Ads 468x60px

Lima Kasus- Belajar dari Abraham



Lima Kasus

Dia pun akan berseru kepada-Ku:
'Bapaku Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.'


Manusia sebagai makluk ciptaan adalah lemah bahkan mengalami keretakan dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu juga ditandai dengan pergulatan dalam keseharian. Hal ini nampak dalam lima kasus, seperti disebut di bawah ini:

Kasus pertama, ketegangan antara kedosaan dan pertobatan untuk tetap kembali pada Allah dan bisa memilih  Allah.

Kasus kedua, ketegangan antara usaha mencari kehendak Allah dan mencari dan melaksanakan kehendaknya sendiri.

Kasus ketiga, konflik yang terjadi dalam hidup bersama yang kadang berciri patologal (kerusakan diri), emosional (reaksi spontan, aktual dan kadang negatif), moral (banyak pertimbangan nilai-nilai yang diyakini), spiritual (unsur cinta dan iman yang dominan), dan eksistensial (bertindak seperti apa adanya).

Kasus keempat, ketegangan dasariah yang mengikuti hidup dasariah manusia, karena di satu pihak ia ditarik oleh rahmat, tetapi di lain pihak ia juga cenderung pada dosa yang tidak bisa dihindari, dan memiliki kelemahan kodrati.

Kasus kelima, pergulatan batin yang dialami tiap orang dalam nuraninya, sehingga membutuhkan kemampuan untuk membedakan roh-roh dan gerak batin.

Mengacu pada lima kasus yang dipapar-kembangkan di atas, jelaslah kita memerlukan figur pahlawan, atau orang beriman yang mempunyai semangat kepahlawan. Bicara soal pahlawan (pahlawan: “PAkailaH cinta, LAWANlah dosa”), ada banyak pahlawan Perjanjian Lama dalam tradisi Yahudi, bukan? Lima contoh nyata diantaranya, yakni:

Pertama, Musa. Ia  berdiri hampir di puncak. Orang Yahudi hampir menganggap dia sebagai pemberi hukum. Ia adalah pembebas yang Allah telah pilih secara khusus untuk memimpin umatNya keluar dari perbudakan. Dan, Allah berkenan berbicara empat muka dengan Musa.

Kedua, Daud. Ia adalah raja Israel yang terbesar. Ia membawa bangsanya ke puncak kekuasaannya di dunia dahulu kala, ia memberikan kepada rakyatnya beberapa mazmur yang paling berkesan dan melalui keturunannya, Mesias akan datang.

Ketiga, Elia. Ia adalah orang besar lainnya, terkemuka di antara nabi-nabi dan mempunyai kuasa dan bisa membuat banyak mukjizat. Ia kerap dianggap sebagai nabi Israel terbesar dalam sejarah Perjanjian Lama.

Keempat, Daniel. Ia seorang negarawan yang berkuasa sekaligus seorang nabi Allah yang tidak mengenal takut.

Kelima, Salomo. Ia adalah seorang raja Israel yang terkenal karena hikmat kebijaksanaannya.

Namun kelima pahlawan iman di atas, adalah nomor dua dari Abraham. Semua orang Yahudi mengetahui bahwa Abraham adalah leluhur bangsa mereka. Orang yang terutama dalam warisan mereka. Ia merupakan orang yang menerima janji janji perjanjian. Dialah yang Allah janjikan akan menjadi bapa dari banyak bangsa. Dua kali Alkitab menyatakan dia sebagai "sahabat Allah", suatu gelar yang tidak diberikan kepada orang lain.  

Bagi kita sendiri, Abraham adalah bapak orang percaya (Bdk. Kejadian 17:5, Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa). Imannya menjadi teladan bagi semua orang. Surat Ibrani mengatakan demikian: "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju... Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal" (Ibrani 11:8, 17).

Persahabatan Allah dengan Abraham sendiri mencantumkan lima kasus perjanjian pokok, al:

(1) "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar". Janji ini telah dipenuhi dalam hal jumlah. Tambahan lagi, janji ini telah dipenuhi dalam hal pengaruh yang telah dimiliki oleh Israel
, baik sebagai bangsa maupun secara individu, tidak saja dalam lingkungan rohani, tetapi juga dalam perkara-perkara ekonomi, budaya dan politik dari dunia sekular. Meskipun Hitler telah berusaha untuk menghancurkan orang-orang Yahudi selama Perang Dunia II, populasi Yahudi di seluruh dunia mencapai lebih 17.000.000, berdasarkan "World Almanac and Book of Fact 1991" (New York: Pharos Book, 1990).

(2) "Aku akan memberkati engkau". Abraham diberkati dalam hal-hal jasmani (seperti ternak, perak, dan emas) dan juga dalam hal-hal rohani. Berkat-berkat ini telah dinikmati juga oleh keturunannya, khususnya ketika mereka tetap setia kepada Allah.

(3) "Aku akan membuat namamu masyhur". Abraham dihormati bahkan sampai sekarang ini oleh orang Yahudi, Arab dan Kristen; khususnya untuk umat Kristen, ia adalah "bapa orang beriman". Abraham sendiri dikenal dalam tradisi Yahudi, Kristiani juga Islam sebagai  Patriarkh/Bapa. Dkl: dalam tradisi agama Abrahamik, ia disebut sebagai: bapak rohani, bapak yang sama bagi ketiga agama di atas, sekaligus mengingatkan bahwa ketiga-tiganya mempunyai akar yang sama, yaitu monoteisme. Untuk itulah, Abraham disebut juga sebagai Bapak Monoteisme Dunia.

(
4) "Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau". Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan Abraham sendiri, dalam tahun-tahun berikutnya telah menjadi jelas bahwa negara-negara yang memperlakukan orang-orang Yahudi dengan baik telah menjadi makmur.

(5). Oleh Abraham, semua kaum di muka bumi juga akan mendapat berkat. Janji ini mempunyai implikasi mesianis, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai rujukan Perjanjian Baru kepada janji-janji Allah untuk Abraham. Dari Abraham muncul garis keturunan yang mencapai puncaknya di dalam Kristus yang datang sebagai manusia. Dengan perantaraan Kristus, berkat yang sesungguhnya telah datang ke bumi, pemenuhan janji kepada Abraham bahwa di dalam dia semua keluarga di dunia akan diberkati.

Dengan
lima janjiNya kepada Abraham seperti dipapar-jabarkan di atas, Allah sebagai sang pahlawan sejati mulai berhubungan secara khusus dengan manusia yang diajak juga untuk belajar memiliki sikap kepahlawanan. Dalam bahasa seorang pahlawan dari Tarsus, yakni Rasul Paulus, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu. Jadi, kita, umatNya, yang dipilih sejak semula ditentukan sejak semula, juga yang dipanggil, dibenarkan dan akan dimuliakanNya juga.
.
Si Deus pro nobis, quis contra nos?
Bila Tuhan beserta kita, siapa yang berani melawan kita?
-        Roma 8:31 -

0 komentar:

Posting Komentar