Ads 468x60px

World Apostolic Congress On Mercy

WACOM 2017
World Apostolic Congress On Mercy
Konggres Kerahiman Sedunia 
@ Filipina, 16-20 Jan 2017


Tema: 
"PERSEKUTUAN DALAM KERAHIMAN, 
MISI UNTUK KERAHIMAN” 
("DIPANGGIL OLEH KERAHIMAN, DIUTUS UNTUK KERAHIMAN")

WACOM IV dibuka dengan Ibadat Kerahiman dan "Holy Feast" - Misa Kudus di Gereja Katedral Manila, dengan peserta ribuan devosan kerahiman, yang tersebar-pencar dari 40an negara.

Ya, sepanjang sejarah penyelamatan, Allah dialami sebagai kerahiman yang kekal dan tak berkesudahan (Mzm. 86:15). Ia adalah penolong yang memberikan “HIK”, Harapan Iman dan Kasih kepada umat-Nya. Kuasa kerahiman-Nya penuh kebajikan, dan menghasilkan komitmen yang setia dan abadi. Dalam pembentukan bangsa Israel, umat terpilh, dan panggilan Gereja, umat Perjanjian baru, Allah telah secara konsisten dan tak terduga menyatakan keagungannya untuk nyata kepada dunia sebuah tanda universal kerahimanNya.

Yesus Kristus, kepenuhan Israel dan kepala Gereja, adalah inkarnasi kerahiman ilahi yang penuh rahmat ini. Misteri Paska-Nya merupakan puncak dari pewahyuan misteri ilahi dari kerahiman Bapa kepada kita. Kerahimannya lebih berkuasa daripada kematian dan dosa.

Yesus Kristus memanggil para murud-Nya kepadaNya, wakil dari Gereja sebagai sebuah persekutuan yang dihimpun oleh inisiatif kerahiman Tuhan. Tak seorang pun dari mereka layak menerima intimitas dengan Tuhan dan tak seorang pun dalam Gereja ini layak menjadi bagian darinya. Baptisan kita, iman kita dan hidup kemuridan kita adalah buah-buah dari Rahmat Tuhan. Kesatuan dari semua dalam Gereja dikuatkan oleh cinta kerahiman Allah yang terus menerus; kita disatukan oleh kerahiman Tuhan, suatu persekutuan di dalam Tuhan.

Semua orang di dalam Gereja adalah pendosa, anak-anak yang hilang yang kepada Tuhan kembali untuk bertemu dengan kerahiman dan pengampunan. Kita akan menjadi penerima dan pemberi dari kerahiman ilahi dalam komunitas ini (MISERICORDIA AD INTRA). Santo Yohanes Paulus II menyatakan hal ini dengan sangat jelas dalam ensikliknya yang kedua, “Dives in Misericordia” (1980): “Gereja harus memberi kesaksian tentang kerahiman Tuhan yang dinyatakan dalam Kristus… menyatakannya di tempat pertama sebagai kebenaran keselajatan iman dan sebagai yang perlu bagi sebuah kehidupan harmoni dengan iman, dan kemudian, berupaya untuk memperkenalkannya dan menjadikannya mendarat dalam kehidupan baik bagi umat beriman dan sedapat mungkin dalam hidup semua orang yang berkehendak baik” (DM no. 12)

Santo Yohanes Paulus II ini juga, melihat kerahiman ilahi sebagai tujuan pewartaan misi gereja, mengatakan: “Gereja, menyatakan kerahiman dan senantiasa setia kepadanya, memiliki hak dan tugas untuk meminta kerahiman Tuhan, memohonkannya dalam wajah dari semua manifestasi kejahatan/dosa secara fisik dan moral, di hadapan semua ancaman yang meredupkan seluruh horizon kehidupan manusia dewasa ini.”

Melihat bahwa tidak ada kerahiman dalam dunia untuk melepaskan murka Allah (Rom. 1:31), orang-orang Kristen harus menunjukkan cinta dan belas kasih dalam hati mereka kepada semua orang di sekitarnya; mereka tidak dapat bersifat tak simpatik kepada sesama mereka yang membutuhkan karena cinta Tuhan hanya ditemukan dalam mereka yang menunjukkan kerahiman – 1Yoh. 3:17 (MISERICORDIA AD EXTRA)


NB:
TESTIMONI PARA TOKOH “WACOM- World Apostolic Congress On Mercy”.
Card. Christoph Schonborn.
Presiden “WACOM- World Apostolic Congress On Mercy”
Patrice Chocholaski
(Sekretaris Jenderal WACOM)
Mgr Ruperto Cruz Santos
Uskup Balanga dan Koordinator “WACOM - World Apostolic Congress On Mercy”
Asia
Prospero Villacorte Tenorio
Sekretaris Jenderal “WACOM – World Apostolic Congress On Mercy”
Asia.
Jose F. Oliveros, D.D.
Uskup Keuskupan Malolos.
Penasihat Spiritual Episkopal Nasional- 
Nasional Shrine of the Divine Mercy, Filipina
Josefino S Ramirez
Vicaris Jenderal Emeritus di Keuskupan Agung Manila dan Eks Koordinator “WACOM - World Apostolic Congress On Mercy”
Asia
Joel G. De Los Reyes
(Pendamping dan Pecinta Kerahiman, Guam)


1.Jose F. Oliveros, D.D.
Uskup Keuskupan Malolos.
Penasihat Spiritual Episkopal Nasional- 
Nasional Shrine of the Divine Mercy, Filipina

Damai sertamu!
Kata-kata dari Tuhan kita Yesus Kristus bergema di hati semua murid ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka.
Tuhan yang bangkit, yang mengetahui pengalaman diskriminasi, kecemasan, kematian dan perpecahan di antara murid-muridNya, menawarkan kata-kata penghiburan damai ini.

Inilah kata-kata yang sama yang Tuhan ingin sampaikan ke seluruh dunia. Di benua Asia kita yang marak dengan berbagai aspek kekerasan dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kemiskinan dan keinginan setiap negara untuk melindungi dan menegakkan kedaulatan masing-masing, kita dengan rendah hati memohon rahmat Tuhan untuk membantu pelbagai usaha kita mencapai perdamaian dan persatuan.

Adalah suatu kebutuhan besar untuk berdamai dengan sesama saudara-saudara kita sehingga, agar kita dapat hidup secara harmonis; sembari menegakkan kemandirian kita sebagai bangsa dan keanekaragaman dalam iman; di sisi lain juga hidup sebagai saudara dan saudari dengan penuh pengertian dan perhatian satu sama lain.

Akan tetapi, harapan untuk mencapai persatuan dan perdamaian kita sebagai satu dunia, akan hanya menjadi mimpi belaka jika kita hanya mengandalkan usaha kemanusiaan kita sendiri. Kita membutuhkan rahmat Allah untuk dapat membuat mimpi ini berubah menjadi kenyataan.

Harapan kita untuk tercapainya perdamaian, hanya akan berbuah bila kita mengarahkan pandangan kepada Yesus.
Marilah kita membiarkan diri dibimbing oleh kata-kata Bapa Suci bahwa "Yesus Kristus adalah Wajah Kerahiman Bapa".

Dengan keyakinan penuh, marilah kita menganut KEPERCAYAAN tak tergoyahkan DALAM YESUS KRISTUS sebagai perwujudan kerahiman ALLAH.
Confido in Miserecordia Dei - Percayalah akan Kerahiman Tuhan!


2.Mgr Ruperto Cruz Santos
Uskup Balanga dan Koordinator “WACOM - World Apostolic Congress On Mercy”
Asia

Hidup itu sebuah panggilan! Allah memanggil kita untuk mengenalNya, mencintaiNya dan melayaniNya. Allah mengundang kita untuk mau datang dan tinggal bersamaNya.
Siapapun dan apapun kita, kita dapat bersatu denganNya karena Allah tidak pernah pilih kasih. Tidak ada yang diistimewakan dan tidak ada yang disingkirkan. Allah ingin agar semua diselamatkan dan mendapat hidup baru bersamaNya.

Allah sendiri akan melakukan semuanya supaya kita dapat berpaling kepadaNya dan menemukanNya. Supaya hal ini terjadi, Allah memberikan pelbagai tanda atau petunjuk yang mengantar kita kepadaNya. Allah mengirim orang orang untuk membawa kita kepadaNya.

Dalam hidup ini, kita menderita dan berjuang, sakit dan terlanda aneka badai kehidupan. Kita babak belur dan patah. Kita dicobai, digodai, diuji dan kita kesakitan serta mempunyai banyak problem.

Singkatnya, di dunia ini ada banyak konflik dan salib yang harus ditanggung dan kita menangis dengan keras dan kita memanggil Allah, dan indahnya Allah mendengarkan tangisan kita.

Ia menganugerahkan kerahiman atau belas kasihanNya kepada kita. Bapa Suci meyakinkan kita bahwa “Allah selalu setia menanti disana untuk memberikan belas kasihNya kepada kita. Inilah hal yang mengagumkan, yang tidak pernah menjemukan.
Hidup adalah perjalanan. Hidup kita adalah suatu ziarah ke rumah abadi. Kita ada di jalan menuju surga, kita mengadakan perjalanan ini untuk bertemu dengan ALLAH nantinya. Ya, takdir kita adalah untuk menemukan Allah dan akhirnya beristirahat denganNya. Dan dalam perjalanan kita di dunia ini, Ia menemani kita dengan kerahimanNya.

Kongres Kerahiman Ilahi adalah salah satu perjalanan spiritual, sebuah partisipasi kita dalam peziarahan solidaritas dan kasih kepada Gereja Katolik di dunia.
Sembari kita berdoa, marilah kita terus merefleksikan bahwa kerahiman ilahi ini adalah kesabaran dan belaskasihan dari Allah sendiri. Dan karenanya untuk kita, kerahiman adalah kehadiran bahwa Allah selalu ada bersama kita walaupun kita ini kadang berontak dan mengecewakanNya, tapi Dia selalu ada bersama kita.

Ya, dalam segala situasi kondisi hidup harian, Allah tidak pernah jauh dan tidak pernah absen mengasihi kita. Ia selalu bergembira bersama keberhasilan kita dan bersedih brsama kegagalan kita. Allah mengisi apa yg kita butuhkan: ketika kita jatuh, kita diangkatNya.

Dengan kerahimanNya, Ia menanti dan menyambut kita. Ia tinggal bersama kita dan melangkah bersama kita. Ia ada bersama kita. Kita hanya harus mengangkat diri dari kesalahan dan kubangan dosa kita untuk selalu datang serta terarah kepadaNya, seperti kata Yesus: “Datang dan Lihatlah” (Yoh 1:39)

Belaskasihan juga adalah kesabaran. Allah mengerti dan menerima kita. Walaupun kita kadang berkeras hati tapi Allah tetap melakukan tindakan yang menguatkan dan mengubah kita walaupun kita kadang mempertanyakan jalannya dan meragukan kehendakNYa dan kadang menyalahkannya. Tapi, Allah tetap sabar. Ia tidak menghukum dan tidak menghakimi kita. Ia terus berkata: “Follow Me!” (Mat 9:9)

Paus Fransiskus mengatakan bahwa “Allah selalu menunggu kita. Allah tidak pernah lelah dan Yesus telah menunjukkan kepada kita belas kasihan Allah sendiri.
Belas kasihan juga adalah belarasa, dimana kita berdosa tapi Allah membela kita sehingga 

Allah mengambil beban dosa kita. Walau kita rusak, Allah tetap merangkul, dan membangun kita. Allah bersama kita dalam derita dan menemani kita dalam badai hidup. Kita mengalami kehadiranNya dan inilah kasih yang sejati yakni “belarasa”

Dengan kerahimanNya , kita selalu bisa menemukan jalan untuk kembali kepadaNya, untuk bangkit dan kembali bersatu denganNya


3.Prospero Villacorte Tenorio
Sekretaris Jenderal “WACOM – World Apostolic Congress On Mercy”
Asia.

Kerahiman Ilahi ternyata sangat relevan dengan tantangan yang dialami pelbagai Gereja saat ini.

Maka, marilah kita berdoa untuk Gereja yang adalah komunitas multi kultural dan multi sektoral yang diberkati oleh kerahimanNya lewat Yesus Kristus yg membawa misi kasih dan pelayanan untuk Asia dan seluruh dunia, yang ditrasformasi oleh kuasa Roh Kudus untuk menguatkan yang lemah dan miskin dalam solidaritas bersama seluruh Gereja.
Pastinya, semoga seluruh orang mengalami hidup dalam segala kelimpahannya di bawah perindungan Bunda Maria dan St Yosef teladan kita. Semoga kita memiliki Gereja yang dipenuhi dengan Roh Kudus yang menuju pada rekonsiliasi dengan semangat damai dan kasih

Selama WACOM, marilah kita merefleksikan misteri kerahiman ilahi seperti yang Paus Fransiskus katakan dalam bulla “MV – Misericordia Vultus”, bahwa belas kasihan adalah sebuah kata yang mengungkpakan misteri tritunggal mahakudus
Belas kasihan juga adalah tindakan Allah yang paling utama, yang dilakukannya untuk bertemu dan menjangkau umat manusia. Belas kasihan adalah hukum dasar yang tertanam di dalam hati manusia untuk melihat sesama dengan tulus.
Belas kasihan adalah jembatan yang menghubungkan Allah dengan manusia, yang membuka hati untuk mempunyai harapan bahwa kita dikasihi olehNya walapun kita sangat berdosa.

Semua ini membantu kita untuk memiliki interaksi yang dalam dengan Alah kita yang belaskasihnya itu tak terbatas.
Marilah kita bersiap untuk hidup seperti semboyan dasar “Tahun Kerahiman Ilahi”, yakni: “murah hati seperti Bapa.”

Sekali lagi, Yesus mengingatkan kita lewat St Faustina untuk mendekatiNya dan bergantung pada berlimpahnya kasih, kerahiman dan pengampunanNya. Rahmat besar dijanjkan kepada mereka yang ikut menyatakan dan mewartakan kerahimanNya


4.Josefino S Ramirez
Vicaris Jenderal Emeritus di Keuskupan Agung Manila dan Eks Koordinator “WACOM - World Apostolic Congress On Mercy”
Asia

Kegembiraanku bersamamu
Hatiku bersamamu’
Kita diberkati dan ada disini, di sebuah tempat yang dipenuhi dengan aneka ragam orang, budaya dan agama. Perbedaaan yang beraneka ragam ini juga sekaligus menjadi tantangan untuk kita bahwa kita harus bersama menciptakan damai

Banyak usaha yang dibuat Gereja dalam rangka membawa kedamaian yang harmonis lewat dialog dalam semangat belas kasih/kompassion.

Kerahiman Ilahi sendiri mempunyai tiga aspek yang memungkinkan kita untuk menghadapi tantangan ini, al:

A.Dialog kehidupan, terlebih pada kaum yang ‘klmtd’ – “kecil lemah miskin tersingkir difable”. Belas kasihan sangat mengerti bahwa orang yang “klmtd” sangat memerlukan kerahiman kasih dan bela rasanya Tuhan.

B.Dialog budaya, meliputi kutur tradisi dan kebiasaan setempat. Dkl: Kita diajak melampaui perbedaan ini dan semakin mengenal dan mencintai budaya sebagai pintu masuk.

C.Dialog antar agama. Kita diajak untuk menghormati dan menerima kebenaran, kebaikan dan keindahan dari agama dan kepercayaan yang lain, tidak menghakimi dan tidak mudah menganggap jelek yang lain.

Semoga Paus Yohanes Paulus II, yang mendoakan bahwa ”Gereja milenium ketiga ada di Asia” dan teladan Bunda Maria membawa kita kepada Yesus sebagai satu satunya jalan kedamaian dan rekonsiliasi


5.KARDINAL DR.CHRISTOPH SCHONBORN
Presiden “WACOM- World Apostolic Congress On Mercy”
Kebenaran utama yang dimaklumkan Gereja adalah kasih Kristus.
Gereja harus membuat dirinya menjadi hamba kasih Kristus dan menyalurkannya kepada semua orang : kasih yang mengampuni dan yang terungkap dalam pemberian diri.

Oleh karena itu, dimana pun Gereja hadir, belas kasihan Allah haruslah menjadi nyata. Di paroki-paroki, komunitas, persekutuan, dan gerakan-gerakan kita, pendek kata, dimana pun ada orang kristiani, di sana setiap orang harus dapat menemukan oasis belas kasihan (Misericordiae Vultus, 12).

Dari awal mula pengalaman “WACOM - World Apostolic Congress On Mercy” ( Konggres Kerahiman se dunia) berbagai kelompok Gereja, -paroki-paroki, keuskupan-keuskupan, konggresasi, komunitas- berusaha menjawab panggilan kerahiman Allah, menjadi lebih sadar akan kasih Allah yang tanpa syarat dan termotivasi oleh gerakan yang meluap ini.
Bagaimanakah kita membagikan air dari sumber air kita kepada semua orang, saudara-saudari kita, apapun kepercayaan mereka ?

Perjalanan keluar kita kepada orang lain tidak akan memisahkan kita dari tanah perjanjian kita sendiri.

Pada kenyataannya, kita dapat menyatu karena rasa haus yang sama membawa kita kepada sumur yang sama. Dapatkah kita memuaskan dahaga satu sama lain dengan air yang sama ? Ya. Cobalah.
“Air kehidupan yang utama adalah yang tidak dapat dikurangi dan ditambahkan seorang pun.

Dunia akan menjadi kurang kering jika kita dapat mengenali panggilan umum : untuk terus berlipatganda lewat perjumpaan dengan air mancur kerahiman. Bagaimana kita dapat meragukan panggilan umum ini ketika kerahiman membuat kita terpanggil dalam meja yang sama, meja para pendosa ?”
Ini adalah permenungan oleh Fr. Christian de Cherge, seorang rahib trapist di Tibhirine (Algeria).

Dengan jalan ini, lewat kerahiman ilahi, kita akan terus menolong Allah menciptakan persaudaraan baru. Semoga terang ini menunjukkan jalan bagi kemanusiaan di millenium ketiga ini.
Semoga anda mengalami belas kasihan Allah dengan melewati pintu kerahiman.


6. Fr. JOEL G. DE LOS REYES
(Pendamping dan Pecinta Kerahiman, Guam)
“Kerahiman Ilahi sebagai Dialog dengan Kaum Miskin”

Hidup Yesus –yang datang untuk melayani, bukan untuk dilayani- haruslah menjadi ukuran bagi kita dalam bertindak dan berdialog dengan kaum yang tersingkirkan.
Ia, yang juga hidup dan mati dalam kemiskinan memberi arti lebih, memberi arah dan menjadi inspirasi bagi pelayanan kita terhadap para kaum papa.

Kata-kata dan kotbah kuranglah efisien dan menjadi hampa jika tanpa perbuatan baik kita.
“Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri..

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia..

Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata, ”Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya hal itu? Demikian juga halnya dengan iman : Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
(Yak 1:22, 27, 2:15, 17)

Yesus menghabiskan banyak waktuNya di jalan-jalan, desa-desa dan kota-kota memberi pewartaan dengan memenuhi kebutuhan umat, dengan kata-kata dan perbuatan. Ia adalah pewarta keliling, selalu “dalam perjalanan”, melakukan kehendak BapaNya, terdorong oleh belas kasih kepada yang hilang, tersingkir, yang bagaikan “kawanan domba tanpa gembala” (Mat 9:36). Ia sendiri yang tanpa tempat berteduh tidak berkecil hati dalam misiNya untuk melayani dna menguduskan.

Ia mengerti kesusahan para papa dan sensitif terhadap kerapuhan hidup mereka. Tidak hanya merasa iba dan kasihan, Yesus secara pribadi memperhatikan kebutuhan para miskin dengan memberikan dari danaNya sendiri. (Yoh 13:29)

Allah kita yang Maharahim memberi syarat kepada mereka yang ingin mengikutinya untuk membantu kepada yang miskin. Ia katakan kepada seorang anak muda : “Juallah segala yang kau miliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin..kemudian ikutlah aku.”
(Luk 18:22)

Dan siapakah kaum miskin papa itu ? “Kita kadang berpikir kaum miskin papa hanyalah mereka yang kelaparan, yang telanjang dan gelandangan. Kaum miskin adalah juga mereka yang tidak dicintai, dan kaum yang paling miskin adalah mereka yang tidak diperhatikan. Kita harus memulai dari rumah kita sendiri untuk memperbaiki jenis kemiskinan ini. Mari kita menyentuh mereka yang sakit, yang malang, yang kesepian, dan yang tidak diinginkan sesuai dengan rahmat yang telah kita terima dan janganlah kita malu untuk atau lambat dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana. Kaum miskin adalah Yesus yang tersamar” (Bunda Teresa)

Saya pernah mendapat kesempatan pribadi untuk berdialog dengan seorang yang kehilangan arah dalam hidup, kehilangan iman kepada Tuhan dan gereja, dikarenakan skandal dilakukan oleh beberapa kaum berjubah, yang lain lagi sedang berusaha mencari kebahagiaan dan kepenuhan hidup tetapi harus terus menelan kekosongan dan ketakutan, dan ada lagi yang sangat mengharapkan simpati tetapi tidak pernah mendapatkan..
Lewat kerahiman Ilahi hal-hal seperti ini dapat berubah menjadi lebih baik.

Saya tidak bermaksud mengekspos penderitaan orang-orang, tetapi saya memaksudkan untuk mengungkapkan belas kasihan Allah terhadap penderitaan manusia. Dan, lewat perjumpaan dan pengalaman-pengalaman inilah, saya pernah menggubah sebuah lagu berjudul “King of Mercy I Trust in You – Raja Kerahiman, Engkau andalanku.”


7. Fr. PATRICE CHOCHOLSKI
(Sekretaris jenderal WACOM)

Kemanusiaan kini memasuki era baru. Kita telah mendapatkan terang yang membimbing perjalanan kita untuk keluar dari kegelapan. Itulah terang “Kerahiman Ilahi”. Dalam tahun suci ini, kita dipanggil untuk melewati pintu kerahiman. Kerahiman akan menudungi kita. Manusia akan dapat menemukan damai selama kita berpaling kepada kerahiman Allah.

Sebagai orang kristiani, kita dipanggil untuk melangkah di bawah tatapan belas kasih Allah. Hubungan baik kita dengan Allah hanyalah dimungkinkan oleh karena belas kasihNya. Ia mempercayai kita! Ya, Ia mempercayai kita walaupun kita ini pendosa. Ia mengasihi kita tanpa syarat.

Kita berani menatap Allah, berdoa kepadaNya, tinggal bersamaNya, karena kita percaya bahwa Ia berpihak kepada yang miskin dan berdosa, bahwa belas kasihNya membebaskan kita.

Setiap hari kita diperbaharui oleh kasih setiaNya. Allah menginginkan kita untuk menjadi diri kita, memasuki hubungan dalam lingkaran kerahiman Tritunggal. Ketika kita menerima belas kasihNya, hubungan kita dengan memungkinkan datangnya kerahiman ke dalam dunia. Suatu pembaharuan.

Karya-karya belas kasih merubah dunia. Setiap hari, Sang Putra memanggil Bapa untuk mengirim Roh Kerahiman KudusNya atas kita dan seluruh dunia. Dan Ia memperbaharuinya.

Lewat penderitaan, kematian dan kebangkitanNya, seluruh dunia kini dapat mengalami betapa baiknya kerahiman Allah dan bagaimana Gereja kini memantulkan keindahanNya.

Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux - Be the Light!

0 komentar:

Posting Komentar