchacos menyerahkannya kepada Maecenas Foundation for Ancient Art, yang akan melakukan restorasi dan menerjemahkan naskah kuno tersebut, dan akhirnya akan menyerahkannya kepada Museum Koptik di Cairo. Projek naskah kuno yang menggabungkan arkeologi, sains modern dan suatu topik budaya yang amat penting dan menarik ini, bagi National Geographic merupakan hal yang sudah biasa dilakukan. Untuk itu National Geographic Society mendapat dukungan dari Waitt Institute for Historic Discovery; suatu yayasan yang didirikan oleh pencipta Gateway, Ted Waitt, untuk mendukung projek-projek yang meningkatkan pengetahuan umat manusia melalui berbagai eksplorasi yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut sejarah maupun ilmu pengetahuan. National Geographic Society dan Waitt Institute bekerjasama dengan Maecenas Foundation untuk membuktikan keaslian dokumen tersebut, meneruskan proses restorasi, dan menerjemahkan kandungan naskah kuno tersebut. Tetapi, untuk itu pertama-tama Florence Darbre, dibantu oleh sarjana Koptik, Gregor Wurst, harus menyusun dulu naskah yang sudah robek-robek dan cerai berai itu. 

Bintang Samudera

Sebuah Tinjauan Historiografi
Patung keramat Maria “Bintang Samudera” yang sekarang berada di basilik Bunda Maria di-angkat ke Surga adalah milik para imam Fransiskan “Minderbroeders” dari St. Pieterstraat. Mere-ka mempunyai devosi besar pada Bunda Maria. Hal ini tidak mengherankan karena mereka menerima hadiah patung Maria (sangat mungkin kurang lebih tahun 1470) dari seorang saleh Nicolaus van Harlaer, ketika dia dalam usia lanjut masuk biara itu.

Patung kayu Bunda Maria dari abad ke-15 ini buatan Jerman, sesuai dengan gambaran klasik “Schöne Madonna”: Maria yang berdiri, membo-pong Kanak-kanak Yesus tak berbaju, tangan me-nunjuk pada buah (appel, peer atau seuntai anggur) yang dipegang oleh Bunda Maria.(lihat patung di kamar Bunda Elisabeth).

P.R.A.M, Sebuah sharing sahabat

"What language is that?" tanya seorang wanita bule setengah baya disampingku. Umurnya aku taksir diatas tempat puluh. Rambutnya pirang, dan dari pakaian yang dikenakan tampaknya ia seorang pekerja kantoran. Ia bertanya tentang buku yang sedang aku baca lembar demi lembar. "Oh, it's Indonesian language," jawabku singkat. Reaksinya biasa, tapi ia tampak antusias.

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan aku lanjutkan pembicaraan itu, "it's a good book, you know, and he's a good writer too." Tampaknya wanita itu tertarik. Mungkin hobinya membaca, demikian pikirku dalam hati. Lalu, aku tambahi, " if you're isterested you can find it at Olson Book Store. It's already translated in English." Kusebutkan salah satu toko buku yang cukup nge-top untuk daerah Washington, D.C. sini. 

"Who's the author's name?" tanya wanita itu seperti tertarik akan promosiku. "His name is Pramoedya Ananta Toer" jawabku. "if you happen at Olso, just look for the last name T-O-E-R" Biasanya kalo kita mencari buku di toko-toko buku sini, yang kita sebutkan adalah nama belakang pengarangnya. "T-O-E-R, Toer," begitu dia mengeja dan mengulang, bagai ingin melekatkan dalam ingatannya. Beberapa judul buku Pram, yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, memang di jual di toko buku Olson. Bahkan ketika Pram berkunjung ke Amerika beberapa tahun lalu, ia sempat jumpa penggemar dan menandatangani buku-bukunya di toko buku ini. 

Malaikat: Riwayatmu Dulu…..

APAKAH MANUSIA DAPAT MENJADI MALAIKAT SETELAH MATI?
Tidak, malaikat tidak memuja manusia biasa.menjelaskan bahwa malaikat tidak menikah atau mempunyai anak seperti manusia biasa, dan Hebrews 12:22-23 mengatakan pada saat kita sampai di Yerusalem Surgawi, kita akan dipertemukan dengan “beribu-ribu malaikat” dan “roh orang-orang benar yang telah disempurnakan”—dua kelompok yang terpisah.
Malaikat adalah teman atau sahabat, bukan berasal dari suatu keturunan nenek moyang (Luke 20:34-36). Kita disebut “anak manusia,” tapi malaikat tidak pernah disebut “anak malaikat”

SIAPA DAN APA MALAIKAT ITU?
Kata “malaikat” berasal dari bahasa Yunani aggelos, yang berarti “pembawa pesan.” Kata Ibrani yang sama mal'ak mempunyai arti yang sama.

Kadangkala, Alkitab menggunakan kata ini untuk sebutan kepada seseorang:
• Seorang biasa yang membawa pesan (Job 1:14; Luke 7:24; 9:52)
• Nabi-nabi (Isaiah 42:19; Malachi 3:1)
• Imam (Malachi 2:7)
• Pemimpin Gereja (Rev 1:20)

Sekedar Sharing Panggilan

Tempora mutantur et nos mutamur in illis. Waktu berubah dan kita pun berubah seiring dengannya. (Kutipan dari drama karya Edward Forsett, Pedantius babak I adegan 3) 

 Di awal bingkai ini, ada satu kutipan nats yang saya ingat, 
“..Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan..Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau." (Yer 1:6-8). 

Sebuah pengalaman kasih akan kisah Allah yang terus menyertai inilah, yang membuat saya tergerak untuk menuliskan serta membagikan refleksi mini ini, karena bukankah seperti kata Socrates, “Hidup yang tidak pernah direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dijalani.” Penggalan refleksi panggilan ini sendiri adalah sebuah upaya kisah kasih anak manusia “maneges ati”, yang tak pernah lepas dari suatu pencarian hati menanggapi kehendak Allah. Prosesnya wajar bertahap: Ada saatnya merangkak, lalu berguling, merambat, berjalan dan berlari dalam panggilan ini, “tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal melulu dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Kor 4: 7).Yang jelas, di situlah harapannya, In nomine Dei feliciter – dalam nama Tuhan semoga berbuah. 

Bingkai historiografi ini sendiri berisi kisah sederhana, semacam oleh-oleh refleksi kecil saya menjelang tahbisan imamat. Lewat penggalan kisah dan kasih ini, semakin saya bersyukur bahwa sejuta kisah terus datang dan pergi, sejuta kasih pun datang mengilhami, karena seperti harapan Paulus dari Tarsus, “….Kamu adalah surat cinta Tuhan, yang ditulis bukan dengan tinta yang ditulis di atas loh batu, tapi dengan roh pada hati……”

The Role of Priests in Cathechesis


Your Excellencies,
Dear Brother Priests,
Dear Brothers and Sisters in Christ.

I was very pleased to accept an invitation to come to your Congress and reflect with you on some of the challenges facing our evangelizing and catechetical activity to-day. With much intuition, it has been said that the next millennium is going to be either a Christian millennium or it will not be a Christian millennium.
I wish to thank you, firstly, for the great contribution you make in your local Churches by your service to the Word. I am aware of your solicitude and pastoral zeal. I know that you employ the best personnel, means and resources to promote evangelization and catechesis in every area and for all age groups: children, adolescents, young people and adults.
May God reward you for this work and grant you a share in the reward promised to those who work for the Gospel.

The Congregation for the Clergy is close to you; it follows you with affection; admires your enthusiasm and encourages the important work you have been doing for some time now.