Prolog
Setiap tanggal 2 November, biasanya ada misa
arwah di lokasi pemakaman Selapajang, Tangerang. Saya ingat, ketika
saya mempersembahkan misa arwah disana, ada sebuah makam dengan batu nisan
bernama Wiliam. Wiliam adalah anak
seorang mantan ketua PDKK St Maria
Tangerang. Wiliam yang sempat diamputasi kakinya, yang dulu berkuliah di Universitas
Pelita Harapan ini meninggal pada usia muda karena sakit. Sebelum meninggal, dia
sudah menerima Sakramen Ekaristi dan Minyak Suci. Bagi saya sendiri, Wiliam bisa
dipanggil dengan nama Wili, dan “Wili”sendiri bisa berarti, Wajah Ini Wajah
Ilahi. Kita pun kerap mendambakan punya wajah ilahi, tapi kadang terbentur oleh
keterbatasan dosa insani kita. Oleh karena itu, kita akan belajar dari seorang imam
diosesan Italia. Guido Maria Conforti. Dialah pendiri Serikat Xaverian (SX). Serikat
Misionaris Xaverian sendiri adalah sebuah kongregasi yang mengkhususkan diri bagi
karya misi. Serikat Misionaris Xaverian (SX) saat ini hadir di 19 negara di seluruh
dunia dengan sebuah Direksi Generalyang berpusat di Roma, Italia.
Se buah Skets a Prof i l
“ Seorang Misionaris
adalah contoh yang paling
bagus dan paling cemerlang
mengenai hidup yang
ideal.
Dalam roh, seorang
misionaris memandang Yesus Kristus
memberi perutusan kepada
para rasul untuk merebut dunia,
bukan dengan kekuatan
senjata,
melainkan dengan cinta
kasih yang olehnya ia sendiri terpikat.
Demi cita-cita ini ia
meninggalkan keluarga, tanah air,
dan segala sesuatu yang
disayangi bagaikan miliknhya sendiri
(Wejangan-wejangan
Conforti, seputar pemberangkatan ke tanah
misi)
Guido Maria Conforti terlahir di Ravadese,
provinsi Parma, Italia Utara,
tanggal 30 Maret 1865. Ibunya seorang saleh.
Ia membesarkan Guido dengan
penuh kasih. Dalam masa kecil, ia didampingi
oleh para bruder di mana
Guido bersekolah. Dalam perjalanan menuju
sekolahnya, terdapat sebuah
gereja: Gereja Damai namanya. Guido sering
berhenti di Gereja Damai itu
sebab hatinya secara pribadi merasa disapa
oleh Yesus yang tersalib yang ada
di gereja itu. Ketika besar, Guido sering
mengenangkan saat-saat itu, ”Ia
menatap aku dan aku pun
menatap Dia dan aku alami bahwa Ia mengatakan
banyak hal kepadaku.” Dari Yesus yang tersalib
itu lahirlah keputusannya
untuk menjadi imam. Ketika di seminari, ia
terkesan dengan pengalaman
Fransiskus Xaverius, sehingga ia juga
bercita-cita menjadi misionaris.
Pada 22 September 1888, ia ditahbiskan
menjadi imam diosesan dan
ditugaskan di seminari sebagai wakil rektor.
Cita-cita lamanya untuk menjadi
misionaris terus dipelihara, berkembang
sampai akhirnya menghasilkan
buahnya. Walau tak dapat pergi sebagai
misionaris, Conforti mempersiapkan
para misionaris yang akan mewartakan Injil.
Pada perayaan St. Fransisikus
Xaverius, 3 Desember 1895, Conforti
mendirikan Serikat Misionaris
Xaverian (SX). St. Fransiskus Xaverius
dijadikannya sebagai sumber inspirasi
dan pelindung. Pada awalnya, serikat baru
ini hanya mempunyai sebuah
tugas khusus dan khas, yakni: memperkenalkan
Kristus kepada bangsabangsa
yang belum mengenal-Nya. Daratan Cina adalah
ladang pertama
untuk meneruskan karya St. Fransiskus
Xaverius.
Pada awalnya, 22 pemuda bergabung dengan
Serikat Xaverian ini.
Mereka dibina dalam sebuah rumah di Borgo
Leon d’Oro, sedangkan untuk
pendidikan akademisnya , mereka belajar
teologi di seminari keuskupan
setempat. Empat tahun setelah kelahirannya,
dua orang misionaris mulai
diutus ke Vikariat Apostolik Shansi Utara,
Cina. Tapi perang Boxer memaksa
mereka menghentikan kegiatan pada tahun
1901. Setelah perang berakhir,
empat misionaris lain dikirim ke sana. Kali
ini ke provinsi Honan Selatan .
Pada tahun 1902, Guido Maria Conforti
diangkat menjadi Uskup Agung
Ravenna, Italia Utara. Setelah beberapa lama
menjabat Uskup Ravenna,
karena kesehatannya lemah, ia minta
mengundurkan diri. Permintaannya
dikabulkan. Tapi, tidak disangka-sangka
bahwa ia sekali lagi dapat kembali
berada di tengah-tengah para calon
misionarisnya di Rumah Induk,
sekalipun untuk waktu yang tidak lama karena
Sri Paus mengangkatnya
menjadi Uskup Parma. Di sinilah, Conforti
mulai melandaskan hidup
dan spiritualitas Xaverian pada persatuan
yang mesra dengan pribadi
Kristus sebagai Misionaris Agung. Kristus
menjadi pusat hidup, sumber
dan inspirasi, cara berpikir, mengasihi dan
bertindak bagi setiap anggota
Xaverian. Conforti mengungkapkan ini dalam
motto, In Omnibus Christus
- Kristus di dalam
segala-galanya (Kol 3,11). Motto ini dipilih Conforti
untuk karya keuskupannya juga. Motto ini
sekarang terukir pada makamnya
sebagai warisan bagi para misionarisnya.
Guido Maria Conforti juga semakin sadar
bahwa ia ditahbiskan
menjadi uskup bukan hanya untuk Gereja lokal
tetapi untuk seluruh dunia,
maka ia ikut bekerja sama dengan Pastor
Paolo Manna untuk mendirikan
Unio Misioner Bagi imam-imam diosesan, guna
menyegarkan semangat
misioner dalam hati imam-imam diosesan.
Dialah ketua Unio Misioner
yang pertama.
Akhirnya, Guido Maria Conforti dipanggil
Tuhan pada 5 November
1931. Kemasyuran teladan dan kesuciannya
telah menghimpun umat
Keuskupan Parma dalam jumlah yang luar
biasa. Mereka datang untuk
menangisi wafatnya dan mengiringi upacara
pemakamannya. Sekarang ia
beristirahat dalam Rumah Induk Serikat
Misionaris Xaverian di Parma,
rumah yang ia dirikan sendiri bagi
misionaris-misionarisnya dengan modal
warisan yang ia terima dari ayahnya.
Pada akhir hidupnya Conforti menyatakan, “Imanlah
yang selalu menjadi
pedoman hidup dan pikiran
saya. Iman inilah yang selalu hendak saya wartakan
... iman para rasul, iman
gereja ...
Katanya pula, “Saya akan menghadap Tuhan
penyelamatku.” Kepada para misionarisnya
ia menyerahkan warisannya, yakni
“tekad bakti untuk mewartakan Injil Kristus
kepada seluruh dunia dengan
penuh sukacita.” Ia membina umatnya dengan
pelayanan penuh syukur yang
tak kenal lelah dan menanamkan dalam hati
umat, iman yang berdimensi
misioner: “iman kita dikuatkan jika kita
wartakan”. Pada hari Minggu 17
Maret 1996 di Basilika St. Petrus di Vatican,
Roma, Paus Yohanes Paulus II
mengumumkan kepada dunia, bahwa Guido Maria
Conforti adalah seorang
beato, yaitu saksi Kristus yang sejati, yang
patut dicontoh oleh setiap umat
kristiani.
Refleks i Teologi s
Sukirman, Sukacita Karena
Iman.
“Omnis enim qui petit
accipit, et qui quaerit invenit, et pulsanti
aperietur,
‘Setiap orang yang
meminta, menerima
dan setiap orang yang
mencari, mendapat
dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan (Luk
11:10).
Guido Maria Conforti hidup selama enam puluh
tiga tahun, dan tampak
perjalanan hidupnya senantiasa diterangi
oleh sukacita iman. Ketika sedang
mengunjungi para misionarisnya di Cina,
terdengar dia berseru, “Pada-Mu
ya Tuhan, aku berharap.
Aku tidak akan pernah dikecewakan.” Ia dengan
hati penuh sukacita mau pergi ke daerah
misi, meskipun kemungkinannya
ditahbiskan menjadi imam saja sempat
disangsikan karena ia sakit-sakitan.
Bukankah berlaku sebuah pepatah Latin ini, “Aegroto
dum anima est, spes
est”: selama seseorang yang
sakit masih memiliki semangat, maka masih ada
harapan.
Suatu kisah. Tahun 1937, pecah perang antara
Cina dan Jepang.
Banyak misionaris yang ditawan. Usai Perang
Dunia II, sejumlah misionaris
baru dikirim lagi. Tahun 1948, mulai dibuka
misi baru di Provinsi Kiang
Si. Sementara itu, angkatan perang Mao Tse
Tung yang selama beberapa
tahun sebelumnya berada di bawah kendali
Chiang Kai Shek mendapat
angin baik: antara 1949-1950 mereka berhasil
menguasai Cina. Mulai saat
itulah, orang komunis mulai menyerang setiap
agama yang ada, khususnya
Gereja Katolik. Tak sedikit orang Kristen
yang dipenjara dan dibunuh. Para
misionaris ditahan, disiksa, bahkan dipaksa
diusir dari Cina. Bahkan, antara
1952-1954 semua misionaris Xaverian terpaksa
meninggalkan negeri Tirai
Bambu itu.
Tapi, blessing in disguise, mereka
malahan mulai merambah daerah misi
baru: Jepang, Sierra Leone, Afrika Barat,
Amerika Serikat, Brasil, Meksiko,
Kolombia, Kongo, Burundi, Kamerun dan Cad.
Takhta Suci bahkan juga
memberi kepercayaan kepada Serikat Xaverian
untuk berkarya juga di
wilayah Asia: Banglades dan Indonesia. Lewat
karya misi yang semakin
meluas inilah, para Xaverian tampak bukan
sebagai biarawan pertapa
(kontemplatif ) melainkan biarawan pekerja
(aktif ), yang membuka ladangladang
baru bagi Kerajaan Allah. Spiritualitas
tersebut terungkap dalam
empat semangat dasar yang penuh sukacita,
antara lain: semangat taat untuk
selalu siap dan rela menunaikan tugas apa
saja dan di mana saja, semangat
kasih yang hangat bagi sesama anggota se-kongregasi
bagai dalam keluarga,
semangat doa hingga tetap bersatu dengan
Kristus sebagai sumber inspirasi,
agar mampu mengubah tiap perkerjaan menjadi
doa yang tak kunjung
putus. Semangat iman yang hidup untuk
mencari, melihat dan mengasihi
Allah dalam segala sesuatu dan mengobarkan
hasrat untuk menyebarluaskan
Kerajaan-Nya ke seluruh penjuru dunia.
Ep i log
Caritas Christi Urget Nos
- Kasih Kristus yang mendorong kami! Demikian seruan iman
para Misionaris Xaverian ketika menginjakkan
kaki di Indonesia. Jauh dari tanah
airnya, entah itu Italia, Meksiko, Brasil
atau wilayah lainnya, hanya kasih Kristuslah
yang membawa mereka. Semangat itulah yang
jelas-tegas ditanamkan Guido Maria
Conforti, pendiri Serikat Misionaris Xaverian
(SX). Ia memberi kesaksian hidup yang
berbeda: kesucian hidupnya adalah kesucian
tentang pemurnian diri bahwa yang
terutama itu mencari Yesus, dan bukan diri
sendiri. Dengan motto itu jugalah, kita
diajak belajar memiliki kasih dan mengingat
bahwa kasih Kristuslah yang telah
membuat kita juga terpanggil untuk membalas
kasih-Nya. Bukankah setiap kali
kita membalas kasih-Nya dengan berbuat baik
terhadap sesama, kita juga sekaligus
menghadirkan wajah-Nya? Ya, Wili…wajah
ini sungguh wajah ilahi…
Niat Harian Guido Maria Confor
t i
1. Sebelum memulai suatu kegiatan,
teristimewa belajar, rekreasi dan
makan, saya mau mempersembahkannya untuk
kemuliaan Tuhan
dengan mengatakan: Segala-galanya untuk
Dikau ya Tuhan.
2. Saya akan menghindari dengan rajin kelalaian-kelalaian
yang
paling kecil sekali pun dalam hal doa,
khususnya meditasi.
3. Dalam doa harianku saya akan selalu
memasukkan suatu ujud
khusus
4. setiap hari aku akan mengungkapkan tobat
yang tulus atas dosadosaku
di masa lampau
0 komentar:
Posting Komentar