to make the events
of salvation ‘present’ in the mind, and thus to attain
that direct
experience of love.”
(Rahner, Ignatius
the Theologian; NY 1968, p.191)
1.
Latihan
Rohani Santo Ignatius Loyola adalah kumpulan doa dan meditasi
serta “manual” untuk membangun hidup rohani yang disusun oleh Santo Ignatius
Loyola, khususnya selama masa-masa formatif pembentukan hidup rohaninya (tahun
1522-1524). Kumpulan doa, meditasi, dan teknik latihan rohani ini biasanya
dijalankan selama 30 hari dalam retret tertutup, dan bertujuan untuk membangun
dan memperdalam relasi iman personal pada Yesus lewat misteri kelahiran,
kehidupan, karya, sengsara dan kebangkitanNya. Dalam Latihan Rohani ini setiap
orang diajak untuk merenungkan beberapa aspek penting dalam iman kristiani
seperti: penciptaan, dosa, pengampunan, panggilan, pelayanan, dan juga hidup,
sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Dengan bimbingan seorang pembimbing
rohani, setiap orang lewat latihan-latihan rohani dibantu untuk mencapai
kebebasan spiritual, dan kemampuan untuk menemukan kehendak Tuhan dalam
hidupnya dan bertindak atas dasar roh dan cinta Tuhan yang diterimanya.
2.
Retret Agung adalah nama lain
dari Latihan Rohani Santo Ignatius merupakan bagian penting dari pendidikan
seorang Jesuit. Dalam masa novisiat (pendidikan
awal seorang Jesuit selama 2 tahun), seorang novis (calon) Jesuit wajib
melakukan Latihan Rohani Santo Ignatius ini (retret agung) selama 30 hari.
Namun demikian Latihan Rohani ini tidak hanya untuk para Jesuit atau religius. Sudah
cukup banyak kaum awam yang mendalami dan menekuni Latihan Rohani Santo
Ignatius. Latihan rohani, walaupun didesain untuk dilakukan dalam Retret
Tertutup, juga bisa dilakukan dalam Hidup Harian biasa. Sebuah contoh
permenungan St.Ignatius Loyola, LR no 95: “KehendakKu ialah menaklukkan
seluruh dunia serta semua musuh, dan dengan demikian masuk ke dalam kemuliaan
Bapaku. Barangsiapa mau ikut Aku dalam usaha itu, harus bersusah payah bersama
Aku, supaya karena ikut Aku dalam penderitaan, kelak dapat ikut pula dalam
kemuliaan”
3.
Empat bagian besar
dalam proses Latihan Rohani, yakni: “Dosa”, “Misteri Hidup Yesus”,
“Kisah Sengsara Yesus”, dan “Kebangkitan Yesus”. Proses Latihan Rohani ini
merupakan sebuah proses dimana seseorang pada akhirnya mampu memahami bagaimana
pengalaman-pengalaman rohani yang dialami dalam doa dapat diaplikasikan dalam
hidup nyata. Pengalaman spiritual dalam Latihan Rohani ini tentunya menjadi
sangat berguna dalam hidup nyata. Kemampuan untuk membedakan gerak roh, mencari
kehendak Tuhan dan semata-mata mengarahkan hidup kepada kehendakNya merupakan
hal-hal pokok yang dicapai dalam pengalaman Latihan Rohani Santo Ignatius
selama 30 hari ini dengan 4 minggunya ini. Istilah “Latihan” sendiri lebih
dimaksudkan untuk menekankan sifat "latihan Ignatian" dan bukan
kenyataan mengundurkan diri yang menjadi sarananya. Latihan-latihan dimaksudkan
agar kita semakin mengenal Kristus secara pribadi dengan lebih mesra,
mencintaiNya dengan lebih dalam dan mengikutiNya dengan lebih setia. Tujuan LR sendiri adalah agar dapat mengatur diri
dari rasa lekat tak teratur dan kemudian mengabdi dan memuliakan Allah (bdk. LR
n. 1, 21, 22, 23, dll.)
4.
Rangkaian Latihan
Rohani,
terdiri dari: persiapan, latihan sendiri
dan refleksi atas latihan.
1)
"Persiapan
Latihan"
menyangkut pengambilan keputusan mengenai tempat latihan akan dilakukan, sikap
tubuh dalam doa, bahan dan waktu lamanya doa dilaksanakan. Dalam persiapan
menetapkan sikap dasar doa: adalah sikap hormat terhadap Allah yang hadir.
Secara fisik dan psikis, kita menyesuaikan diri dengan kehadiran Allah ini.
2)
"Latihan
Rohani" meliputi
doa persiapan, rahmat yang kuminta, latihan-latihannya sendiri, percakapan, doa
penutup.
a)
Doa persiapan menegaskan sikap pribadi bahwa segala
sesuatu yang kulakukan selama doa ini melulu demi kemuliaan Allah dan kebaikan
semua manusia.
b)
Rahmat yang kuminta adalah “sesuatu yang belum kumiliki
dan hanya Tuhanlah yang dapat memberikannya”. Maka dengan sabar dan tekun saya
memohonnya. Rahmat ini bersifat efektif karena sungguh kurasakan dan kualami
pengaruh-pengaruhnya dalam diri dan tugasku.
c)
Latihan-latihan sendiri terdiri dari bagian
yang kubuat, seperti pembacaan teks Kitab Suci, pemahaman sabda, penghayatan kebenaran
wahyu, pernyataan iman, harapan, kasih dan sikap syukur serta pujian kepada
Allah. Dan bagian yang terjadi begitu saja pada diriku. Di sini Tuhan sendiri
mengkomuni-kasikan diriNya kepadaku, dan mengajak untuk semakin mencintai,
memuji dan melayaniNya.
d)
Percakapan pribadi dilakukan dengan pribadi-pribadi
yang muncul dalam latihan, khususnya Bunda Maria, Yesus, para Kudus dan
pribadi-pribadi lain, seperti Bapa atau Ibu pendiri Keuskupan, dll. Percakapan
ini dimaksudkan untuk membangun relasi dekat dengan mereka.
e)
Akhir Latihan doa, ditutup dengan doa "resmi"
Gereja, seperti doa Bapa Kami, Salam Maria, Jiwa Kristus, doa pribadi, dll.
Semua doa itu mengingatkan agar kita kembali kepada kesatuan dengan Tuhan Yesus
di dalam GerejaNya.
3). Refleksi atas
latihan.
5. Meditasi adalah doa di mana
ingatan, akal budi dan kehendak kita diaktifkan untuk memahami dan mencecapi
kenyataan iman yang kini sedang dihadapi atau yang sedang digumuli menjadi
concern pribadi (misal: masalah-masalah sosial, keadilan, kebaikan, kasih
Allah).
Sebelum berdoa meditasi, persiapkanlah tubuh dengan
baik, yaitu dengan mengunakan metode "YESUS":
Y ang relaks
E nteng di kepala
S atukanlah pikiran dan tubuh dengan berkonsentrasi
U sahakanlah tubuh membentuk sudut tegak lurus antara
kaki dan tubuh kalau mengambil posisi duduk
S adarlah bahwa Anda sedang berdoa.
6.
Kontemplasi adalah doa
penerjunan diri, di mana kita ke dalam kisah pengalaman hidup
(peristiwa) atau kisah Injil (kitab Suci). Dalam doa ini jiwa istirahat,
tinggal dalam keheningan (solitude) untuk menemukan nikmat pada pribadi, kata
dan tindakan Allah. Kisah hidup yang kita senandungkan adalah pengalaman yang
sejajar dengan kontemplasi. Beberapa langkah berdoa kontemplasi Ignasian pada
permulaannya sama dengan berdoa meditasi. Biasanya kesamaan langkah ini
merupakan sesuatu yang umum sekaligus esensial dalam praktek doa-doa Ignasian.
Sebagai pedoman pokok, kita bisa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menenangkan diri. Sadarilah anda berada di
hadapan Tuhan dan mau bertemu secara personal denganNya. Posisi tubuh anda bisa
duduk di atas kursi, duduk bersila atau berlutut, sejauh anda merasa nyaman dan
masih dalam sikap hormat pada Tuhan sendiri.
b. Ucapkanlah doa pendahuluan.
Doa ini bisa merupakan sebuah “sapaan” kepada Tuhan, sebuah ungkapan ketulusan
untuk mau datang di hadapanNya.
c. Setelah doa pendahuluan, bacalah pelan-pelan
perikop kitab suci yang akan menjadi bahan meditasi anda. Hendaknya perikop ini
sudah disiapkan dan dibaca berkali-kali sebelum melakukan doa formal. Ini
artinya bahan doa harus dipersiapkan lebih dulu. Setelah membacanya,
hadirkanlah diri anda dalam peristiwa perikop yang anda baca. Setelah
membacanya, hadirkanlah diri anda dalam peristiwa perikop yang anda baca.
Lihatlah situasi dan hadirkan imaginasi tentang tempat dan person dalam perikop
ke dalam imaginasi/budi anda. Sebagai contoh, bahan doanya misalnya Kisah
Bartimeus (Markus 10:46-52). Bayangkanlah suasana kejadian perikop tersebut secara
lebih detail: rumah-rumahnya, suasana jalan. Hadirkan pula apa yang anda bisa
lihat di dalamnya? apa yang anda cium, apa yang anda sentuh. Bayangkanlah pula
sosok Bartimeus. Apa yang dia kenakan? Bagaimana dia bertingkah laku dan
mengemis? Hidupkanlah suasananya dalam imaginasi anda.
d. Setelah
membacanya perlahan, mohonkan rahmat yang ingin anda peroleh dalam doa ini.
Misalnya: mohon rahmat untuk bisa merasakan cinta Tuhan dan merespon cinta
tersebut, mohon rahmat untuk mohon rahmat untuk semakin dekat mengenal Tuhan
sendiri, dll.
e. Anda kembali membaca perikop Markus 10:46-52
secara perlahan dan penuh sikap doa (tenang dan hormat di hadapan Tuhan).
Hadirkanlah dalam imaginasi anda peristiwa kitab suci ini. Hidupkanlah
suasananya, perhatikan apa yang anda lihat dalam imaginasi anda satu persatu
dari situasi tempat dan juga person yang terlibat disana. Perhatikan pula
dialog antara Bartimeus dan Yesus (silakan klik disini untuk membaca perikopnya). Setelah
memperhatikan Bartimeus dan Yesus, perhatikan pula kerumunan orang disana. Apa
yang mereka lihat? apa yang mereka rasakan? apa yang mereka pikirkan?
f. Pada prinsipnya, anda hadir dalam peristiwa tersebut
dan memperhatikan apa yang terjadi. Lihatlah bagaimana Bartimeus berteriak
meminta pertolongan Yesus, bagaimana mereka berdialog dan bagaimana kegembiraan
dan ekspresi hati terdalamnya. Anda bisa memilih menjadi Bartimeus, lalu
menjadi Yesus, lalu juga menjadi orang yang berkerumun. Ini berguna bagi anda
untuk menyelami kisah dan makna peristiwa Kitab Suci secara lebih mendalam.
g. Setelah mengkontemplasikan perikop ini,
bercakap-cakaplah dengan Tuhan sendiri. Utarakan perasaan dan pengalaman doa
anda, hal-hal yang mengerakkan anda, inspirasi yang anda dapatkan, perasaan
syukur, perasaan malu atau kecewa. Ungkapkan juga niat anda setelah merasakan
pengalaman doa ini. baik bila niat itu merupakan sesuatu yang sederhana dan
operasional, artinya realistis untuk diwujudkan.
h. Ucapkan doa syukur, lalu bisa ditutup dengan
Bapa Kami.
i. Setelah doa selesai, sisihkanlah waktu sekitar
10 menit, untuk merefleksikan jalannya doa: inspirasi dan pengalaman doa apa
yang anda alami? hal-hal baru apa yang terjadi dalam doa? catatlah
hambatan/tantangan dalam doa yang anda alami, apa yang membuat saya gembira
dalam doa? apa yang membuat anda sulit berdoa pada saat itu (bila ada). Jangan
lupa mencatat buah-buah doa dan juga niat yang anda ingin buat.
Sembilan langkah di atas adalah sebuah
panduan umum untuk berdoa kontemplasi Ignasian. Kuncinya adalah menghadirkan
diri dalam peristiwa Kitab Suci dan mencoba untuk bertemu dengan Yesus sendiri
lewat peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, kontemplasi bukanlah sekedar mengkhayal
atau membayangkan tetapi lebih berfokus pada hubungan personal kita dengan
Yesus dan bagaimana kita semakin mau mengenalnya lewat tindakan, ucapan dan
juga sikap hatiNya sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Lewat kontemplasi,
kita diajak membatinkan nilai-nilai Yesus sendiri secara personal dan mendalam.
7.
Repetisi adalah doa ulangan,
di mana doa ini diibaratkan sepereti lembu yang sedang memamah biak (makan),
sehingga sari-sari makanan betul-betul dapat diserap. (LR Ignatius no. 2:
".... bukan berlimpahnya
pengetahuan, melainkan merasakan dalam-dalam kebenarannya itulah yang memperkenyang
dan memuaskan jiwa").
8.
“Penerapan Panca
indera” adalah
latihan yang mempergunakan dan mengaktifkan kelima daya inderawi (penglihatan,
pendengaran, pembauan, sentuhan, pencecapan) untuk semakin masuk kedalam
suasana kontemplasi. Latihan-latihan ini mengantarkan kita masuk dalam
“Pengalaman berkontemplasi dalam aksi”, yang banyak mendukung pemaknaan
aktivitas harian. Dalam kotemplasi yang sangat maju, orang bisa sangat sibuk,
tetapi sangat dalam pengalaman rohaninya.
9.
Examen atau
Pemeriksaan batin
adalah refleksi dalam suasana doa. Dalam Spiritualitas Ignatian dan Latihan
Rohani, pemeriksaan batin (English: Examen of Consciousness – Latin: Examen
Conscientiae) adalah aktivitas doa yang fundamental. Doa yang diambil dari
tradisi para Jesuit selama hampir 500 tahun ini sangat membantu kita dalam
menumbuhkan relasi personal dengan Tuhan sendiri. Pemeriksaan batin adalah
sebuah aktivitas doa dimana kita hendak menemukan gerak roh di dalam hidup
harian kita.
10.
“Refleksi atas
Latihan"
merupakan kegiatan untuk mengamati gerakan batin (perasan-rohani) yang muncul
selama latihan, baik yang dilakukan maupun yang dirasakan. Refleksi LR ini
tidak dimaksudkan untuk mengumpulkan gagasan yang muncul selama doa. Maka yang
ditanyakan adalah: (a) Apa yang memikatku, perubahan apa yang kurasakan dan
kualami dalam diriku, (b) Pengalaman macam apa yang menyatakan kehendak Allah
bagiku, (c) Apa yang dikatakan Tuhan kepadaku, dan (d) Apa yang perlu diulangi
di dalam latihan berikutnya, dll.
11. Bacaan Wajib adalah: Kitab Suci,
Konstitusi, Dokumen-dokumen Gereja dan bacaan lainnya. Bacaan ini dimaksudkan
untuk membantu peserta menyadari lebih dalam dimensi "inkorporatif"
(proses menjadi satu tubuh dengan keuskupannya) dari acara yang
dilaksanakannya. Artinya: agar pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatannya
yang direfleksikan membuat panggilan pribadinya, panggilan Gereja dan panggilan
imamat semakin mantap.
12.
Lima langkah
sederhana Examen.
a. Sadarilah bahwa anda hadir di hadapan Tuhan.
Kesadaran bahwa kita hadir di hadapan Allah akan membawa kita kembali menyadari
bahwa kita adalah ciptaanNya dan menyadari bahwa cinta Tuhan selalu menyertai
hidup kita.
b. Lihatlah kembali peristiwa yang terjadi dalam
hidup anda selama hari yang sudah berlalu. Ingatlah kembali setiap peristiwa
yang terjadi sejak anda bangun pagi, ketika sarapan, berangkat bekerja, di
kantor/sekolah, peristiwa-peristiwa yang membuat anda tertawa, sedih, tertekan,
gembira. Hidupkanlah kembali dalam ingatan anda peristiwa yang berkesan dan
penting dalam hidup anda selama hari tersebut. Sambil mengucap syukur pada
Tuhan atas berbagai peristiwa hidup yang sudah dialami selama hari itu, renungkanlah
juga sisi-sisi positif dalam diri anda, potensi dan kekuatan dalam diri anda,
dan juga kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri anda.
c. Mohon kepada Tuhan kehadiran Roh Kudus
supaya anda dapat dengan jernih, jujur, sabar dan tenang dalam merenungkan peristiwa,
tindakan, tingkah laku dan motivasi anda selama hari tersebut. “Tetapi
apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran.” (Yoh 16:13). Terang Roh Kudus akan memberi inspirasi bagi anda
untuk melihat peristiwa tersebut dalam terang iman, tidak menjadi hanyut dalam
kekecewaan mendalam, dan di sisi lain tidak juga menjadi acuh tak acuh.
Menempatkan peristiwa hidup anda dalam kacamata iman menjadi penting karena
disinilah terang Roh Tuhan sendiri akan membukakan hati anda untuk melihat
kebaikan Allah, dan juga merasakan tawaran Allah dalam diri anda untuk selalu
terus bertumbuh.
d. Sekarang, renungkanlah peristiwa hidup anda
hari itu satu persatu. Ini adalah bagian terpanjang dari pemeriksaan
batin. Setelah anda mengingat-ingat kembali peristiwa hidup anda hari itu
(langkah no.2), pada tahap ini anda diajak untuk merenungkan
peristiwa-peristiwa tersebut secara lebih mendalam: Apa yang anda rasakan dalam
hati anda? Tinjaulah kembali perasaan-perasaan, tindakan dan dorongan batin
anda dalam mengalami sebuah peristiwa, siapa sajakah yang terlibat dalam
peristiwa itu dan apa harapan, ketakutan ataupun keraguan yang anda alami.
Perlu diingat baik-baik: Ini bukanlah saat dimana anda mengingat
kesalahan/kegagalan/kekurangan diri anda. Lebih jauh, dengan langkah ini, anda
bersama Tuhan sendiri mau melihat sejauh mana anda dalam hidup menanggapi
rahmat Tuhan, lewat peristiwa dan orang-orang yang anda jumpai. Adakah situasi
ketika anda justru tidak berbuat apa-apa ketika seharusnya ada terpanggil untuk
berbuat sesuatu yang baik? Adakah situasi dimana kita jatuh dalam
ketidakjujuran dan acuh tak acuh? Adakah situasi dimana anda justru membawa
perpecahan dan bukan membawa kedamaian dan penghiburan? Adakah saat dimana kita
bergembira dan solider dengan yang membutuhkan? Adakah saat dimana kita sungguh
berbagi? Apakah Tuhan sungguh menjadi penggerak dan inspirasi hidup anda dalam
peristiwa-peristiwa tersebut? Latihan ini sangat berguna untuk memperdalam
kesadaran diri sebagai orang beriman, dimana hidup kita adalah sebuah jawaban
terus menerus atas kebaikan dan rahmat yang diberikanNya setiap hari.
e. Wawancara hati ke hati dengan Yesus sendiri.
Disini anda berbicara dari hati ke hati dengan Yesus sendiri, secara sungguh
personal tentang hari yang anda lalui. Berbicaralah layaknya seperti teman
dekat, utarakan perasaan anda, pikiran anda, rasa syukur, sedih dan gembira
yang anda alami. Mungkin ada merasa butuh pengampunan, mohon bimbingan,
mengucap syukur, prihatin atau sekedar bergembira atau berbagi beban. Ucapkan
terima kasih pada Tuhan dengan sepenuh hati, atas kehadiranNya, atas rahmatNya,
sehingga anda bisa memandang hidup hari ini secara lebih jernih dan tenang.
Mintalah berkat Tuhan untuk dapat maju lebih baik di hari berikut. Tutuplah
dengan doa Bapa Kami secara perlahan.
13. Pembedaan
Roh/Discernment (LR 313),
adalah sebuah sarana rohani yang bertujuan untuk melatih orang dalam mengenali
gerakan-gerakan batinnya dengan cara:
- Menyadari dan
merasakan gerakan yang ada dalam batinnya.
- Mengenali
ciri-ciri dan asal-usul gerakan itu.
- Menerima dan
menolak gerakkan itu.
Bagi Santo Ignatius
Loyola sendiri, pembedaan roh merupakan bagian integral dari peziarahan rohani
setiap orang. Mereka yang hendak membangun hidup rohani hendaknya memiliki
seorang pembimbing yang bersamanya mereka dapat meneliti kemana roh
menggerakkan diri mereka. Pembedaan roh ini dapat dilakukan dengan
merefleksikan situasi hati yang gembira, bersemangat, mendapat penghiburan atau
peneguhan (situasi ini biasa disebut konsolasi) dan juga situasi hati yang
sedih, berat, penuh beban, lesu (situasi ini disebut desolasi). Selain itu,
pembedaan roh juga dapat dilakukan dengan merefleksikan insight dan juga
inspirasi yang diperoleh selama Latihan Rohani.
Menurut Santo Ignatius,
seorang beriman yang hendak bertumbuh dalam hidup rohani perlu secara jujur dan
terbuka membagikan pengalaman rohaninya kepada seorang pembimbing yang bisa
membantu untuk melihat pengalaman-pengalaman tersebut secara jernih dan
obyektif dan tidak dikuasai atau dikendalikan melulu oleh emosi, keinginan dan
perasaan sesaat belaka. Pembedaan roh ini memerlukan kejujuran,
kelemahlembutan, sikap tenang dan juga refleksi rasional. Roh yang baik akan
selalu membawa diri kita pada kedamaian hati, ketentraman dan juga kegembiraan
hidup. Sebaliknya roh jahat biasanya selalu membuat kita untuk cenderung
terburu-buru, emosional dan seringkali membuat kita tidak konsisten dengan
keputusan-keputusan yang kita buat. Bagi Santo Ignatius, mereka yang ada dalam
posisi sebagai pembimbing rohani harus punya kemampuan untuk mendengarkan
dengan baik, sabar dan bertanya dengan penuh cinta kasih serta mengajak pihak
yang dibimbing untuk secara jernih melihat pengalaman rohaninya.
Mengamati proses timbulnya gerakkan batin:
·
Awal
baik, tengah baik dan akhirnya bagaimana?
·
Awal
buruk, prosesnya baik dan akhirnya baik.Roh baik yang bekerja.
·
Awal
buruk, prosesnya jahat, pasti akhirnya jelek.
14. Ad Maiorem Dei Gloriam, adalah semboyan
khas dari Ordo Serikat Yesus (Jesuit). Ad
Maiorem Dei Gloriam adalah ungkapan berbahasa latin yang artinya “Demi
Kemuliaan Tuhan Yang Lebih Besar”. Motto ini merupakan ciri mendasar dari
Serikat Yesus, yang tentunya berakar dari jiwa dan semangat Latihan Rohani:
mengabdi dan memuliakan Tuhan dalam segala hal. Motto Ad Maiorem Dei Gloriam juga biasanya digunakan sebagai motto oleh
banyak institusi yang dikelola atau dimiliki oleh Serikat Yesus, seperti
sekolah dan universitas di berbagai penjuru dunia. Tentunya, semangat yang
mendasari motto inilah yang ingin selalu diperkenalkan dan disampaikan kepada
mereka yang dididik dalam institusi Jesuit.
15.
Magis, adalah istilah dalam Spiritualitas
Ignasian yang berarti “Lebih”. Tentunya istilah ini digali dari motto Jesuit
sendiri “Ad Maiorem Dei Gloriam”. Dengan kata “Magis” berarti seseorang mau
berbuat lebih, tidak cepat berpuas diri, tidak “suam-suam” kuku, seenaknya,
bersantai ria, tetapi secara optimal mau mencari dan mewujudkan kehendak Allah
dalam hidupnya dan tugas panggilannya bagi orang-orang di sekitarnya.
Semangat
magis ini juga berakar pada jiwa dan semangat Latihan Rohani: Apa yang telah saya perbuat untuk Tuhan? Apa
yang sedang saya perbuat untuk Tuhan? Dan apa yang akan saya perbuat untuk
Tuhan?
16.
Cura Personalis, merupakan sebuah semangat untuk
membantu orang lain secara tulus dan terbuka dalam membangun hubungannya dengan
Allah dan sesama. Cura personalis
harus selalu dipandang dalam konteks antara tuntutan panggilan hidup, semangat
magis dan juga hidup rohani. Seseorang yang berada dalam posisi membantu orang
lain dan juga mereka yang dibimbing perlu menciptakan suasana saling percaya
satu sama lain. Oleh sebab itu, sikap terbuka, jujur, tidak menghakimi, tidak
mengatur tetapi lebih cenderung mau mendengarkan dan bertanya sebagai sahabat
merupakan sikap yang penting dalam cura
personalis. Singkatnya, cura
personalis adalah semangat dan tindakan yang lebih membantu orang lain
untuk bertemu dengan Tuhan sendiri secara otentik.
17. Hidup Religius, merupakan hidup bakti kepada Allah (Konsili Vatikan II
dan Evangelica Testificatio, ET, 26-6-1971). Demikian juga hal itu dirumuskan
di dalam Kitab Hukum Kanonik (CIC). Beberapa rumusan singkat hakekat hidup
bakti/hidup religius sebagaimana terdapat dalam dokumen-dokumen resmi Gereja,
yakni:
1.
Lumen Gentium (= Terang Bangsa-bangsa). Dokumen resmi
Gereja ini menguraikan hidup bakti sebagai panggilan khusus bagi manusia dan
menyebutkan bahwa hidup bakti itu adalah:
a.
Anugerah
ilahi dari Bapa kepada orang beriman, dan terutama kepada beberapa orang yang
menanggapi Kehendak-Nya (n. 42)
b.
Persembahan
diri manusia kepada Allah sebagai
satu-satunya yang paling dicintai (n. 44)
c.
Persembahan
diri total dengan hati yang tak terbagi (nn 42.44)
d.
Pembaktian
diri secara lebih akrab (n. 44)
e.
Tujuan
utama hidup bakti adalah membaktikan diri seutuhnya (n. 45), dan berkehendak
tetap untuk mengabdikan diri kepada Tuhan demi kebaikan seluruh Gereja (n. 44).
2.
Perfectae Caritatis (= Cinta kasih Sempurna)
a.
Suatu
bentuk kehidupan yang mempunyai nilai unggul (n. 1)
b.
Mereka
dipersatukan dengan Kristus (n. 1)
c.
Ciri
totalitas persembahan ditekankan dalam dokumen
(nn. 1, 5)
d.
Kelanjutan
atau langkah lanjut dari baptis (n. 5)
3.
Evangelica Testificatio (= Kesaksian Injili)
a.
Menegaskan
kembali ajaran Konsili tentang hidup bakti yang berpusat pada anugerah cinta
Allah kepada manusia (n. 7)
b.
Menekankan
kesatuan erat antara kaum religius dengan Kristus dalam Ekaristi (nn. 3, 4, 9,
47)
c.
Persembahan
cinta seorang religius kepada Tuhan, sebagai tanggapan atas karunia ilahi dari
Allah (nn. 3, 47)
d.
Hidup
Bakti dan komunitas (n. 38)
4.
Codex Iuris Canonici (Kitab Hukum Gereja, sebagai Hukum
Resmi dalam Gereja, Kan. 573 $ 1). Hidup bakti menurut Kitab Hukum Kanonik adalah hidup yang dibaktikan dengan
kaul atas nasehat-nasehat injili sebagai:
a.
“Suatu
bentuk kehidupan tetap di dalam Gereja, di mana umat beriman, atas dorongan Roh
Kudus, mengikuti Kristus secara lebih dekat” (1)
b.
“Dipersembahkan
secara utuh kepada Tuhan yang paling dicintai, demi kehormatan Allah,
pembangunan Gereja dan keselamatan manusia yang diwujudkan di dunia ini” (2),
c.
untuk
menjalankan tugasnya itu “mereka dilengkapi dengan dasar baru dan khusus, guna
mengejar kesempurnaan cinta kasih dalam pelayanan Kerajaan Allah”, (3)
d.
dan
mereka ini menjadi “tanda unggul dalam Gereja untuk mewartakan kemuliaan surgawi”.(4)
18. Tiga Nasehat Injil, adalah: keperawanan,
kemiskinan dan ketaatan. Konsili Vatikan II, sesuai dengan tradisi
berabad-abad, menyatakan bahwa nasehat-nasehat Yesus yang dihayati para
religius, seperti terdapat dalam Injil itu, merupakan cara untuk menyatukan
diri dengan Allah secara khas dalam Yesus. Tentu saja di samping tiga nasehat
Injil itu, masih terdapat nasehat-nasehat lainnya.Penentuan tiga nasehat injil
sebagai kaul hidup bakti itu lama dalam sejarah kerohanian tarekat religius.
Sejak permulaan dalam Gereja telah timbul suatu keinginan untuk hidup mengikuti
Kristus secara radikal. Hal itu dimulai oleh para rasul, kemudian para pertapa
di padang gurun, kelompok rahib dan rubiah. Akhirnya atas bimbingan Roh Kudus
dan bantuan Gereja, mereka menemukan bahwa tiga nasehat Injil itu merupakan
cara yang terbaik untuk menyerahkan diri kepada Tuhan. Lama kelamaan mereka
secara lebih jelas mampu mempertemukan tiga nasehat injil sebagai yang mencakup
seluruh hidup manusia.
Lewat
ketiga nasehat Injil itu, mereka juga mengikatkan diri secara penuh kepada
Allah. Tiga nasehat Injil: keperawanan, kemiskinan dan ketaatan merupakan
ungkapan keinginan untuk mencintai dan hidup menyerupai Yesus Kristus secara
sempurna. Kesempurnaan praksis dan penghayatan tigas nasehat Injil itu
mematangkan semangat cinta kasih, yang membuat orang mampu menyerap seluruh
hidup manusia dan hanya tertuju kepada Allah. Maka keperawanan, kemiskinan dan
ketaatan tak dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi tetap merupakan satu
kesatuan dalam persembahan diri seorang religius kepada Allah. Itu disebut
nasehat, karena itu bukan suatu perintah, tetapi suatu tawaran yang melampaui
batas-batas perintah yang diharuskan. Mereka mau hidup sempurna lebih dari
sekedar apa yang diperintahkan itu, tetapi
merupakan ungkapan cinta atau kehendak untuk mau mencintai Allah secara
lebih sempurna seperti cinta yang dihayati Kristus sendiri (LG. n. 42).
19.
“ANAWIM” adalah: orang-orang
yang miskin, lembut hati (artinya peka rohani), dan yang rendah hati. Mereka
mempercayakan dirinya kepada penyelenggaraan Tuhan, yang mencintainya.
Orang-orang inilah yang terpilih menjadi pewaris janji Abraham. Meskipun kerap
kali mereka ditindas oleh para kaya dan penguasa. Dalam Perjanjian Lama (PL =
yang memuat kisah sejarah Israel) kita kenal kaum “ANAWIM”. Yang disebut “orang
milik Yahwe”.
20. Konsolasi:
adalah seseorang yang rasa batinnya
sedang mengalami perasaan yang berkobar-kobar, bersemangat tinggi dalam
melakukan sesuatu demi cinta kepada Allah Tuhannya. Orang yang bertobat dan
merasa sedih atas dosa-dosanya sehingga mencucurkan air mata juga bisa disebut
sebagai konsolasi. Jadi konsolasi pada dasarnya adalah setiap keadaan dimana
iman, harapan, dan kasih semakin dirasakan bertambah dalam diri seseorang.
Cara mengambil sikap
dalam konsolasi:
-
Syukur
dan rendah hati, karena sadar bahwa segalanya adalah rahmat
-
Bila
terdorong, membuat niat yang realistis untuk perbaikan hidup tobat
-
Bersiap-siap
menghadapi desolasi bila suatu saat tiba
-
Jangan
terlena, sehingga tidak berhati-hati dalam melangkah.
- Desolasi,
adalah keadaan dimana batin seseorang sedang gelap, kacau, sepi,
bingung, terseret ke arah hal-hal duniawi, dan membuat iman, harapan, dan
kasih semakin kurang dirasakan.
Cara menghadapi
desolasi:
-
Ingat
sewaktu konsolasi, sehingga tetap bisa bersabar, tekun dan percaya
-
Tidak
membuat putusan atau peerubahan atas putusan saat mengalami desolasi
-
Sadar
bahwa rahmat tetap ada, juga dalam saat kegelapan sekalipun
-
Jangan
berdiam diri bila setan menyerang, lakukan sesuatu: askese, doa, laku tapa,dll
Mengapa desolasi:
-
Biasanya
ada tiga sebab utama dari desolasi. Satu,
karena kita sendiri yang malas dalam menjaga kedekatan kita dengan
Tuhan. Dua, Tuhan sendiri yang ingin mencoba seberapa besar iman kita
kepada-Nya bahkan dalam situasi yang paling tidak mengenakkan sekalipun. Tiga,
Tuhan sendiri yang ingin memberi kita pengetahuan serta pengertian yang benar,
supaya kita dapat merasa dalam-dalam bahwa bukanlah tergantung pada kekuatan
kita untuk bisa sampai pada konsolasi, melainkan semua itu adalah rahmat Tuhan
kita belaka.
- Dua Panji (Matius 4:1-12)
ROH BAIK
|
ROH JAHAT
|
Nilai-nilai Yesus dan sasarannya
|
Kebutuhan psikologis – daging/dunia
|
Fokus: Allah sebagai awal dan akhir
- sadar dan menerima sebagai;
- berbakti pada Allah
|
Fokus: dirinya sendiri dan ciptaan
- Mau menyamai Allah;
- Menyembah berhala
|
Arah: syukur kepada Allah
- ciptaan sebagai sarana menuju Allah
- terus berkembang
|
Arah: kenikmatan, egois dan hedonis
- behenti pada ciptaan saja
- tidak mampu berkembang
|
Lepas bebas: miskin
- “Carilah Allah, yang lain akan diberikan
padamu
- Sikap lembut, murah hati
|
Milik: kelekatan pada harta dunia
- milikilah kekayaan sebesar-besarnya yang
lain akan ditambahkan;
- Keras dan kasar
|
Rendah hati:
- tanpa nama, diremehkan, tidak dikenal
dan malah mendereita
|
Kejar popularitas:
- dengan harta segalanya mungkin: nama,
kawan;
- jadilah bintang, tokoh
|
Bergantung pada Allah semata:
- iman yang personal;
- iman yang eklesial, transformatif;
- orientasi apostolis
|
Kuasa:
- andalkan diri sendiri: atheisme praktis,
iman ritual dan lahiriah,
- “look at me…”
|
Jati diri yang otentik:
- berdasarkan pada Allah dan rahmat; -
tidak bisa dirampas;
- dalam Yesus lewat salib
|
Jati diri yang palsu:
- bergantung pada diri sendiri;
- bisa lepas dan terampas; tanpa Yesus dan
salib
|
Yohanes
8:31-32: Roh Kebenaran
|
Yohanes 8:44 dusta dan kebohongan
|
- Tiga Model Mistik
(1) INTELEK: à
Kherubika
(a) Mistik Intelektual.
Ini adalah mistik penerangan, pemahanan akan sabda Tuhan, yang mengantar orang
hidup dalam kebenaran. Inilah yang kita sebut mistik Pendamaian.
(b) Pengalaman mistik
pendiri suatu tarekat atau lembaga hidup bakti ini bermula dari pengalaman
terang budi atau mistik intelektual,
yaitu perjumpaan dengan Allah yang memberikan terang di bumi pada saat dunia
mengalami kegelapan dan kekaburan sistem nilai. Misalnya: Dominikus melahirkan
OP, Arnoldus Jansen melahirkan SVD dan Vincentius a Paulo melahirkan CM.
(2)HATI: à
Serafika.
(a) Mistik Afektif. Ini
adalah mistik kesatuan, atau intimitas. Pengalaman mistik ini mengantar orang
menuju pada mistik intuitif à
pemahaman hati, artinya apa yang dirasakan dalam batin dimengerti dan mulai
dikenalinya. Hidup dalam nilai penghargaan kepada sesama dan berdekatan dengan
“mistik persaudaraan”.
(b)
Bermula
dengan perjumpaan Allah yang kembali memberikan hatiNya di bumi ini pada saat
dunia sepertinya tidak punya hati, banyak terjadi peperangan, kesengsaraan dan
pemiskinan karena manusia tidak punya hati dan ini yang sering disebut mistik afektif. Misalnya pengalaman
mistik St. Fransiskus Asisi yang kemudian melahirkan OFM, atau tarekat lainnya
(3)
KEHENDAK
à Angelica
(a)
Mistik Volutif: Ini adalah pengalaman mistik, seperti seorang malaikat yang
selalu siap sedia untuk diutus kemanapun untuk menjalankan tugas. Mistik
kehendak ini mengantar orang untuk terlibat dalam pengabdian kepada sesama dan
untuk berbuat keadilan.
(b)
Mungkin pengalaman mistik, yang dimulai perjumpaan dengan Allah dalam Kristus
bergegas kemana-mana untuk menyelamatkan jiwa-jiwa (pengabdian), sering
disebut sebagai mistik volutif,
seperti yang dialami oleh santo Ignatius Loyola yang mendirikan Serikat Yesus
24.
Cara Berdoa Dengan Kitab Suci
- Persiapan
menjelang doa:
1)
Mengusahakan
sikap tenang, santai dan mulai menyadari diri sendiri (bisa menggunakan latihan penyadaran)
2)
Mengingat-ingat
kembali pokok renungan dan meresapkan makna tema-temanya.
3)
Mohon
rahmat agar kita dapat bersikap terbuka dan tanggap terhadap sabdaNya.
- Saat
berdoa:
1)
Membaca
dengan tenang isi Kitab Suci dan Catatan Penuntun
2)
Biarkanlah
Sabda Tuhan menguasai hati kita.
3)
Mendengarkan
dan memperhatikan SabdaNya dengan penuh keterbukaan.
4)
Berinteraksi
dengan Tuhan secara jujur dan terbuka.
5)
Bersabarlah
menanti bimbingan Roh dan mohonlah rahmat agar bisa percaya.
- Mengakhiri
doa dengan ucapan syukur dan terimakasih.
1)
Setelah
doa selesai, catatlah apa yang terjadi dalam doa?
2)
Bagaimana
perasaanku mengalami Allah?
3)
Bagaimana
kehendakku digerakkan dan ke arah mana?
4)
Bagaimana
suasana batinku: Konsolasi atau desolasi?
25.
“Bersabdalah ya Tuhan, hambamu
mendengarkan” (1 Sam 3:10)
Allah yang kita ikuti dan kita imani adalah
Allah yang bersabda, yang hidup dan berkarya. Ia bersabda, menyapa, dan
membimbing kita. Tuhan bisa menggunakan apapun juga untuk menyampaikan
kehendakNya kepada manusia. Tuhan bisa berkarya kapan dan di manapun juga,
Sabda Tuhan itu hidup dan penuh daya.
(bdk. Ibr. 4:12-13). Allah bisa bersabda
melalui keempat jalan berikut ini, yakni:
1)
Kitab Suci: Allah bersabda lewat Kitab Suci; maka kita
perlu akrab dengan Kitab Suci (membaca, merenungkan, dipahami situasinya,
menjadi sarana doa ….)
2)
Hati Nurani: bisikan nurani kita
juga bisa dipakai Allah untuk
menyampaikan kehendakNya; di sinilah pentingnya kepekaan atas suara hati
dan mentaaitnya, perlu keheningan untuk mendengarkannya.
3)
Orang lain: mereka ini bisa
menjadi perantara Sabda Allah; perlu mengembangkan sikap dan pandangan positif
pada orang lain. Perlu mengembangkan sikap menghargai orang lain sebagai sesma
citra Allah. (bdk. Mk. 2:1-12 – Kisah orang lumpuh disembuhkan).
4)
Peristiwa
kehidupan/alam:
kita tahu bahwa Allah dalam keyakinan iman Perjanjian Lama sering bersabda
lewat gejala alam (bdk. Mazmur 8, dll.), Yesus (dalam PB) sering mengajar
lewat perumpamaan (pohon ara, cuaca,
biji sesawi, bunga bakung, gandum dan ilalang, dll.).
- Pertanyaan reflektif menyangkut lima pilar hidup menggereja sebagai imam
1.
Leiturgia: apakah hidupku
sudah merupakan suatu “ibadah” atau gerak sembah bakti pada Allah? Apakah
seluruh energi cintaku sudah terpusat untuk memuji dan meluhurkan Allah
semata-mata? Ataukah masih terpecah-pecah oleh karena banyak energi cinta yang
tersia-sia atau tidak terarah pada Allah?
2.
Koinonia: apakah kesatuan
dan relasi personalku dengan Allah betul-betul memberi daya pembangunan bagi
paguyuban dan persaudaraan dengan sesama imam dalam paguyuban hidup imam maupun
dalam karya? Masih adakah pengaruh bawah sadar dalam rupa perwatakan dan
perangai defensif sehingga cenderung memecah belah atau membawa ke pemuliaan
diri?
3. Kerygma: apakah usaha untuk
bertekun pada ajaran rasul menjadi nyata dalam pembinaan diri, pendalaman iman,
pendalaman spiritualitas dan pencaharian obor hidup yang makin hari makin
obyektif? Ataukah aku mulai jatuh ke dalam kepicikan pengetahuan dan arah
hidup, sehingga mulai berwawasan sempit, cenderung kaku dan tidak fleksibel
dalam hidup?
4.
Martyria: Apakah segi
pengorbanan, ingkar diri dan kesaksian tentang pengosongan diri Kristus cukup
dapat bertumbuh dalam diriku yang mau ikut ambil bagian dalam penyerahan Diri
Kristus ini? Ataukah masih sering ditunggangi oleh nafsu-nafsu seperti selera
tinggi, ambisi dan libido sehingga cenderung meremehkan sesama dan meninggikan
diri?
5. Diakonia: Apakah segi
pengabdian, dedikasi, pelayanan dan penghambaan cukup berkembang dalam hidup
pribadi, sehingga tidak cenderung minta dilayani dan diperhatikan tetapi lebih
melayani dan memperhatikan sesama. Apakah cukup bertumbuh dalam hidup
sederhana dan rendah hati sehingga dapat menghayati spiritualitas pelayanan
yang mendasari mistik imamat?
- Mengenal Indikasi
dan Solusi Tujuh Arus Dosa
Indikasi Solusi
1. KEBANGGAAN HATI
- tidak
bersikap toleran * milikilah pandangan yang tepat tentang
- berambisi
besar ketergantungan hanya pada Tuhan
- sombong * cenderung mendahulukan orang lain dari
- terlalu
memuji diri daripada diri sendiri
- bersikap
menghina * membiasakan diri untuk melayani
- egosentris orang lain
- keras
kepala * keterbukaan kepada semua orang
- suka
jengkel oleh pelanggaran * kemurnian dalam motivasi/ujud/intensi
orang lain * menggunakan kharisma-kharisma
- congkak,angkuh,
mudah tersinggun dengan cara sederhana
- tidak
perhatikan nasihat orang lain
2. HATI PENUH IRI
- kebohongan * kembangkan rasa merasa yang sederhana
- kikir
/ pelit * jauhkan diri dari hal-hal yang
berlebihan
- kurang
bebesar hati * keinginan besar meniru Kristus yang
- penimbunan
kekayaan menderita
- mein
sembunyi/serba rahasia * mencari kerajaan Allah lebih dulu
- tidak
murah hati (dlm berbuat baik)*
bagi-bagikan apa yang kau miliki
- cari
keamanan dalam hal duniawi * berikan kepada orang lain yang terbaik
3. KEMARAHAN
- Keengganan
dalam segala hal * Selalu membayangkan Kristus tersalib
- Membuat
seseorang marah/geram *
lakukan perbuatan amal kecil-kecil
- Tidak
sabaran bagi mereka yang mengganggumu
- Ingin
membalas dendam * hidup selalu dalam kehadiran Tuhan
- Bersikap
baik terhadap seseorang *
berdiam diri sewaktu diganggu
Agar orang lain
tersingkirkan
4. KECEMBURUAN
- membuat
orang lain benci * berterima kasih kepada Tuhan untuk
- sebarkan
desas-desus semua anugerah dari orang lain
- menjelek-jelekan
orang lain * berdoa bagi orang yang anda benci
- menfitnah,
membalas dendam * bicara yang baik tentang orang yang
- senang
atas sengsara orang lain tidak disenangi
- pendengki, jengkel bila orang * renungkan tentang hidup surgaw
lain dipuji
5. KEMALASAN
- mempunyai
sikap malas * pelihara dengan baik hidup doa anda
- selalu
datang terlambat * perhatikan acara-acara harian Anda
- tidak
bergairah dalam segala hal dengan teliti
- mudah
putus asa * buatlah segera yang enggan dilakukan
- tidak
mantap * kerapkali merenung tentang hidup kekal
- suka
murung bermuram durja * lakukan perbuatan displin yang kecil-
- sukar
diberi semangat kecil
6. KERAKUSAN
- pikir
dan bicara tentang makanan *
putuskan sebelumnya berapa banyak
- selalu
ngomel tentang makanan yang akan diambil, teguh dalam
- membuang-buang
makanan putusan itu
- mengabaikan
orang lain di meja * makan dan minum dihadapan Allah
makan * kurangi sedikit pada tiap kali makan
- tahu
batas dalam minuman alkohol makanan yang disenangi
- suka
membnual, omong kosong, riuh *
melawan hawa nafsu
7. NAFSU BIRAHI
- keingintahuan
tentang sex * perkembangkan cinta pribadi kepada
- keakraban
berlebihan dgn seseorang Tuhan
- kurang
hati-hati dalam membuka buku * jauhkan kesempatan untuk berdosa
- tidak
mengendalikan khayalan * berkeras diri terhadap tubuh sendiri
- mencari
serba nikmat * isilah waktu dengan macam-macam
- tidak
terbuka terhadap bapak
kesibukkan yang berguna
pengakuan *
hiduplah seutuhnya bagi orang lain
- tidak
gunakan sarana untuk kepentingan
diri
dan kendalikan nafsu
28.
Roh
Jahat dan Roh Baik
1. Bagi yang cenderung ke jahat (LR 314)
a.
Situasi
orangnya.
Orang yang
pelan-pelang menjauh dari Tuhan. Misalnya orang yang egoistis, hanya berpusat
pada dirinya sendiri, mencari kesenangan sendiri, sehingga tidak ada minat pada
spiritualitas yang sedang dijalani.
Orang yang hidup dan
imannya dilingkupi harta, relasi, tugas,
kecemasan, sehingga yang dikenal hanya nilai-nilai non kristiani. Secara
praktis orang semacam ini sudah menganut atheistik. Bagi orang seperti ini ,
Allah tidak diperhitungkan lagi. Dirinya yang menjadi pusat berehala. Keadaan
ini bisanya berjalan pelan-pelan, sehingga kalau sadar sudah tak kuasa lagi
untuk melawannya. Situasinya sudah begitu jelek, lebih jelek dari orang yang
jatuh dalam dosa dramatis. (Inilah yang disebut “suam-suam kuku”).
b.
Pengaruh
Roh Jahat dan Roh Baik.
· Roh Jahat: Di sini datang
secara halus tanpa perlawanan. Ia memberi kenikmatan dan kesenangan semu dari
indrawi supaya disposisi orang itu berkembang menjadi lebih jelek.
· Roh Baik: bersikap
kebalikannya tidak dapat memanfaatkan disposisi orang itu. Maka roh baik
mengajak melalui akal sehat, lalu menimbulkan
rasa dosa yang sehat dan dan benar. Maka di sini, Roh baik menyesahkan
hati orang. Selanjutnya mengajak mengadakan penilaian moral terhadap
kecenderungan itu agar berubah arah. Dapat juga melalui afeksi seseorang kerena
di dalam hati orang itu ada kerinduan akan Allah.
2. Pada orang yang ingin hidup dalam jalan Tuhan (LR 315).
a. Orangnya: Orang yang ingin hidup dalam jalan Tuhan.
Misalnya orang yang bertobat, orang yang secara jujur ingin maju dalam cinta
kepada Allah sendiri dan kepada sesamanya.
b.
Cara kerja Roh Jahat: di sini memakai serangan-serangan frontal dan
memakai tipu daya yang licik. Taktiknya antara lain:
·
Menyerang
bagian-bagian yang sensitif, penalaran dan alasan palsu, bagian defensif
seseorang.
·
Berusaha
melumpuhkan semangat supaya menyerah
kalah
·
Merasa
itu tidak mungkin
·
Melalui
kelemahan kodrati, misalnya berbuat salah tetapi merasa “tidak apa-apa”,
tahu-tahu kecil hati, antusiasme pertama, ambisi yang pupus, dll
c. Roh Baik: Berperan kebalikannya, misalnya:
·
Menyadarkan
perasaan iman, harapan dan kasih yang sejati.
·
Memelihara
keterbukaan terhadap rekan dan pimpinan
·
Memiliki
dan bersikap rendah hati, ketabahan dalam berupaya dan tahan dalam derita,
pengampuan pada sesama.
·
Memiliki
semangat dan kekuatan untuk mengabdi
·
Keberanian
untuk melawan hambatan-hambatan.
29.
“Antifon O”
“Antifon O” menunjuk pada ketujuh antifon yang didaraskan (atau
dimadahkan) sepanjang periode khusus dalam Masa Adven yang dikenal sebagai Hari
Biasa Khusus Adven, yakni pada tanggal 17 Desember hingga 23 Desember.
Asal mula “Antifon O” ini secara tepat tidak diketahui. Boethius (±
480-524) membuat sedikit catatan mengenainya, dengan demikian memberikan
gambaran mengenai keberadaannya pada masa itu. Dalam Biara Benediktin Fleury
(sekarang Saint-Benoit-sur-Loire), Antifon O ini didaraskan oleh abbas dan
pemimpin biara lainnya dengan urutan menurun, dan kemudian sebuah hadiah
diberikan kepada masing-masing anggota komunitas. Pada abad kedelapan, Antifon
O dipergunakan dalam perayaan-perayaan liturgi di Roma. Sebab itu orang dapat
menyimpulkan bahwa dalam suatu cara tertentu, Antifon O telah menjadi bagian
dari tradisi liturgis kita sejak masa awali Gereja.
Antifon O berfungsi ganda. Masing-masing antifon menggarisbawahi suatu
gelar bagi Mesias: O Sapientia (O Kebijaksanaan), O Adonai (O Tuhan), O Radix
Jesse (O Tunas Isai), O Clavis David (O Kunci Daud), O Oriens (O Surya Pagi), O
Rex Gentium (O Raja Para Bangsa) and O Emmanuel (O Imanuel). Masing-masing
antifon juga berhubungan dengan nubuat Yesaya mengenai kedatangan Mesias.
Marilah sekarang kita melihat masing-masing antifon dengan sekedar suatu contoh
dari nubuat Yesaya yang berkenaan dengannya:
O Sapientia: “O Tuhan, yang mahabijaksana, semuanya Kau atur dengan
lembut dan perkasa; datanglah dan bimbinglah langkah kami.” Yesaya telah
menubuatkan, “Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh
nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya
ialah takut akan TUHAN” (11:2-3) dan “Ia ajaib dalam keputusan dan agung
dalam kebijaksanaan” (28:29).
O Adonai: “O Tuhan, pemimpin umat, yang memberikan hukum kepada Musa di
Sinai, datanglah dan bebaskanlah kami dengan lengan perkasa.” Yesaya telah
menubuatkan, “Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan,
dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri
dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan
tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia tidak akan
menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat
pada pinggang” (11:4-5); dan “Sebab TUHAN ialah Hakim kita, TUHAN ialah
yang memberi hukum bagi kita; TUHAN ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan
kita” (33:22).
O Radix Jesse: “O Tuhan, Tunas Isai, yang menjulang di tengah
bangsa-bangsa, bebaskanlah kami, dan jangan berlambat.” Yesaya telah menubuatkan,
“Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari
pangkalnya akan berbuah” (11:1) dan “Pada waktu itu taruk dari pangkal
Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh
suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia” (11:10). Patut
diingat bahwa Isai adalah ayah Raja Daud, dan Mikha telah menubuatkan bahwa
Mesias akan berasal dari keluarga dan keturunan Daud dan dilahirkan di kota
Daud, yaitu Betlehem (Mikha 5:1).
O Clavis David: “O Tuhan, Kunci Kerajaan Allah, datanglah, dan
bebaskanlah umat-Mu dari perbudakan.” Yesaya telah menubuatkan, “Aku akan
menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang
dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (22:22)
dan “Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas
takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya
dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya” (9:6).
O Oriens: “O Tuhan, cahaya abadi dan surya keadilan, datanglah, dan
terangilah mereka yang duduk dalam kegelapan dan bayangan maut.” Yesaya telah
menubuatkan, “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang
yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah
bersinar” (9:1).
O Rex Gentium: “O Tuhan, Raja segala bangsa dan batu penjuru Gereja,
datanglah, dan selamatkanlah manusia yang Kau bentuk dari tanah.” Yesaya telah
menubuatkan, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera
telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan
namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal,
Raja Damai” (9:5) dan “Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan
akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa
pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau
pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka
tidak akan lagi belajar perang” (2:4).
O Emmanuel: “O Imanuel, Engkau raja dan pemberi hukum. Datanglah dan
selamatkanlah kami, ya Tuhan Allah kami.” Yesaya telah menubuatkan, “Sebab
itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda:
Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang
anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (7:14). Patut diingat
bahwa “Imanuel” berarti “Allah menyertai kita”.
Menurut Professor Robert Greenberg dari San Francisco Conservatory of
Music, para biarawan Benediktin menggubah antifon-antifon ini dengan suatu
tujuan tertentu. Jika orang mulai dari gelar terakhir dan mengambil huruf
pertama dari masing-masing gelar itu - Emmanuel, Rex, Oriens, Clavis,
Radix, Adonai, Sapientia - maka terbentuklah kata-kata Latin “ero cras” yang
berarti, “Esok, Aku akan datang”. Sebab itu, Tuhan Yesus, yang kedatangannya
kita persiapkan sepanjang Masa Adven dan yang kita sapa dengan ketujuh gelar
Mesianis ini, sekarang berbicara kepada kita, “Esok, Aku akan datang”. Jadi,
Antifon O tidak hanya mendatangkan kerinduan dalam persiapan Adven kita,
melainkan juga mendatangkan suatu akhir yang penuh sukacita!
30. Filosofi Kesederhanaan
a.
Saran
praktis untuk memiliki kesederhanaan secara lahiriah (= outer simplicity):
-
Belilah
barang-barang yang tujuannya untuk digunakan bukan untuk prestise.
-
Tolaklah
segala hal yang mendatangkan kecanduan/keterikatan.
-
Bangunlah
kebiasaan memberi barang-barang yang tidak kita gunakan kepada orang lain.
Sebab pada dasarnya kita ini pengumpul sampah. Kita sering mengoleksi barang-barang
yang sesungguhnya tidak kita butuhkan.
-
Belajarlah
untuk memiliki sesedikit mungkin barang-barang yang tidak perlu bagi perjalanan
hidup iman dan kemasyarakatan.
-
Belajarlah
juga untuk tidak mudah mempercayai apa yang diiklankan. Mereka menciptakan
kebutuhan dalam diri kita untuk barang atau hal-hal yang sesungguhnya tidak
kita butuhkan. Sering orang merasa barang itu adalah kebutuhannya karena iklan
yang mengatakan demikian.
-
Belajarlah
untuk menikmati barang tanpa harus memilikinya. Misalnya, kalau mau membaca
buku yang bagus, kita tidak perlu membelinya, datang saja ke perpustakaan.
Banyak pemilik rumah pantai yang terlalu sibuk sehingga tidak bisa
menikmatinya. Kita cukup meminjam atau menyewanya. Mau lihat ikan? Kunjungi
saja berbagai toko ikan hias atau ke Sea World, bukan?
-
Berhati-hatilah
dengan propaganda kartu kredit: "beli
sekarang bayar kemudian." Karena kita akan terjebak pada hutang. Dan
yang terpenting, hindari dari segala hal yang bisa menyimpangkan kita dari
sasaran utama kita. Di dunia ini terlalu banyak pilihan. Jangan habiskan waktu
untuk memilih. Fokuskan pada tujuan utama hidup kita. Hati-hati juga bahwa membeli barang yang
murah tidak selalu berarti kesederhanaan. Dalam membeli barang selain
memperhatikan faktor harga, juga faktor: durability, usability & beauty.
b. Saran praktis untuk memiliki
kesederhanaan secara batiniah (= inner simplicity):
- Belajarlah akan kearifan: enough is enough.
- Sadarilah bahwa “only few things are needed.” (Luk. 10: 41)
- Belajarlah mendengar secara kritis
suara-suara batiniah dan suara-suara dari luar.
- Belajarlah untuk mengetahui mana suara
Allah dan mana yang tidak.
- Milikilah rasa aman dan harga diri di
dalam Kristus bukan pada berbagai gelar, posisi atau banyaknya harta benda
kita.
Ignatius expects
that God will elicit the desires that are most for our good if we open
ourselves and our hearts to God’s tutelage and if we ask God to give us these
desires….
If we have this
desire (to be with Jesus), God must want us to have it, and for our good.
(Barry, Finding God
in All Things, 1991p.79)
0 komentar:
Posting Komentar