Prolog
Yanti. Itulah nama seorang aktivis Katolik
di kawasan Lippo Karawaci. Dialah yang pernah mengajak saya mendampingi retret para
buruh migran dan keluarga Katolik di Hongkong dan Macau. Bagi saya sendiri,
”Yanti” bisa berarti Melayani Sepenuh Hati. Dengan panggilan hidup
kita masing-masing, kita diajak juga berani menjadi ”Yanti”, melayani sepenuh hati. Tapi,
kadang kita malahan kerap tinggi hati, iri hati, kurang berhati-hati dan berkarya tidak
sepenuh hati bukan? Di sinilah, kita akan belajar dari seorang imam diosesan Prancis,
bernama Jean Jules Chevalier. Dialah
pendiri kongregasi para imam Misionaris Hati
Kudus Yesus, MSC (Lat.: Congregatio Missionariorum
Sacratissimi Cordis Jesu). Ia juga pendiri kongregasi Suster Putri Bunda Hati Kudus (PBHK).
Sebuah Sketsa Profil
”Kita menanggapi
panggilan Allah karena kita ingin menguduskan
diri kita sendiri.Tetapi Allah juga ingin,
kita menanggapi panggilan-Nya untuk
misi tertentu: untuk
menyucikan dan melayani orang lain.
Keduanya adalah aspek
panggilan yang tak terpisahkan.”
Itulah kata Chevalier. Jean Jules Chevalier,
nama lengkapnya. Ia adalah
seorang pribadi yang mengerti sungguh bahwa
Allah memanggilnya untuk
tugas misi, untuk mengomunikasikan cinta
kasih Allah lewat Hati Kudus
Yesus kepada setiap orang. Dia sendiri
dilahirkan di Richelieu, Touraine,
200 km sebelah barat-daya Paris, Prancis,
pada tanggal 15 Maret 1824, di
tengah aneka perubahan radikal yang sedang
melanda Prancis. Ayahnya
adalah seorang terdidik, namun tidak sukses
dalam berdagang, juga
bukan seorang yang betul-betul beragama.
Sedangkan ibunya tidak dapat
membaca dan menulis, tidak pernah
bersekolah, namun sangat beragama.
Dalam suasana mendua inilah, Jules
dibesarkan. Kemampuannya membaca
dan menulis berasal dari ayahnya, sedangkan
kesadaran akan Allah dalam
kehidupannya berasal dari ibunya. Ketika ia pertama
kali menyampaikan
hasrat hatinya untuk menjadi seorang imam,
ia diberitahu bahwa hal itu
mustahil mengingat keadaan keluarganya yang
miskin.
Di mana ada kemauan, di
situ ada jalan! Akhirnya, ia berhasil masuk
seminari. Di sinilah, ia mulai menemukan
sebuah spiritualitas mendalam
tentang Hati Kudus Yesus. Baginya, inilah
sebuah spiritualitas yang berpusat
pada cinta dan belas kasih Tuhan terhadap
semua manusia. Sejak saat
studinya di seminari, ia kerap merasa
prihatin dengan kejahatan-kejahatan
di zamannya, dan ia yakin bahwa Hati Kudus
Yesus adalah obat bagi segala
macam kejahatan tersebut.
Ia akhirnya ditahbiskan sebagai imam
diosesan pada tanggal 14 Juni
1851. Sebagai seorang imam diosesan, Jules
pertama-tama ditugaskan sebagai
pastor pembantu di tiga paroki berbeda
secara berturut-turut dalam waktu
yang cepat. Pada umur tiga puluh tahun, ia
dikirim ke Issoudun, sebuah
daerah yang dipandang sebagai daerah yang
paling tidak Kristen di seluruh
wilayah itu. Di situ, ada pastor pembantu
yang lain yakni Emile Maugenest,
salah seorang dari antara rekan-rekannya di
seminari dan yang memiliki visi
sama dengan Chevalier.
Di Issoudun, Jules Chevalier mendapatkan
pencerahan untuk
mendirikan Kongregasi Misionaris Hati Kudus.
Selama sembilan hari, ia
berdoa novena memohon restu dan perlindungan
Bunda Maria. Pada hari
terakhir novena, 8 Desember 1854, persis
pada Perayaan Hati Maria Tak
Bernoda (Maria Immaculata), seorang warga
paroki menyampaikan surat di
pastorannya. Surat itu berisi pemberitahuan
hadiah 20.000 Frank dari seorang
penyumbang rahasia. Penyumbang tersebut
menyatakan intensinya agar
uangnya itu dipakai untuk membangun sebuah
rumah bagi para misionaris
di daerah itu dengan persetujuan uskup
agung. Uskup agung setuju, sejauh
mereka mempunyai sarana untuk berdiri
sendiri dan bisa menyokong hidup
mereka secara finansial. Hari itulah hari
yang dianggap sebagai hari dasar
berdirinya Kongregasi Misionaris Hati Kudus
Yesus (MSC).
Doa sembilan hari (novena) berikutnya
menghantar Jules Chevalier
mendapatkan indahnya rahmat Tuhan lewat
sumbangan tahunan sebesar
1.000 frank dari seorang penyumbang tak
dikenal. Itulah suatu jumlah dana
yang mencukupi hidup dan kebutuhan
hariannya, untuk memulai sebuah
Kongregasi Misionaris Hati Kudus Yesus.
Jules Chevalier sendiri mendirikan Tarekat
MSC, untuk
menjawab berbagai penyakit sosial seperti
anarkisme, hedonisme dan
materialisme. Sebagaimana motto MSC: Ametur
Ubique Terrarum Cordis
Iesu Sacratissimi –
“Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh Dunia”, ia
mengajak setiap orang untuk semakin
mempunyai hati dan mencintai
Hati Kudus Yesus. Bagi Jules Chevalier,
devosi kepada Hati Kudus Yesus
itu merangkum seluruh kehidupan Kristiani.
Apa yang paling menariknya
masuk dalam pribadi Hati Kudus Yesus adalah
kasih sayang-Nya bagi umat
manusia, rahmat-Nya, keberanian dan
kekuatan-Nya, juga citra dan teladan-
Nya sebagai Gembala Baik. Jules Chevalier
semakin meyakini bahwa Yesus
yang ditemukannya di dalam Injil adalah
seorang pribadi yang memiliki
belarasa (compassion): Yesus yang
berhati terbuka ini adalah seorang yang
ingin membawa pengharapan dan penyembuhan
kepada siapa pun juga, di
mana saja, dan kapan saja, terlebih bagi
mereka yang sedang menderita.
Sesudah melewati tahun-tahun sulit karena
penganiayaan di Prancis
dan dipaksa untuk berpindah tempat ke
bagian-bagian Prancis yang lain,
kongregasi yang baru terbentuk ini mulai
berkembang terus. Misionaris
pertama mereka dikirim ke Papua New Guinea
pada 1 September 1881.
Mereka juga datang ke Australia di
penghujung abad lalu. Dalam dua puluh
lima tahun pertama, para Misionaris Hati
Kudus juga telah menyebar ke
Eropa dan Amerika Utara. Sebelum wafatnya,
Pater Jules Chevalier bahkan
masih sempat menyaksikan kongregasi yang
didirikannya ini, bekerja di
Amerika Latin, Australia dan Kepulauan
Pasifik termasuk Indonesia.
Menjelang akhir hayatnya, Chevalier
dilukiskan oleh seorang sahabat
karibnya sebagai seorang “yang
menginspirasikan keyakinan, suatu keyakinan
yang membangkitkan penghargaan.
Ia berperawakan tinggi, kokoh dan tegak
serta berambut tebal,
sampai pada masa tuanya pun demikian. Wajahnya
menyenangkan dan suaranya
hangat. Ia berbicara agak perlahan. Ia seorang
yang memiliki kedalaman
visi.”
Jules Chevalier melewatkan sepanjang
hidupnya di Prancis tengah.
Lebih dari 50 tahun masa hidupnya itu
dilewatkan di sebuah paroki kecil
Issoudun, Indre, sekitar 200 km sebelah
selatan Paris. Di situlah, ia meninggal
dunia pada tanggal 21 Oktober 1907, di sebuah
rumah milik salah satu
umat parokinya, di mana ia diberi
perlindungan setelah ia dikeluarkan
dari pastorannya oleh pemerintah Prancis,
yang waktu itu sedang tersulut
semangat antigereja. Para Misionaris Hati
Kudus, seperti teladan hidup
Chevalier, bertekad untuk menyentuh hati
manusia dengan cinta Allah yang
mereka sendiri telah alami. Sekarang, ada
lebih dari 2.000 imam MSC dan
saudara-saudara yang bekerja di berbagai
lembaga di lebih dari 50 negara di
seluruh dunia. “Regnare Christum volumus
- Kami ingin Kristus meraja.”
Refleks i Teologi s
Detti, Dekat di Hati
Dum spiro, spero
Selama saya masih
bernafas, saya tetap berharap.
Detti. Itulah nama seorang guru di Kolese De
Britto, Yogyakarta. Detti
sendiri bisa berarti dekat di hati. Jules
Chevalier mengajak kita juga dekat
di hati, ya tentunya di Hati Kudus Yesus
bukan? Hati memang selalu punya
alasan yang tak dikenal oleh akal, seperti
kata Blaise Pascal, “le coeur a ses
raisons que la raison ne
connait pas.” Bagaimana kita bisa menjadi “detti”,
dekat di hati, di hatinya Yesus? Chevalier
sangat memandang Bunda Maria
sebagai murid dan saksi pertama cinta Sang
Sabda yang menjadi manusia.
Dia menghormati Maria dengan gelar Bunda
Hati Kudus. Oleh karena itu
pulalah, selain mendirikan MSC, Chevalier
juga mendirikan Kongregasi
Putri-putri Bunda Hati Kudus (PBHK), di
Issoudun pada 30 Agustus
1874.
Konstitusi Kongregasi Putri Bunda Hati Kudus
sendiri menyebutkan:
”Nama kita diberikan oleh pendiri untuk
menghormati Maria sebagai Bunda
Hati Kudus. Ia dipilih
oleh Bapa untuk menjadi Bunda Yesus; ia juga dipenuhi
rahmat serta dipersatukan
secara mesra dengan Hati PuteraNya, untuk menebus
umat manusia. Dengan
semangat cinta dan keterbukaan penuh kepada Roh
Kudus, Maria telah
memberikan kemanusiaannya, sambil melayani Dia sampai
di kayu salib. Ia
memandang Hati-Nya yang ditikam dengan tombak dan
menjadi sumber kehidupan
baru yang dianugerahkan Allah kepada manusia.
Bersatu dengan dia dalam
kemuliaan, Maria menuntun umat manusia ke Hati
Puteranya.” (Konstitusi PBHK tahun
1983, No. 2).
Jelas, bahwa para Misionaris Hati Kudus,
seperti teladan hidup
Chevalier, diajak untuk menyentuh hati
manusia dengan cinta Allah yang
mereka sendiri telah alami. Sekarang, ada
lebih dari 2.000 imam MSC dan
para suster PBHK, yang bekerja di berbagai
lembaga di lebih dari 50 negara
di seluruh dunia. Bersama mereka, bukankah
Maria yang begitu dekat
dengan Putranya membawa dan menuntun kita
serta umat manusia ke Hati
Putranya, yang adalah sumber cinta yang tak
terbatas, sumber keselamatan
manusia dan seluruh dunia: ”Dari
lambungnya yang terbuka mengalir keluar
darah dan air.“ (Yoh
19:34).
Barangkali kita ingat juga, di atas kayu
salib, Yesus berkata kepada
Yohanes, murid-Nya, “Inilah Ibumu” (Yoh
19:29). Setelah Sakramen Ekaristi,
tiada lain yang lebih besar yang
ditinggalkan Yesus bagiku selain Bunda-Nya.
Maria tampil bagaikan Injil yang hidup, yang
siap membantu dalam segala
hal dan segala situasi, lebih daripada para
santo dan santa. Maria hidup
secara total untuk Yesus. Perutusannya
adalah berbagi beban di dalam karya
penyelamatan-Nya. Segala kemuliaannya
berasal dari Yesus. Per Mariam ad
Jesum! Mari kita juga belajar
dekat pada Hati Kudus Yesus bersama Santa
Maria.
Ep i log
“Cor contritum et
humiliatum, Deus, non despicies
Hati yang patah dan remuk
redam, tidak akan Kau pandang hina,
ya Allah.”
Ajaran Alkitab tentang hati manusia sangat
kaya: disebutkan lebih dari 1100 kali.
Dalam Alkitab, hati mengacu pada “suasana
batin terdalam” seseorang. Dalam
Kitab Nabi Yeremia 31:31-34; 32:37-41 dan
Kitab Nabi Yehezkiel 11:17-20; 36:24-27,
Allah menjanjikan perjanjian baru yang akan
ditandai dengan hati dan semangat
baru: ”Aku akan memberi kepadamu hati
yang baru, dan menempatkan semangat
baru dalam dirimu; Aku
akan menghapus hati yang membatu dari tubuhmu dan
aku akan memberikan hati,
bukan daging. Aku memberikan semangat pada dirimu
... (Yeh 36:26-27). Dalam Ibr
8, Kristus digambarkan sebagai orang yang menulis
hukum Allah di hati kita.
Di Kalvari,
hati-Nya ditusuk dengan tombak dan darah juga
air mengalir dan terbuka. Sumber air hidup,
dan, sebagaimana menjadi jelas pada
hari Pentakosta, Roh itu dicurahkan untuk
memperbarui muka bumi. Di sinilah,
Chevalier menjelaskan bahwa Allah jelas mempunyai
rancangan-rancangan
besar bagi pembaruan Gereja dan dunia
melalui devosi kepada Hati Kudus Yesus.
Namun, supaya Dia dikenal, dibutuhkan
orang-orang yang siap menjadi misionarisx
misionaris-Nya, yang siap melayani sepenuh
hati, bukan? Ite missa est … Pergilah,
kalian diutus!
“Ametur Ubique Terrarum
Cordis Iesu Sacratissimi.”
“Dikasihilah Hati Kudus
Yesus di Seluruh Dunia.”
(Jules Chevalier)
0 komentar:
Posting Komentar