Ads 468x60px

Deo Gratias

Anna Dengel

PROLOG
BKK (Biarawati Karya Kesehatan) atau biasa dikenal dengan Medical Mission Sisters (MMS) adalah Kongregasi Religius Internasional yang mengabdi Tuhan, sesama dan seluruh ciptaan melalui karya penyembuhan yang holistik. Awalnya, Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan adalah Perkumpulan Awam "Society of Catholic Medical Missionaries" untuk menangani karya kerasulan medis di tanah misi. Kongregasi BKK ini  berkarya di pebagai negara: Afrika (Ethiopia, Uganda, Ghana,  Kenya)  India, Philipina, Pakistan, Jerman, Inggris, Belanda, Belgia, Amerika Latin (Peru, Venezuela), Amerika Serikat dan Indonesia. Anna Dengel, seorang dokter perempuan Austria ada di balik kongregasi ini.

SKETSA PROFIL
Seluruh program perutusan kita adalah:
“Biarlah terangmu bersinar di depan orang
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Allah”.
Jika kamu melakukan itu dengan baik,
kamu tidak  membantu tetapi memuliakan Allah,
dan kamu tidak perlu kuatir akan hasil-hasilnya.         
(Anna Dengel, Refleksi dari Matius 5: 16)

Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan sejak awal didirikannya di Amerika Serikat, selalu memberi perhatian khusus pada bidang kesehatan. Mereka terpanggil menjadi kehadiran yang menyembuhkan. Mereka sendiri mengalami Allah yang menyembuhkan, dan kesaksian inilah yang menjadi ujung tombak pelayanan penyembuhan di setiap tempat perutusan.

Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan (BKK) ini sendiri didirikan oleh Dr Anna Dengel pada 30 September 1925 di Washington DC, Amerika Serikat. Anna Dengel terlahir di sebuah kota kecil di Tirol, Austria, pada tanggal 16 Maret 1892. Suasana di dalam keluarganya hangat, penuh kasih sayang dan beriman. Namun duka yang besar menimpa keluarga Anna, ketika Anna baru berumur 9 tahun.

Menurut cerita Anna Dengel sendiri, peristiwa kematian ibunya menyimpan kesan yang mendalam pada jiwanya. Sesudah kematian ibu yang tercinta, ayahnya mengirim Anna ke sebuah sekolah dan asrama Katolik, yang memberikan pendidikan iman yang sangat berguna baginya di kemudian hari. Liturgi Hari Minggu disiapkan dengan baik dan para murid kerap diajak berdiskusi tentang Misi Gereja, maka cinta akan Gereja dan keinginan untuk ikut serta dalam pewartaan kabar gembira tertanam dan berkembang dalam hati Anna.

Setelah tamat  sekolah, Anna menerima tawaran untuk mengajar bahasa Jerman pada sebuah sekolah di kota Lyons, Perancis. Di sekolah inilah, terjalin sebuah persahabatan antara Anna dengan seorang guru lain yang sangat aktif di Gereja dan pelbagai bidang sosial, akan tetapi sesudah dua tahun Anna meninggalkan sekolah itu, karena ia tidak melihat masa depan di situ. Kembali ke tanah airnya Tirol, Anna membantu ayahnya yang menyelenggarakan usaha pembuatan pakaian misa.

Pada suatu perjalanan tugas untuk usaha ayahnya itu, Anna membaca sebuah surat edaran yang mengandung cerita tentang sekolah di Lyons, dimana wanita-wanita muda dididik untuk menjadi perawat di negara-negara Misi. Membaca surat edaran itu, hati Anna berdebar-debar. Ia merasa hal itu sesuai dengan keinginan hatinya yang terdalam.

Dalam perjalanan waktu, Anna mendapatkan informasi tambahan bahwa ada seorang dokter wanita Skotlandia, Dr. Agnes Mc. Laren yang mencari para dokter perempuan yang bersedia untuk bekerja di tanah misi India. Dokter itu pun telah mendirikan sebuah yayasan untuk mengumpulkan dana bagi karya misi medis di daerah tersebut, termasuk biaya beasiswa untuk studi kedokteran bagi seseorang yang rela mengabdikan diri untuk bangsa India. Anna juga mendengar bahwa di India, banyak wanita dan anak-anak meninggal karena adat istiadat dan agama melarang kaum laki-laki menolong persalinan kaum perempuan. Ia tersentuh oleh pengalamannya sendiri bagaimana rasanya ketika kehilangan ibunya tercinta.

Anna sendiri adalah pemudi yang pertama untuk menerima tawaran beasiswa untuk belajar ilmu kedokteran. Agar ia dapat bekerja sebagai dokter di India, perlulah ia juga memperoleh ijazah kedokteran Inggris. Maka Dr.Agnes Mc. Laren menyarankan supaya Anna melamar di Universitas Cork Irlandia. Selama di Universitas Cork Irlandia, Anna menginap di susteran Ursulin. Dalam bulan Juni 1914, Anna lulus ujian masuk di Universitas Cork.

Dalam perjalanan waktu, Anna juga harus bekerja di samping belajar untuk membiayai studinya. Pengalaman studi dan perjuangan hidupnya ini membuat dirinya lebih kokoh untuk menghadapi pelbagai kesulitan di masa mendatang. Pada tahun 1919,  Anna lulus ujian kedokteran dengan pujian (cum laude).

Pada Oktober 1920, Anna Dengel mendarat di Bombay. Melalui New Delhi ia naik kereta api ke sebuah kota yang besar dan ramai, Rawalpindi menuju Rumah Sakit St. Catharina, yang khusus melayani ibu-ibu dan anak. Rumah sakit ini tidak besar, hanya 16 tempat tidur, tetapi polikliniknya ramai dikunjungi para wanita Islam dan Hindu dari bermacam-macam kasta. Segala penyakit yang dipelajarinya dalam buku-buku kedokteran terdapat di situ. Yang sangat menyedihkan Anna ialah bahwa kebanyakan penyakit ini dapat dicegah seandainya ada dokter dan bidan yang cakap.

Bagaimana pengalaman dokter Anna Dengel sebagai misionaris awam? Sepanjang hari, ia sibuk bekerja di poliklinik di rumah sakit dan sore hari ia selalu dipanggil untuk mengunjungi orang-orang sakit di rumah mereka. Di rumah sakit, kalau ada ibu yang hendak bersalin, Dokter Anna Dengel harus mengerjakan semuanya sendiri, karena para biarawati yang bekerja di rumah sakit ini tak boleh menolong, disebabkan oleh undang-undang Gereja yang belum diubah sejak abad ke 13. Pembantu awam yang terlatih pun belum ada, karena adat istiadat yang masih berlaku mengasingkan kaum wanita dari hidup dan kerja di dalam masyarakat. Pada umumnya orang-orang pada waktu itu masih kurang mengerti tentang syarat-syarat  kesehatan seperti kebersihan dan pentingnya sinar matahari, olah raga dan gizi.

Ketika Anna Dengel telah lebih dari tiga tahun bekerja sebagai dokter di Rawalpindi, para pasien semakin bertambah banyak sehingga rumah sakit dan poliklinik tidak lagi bisa menampungnya. Maka timbullah pertanyaan dalam hatinya: “Tuhan, saya harus berbuat apa bagi-Mu dan Gereja-Mu, meneruskan pekerjaan ini atau Engkau menghendaki jalan lain bagi saya?” Ia merasa perlu adanya sebuah kongregasi religius wanita yang mengabdikan diri bagi mereka yang tidak memperoleh pelayanan kesehatan secara memadai.

Pada suatu hari, ia bertemu dengan seorang pastor dan dalam kebingungannya tercetuslah ungkapan: “Tolong saya!” Pastor ini mengajak Anna bercerita dan menjelaskan keadaan hatinya dan pada akhirnya sang pastor berpendapat, bahwa Anna dipanggil untuk masuk biara para suster yang telah ia kenal dan di mana ia bekerja dan menginap selama ini.
Anna percaya,bahwa nasehat pastor ini pasti kehendak Tuhan dan bahwa ia harus mentaatinya, meskipun hatinya terasa berat sekali meninggalkan tugasnya sebagai dokter di Rawalpindi. Ia sendiri berangkat ke Eropa pada musim semi tahun 1924 dengan maksud masuk biara.

Pada awalnya, Anna Dengel memang berniat memasuki sebuah kongregasi biarawati. Namun pertemuannya dengan seorang misionaris  bernama Pastor Khun ketika Anna Dengel berkunjung ke Austria sebelum masuk biara, telah mengubah arah panggilannya. Pastor Khun sendiri adalah seorang misionaris yang kembali dari India, dari sebuah kota di mana Anna dulu pernah bekerja, yaitu di Rawalpindi. Pastor Knun menyarankan agar Anna mengikuti suatu retret bimbingan pribadi untuk mengenal kehendak Tuhan dengan lebih jelas.

Dalam suatu retret dengan bimbingan seorang pastor lainnya, Anna Dengel dianjurkan  untuk melepaskan niat masuk kongregasi yang sudah ada. Ia diajak supaya lebih menyerahkan diri untuk perkembangan misi medis dengan mendirikan sebuah kongregasi baru dengan ijin Gereja dan dibawah pimpinan Gereja. Anna diyakinkan bahwa itulah kehendak Tuhan baginya. Anna Dengel merasa damai dan bahagia dengan keputusan itu karena selaras dengan cita-citanya.

Sejak itulah, Anna Dengel mulai mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mewujudkan nasehat itu dengan berkunjung ke beberapa tempat serta menjalin relasi. Pertama-tama, ia membicarakan niatnya ini dengan Yayasan Misi Medis di London. Miss Willis, sekretaris Misi Medis bersedia membantu Anna. Miss Willis yang berasal dari kota Boston, Amerika Serikat menawarkan untuk menemani dan memperkenalkan dokter Anna Dengel pada teman-temannya.

Di Amerika Serikat, Anna memulai beberapa kegiatan, yakni :
Ø  memberi ceramah kepada pelbagai perkumpulan dan sekolah-sekolah.   
Ø  membangkitkan minat pada pejabat -pejabat Gereja dan menyadarkan mereka bahwa para medis Katolik harus dikembangkan demi majunya perutusan Gereja.
Ø  mencari dana dan bantuan finansial.
Sebuah pertemuan dengan pastor Mathis, seorang biarawan dari Kongregasi Salib Suci, yang kebetulan juga mengusahakan tenaga medis untuk bekerja di India, menolong Anna untuk mendirikan sebuah tarekat baru. Ia mengajak Anna untuk menulis Konstitusi atau Anggaran Dasar terlebih dahulu, agar Anna dapat memperoleh izin dari uskup setempat. Dengan bantuan Pastor Mathis dan seorang ahli Hukum Gereja, konstitusi tersebut selesai dalam waktu singkat. Namun Anna hanya diberi izin untuk mendirikan sebuah ‘Perserikatan Saleh’ berhubung larangan Gereja bagi kaum biarawan-biarawati untuk melakukan praktek medis (kedokteran dan kebidanan). Anna Dengel sendiri tetap mempunyai harapan bahwa kelak akan diberi ijin untuk menjadi kongregasi religius.

Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya harapan itu benar-benar terwujud ketika Paus Pius XI mengeluarkan Dekrit yang mengizinkan lembaga-lembaga religius mengabdikan dirinya terutama termasuk pada karya kesehatan dengan praktek medis lengkap di negara misi. Maka perkumpulan saleh yang didirikan pada tanggal 30 September 1925 resmi menjadi sebuah Kongregasi religius dengan nama Society of Catholic Medical Missionaris yang sekarang dikenal dengan nama Medical Mission Sisters atau dalam bahasa Indonesia, Biarawati Karya Kesehatan (BKK). Hari peresmian ‘Society of Catholic Medical Misionaris’ (Medical Mission Sisters atau Biarawati Karya Kesehatan) ditetapkan pada tanggal 30 September 1925, karena diharapkan hari itu akan menjadi hari peringatan akan St. Theresia dari Lisieux, Pelindung Misi.

Pada awal tarekat ini, pelbagai pelajaran formal diberikan oleh Pastor Mathis dan pastor lain: Pelajaran Kitab Suci, hidup rohani, liturgi, sejarah Gereja. Sedangkan Anna Dengel sendiri mengajar bahasa Urdu kepada para novisnya, karena bahasa itu harus mereka kuasai di daerah misi. Disamping itu, tugasnya untuk menyadarkan umat dan pimpinan Gereja belum selesai. Anna Dengel juga harus sering pergi untuk memberi ceramah. Ia juga menjadi pengarang dan penerbit majalah ‘The Medical Missionary’ yang didirikannya  pada tahun 1926.

Pada tahun 1935, Anna Dengel memulai suatu perjalanan studi dan mengunjungi proyek-proyek kesehatan di pelbagai negara di Afrika dan Asia. Pada saat itulah, Paus Pius XI mengeluarkan suatu Dekrit dengan pernyataan, bahwa Kongregasi Suci di Roma “Propaganda Fide” menginginkan adanya lembaga-lembaga religius wanita baru yang mengabdikan dirinya terutama pada karya kesehatan di negara-negara Misi. Di sinilah usaha Anna Dengel bisa semakin terwujudkan. Tarekat barunya bisa menjadi Kongregasi menurut hukum Gereja dan para anggotanya dapat mengikrarkan “Kaul Publik” yaitu kaul yang diterima oleh pemimpin yang sah atas nama Gereja.

Karena itulah, Anna Dengel semakin rajin menghadiri kongres internasional untuk para dokter misionaris. Ia juga kerap membaca dan mempelajari masalah-masalah baru yang timbul karena perkembangan ilmu pengetahuan dan kedokteran (seperti pembatasan kelahiran, abortus, euthanasia). Ia juga mengusahakan agar pelayanan kesehatan dapat diberikan secara adil dan merata kepada semua orang, terutama orang kecil. Selain itu, Anna Dengel juga menyebarkan semangat “BKK” melalui surat-suratnya. Ia kerap mengirim surat edaran mengenai pelbagai hal rohani yang ditujukan kepada setiap suster. Surat-surat ini merupakan warisan serta kekayaan inspirasi para anggota sampai sekarang dan pada masa yang akan datang.

Dalam tahun terakhir hidupnya, Anna Dengel tinggal di rumah Pimpinan Umum Tarekat di Roma, dimana ia dikunjungi oleh para susternya dan misionaris lain yang datang ke Roma. Pada tanggal 30 September 1975, Anna Dengel masih boleh mengalami peringatan 50 tahun berdirinya Kongregasi. Pada kesempatan itu, ia menulis kepada semua anggota: “kebahagiaan yang luar biasa besar memenuhi hati saya pada Hari Peringatan 50 tahun berdirinya Kongregasi. Tak ada bayang-bayang sedikitpun yang memasuki hatiku yang dapat mengurangi rasa bahagia itu. DEO GRATIAS!”

Pada tahun 1976, Anna Dengel sakit dan harus dirawat oleh para suster sampai wafatnya pada tanggal 17 April 1980 pada usia 88 tahun, tepat pada hari wafatnya Dr. Agnes Mc. Laren 67 tahun yang lalu.

Walaupun Anna Dengel telah tiada, namun semangatnya tetap ada dalam diri para pengikutnya. Selain penghargaan terhadap lingkungan hidup, dalam Semangat Yesus Sang Penyembuh, mereka hadir melalui pelbagai pelayanan konkret yang ditujukan kepada sesama manusia:
  • yang tidak mempunyai sumberdaya untuk menolong diri sendiri
  • yang membutuhkan penyembuhan
  • yang dibuat miskin dan tertindas
  • yang diperlakukan tidak adil

Adapun pelbagai  pelayanan mereka melalui:
  • Rumah Sakit dan penyembuhan alternatif
  • Pendampingan Pastoral untuk anak-anak, orang muda dan orang tua
  • Pemberdayaan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat.


REFLEKSI TEOLOGIS
Sehat – “SEtia HAdirkan Tuhan”

Panggilan kita menjadi satu panggilan indah.
Karya kita sangat indah,
Panggilan kita sangat indah,
Hidup demi kehormatan dan kemuliaan Allah
Dan senantiasa menolong orang lain,
Menolong menyebarkan iman
Melalui hidup dan teladan kita
Dan melalui apa saja yang kita perbuat
Renungkanlah apa artinya diperbolehkan hidup dengan cara demikian
Kita semua harus sungguh berbahagia
Karena Allah telah memanggil kita dalam panggilan ini
(Anna Dengel, Pendiri BKK)

Belum lama setelah Indonesia merdeka, Menteri Kesehatan Indonesia ingin mendirikan sekolah bidan kesehatan di Indonesia bagian Timur. Keinginan ini ditangkap oleh Mgr. Willekens, SJ yang menghubungi Biarawati Karya Kesehatan di Belanda dan mengundang para Suster BKK untuk membantu menteri Kesehatan Indonesia mewujudkan keinginannya.

Atas undangan tersebut, Sr. Dr. Eleonore Lippits, pimpinan BKK di Belanda memutuskan untuk mengirim 5 Suster BKK Belanda ke Indonesia yang juga merupakan utusan dari Dinas Kesehatan Masyarakat pemerintah Belanda untuk membantu Departemen Kesehatan Indonesia.

Tanggal 10 Maret 1947, tibalah kelompok BKK pertama di Jakarta yaitu: Sr. Anna Kersemakers, Sr. Theresia van Ham, Sr. Willibroard Meijer, Sr. Thecla Ruiten, dan Sr. Elisabeth Hemmelder. Kelompok pertama ini untuk sementara menumpang di komunitas Suster Carolus Borromeus, RS Carolus Borromeus, Jakarta untuk proses penyesuaian makanan dan dan iklim Indonesia selama 3 bulan. Pada tanggal 5 Juni 1947, mereka berangkat ke Makassar, Sulawesi Selatan dan tinggal selama beberapa bulan bersama para Suster JMJ di Komunitas Stella Maris. Sepuluh hari kemudian, tanggal 15 Juni 1947, mereka segera mulai mendirikan Sekolah Bidan Pemerintah di Makassar dengan nama Melania yang kemudian hari diganti namanya menjadi “Klinik Bersalin Sitti Fatima”. Ini merupakan sekolah bidan pertama di Indonesia bagian Timur. Pada tanggal 11 November 1949 menyusullah kelompok kedua dari BKK Belanda untuk memulai pelayanan kesehatan di Solo (RS Brayat Minulya, di Jl. Tagore, Solo) dan sekitarnya.

Dalam pelbagai karya nyata, mereka sendiri tidak hanya mengobati pasien supaya sembuh, tapi juga mengupayakan supaya orang tidak sakit. Mereka sangat menekankan edukasi dan  membimbing masyarakat supaya tahu tanggung jawabnya memelihara kesehatan sendiri. Dkl: kehadiran para suster BKK di tengah-tengah masyarakat, yaitu menolong dan memfasilitasi agar orang semakin memiliki kesadaran sendiri akan pola hidup dan pola makan yang sehat.

Yah, jelaslah bahwa kongregasi BKK ini identik dengan dunia kesehatan. Mereka juga mengusahakan supaya setiap orang menjadi sehat, bukan? Bagi saya pribadi, sehat bisa berarti, “SEtia HAdirkan Tuhan.” Hal ini tentunya bersumber pula pada iman akan Yesus Kristus. Yesus, sang penyembuh dan pemelihara kehidupan.

Sesuai dengan semangat Konsili Vatikan II, yang mengharapkan agar semua Kongregasi Religius mengadakan kapitel pembaharuan, supaya semakin “SEtia HAdirkan Tuhan”, maka Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan juga mengadakan kapitel pembaharuan pada tahun 1967. Adapun beberapa aspek mendapat perhatian yang lebih besar supaya semakin “SEtia HAdirkan Tuhan.” seperti:
-    Dalam struktur kepemimpinan: kepemimpinan yang partisipatif, dimana setiap suster ikut berperanserta  dan bertanggung jawab.
-    Dalam hidup komunitas: saling ketergantungan dan mutu hubungan antar anggota menjadi landasan untuk saling mendukung dalam hidup religius dan penghayatan pengutusan Kongregasi.
-    Dalam arah karya penyembuhan: keadilan merupakan unsur pokok.
-    Dalam pembinaan: hidup berkomunitas dan pelayanan di tengah perjuangan hidup masyarakat menjadi bagian integral sejak awal masa pembinaan.

Secara singkat: hidup religius dan karya kerasulan dilanjutkan seperti yang dimulai oleh Anna Dengel, namun bentuk dan arah pelayanan disesuaikan dengan tuntutan zaman seperti diungkapkan dalam Kharisma Kongregasi supaya semakin “SEtia HAdirkan Tuhan.”. Dalam bahasa para suster BKK: “MELALUI GEREJA, KONGREGASI BIARAWATI KARYA KESEHATAN MENERIMA PENGUTUSAN: “MENJADI KEHADIRAN AKTIF KRISTUS SANG PENYEMBUH”. Yah, satu semangat mereka yang bisa dirangkum dalam usaha nyatanya untuk setia menghadirkan Tuhan, yakni: Passion for Christ, Passion for Humanity.”
                          

EPILOG
Jika engkau sungguh mencintai,
Engkau akan mampu mencari akal
Engkau akan memberi perhatian yang sungguh-sungguh
Engkau akan sabar dan tabah hati
Engkau akan menyesuaikan diri
Engkau akan suka memberi tanpa kenal lelah,
tanpa pamrih, dengan murah hati
Engkau sungguh ingin mengabdi dan tidak hanya bekerja
Engkau tidak akan mementingkan dirimu sendiri
(Anna Dengel, Pendiri BKK)

Pelindung Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan (BKK) adalah “BUNDA MARIA POHON SUKACITA KAMI”. Gelar “Pohon Sukacita Kami “ini dipilih karena sangat cocok dengan semangat dan panggilan misi medis. Bunda Maria sungguh-sungguh menjadi pohon sukacita, karena dengan menerima panggilannya, bukankah ia membawa sukacita yang benar ke dalam dunia? Bersama Anna Dengel, para suster BKK jelas dipanggil untuk menjadi pembawa sukacita bagi semakin banyak orang lain, terlebih yang menderita dan tertekan. Bagaimana dengan kita sendiri? Sudahkah menjadi pembawa sukacita bagi sesama dan keluarga kita masing-masing? Satu dasar iman yang pasti: Bukankah kita juga bersukacita karena telah mengenal dan menerima Kristus, Sang Penebus dan Penyembuh bersama BundaNya Maria secara lebih dekat? Syukur kepada Allah. Deo Gratias!!

ASPIRASI
“Tidak ada pengutusan penyembuhan tanpa persekutuan bersama orang lain. Kami diutus untuk membangun persekutuan bersama orang lain dan menimba kekuatan dari relasi satu sama lain antar Suster BKK. Kehadiran,  yaitu hubungan dalam cinta kasih dengan orang lain, merupakan langkah pertama pengutusan kami. Inilah daya yang paling kuat dalam penyembuhan. Kemudian bersama dengan mereka mencari akar kejahatan yang menghambat kesehatan dan kesejahteraan banyak orang, lalu bersama mereka pula mencari jalan keluar dan mengobati luka-luka dalam masyarakat”.
(Kapitel Pembaharuan BKK, tahun 1967)
              

Ini adalah Panggilan untuk Berkorban dan Bergembira
Cinta kasih diukur dengan pengorbanan
karena banyak hal bertentangan
dengan watak kita
Namun panggilan kita adalah juga panggilan untuk bergembira,
karena boleh terlibat dalam pelayanan Allah,
dalam pelayanan kepada sesama.
Ketika kamu masuk Tarekat,
kamu mengikatkan diri untuk
memberikan diri sepenuhnya
untuk melayani Tuhan.
Tuhan mengundang kita
dan kita mengikatkan diri.
Ini timbal balik
Jika kita tidak memahami bahwa hidup religius adalah
melulu hanya mencari Tuhan dan bukan diriku sendiri,
kita tidak memahami hidup religius itu
Dengan mencari hanya Tuhan dan bukan dirimu sendiri
kamu memiliki kemurahan hati, semangat berkorban
dan semangat kegembiraan dan saya ingin menambahkan yakni
kebaikan hati.
Ada orang yang kurang memiliki sentuhan manusiawi itu.
Di dalam panggilan kita, hal ini sangat dibutuhkan.
(Anna Dengel, Pendiri BKK)

0 komentar:

Posting Komentar