Ads 468x60px

Kompas - Komando Pastoral


Membaca Arah Dasar KAJ 2011-2015

Adapun latar belakang disusun-rukunnya Ardas Keuskupan Agung Jakarta Tahun 2011 – 2015, yang bagi saya pribadi saya sebut “Kompas - Komando Pastoral“, yakni: sebuah pameo lama dalam bahasa Latin yang berbunyi,  Ecclesia Semper Reformanda - Gereja senantiasa diperbarui bukan? Begitu juga yang berlaku dengan gerak pastoral di KAJ. Bukankah merupakan sebuah kepastian bahwa Gereja di tengah dunia memerlukan sebuah reksa pelayanan pastoral yang semakin baik dan benar?

Merupakan sebuah kewajaran bahwa Ardas ini tampaknya menjadi sebuah kelanjutan yang berkesinambungan dari Sinode I KAJ pada tahun 1989-1990 di bawah komando Mgr Leo Soekoto, SJ. Adapun core values yang dihasil-buahkan dalam proses sinodal waktu itu adalah, Gereja KAJ menjadi Gereja yang “2 m’ dan “2 b” (Mandiri,  Misioner, Berdaya pikat dan Berdaya tahan). Selain itu, konteks sosial politis tahun 1996-1998 yang menampakkan gejolak suram dan potret buram serta pelbagai friksi sosial multidimensional di Jakarta membawa kembali kesadaran bahwa Gereja juga diutus untuk terlibat, tentunya tanpa terlibat di tengah pusaran keprihatinan dan pergulat-geliatan masyarakat sekitarnya. 

Adapun pada tahun 2000-2010, diadakanlah pelbagai perumusan dan implementasi Arah Dasar Pastoral KAJ di bawah komando Mgr Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ.
Mengacu pada Arah Dasar Pastoral KAJ 2000-2010, dikembang-mekarkan sebuah pemahaman bersama bahwa Gereja KAJ adalah umat Allah yang semakin setia kepada Yesus Kristus sekaligus semakin berbakti kepada masyarakat. Hal ini dibuat dengan memberdayakan komunitas basis teritorial dan komunitas kategorial, tentunya agar semakin berIMAN kepada Yesus, membangun PERSAUDARAAN, serta pastinya melaksanakan PELAYANAN KASIH di tengah masyarakat. Sedangkan strategi pastoralnya ialah mengedepankan pastoral GEMBALA BAIK (menyapa dan melayani setiap jiwa umat beriman serta tak kunjung henti mencari domba yang hilang, mulai dari lingkungan yang terdekat). Digalakkan juga perlunya usaha bersama untuk membangun sebuah HABITUS BARU, dalam hal ini terfokus pada perihal kepedulian lingkungan, misalnya: mengelola sampah menjadi berkah; peduli pada pekerja rumah tangga dan buruh serta pelbagai macam orang kecil). Satu hal yang menarik ialah mulai semakin tumbuhnya kesadaran tentang perlunya TATA PELAYANAN PASTORAL yang semakin baik. Istilah yang kerap muncul di KAJ adalah, “pastoral berbasis data”.

Perkembangan Ardas KAJ ini semakin bertumbuh-buah seiring momentum pergantian Uskup Agung Jakarta (Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ digantikan oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Pr). Hal ini juga didasari oleh semakin kuatnya gerakan bersama tentang perlunya sebuah pembaruan serta pengembangan pelayanan pastoral, agar seperti yang diharapkan oleh banyak pemikir Gereja beberapa tahun sebelumnya: Gereja hadir semakin relevan secara internal dan semakin signifikan secara eksternal.

Berangkat dari hal-hal inilah, maka diselenggarakanlah pembentukan badan-badan pastoral di tingkat keuskupan untuk menggerakkan pengembangan pastoral yang semakin baik. Beberapa badan pastoral tersebut, antara lain:
  • Tim Karya Pastoral KAJ (bertugas merumuskan Arah Dasar Pastoral KAJ yang baru)
  • Tim Data Pastoral KAJ
  • Tim Kunjungan Pastoral KAJ
Nah, tercandra bahwa Arah Dasar Pastoral KAJ seharusnya merupakan sebuah pernyataan cita-cita Gereja/seluruh umat Katolik di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang hendak dicapai bersama. Hal ini menyangkut tugas-tugas pokok yang perlu dilakukan dan cara-cara mencapai cita-cita tersebut. Dkl: Arah Dasar Pastoral ini mendasari dan mengarahkan perjalanan hidup menggereja bersama, yang semakin baik, menuju keadaan yang dicita-citakan oleh semua umat di KAJ.

Setelah melalui pelbagai macam pertimbangan dan pergumulan dialogis, ditemukanlah visi KAJ, yakni: “Gereja Keuskupan Agung Jakarta
bercita-cita menjadi Umat Allah yang,
atas dorongan dan tuntunan Roh Kudus, semakin memperdalam imannya akan Yesus Kristus, membangun persaudaraan sejati dan terlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat.”

Kalimat VISI ini menjelaskan sebuah situasi actual yang dicita-citakan, yakni: Gereja Katolik di KAJ menjadi Umat Allah yang semakin:
  • memperdalam iman akan Yesus Kristus,
  • membangun persaudaraan sejati, dan
  • terlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat.
Dan, pastinya kehendak bersama untuk mencapai cita-cita yang luhur ini didorong dan dituntun oleh Roh Kudus dan para orang kudus, terlebih Bunda Maria sebagai Bunda Gereja tentunya. Dalam bahasa Ardas sendiri, dikatakan, “Semoga Bunda Maria, Bunda Gereja, meneguhkan iman, harapan dan kasih kita, agar kita semua, bersama Para Kudus pelindung kita, dengan tulus dan gembira berjalan bersama mewujudkan cita-cita kita.”
Sedangkan misi gereja KAJ adalah,  “…Dilandasi oleh spiritualitas Gembala Baik dan pelayanan yang murah hati, ditopang oleh tata-penggembalaan partisipatif dan transformatif, seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta berkehendak untuk menyelenggarakan pelbagai kegiatan dalam rangka menghayati dan meneruskan nilai-nilai Injili, ajaran serta Tradisi Gereja Katolik dan melibatkan diri dalam berbagai permasalahan sosial, terutama kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup serta intoleransi dalam hidup bersama.”

Visi dan misi KAJ yang sangat multidimensi ini tentunya memerlukan sebuah strategi pastoral, bukan? Nah, sebagai sebuah strategi pastoral, maka pelbagai rencana kegiatan dan keterlibatan di atas dilaksanakan dengan mengembangkan tata layanan pastoral berbasis data; memberdayakan komunitas teritorial lingkungan dan komunitas kategorial menjadi komunitas beriman yang bertumbuh dalam persaudaraan dan berbuah dalam pelayanan kasih; menggerakkan karya-karya pastoral yang kontekstual; menggiatkan kerasulan awam; serta menjalankan kaderisasi dan pendampingan berkelanjutan bagi para pelayan pastoral.
Dalam konteks pelayanan paroki, tercandra adanya harapan bahwa implementasi Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun 2011-2015 sekaligus menjadi momentum bersama untuk membarui:
  • Spiritualitas pelayanan (menyapa setiap jiwa umat beriman, mencari yang “hilang”, melayani dengan murah hati dan penuh keramahan dan kesabaran).
  • Tata penggembalaan (melibatkan/partisipatif, saling mengembangkan/transformatif, menimba masukan/pendapat, dialogis dan komunikatif).
  • Tata pelayanan (berbasis data, tertib administrasi, memudahkan umat, responsif/tanggap/peka terhadap kebutuhan umat, aneka program pastoral terencana, secara efektif dan afektif, keuangan menjadi lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan).
Pertanyaan kritisnya adalah, bagaimana menerapkan Arah Dasar Pastoral KAJ secara aktual-kontekstual dalam kehidupan menggereja di pelbagai tingkat pastoral? Di keluarga, di pelbagai lingkungan dan komunitas-komunitas kategorial, di paroki sebagai komunitas teritorial (termasuk seksi dan pelbagai unit pelayanannya), di komunitas pastoran, biara dan seminari (imam/suster/bruder/frater/seminaris), dan lain sebagainya  (di tingkat dekenat, komisi, pelbagai lembaga pendidikan, pelayanan kesehatan serta lembaga Sosial). Dan yang lebih konkret lagi, bagaimana mengkonkretkan IDE dan SPIRITUALITAS Ardas KAJ ke dalam pergulatan-geliatan HIDUP UMAT sehari-hari? Karena jelaslah, Gereja bukanlah sekedar pabrik kata-kata! 

0 komentar:

Posting Komentar