Lima Jurus
Hidup
tanpa cinta adalah ibarat pohon tanpa bunga atau buah
"Life
without love is like a tree without blossoms or fruit."
Sejarah Gereja mencatat bahwa ada tiga komunitas perdana
yang terbangun pada abad pertama kristianitas. Pertama, jemaat di Yerusalem
dengan pimpinan Rasul Yakobus. Kedua, jemaat di Efesus dengan Rasul Yohanes
sebagai pemimpinnya. Ketiga, jemaat di Antiokhia di bawah penggembalaan Rasul
Barnabas. Sejarah mencatat bahwa jemaat di Yerusalem hancur, karena terlalu
tertutup, jemaat di Efesus juga terpecah-belah dan tercerai-berai karena
terlalu banyaknya konflik. Satu-satunya jemaat Gereja perdana yang bertahan,
bertumbuh dan semakin berbuah adalah jemaat Antiokhia dengan Rasul Barnabas
sebagai gembalanya.
Ada dua bukti biblis mengapa jemaat Antiokhia ini semakin
bertumbuh dan berbuah dalam iman, yakni: Pertama, Kisah 11:26, “Di Antiokhialah, murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen”. Kedua, Kisah 13:2-4, “Pada suatu hari ketika mereka (jemaat
Antiokhia) beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: Khususkanlah
Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka. Maka
berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua
orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Oleh karena disuruh Roh Kudus,
Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke
Siprus.” Disinilah, tampak adanya dimensi misioner jemaat Antiokhia, tentunya tanpa
melupakan tuntunan Roh Kudus. Barnabas adalah tokoh dibalik itu semua.
Barnabas, dengan tuntunan Roh Kudus membuat jemaat Antiokhia menjadi hidup dan
sekaligus juga menjadi misioner.
Barnabas! Siapa dia? Mungkin banyak dari kita yang belum mengenalnya secara
utuh dan penuh, bukan? Padahal pepatah klise kerap berkata, ‘tak kenal maka tak sayang, bukan?’
Kadang juga nama rasul ini malahan tertukar dengan nama Barabas, penjahat yang
dibebaskan dalam konteks penghakiman Yesus. Sebenarnya siapa itu Barnabas, bisa
kita lihat dalam sepenggal kisah di Kis 4:36: “Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh
rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan,
seorang Lewi dari Siprus.”
Nama Barnabas ini
berasal dari
kata בר - BAR,
yang berarti "anak", dan kata נביא - NEBI,
"nabi". Banyak ahli yang menafsirkan nama ini juga lekat dengan
kata “BAR” (yang berarti ‘anak’), serta “NABAS”,
(yang berhubungan dengan kata NEWAHA,
Aram, yang berarti 'perdamaian' atau 'penghiburan').
Namun, secara komprehensif, Lukas sebenarnya tidak bermaksud memberikan etimologi ilmiah, tetapi lebih untuk menunjukkan watak orang itu secara deskriptif.
Barnabas sendiri, yang nama aslinya adalah Yusuf, berasal dari
keluarga imam Yahudi-Siprus, dan Yohanes Markus dari
Yerusalem adalah kemenakannya (Kolose 4:10), dan dia sendiri adalah anggota
dari gereja di Yerusalem, yang menjual miliknya (barangkali di Siprus) untuk menjadi
milik umum (Kisah 4:36). Secara sederhana, Barnabas, dalam bahasa Inggris,
banyak disebut sebagai “son of encouragement”, yang
artinya jauh lebih besar dari sekedar anak penghiburan. Ia adalah pendorong dan
pengobar semangat. Mengacu pada pelbagai
bagian dari Kisah Para Rasul, terbukti bahwa Barnabas benar-benar
pantas menyandang julukannya sebagai pendorong dan pengobar
semangat. Bahkan Mgr Suharyo Pr dalam penutupan Temu Pastoral KAJ,
Medio Agustus 2011 menyatakan bahwa, “tidak ada Paulus, jika tidak ada
Barnabas.”
Bagaimana Barnabas bisa disebut sebagai ‘son of encouragement’ atau anak penghiburan, pendorong dan pengobar semangat? Ternyata ada 5 jurus dari Barnabas, semacam karakteristik menarik yang bisa kita lihat, ingat dan sekaligus juga bisa dan baik kalau kita buat dalam keseharian hidup kita, al:
1. BERMURAH HATI. Ia memberi secara sukarela dari harta miliknya (Kis 4:36-37). Bandingkanlah sepenggal pernyataan dari Kisah 4:36-37: “Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.”
Kita kerap memberi
semangat hanya berhenti pada kata-kata, tetapi Barnabas melakukan
lebih dari itu. Ia melakukan sesuatu yang “magis” (lebih dari
sekedar, bersemangat maksimal), untuk mendorong dan menyemangati orang
lain. Ia memiliki jurus pertama, yakni: bermurah hati kepada
orang lain. Barnabas menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu
dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul dengan sukarela (bukan dengan sukar rela). Di lain matra, Barnabas - tidak
seperti banyak rekannya, ia mencari nafkahnya sendiri dan ia tidak
meminta-minta dari
gereja-gereja (Bdk. 1 Korintus 9:6).
2. BERPIKIR POSITIF. Ia menerima orang lain apa adanya (Kis 9:20-27). Lihatlah sepenggal kisah yang tercatat dalam Kis 4:26-27: “Setibanya di Yerusalem, Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus.”
Dalam Kis 9:1-19, diceritakan pertobatan dramatis dari Saulus. Sewaktu Saulus yang telah bertobat datang ke Yerusalem, para rasul dan banyak orang Kristen disana menganggapnya sebagai spionase: "mata-mata Yahudi". Disinilah, Barnabas dengan pikiran positifnya, memperkenalkan Saulus kepada tokoh utama rasul dan meyakinkan mereka tentang pertobatan dan kesungguhan hati Saulus. Dkl: ketika para murid skeptis dan tidak langsung mempercayai pertobatan Saulus (Kis 4:26), Barnabas malahan tetap berpikir positif, dengan berani menerima Saulus tanpa banyak kecurigaan atau stigma negatif (Kis 4:27). Dan, karena Barnabas-lah, Saulus akhirnya diterima oleh para rasul dan para murid yang lain. Disinilah Barnabas mengajak kita untuk memiliki jurus keduanya, yakni: belajar berpikir positif terhadap orang lain. Ia menanggalkan kecurigaan dan stigmatisasi terhadap orang lain.
3. BERSIKAP SPORTIF. Ia bersukacita melihat kemajuan orang lain (Kis 11:19-23). Lihatlah lagi sebuah kesaksian yang tercatat dalam Kis 11:19-24: “Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan. Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan.”
Dalam Kisah Rasul bab 1-10, terlihat bahwa kekristenan awal hanya disebarkan kepada orang Yahudi saja. Tapi, dalam perkembangan selanjutnya, pada Kisah Rasul bab 11, dicatat bahwa kekristenan mulai disebar-pencarkan juga kepada banyak orang non Yahudi. Ketika pimpinan gereja di Yerusalem mendengar kabar tentang jemaat di Antiokhia, maka mereka mengirim seseorang, yaitu Barnabas.
Secara umum, kaum Yahudi
pada saat itu menganggap bahwa keselamatan hanyalah untuk orang Yahudi,
sedangkan orang non-Yahudi
tidak pantas diselamatkan dan bahkan tidak pantas untuk menyembah Allah yang
sama, namun Barnabas tidak melihat dari kacamata
sempit tersebut. Lukas mencatat bahwa Barnabas bersukacita dan menasihati
mereka (Kis 11:23). Barnabas bersukacita melihat kasih karunia
Tuhan yang dinyatakan kepada orang non Yahudi. Iniah jurus yang ketiga, Barnabas mengajak kita untuk berani bersikap
sportif. Ia mengajak kita berani mengakui, menghargai dan mengagumi kelebihan
orang lain, bahkan orang yang kadang berbeda
latar belakang dan tidak sekelompok dengan kita.
Dalam
Kisah 11:24, ditampakkan sekaligus disebutkan pelbagai kualitas
yang dimiliki Barnabas sebagai seorang pengobar semangat yang bersikap sportif, al:
- orang yang baik :
moralitas yang baik
- penuh dengan Roh
Kudus : dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus, dan menghasilkan
buah-buah roh
- penuh dengan iman :
percaya akan Tuhan dan setia
kepada-Nya.
4. BEKERJASAMA. Ia mau melibatkan orang lain bahkan memberi kesempatan kepada orang lain untuk bertumbuh, bahkan bertumbuh melebihi mereka (Kis 11:25-26).
Lihatlah lagi sepenggal
kisah lain yang tercatat pada Kis 11:25-26: ”Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus;
dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat
itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah
murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.”
Satu hal pokok yang
menjadi perhatian
kita adalah bahwa yang dikirim ke Antiokhia, sebenarnya hanyalah Barnabas. Secara sederhana, ia bisa
saja melakukan hal tersebut sendiri. Namun,
ia tahu bahwa ada seseorang yang lebih mampu untuk mengajar
jemaat di Antiokhia, sehingga ia membawa Paulus
(Kis 11:25). Apa yang terjadi? Tindakannya untuk
membawa Paulus adalah tepat karena jemaat di Antiokhia
berkembang pesat dan dicatat bahwa di Antiokhia ini, para murid Yesus
itu untuk pertama kalinya disebut Kristen (Kis 11:26).
Inilah jurus Barnabas
yang keempat. Ia mengajak kita untuk berani bekerjasama. Kita bukan
bersemangat, “single fighter”, tapi
bersemangat dalam sebuah suasana penuh kerjasama dan persaudaraan.
Pada awalnya, Barnabas-lah
yang memang diminta mewakili para rasul di Antiokhia untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi dalam jumlah
besar. Gerakan ini dilihatnya sebagai pekerjaan Allah dan dilandasi
niat baik, Barnabas mendatangkan Saulus
untuk ikut bekerjasama. Disinilah tampak bahwa Barnabas
rindu melihat orang lain bertumbuh. Itulah alasan mengapa ia memberi kesempatan pada Paulus, bahkan walaupun itu
berarti Paulus sangat bisa bertumbuh melebihi
dirinya sendiri.
Perhatikanlah:
Di awal pelayanan, disebutkan susunan mereka
adalah Barnabas dan Saulus (Kis 11:30), tetapi kemudian susunan ini telah
berubah menjadi Paulus dan Barnabas (Kis 13:42). Penjabarannya:
Pada awal karya, ditampakkan bahwa Barnabas adalah pemimpin, sedangkan Paulus
muridnya. Urutan inilah, yang selalu dipegang oleh penulis Kisah Para Rasul, sampai mereka meninggalkan Siprus, yakni:
‘Barnabas dan Saulus’. Sesudah itu, penginjil Lukas
sekaligus penulis Kisah Para Rasul ini, biasa mengatakan
‘Paulus dan Barnabas’ (lihat Kisah 13:43, 46,50; Kisah 15:2, 22, 35).
Dkl: Pengobar
semangat yang sejati tidak pernah mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri dengan bekerja sendiri melulu, melainkan mencari kemuliaan hanya
bagi Kristus dan oleh karenanya, dia terbuka dan rendah hati untuk mau
bekerjasama dengan orang lain, yang sama-sama berkehendak baik.
5. BERANI MEMBERI KESEMPATAN. Ia terus berani memberi kesempatan kepada orang lain, bahkan orang yang kerap di cap “gagal”, untuk hidup lebih baik (Kis 15:35-41).
Buktinya, lihatlah
kisah yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 15:35, “Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di
Antiokhia. Mereka bersama-sama dengan banyak orang lain mengajar dan
memberitakan firman Tuhan. Tetapi
beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: "Baiklah kita
kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah
memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka. Barnabas
ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; tetapi
Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah
meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan
mereka. Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah
dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus. Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah
diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan.”
Mengacu pada sejarah Gereja perdana, dicatat sebelumnya dalam Kisah Para Rasul bahwa Markus bergabung dalam pelayanan pertama Barnabas dan Paulus, tetapi ia meninggalkan pelayanannya di tengah jalan. Ia ditolak sebagai orang yang gagal. Barnabas dan Paulus berbeda pendapat mengenai sikap kepada orang yang 'gagal' ini". Paulus memiliki hati seorang penginjil (baginya pelayanan itulah yang penting), tapi Barnabas memiliki hati seorang gembala (baginya manusianya itulah yang terpenting). Barnabas melihat ada potensi dan nilai baik dalam diri Markus yang gagal ini, dan Barnabas berani ambil resiko untuk memberikan kesempatan kedua untuknya. Inilah jurus kelima dari Barnabas. Ia berani memberi kesempatan kepada orang lain. Ia tidak mudah memberi cap atau stigma negatif, tapi ia malahan memberikan kepercayaan dan kesempatan kedua kepada rekan atau sesamanya yang pernah “gagal, “jatuh” dan salah.” Merupakan sebuah kenyataan, kadang para ‘korban’ (orang-orang yang pernah salah, jatuh dan gagal) mengalami tiga macam ‘penyaliban’: stigmatisasi/di-cap buruk, marginalisasi/disingkirkan, serta viktimisasi/dikorbankan. Tapi, hal ini tidak berarti sama bagi Barnabas. Hatinya penuh belarasa!
Di lain matra, Barnabas memang
tidak disebutkan lagi dalam Perjanjian
Baru, namun tercatat dalam Perjanjian Baru, 5 hasil dari
pelayanan Barnabas, sang pengobar semangat ini, al:
1. Petrus
menyebutkan Markus dalam 1 Pet 5:13. Ia
menyebutkan Markus sebagai "anakku"
1 Pet 5:13 “Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku.”
1 Pet 5:13 “Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku.”
2. Paulus mengakui Markus (yang dulu telah ditolaknya dan di cap ‘orang yang gagal’) sebagai rekan sepelayanan yang berharga. Lihatlah 2 Tim 4:11: “Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.”
3. Semangat yang
diberikannya pada Paulus telah melahirkan Paulus sebagai salah seorang rasul
terbesar dalam sejarah Gereja Universal.
4. Kesempatan kedua, yang diberikannya kepada Markus telah melahirkan salah seorang penulis injil yang handal (Markus yang dahulu dicap gagal inilah yang telah menulis injil Markus, injil yang tertua dari ketiga injil lainnya).
5. Selain keempat hal
di atas, jasa
besar Barnabas yang lain, menunjukkan, bahwa ia dengan segenap hati
menerima orang-orang non-Yahudi karena iman kepada Kristus (bandingkan dengan
Kisah 13:46). Perjalanannya dengan Paulus (Kisah pasal 13 dan 14) bermula
dari tempatnya sendiri, Siprus. Ini mendampakkan
adanya suatu mata rantai gereja yang kebanyakan jemaatnya adalah non-Yahudi.
Mata rantai itu jauh sampai ke Turki, dan menjadi sasaran tantangan yang hebat
dari umat Yahudi (Bdk: Kisah 13:46, “Tetapi
dengan berani, Paulus dan Barnabas berkata: "Memang
kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu
menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal.
Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain”).
Sebuah tambahan pengetahuan tentang figur Barnabas: Surat kepada Orang Ibrani yang dicatat dalam Kitab Suci
Kristiani,
sering dianggap berasal dan ditulis oleh Barnabas, sedikit-sedikitnya
sejak zaman Tertulianus. Ia juga
pernah dianggap sebagai penulis Surat 1
Petrus oleh AC McGiffert (Christianity in the Apostolic Age, 1897 p
593). Ada pula sebuah buku apokrif, yang
disebut Injil Barnabas,
yang berasal dari abad pertengahan (+ antara abad
XIII s/d XVI) untuk kepentingan Agama Islam dan jelas-jelas
ditulis bukan oleh Barnabas.
Akhir kata, Barnabas benar benar bertindak sesuai dengan arti namanya yaitu “Anak Penghiburan”. Ketika banyak orang menjadi “taker”: menuntut dan melemahkan semangat orang lain, Barnabas setia menjadi “giver”: memberi semangat dan dorongan bagi orang lain. Maukah kita juga belajar sebagai “giver” dengan mempraktekkan kelima jurus dari Rasul Barnabas ini?
Tuhan, Jadikanlah Aku Pembawa Damai
Bila terjadi
kebencian, U :
Jadikanlah aku pembawa cinta kasih
Bila terjadi
penghinaan, U : Jadikanlah
aku pembawa pengampunan
Bila terjadi
perselisihan, U :
Jadikanlah aku pembawa kerukunan
Bila terjadi kebimbangan, U : Jadikanlah aku pembawa kepastian
Bila terjadi
kesesatan, U :
Jadikanlah aku pembawa kebenaran
Bila terjadi
kecemasan, U :
Jadikanlah aku pembawa harapan
Bila terjadi
kesedihan, U :
Jadikanlah aku sumber kegembiraan
Bila terjadi kegelapan,
U : Jadikanlah
aku pembawa terang
Tuhan, semoga kami
lebih ingin menghibur daripada dihibur,
memahami daripada
dipahami,
mencintai daripada
dicintai.
Sebab dengan
memberi, kami menerima,
dengan mengampuni,
kami diampuni,
dengan mati suci,
kami
bangkit lagi untuk
hidup selama-lamanya. Amin
0 komentar:
Posting Komentar