Ads 468x60px

O Sancta Simplicitas

AVE MARIA


“Yesus dan Maria, kekasihku yang termanis,
demi Engkau aku rela menderita,
demi Engkau aku rela mati;
anugerahilah kiranya
agar aku dalam segala hal adalah milik-Mu
dan tak ada suatupun yang milikku”
“Jesu et Maria,
amores mei dulcissimi!
pro vobis patiar,
pro vobis moriar;
sim totus vester, sim nihil meus”

Secara biblis, saya melihat dan mengingat kembali bahwa dari kebanyakan tulisan Perjanjian Baru, Maria memang hampir tidak disebut. Hanya ada beberapa teks yang menyinggung tentang Maria antara lain:

a.     Gal. 4:4          : Maria diakui sebagai ibu Yesus, yang melahirkanNya secara fisik.
b.     Kis. 1:14        : Mereka bertekun dalam doa bersama Maria, ibu Yesus, dan bersama
                             beberapa perempuan lain.
c.     Wahyu 12       : Dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan, ia berteriak kesakitan.
d.     Yoh. 2: 1-12   : Maria, Ibu Yesus menyertai Yesus. Ia ada dalam perkawinan di Kana. 
e.     Yoh. 19:25-27 : Ia juga berdiri di bawah salib Yesus, puteranya.
f.      Mark. 3:20-21 : Kaum keluarga datang hendak mengambil Yesus.
g.     Matius 1 & 2   : Kisah masa kanak-kanak Yesus. (Bdk. Lukas 1 dan 2).

Pendek kata dari teks Perjanjian Baru, sedikit saja informasi tentang Maria. Tapi dari yang sedikit inilah, kita bisa menangkap banyak tentang hidup Maria sebagai teladan sikap orang beriman terhadap Allah: Maria sebagai penyambut sabda dan karya Allah, Maria sebagai hamba Tuhan, Maria sebagai figur kerendahan hati. Bukankah keluhuran Maria terletak dalam keterbukaannya tanpa syarat kepada Allah, yang didalamnya juga terkandung kegelapan iman? Tetapi kita perlu mengingat di atas semua itu, Maria dipuji bahagia karena  perbuatan-perbuatan dari Yang MahaKuasa. Nah, pada bagian inilah saya tampil-kenangkan 30 buah pembacaan dan renungan rohani seputar Bunda Maria dari para Bapa Konsili, para rahib dan para orang kudus.  Per Mariam ad Jesum! 

1.   Pembacaan dari Konstitusi Dogmatis LUMEN GENTIUM (LG 61-62)

Keibuan Santa Perawan Maria dalam Tata Rahmat.

Dari kekal, bersama dengan rencana penjelmaan Sabda Allah, Santa Perawan Maria dipastikan menjadi Bunda Allah. Karena kehendak Allah Penyelenggara, ia menjadi Bunda Allah Penebus yang penuh kasih di dunia ini. Tetapi melebihi segala, secara khusus ia menjadi pasangan yang pasrah dan hamba Tuhan yang rendah hati. Ia mengandung, melahirkan, dan mengasuh Kristus. Ia mempersembah-kan-Nya kepada Bapa di kenisah, dan ikut serta dalam penderitaan Putera, ketika Ia wafat di salib. Dengan cara yang sungguh khusus ia bekerja sama dengan ketaatan, iman, dan harapan; sedang cinta kasihnya yang bernyala-nyala ikut serta dalam karya Penebus, memulihkan kehidupan adikodrati pada jiwa-jiwa. Atas dasar ini ia menjadi ibu bagi kita dalam karya perahmatan.

Keibuan Maria dalam karya perahmatan ini di mulai dengan persetujuan yang diberikannya dalam iman kepada pemberitaan warta gembira; yang ia pertahankan tanpa melemah di bawah salib; dan hal ini akan berlangsung tanpa henti sampai terpenuhilah jumlah orang pilihan dalam kehidupan kekal. Sekali diangkat ke surge, ia tidak mengesampingkan tugas sebagai penyelamat; sebaliknya dengan perantaraan doa yang tak putus-putusnya ia tetap memperoleh kurnia keselamatan kekal bagi kita.

Dengan cinta kasihnya sebagai ibu, Maria memperhatikan saudara-saudara puteranya, yang masih mengembara di dunia ini di antara bahaya dan perjuangan, sampai mereka mencapai kebahagiaan di surga.

Karena alasan itu Santa Perawan disebut oleh Gereja dengan sebutan-sebutan sebagai pengacara, penolong, pembantu, pengantara; tetapi semua sebutan itu harus dimengerti dengan cara yang tidak mengurangi atau menambah suatu pun pada kedudukan dan kekuasaan Kristus sebagai pengantara tunggal. Sebab tidak ada satu makhluk pun dapat dianggap sama dengan Sabda yang menjelma, Penebus kita.

Bandingkanlah dengan imamat Kristus! Dengan berbagai macam cara imamat Kristus itu dimiliki bersama oleh para pelayan yang ditahbiskan dan oleh umat beriman. Atau bandingkan dengan kebaikan Allah yang dengan berbagai macam cara sungguh nyata disalurkan kepada para makhluk-Nya. Dengan cara itu jugalah pengantaraan Sang Penebus yang khas tidak menutup – tetapi justru membuka – kemungkinan di antara para makhluk untuk bekerja sama dalam berbagai macam cara; dan ini tidak lain daripada ikut menimba dari sumber tunggal itu.

Gereja tanpa ragu mengakui perawan Maria yang ada di bawah Kristus ini. Gereja mengetahui hal ini karena pengalaman yang tak dapat salah dalam hal ini. Maka ia menekankannya kepada umat beriman, agar digiatkan oleh bantuan ibu ini, mereka dapat lebih dekat mengikuti Pengantara dan Penebus kita.

                          
2.   Pembacaan dari Keterangan Santo Ambrosius (Tentang Injil Lukas)

Kunjungan Santa Perawan Maria

Ketika malaikat menyampaikan rahasia Allah kepada Perawan Maria, ia juga mengabarkan kepadanya sebagai contoh untuk membangun dia di dalam iman, bahwa seorang wanita tua mandul telah mengandung. Ini untuk membuktikan, bahwa Tuhan dapat melakukan segala yang dikehendaki.

Ketika Maria mendengar hal ini, ia bergegas menuju ke pegunungan. Ini tidak karena ia kurang percaya akan ramalan, tidak pasti tentang si pewarta, atau ragu tentang contoh yang diberikan, tetapi karena ia didorong oleh kegembiraan.
         
Kemana dia, yang dipenuhi dengan Allah itu dapat pergi bergegas, selain menuju ketinggian? Tidak ada sesuatu seperti menunda dalam karya Roh kudus. Kedatangan Maria dan berkat kehadiran Tuhan itu juga segera dinyatakan. “Segera setelah Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang ada di dalam rahimnya; dan ia dipenuhi dengan Roh Kudus.”

Perhatikanlah pilihan kata-kata dan arti yang setepatnya. Elisabet yang pertama mendengar suara, tetapi Yohanes yang pertama mengalami rahmat. Ibu mendengar menurut jalannya kodrat; tetapi anak melonjak karena adanya rahasia. Ibu mengenali kedatangan Maria; anak mengenali kedatangan Tuhan. Wanita mengenali kedatangan Maria; anak kedatangan Anak. Para wanita berbicara tentang rahmat; anak-anak mengerjakan dari dalam, agar itu menguntungkan bagi para ibunya, yang dengan mukjizat ganda, bernubuat di bawah ilham para anaknya.

Anak melonjak, ibu dipenuhi dengan Roh. Ibu tidak dipenuhi sebelum anaknya, tetapi setelah anak dipenuhi oleh Roh Kudus, ia memenuhi ibunya juga. Yohanes melonjak dan jiwa Maria bergembira. Ketika Yohanes melonjak, Elisabet dipenuhi, tetapi kita tahu, bahwa Maria tidak dipenuhi, melainkan jiwanya bergembira. Sebab Ia yang tidak dapat dirangkumkan, bekerja dalam rahim ibunya dengan cara yang tak terangkumkan. Elisabet dipenuhi dengan Roh, sesudah ia mengandung dan Maria sebelumnya. “Terberkatilah engkau,” ketanya “karena engkau percaya.”

Tetapi kamu juga, yang telah mendengar dan telah percaya, kamu terberkati juga. Setiap jiwa yang telah percaya, sekalipun mengandung dan melahirkan Sabda Tuhan dan mengenali perbuatan-perbuatan-Nya.

Hendaklah jiwa Maria berada pada setiap dirimu untuk mengagungkan Tuhan. Hendaklah jiwa Maria hadir pada setiap orang untuk bersukaria dalam Tuhan. Menurut daging seorang wanita menjadi ibu Kristus, tetapi menurut iman Kristus itu buah semua manusia. Memang setiap jiwa menerima Sabda Tuhan, asal ia tetap tak bercela dan bebas dari dosa dan mempertahankan kemurniannya dalam keugaharian tak ternoda.

Jiwa yang mampu mencapai tingkat ini mengagumkan Tuhan, seperti jiwa Maria mengagungkan Tuhan dan rohnya bersukaria dalam Allah juru selamatnya. Tuhan diagungkan, seperti kamu baca di tempat lain “Agungkanlah Tuhan bersama aku,” dan bukannya bahwa kata-kata manusia dapat menambah sesuatu kepada Tuhan, tetapi karena Ia diagungkan dalam diri kita, Kristus itu gambar Allah, pola kesamaan bagi jiwa yang diciptakan. Dan karena mengagungkan gambarnya, maka ia ikut ambil bagian dalam keagungan-Nya dan ikut diluhurkan juga.

Maka tepat benar kedua ibu, ibu Tuhan dan ibu Yohanes, mendahului kelahiran puteranya dengan nubuat. Seperti dosa mulai dari wanita, dan bahwa hidup itu hilang Karena seorang wanita tertipu, demikianlah hidup dikembalikan kepada dunia oleh kedua wanita ini yang saling bersaing menyampaikan pujian.


3.   Pembacaan dari Khotbah Santo Agustinus

Dengan Iman Ia Percaya dan Mengandung Sang Putera.

Aku minta kamu mendengarkan apa yang dikatakan oleh Tuhan, ketika Ia mengulurkan tangan menunjuk kepada para murid, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku.” – “ Barang siapa melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, ia adalah saudara-Ku, saudari-Ku, dan ibu-Ku.” Apa kita harus menarik kesimpilan, bahwa Santa Perawan Maria tidak melakukan kehendak Bapa, dia yang dengan iman percaya dan dengan iman mengandung Sang Putera? dia yang dipilih untuk membawa keselamatan ditengah-tengah manusia? Yang diciptakan oleh Kristus, agar Kristus diciptakan dalam dirinya? Tak dapat disangsikan sedikitpun bahwa ia melakukan kehendak Bapa, dan lebuh agung baginya, bahwa ia murid Kristus daripada bahwa ia ibu-Nya. Lebih bahagia orang menjadi murid-Nya daripada menjadi ibu-Nya. Maka terpujilah Maria yang membawa Tuhan dalam tubuhnya sebelum ia melahirkan-Nya.

Coba lihat, apakah tidak benar kata saya? Tuhan mengadakan perjalanan dan orang banyak mengikuti Dia. Ia melakukan karya kuasa ilahi, dan wanita dari tengah orang banyak berseru, ”Berbahagialah rahim yang mengandung Engkau dan payudara yang menyusui Engkau!” Tetapi mereka tidak boleh berpikir, bahwa kebahagian itu terletak pada hubungan jasmaniah. Maka bagaimana jawaban Tuhan? “Lebih bahagia mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan mentaatinya!” Maka Maria bahagia karena “ia mendengarkan sabda Tuhan dan mentaatinya”. Budinya lebih penuh membawa kebenaran daripada rahim membawa tubuh Sang Putera. kristus adalah kebenaran, dan Kristus sungguh menjadi daging! Kristus-kebenaran ada di dalam budi Maria, Kristus – menjadi – daging ada di dalam rahimnya. Lebih besar yang ada di dalam budi daripada yang dibawa dalam kandungannya!

Maria ibu suci. Maria ibu bahagia. Tetapi Gereja lebih besar daripada dia. Apa alasan yang kauajukan? Maria itu bagian dari Gereja! Ia anggota Gereja yang suci; ia adalah sang anggota suci; ia anggota yang melebihi semua anggota; tetapi ia masih tetap salah satu anggota dari seluruh tubuh, dan tubuh tentu lebih besar daripada anggota. Dan kalau anggota itu bagian tubuh seluruhnya, maka tubuh tentu lebih besar daripada anggota itu. Tuhan adalah kepala, dan seluruh Gereja adalah kepala dengan anggota-anggotanya. Bagaimana hal ini akan kukatakan? Kepala ilahi yang kita punta. Allahlah yang kita punya sebagai kepala.

Saudara-saudara, dengarkanlah betul-betul: kamu itu anggota-anggota tubuh Kristus dan kamu itu tubuh Kristus. Dan inilah yang dikatakan tentang dirimu, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku.” Tetapi bagaimana dibuktikan bahwa kamu itu ibu Kristus? Ia meneruskan, “Barangsiapa mendengarkan dan barangsiapa melakukan kehendak Bapa ia adalah saudara-Ku, saudari-Ku, dan ibu-Ku.” Mengapa saudar dan saudari? Karena kita mempunyai warisan yang sama, dan hati Kristus yang penuh cinta tidak akan terpisah dari kita, meskipun Ia Putera satu-satunya. Ia akan menjadikan kita pewaris Bapa-Nya dan sama-sama ahliwaris dengan Dia sendiri.   


4.   Pembacaan dari Kotbah Santo Bernardus Abas

Kita Harus Merenungkan Misteri-Misteri Keselamatan

“Putera yang akan lahir dari padamu akan disebut suci, Putera Allah.” Dialah sumber kebijaksanaan, Sabda Bapa dari Surga! Sabda ini akanmenjadi daging dengan perantaraanmu, o Perawan Suci, sehingga Dia yang berkata, “Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku,” dapat juga berkata, “Aku dilahirkan dan datang dari Allah.”

“Pada permulaan adalah Sabda,”katanya. Sumber sudah mengalir, tetapi masih ada di dalam dirinya saja. “Sang Sabda itu bersama-sama dengan Allah, bersemayam dalam terang yang tak dapat di hampiri, dan Tuhan dapat berkata dari semula, “Pemikiran-Ku itu pemikiran damai, bukan kesedihan.” Tetapi pemikiran-Mu itu ada di dalam diri-Mu sendiri, dan kami tidak tahu apa yang Engkau pikirkan, sebab siapa yang tahu akan pemikiran Tuhan dan siapa yang menjadi penasihat-Nya?

Maka dari itu pemikiran damai turun menjadi karya damai. Sabda menjadi daging dan sekarang diam di antara kita. Ia diam di dalam hati kita dengan perantaraan iman; Ia diam dalam ingatan dan pemikiran, Ia akan masuk dalam angan-angan kita. Sebab bagaimana orang dapat memikirkan tentang Allah, kalau ia tidak lebih dulu membuat gambaran tentang Dia di dalam hatinya? Dulu Ia ada di luar pemikiran kita, tidak terjangkau; Ia sama sekali tidak kelihatan dan di atas akal budi kita; tetapi sekarang Ia ingin dimengerti, dilihat, dipikirkan.

Tetapi bagaimana? Kamu mungkin bertanya demikian. Kujawab: Ia berbaring di palungan, ada di pangkuan seorang perawan, berkhotbah di bukit, berkanjang di dalam doa sepanjang malam; Ia akan bergantung di salib, pucat maut pada wajah-Nya, seperti seorang yang terlupakan di antara orang mati. Ia mengalahkan kekuasaan neraka; atau bangkit lagi pada hari ketiga, menunjukkan bekas-bekas paku kepada para rasul, tanda kemenangan, dan akhirnya di hadapan mereka Ia naik ke surge.

Apakah di sini ada sesuatu yang tidak dapat direnungkan dengan nyata, penuh cinta, penuh bakti? Kalau aku merenungkan salah satu dari peristiwa ini, aku merenungkan Tuhan. Dan dalam semuanya itu aku menemukan Tuhanku. Kusebut bijaksanalah orang yang merenungkan  peristiwa-peristiwa ini. Aku anggap itu pengetahuan untuk mengenang keharuman, yang ditaburkan secara melimpah oleh tongkat Harun dalam kuntum-kuntum ini, harum mewangi yang diperoleh Maria dari surga, ditumpahkan secara leluasa kepada kita  


5.   Pembacaan dari Keterangan Santo Beda Venerabilis tentang Injil Lukas

MAGNIFICAT

Maria berkata, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, juruselamatku.”
Tuhan, katanya, telah meninggikan aku dengan kurnia agung tak terduga, yang tidak dapat diterangkan dengan kata-kata, dan hamper tak dapat diselami dengan rasa yang paling dalam di jiwa dan hatiku. Maka aku mengengkat semua kekuatan jiwaku menjadi ucapan syukur dan pujian. Dalam kegembiraanku kucurahkan seluruh hidupku, seluruh perasaanku, seluruh pengertianku dalam memandang keagungan-Nya yang tanpa batas. Jiwaku bersukacita karena keallahan kekal Kristus, juruselamatku, yang kukandung didalam waktu dan kubawa di dalam tubuhku.

“Sebab yang mahakusa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah kudus.”
Maria melihat kembali permulaan kidung, pada kata-kata, “Jiwaku memuliakan Tuhan.” Hanya jiwa, yang mengalami perbuatan-perbuatan besar dari Allah dapat mengagungkan dan memuji Dia apa sepantasnya; hanya jiwa itu dapat mengajak mereka yang mempunyai kerinduan dan tujuan yang sama, “Muliakanlah Tuhan bersamaku. Marilah bersama memuji Dia.”

Orang, yang tidak mau memuliakan Tuhan yang dikenalnya dengan segala kekuatannya, dan tetap menyucikan nama-Nya, akan disebut yang paling kecil dalam kerajaan Surga. Nama Tuhan disebut suci, sebab Ia mengatasi segala ciptaan karena ketinggian kuasa-Nya, yang tidak ada bandingannya, karena Ia terpisah dari segala yang diciptakan-Nya.

“Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya.”
Secara indah, Maria menyebut Israel hamba Tuhan, karena Israel diangkat oleh-Nya untuk diselamatkan. Sebab Ia melihat Israel taat dan rendah hati, sesuai dengan ucapan Nabi Hosea, “Karena Israel itu kecil, maka aku mencintainya.”
Maka orang yang tidak mau merendahkan diri sudah tidak dapat diselamatkan, dan ia juga tidak dapat berkata bersama nabi, “Lihat, Tuhanlah penolongku, Tuhanlah yang mengangkat hidupku.” Tetapi barangsiapa merendahkan diri seperti anak kecil, itulah yang besar dalam Kerajaan Surga.

“Seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”
Yang dimaksudkan Maria bukannya keturunan Abraham menurut kodrat, tetapi secara rohani; yaitu bukan mereka, yang diturunkan olehnya secara jasmani saja, tetapi mereka yang mengikuti langkah-langkahnya dalam iman, entah mereka bersunat atau tidak bersunat. Sebab ia juga percaya semasa masih belum bersunat, dan itu diperhitungkan sebagai membenarkan dia.

Jadi kedatangan Penebus itu dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya, yaitu kepada anak-anak perjanjian, yang diberi ucapan ini, “Jika kamu milik Kristus, maka kamu keturunan Abraham, ahli waris menurut janji.”


6.   Pembacaan dari Homili Santo Amadeus dari Lausane

Ratu Dunia, Ratu Damai.

Alangkah benarnya, bahwa sebelum diangkat ke surga, nama Maria yang mulia bercahaya di seluruh dunia, dan kemasyhurannya sudah meluas kemana-mana, sebelum keagungannya ditinggikan di atas langit! Demi kemuliaan Puteranya memang layaklah bahwa Sang Ibu Perawan lebih dahulu memerintah di bumi, dan kemudian disambut dengan kemuliaan di dalam kediaman kudus di surga menerima mahkota kesempurnaan hidup yang diubah oleh Tuhan, Roh Allah sendiri.

Ketika masih ada di dunia, ia sudah mengenyam buah pertama dari jaman masa mendatang; pada suatu ketika ia keluar dari dirinya dalam ekstase di hadapan Tuhan; di waktu lain ia menaruh perhatian kepada sesamanya dengan cinta kasih yang taat lembut dan peka. Dari ketinggian surga ia dikunjungi oleh rombongan para malaikat; di dunia ia dihormati oleh pelayanan manusia. Gabriel dengan para malaikatnya berdiri di hadapan Maria; Yohanes bergembira karena Sang Ibu Perawan dipercayakan kepadanya dari salib, untuk dilayani bersama dengan para rasul lainnya. Para malaikat bersukacita kerena melihat ratunya; para rasul karena melihat tuannya, dan mereka semua melayani dia dengan kebaktian penuh hormat dan cinta.

Dari atas keluhuran keutamaan, seraya melihat segala kurnia ilahi, dia yang melebihi semua dalam rahmat, dengan murah mencurahkan limpahan rahmat kepada jiwa-jiwa yang menderita dahaga. Ia memberikan penyembuhan badan dan jiwa, ia kuasa untuk menolong manusia dari kematian rohani dan jasmani. Siapa pernah mundur dari hadapannya masih sakit dan sedih dan tanpa terang rohani yang menuntunnya? Siapa yang tidak pulang kembali dengan gembira dan sukacita, karena mendapatkan apa yang didoakan dari Maria, Ibu Tuhan?

Pengantin penuh kelembutan dan bersemarak mulia, begitu penuh dengan rahmat berlimpah, Ibu pengantin surgawi, mata air Firdaus, sumber yang memancarkan air kehidupan mengalir deras dari gunung Allah di Libanon, ia melaju sebagai sungai damai dan rahmat. Maka, ketika Perawan dari segala perawan diangkat ke surga oleh Allah, Putera-Nya, Raja para raja, diiringi sorak-sorak gembira para malaikat, mahamalaikat dan para kudus, tergenapilah nubuat pemazmur, di mana ia berkata kepada Tuhan, “Di sebelah kananmu berdiri ratu, berdandankan gemerlapan dalam busana disulam permata dan emas.”


7.   Pembacaan dari Homili Santo Bernardus Abas

Seluruh Dunia Menunggu Jawaban Maria

Engkau telah mendengar, bahwa engkau akan mengandung dan melahirkan seorang Putera; engaku telah mendengar, bahwa engkau akan mengandung, tidak dari seorang manusia, tetapi dari Roh Kudus. Malaikat menunggu jawabanmu: sudah sampai waktu ia kembali kepada Allah yang mengutusnya. Kami juga menunggu, ya Puteri, sabda belas kasih, karena kami sengsara dijatuhi putusan untuk dihukum.

Dan kini harga keselamatan kami ada di tanganmu. Jika engkau setuju, segera akan dibebaskanlah kami. Di dalam Sabda Allah yang kekal kami diciptakan dan kini kami mati. Dengan jawaban singkat darimu kami akan dapat hidup semua.

Adam dengan menangis mohon ini kepadamu, ya Perawan Suci, Adam yang dengan anak-anaknya sengsara terbuang dari firdaus. Abraham mohon ini darimu, dan Daud. Inilah permohonan semua para leluhur suci, yaitu nenek moyang, yang masih hidup di lembah bayangan maut. Inilah yang ditunggu-tunggu, seluruh dunia berlutut di hadapanmu.

Dan memang harus demikian, karena pada bibirmu tergantung hiburan kaum sengsara, penebusan para tawanan, pembebasan para terhukum, keselamatan akhir seluruh anak-anak Adam, seluruh bangsamu.

Jawablah ya Perawan dengan segera. Berilah cepat jawabanmu kepada malaikat, dan lewat malaikat kepada Tuhan. Jawablah dengan sabda, dan terimalah Sang Sabda: ucapkanlah darimu, kandunglah yang dari Allah; berikanlah yang dalam waktu, peluklah yang dari kekal.

Mengapa berlambat? Mengapa bergetar? Percayalah, berkatalah, kandunglah! Biar kerendahan hatimu mengenakan keberanian, kelembutanmu kepercayaan. Tidakkah pada saat ini kesederhanaanmu sebagai perawan merupakan kebijaksanaan. Namun dalam hal ini, ya Perawan bijaksana, jangan takut akan kelancangan: sebab meskipun memang indah lembut engaku tinggal diam, namun sekarang ini yang diperlukan kasih setia di dalam kata.

Perawan mulia, bukalah hatimu untuk percaya, bibirmu untuk berbicara, rahimmu untuk Pencipta. Lihat, yang didambakan segala bangsa mengetuk dari luar pada pintu. Ah, jika karena engkau berlambat, ia lewat, engaku sekali lagi akan mulai bersedih hati mencari Dia yang dikasihi jiwamu! Bangkitlah, melangkah dan bukalah. Bangkitlah dengan iman, melangkah serba berbakti, bukalah dengan berbicara, “Lihat, aku ini hamba Tuhan, jadilah menurut sabdamu itu.”
         

8.   Pembacaan dari Khotbah Santo Bernardus Abas

Ibu Yesus berdiri di bawah salib

Sang Perawan Maria sebagai martir, terkandung dalam nubuat Simeon, tampil di hadapan mata dalam kisah sengsara Tuhan kita. Orang tua yang terberkati, yakni Simeon, berkata tentang kanak-kanak Yesus, “Anak ini ditentukan sebagai tanda yang akan ditentang,” dan kepada Maria, “Hatimu akan ditembus dengan pedang.”

Ibu tersuci, sungguh, sebilah pedang menembus hatimu. Sebab tidak ada pedang dapat menusuk tubuh perawan tanpa menembus hatimu. Setelah Puteramu menyerahkan hidup-Nya, tombak kejam, yang membuka sisi-Nya tidak menyayangkan Dia sampai dalam kematian; meskipun dapat melukai-Nya, namun tidak dapat menjamah jiwa-Nya. Namun itulah yang menembus jiwamu laksana pedang. Jiwa Yesus sudah tidak ada lagi, tetapi jiwamu tidak dapat dibebaskan, dan itu ditembus dengan pedang dukacita. Kami menyebut engkau lebih dari seorang martir, karena kecemasan hati yang kauderita melebihi semua penderitaan badani.

“Ibu, lihatlah puteramu.” Kata-kata ini lebih menyakitkan daripada tusukan pedang, sebab ini menembusi jiwamu, dan menyentuh inti, dimana jiwa dipisahkan dengan roh. Pertukaran yang bukan main! Yohanes diberikan kepadamu untuk menggantikan Yesus, murid ganti Guru, putera Zebedeus ganti Putera Allah, manusia biasa ganti Allah benar. Kata-kata ini tentu menembus jiwamu yang penuh cinta, sebab mengenangkan itu saja sudah menghancurkan hati kami, meskipun keras seperti batu.

Jangan heran, saudara-saudara, bahwa Maria dikatakan menderita sebagai martir di dalam jiwanya. Tetapi ada orang yang akan heran, yaitu mereka yang lupa akan kata-kata Paulus tentang orang kafir, bahwa di antara cacat mereka, yang paling berat ialah bahwa mereka tidak mengenal belas kasih. Tidak begitulah Maria! Semoga jangan sampai begitu mereka, yang menghormati dia!

Mungkin ada orang yang berkata, “Apakah ia tidak tahu sebelumnya bahwa puteranya akan wafat!” Tidak disangsikan! “Apakah ia tidak mempunyai harapan pasti akan kebangkitan-Nya segera?” Memang penuh percaya! “Apakah ia juga merasa sedih, waktu Yesus disalibkan?” Amat sedihnya! Siapa kamu itu, saudara, dan pertimbangan apa yang kamu miliki bahwa kamu akan dukacita Maria? Lebih dari pada Putera, Maria menderita! Adakah Yesus mati dalam badanya, dan Maria tidak mengikuti-Nya di dalam hatinya? Cinta kasihlah yang menggerakkan Yesus untuk menderita maut! Cinta kasih-Nya lebih besar daripada siapa saja sebelum dan sesudahnya. Cinta kasih jugalah yang menggerakkan Maria, cinta yang tidak pernah dirasakan oleh seorang ibu.


9.   Pembacaan dari Homili Santo Beda Venerabilis

Maria Memuliakan Tuhan, yang kuasa-NyaBekerja dalam Dirinya.

“Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Tuhan, Juruselamatku.” Ketika Maria mengatakan ini, pertama-tama ia mengakui kurniah-kurniah istimewa, yang diberikan kepadanya, dan selanjutnya ia berbicara tentang berkat rahmat pada umumnya, yang tak henti-hentinya diberikan oleh Tuhan sejak dari kekal untuk menolong umat manusia.

Jiwa yang memuliakan Tuhan itu jiwa seseorang, yang membuktikan seluruh kekuatan rohaninya demi kemuliaan dan pengabdian kepada Tuhan, dan dengan mentaati perintah di dalam budi ia selalu memandang kuasa dan keluhuran Tuhan.

Orang dapat berkata, bahwa hatinya bergembira karena Allah, Juruselamatnya, jika yang menjadikan kesukaan satu-satunya bagi dia adalah pikiran tentang Penciptanya, dan dari Dialah ia mengharapkan keselamatan kekal.

Semua orang, yang sudah mencapai kesempurnaan, tepat benar dapat menggunakan kata-kata ini, tetapi sungguh layak khususnya apabila kata-kata ini diucapkan oleh bunda Allah, sebab kurnia-kurnia istimewa yang diberikan secara khusus memenuhinya dengan cinta rohani terhadap Dia, yang boleh dikandungnya dengan bahagia.

Ia sungguh berwenang untuk bersukaria karena Yesus, yaitu juruselamatnya, dengan kegembiaraan lebih besar dari pada orang suci lainnya, karena ia tahu, bahwa dalam beredarnya waktu ia akan melahirkan Dia, yang diakuinya sebagai sumber keselamatan sejak dari kekal. Sebab sungguh Ia akan menjadi puteranya dan Tuhannya, dalam pribadi satu dan sama.

“Sebab Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” Kita menyaksikan, bahwa ia tidak menghubungkan itu semua sedikit pun dengan jasa-jasanya sendiri, tetapi ia berbicara tentang semua kebesarannya sebagai kurnia dari Allah, yang merupakan kekuasaan dan keagungan, Dia yang selalu mengangkat para pengikutnya yang miskin dan lemah menjadi pemberani dengan kekuatan besar.

Tetapi tepat ditambahkannya, “dan kuduslah nama-Nya”, untuk memperingatkan orang yang mendengarkan dia, dan sebetulnya juga untuk mengajar semua orang, yang kemudian akan mendengar kata-katanya, bahwa mereka harus percaya akan nama-Nya dan menyenut-Nya dan mengungsi kepada-Nya. Sebab mereka juga dapat ambil bagian dalam kesucian kekal dan keselamatan sejati, seperti dinubuatkan, “Semua yang menyebut nama Tuah, akan di selamatkan.” Inilah nama Dia, yang lebih dulu disebutnya, “Hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.”

Demikian di dalam gereja setiap orang mempunyai kebiasaan bagus dan baik untuk setiap hari menyanyikan kidung ini dalam ibadat harian di waktu sore. Dengan demikian orang beriman, karena lebih kerap diperingatkan akan penjelmaan Tuhan, tergerak untuk menyatakan kebaktiannya, dan dikuatkan dalam keutamaan karena setiap kali mengenangkan teladan ibunya.  Hal ini layak dilakukan pada waktu sore, karena pada akhir hari pikiran kita sudah jemu dan gampang menjadi kabur, dan perlu sekali kita mengindahkan saat keheningan untuk berdiam diri dan menghimpun gagasan kita.     


10.  Pembacaan dari Konstitusi Dogmatis LUMEN GENTIUM Konsili Vatikan II (LG. 63-65)

Maria, Lambang Gereja sebagai Perawan dan Bunda.

Karena karunia dan peranannya sebagai Bunda Allah, yang menyebabkan ia bersatu dengan Puteranya, Sang Penebus, dan karena rahmat serta tugasnya yang istimewa, Sang Perawan Maria tidak dapat dipisahkan dari Gereja. Seperti diajarkan oleh Santo Ambrosius, Bunda Allah itu lambang Gereja di dalam iman, kasih, dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam misteri Gereja, yang juga tepat disebut ibu dan perawan, Maria menjulang tinggi sebagai teladan keduanya: keibuan dan keperawanan. Karena iman dan ketaatannya, ia melahirkan Putera Allah sendiri di dunia, tidak karena kenal dengan peria, tetapi karena dinaungi oleh Roh Kudus. Sebagai Hawa baru, tanpa bimbang ragu ia menaruh kepercayaan tidak kepada si ular tua, tetapi kepada utusan Allah. Putera yang dilahirkannya itulah yang ditempatkan oleh Allah sebagai yang sulung di antara banyak saudara, yaitu umat beriman; untuk kelahiran dan pembentukan mereka Maria ikut bekerja sama dengan kasih keibuannya.

Dengan memandang kekudusan Maria yang istimewa, dengan meneladan kasihnya, dengan setia melakukan kehendak Bapa, dan dengan menerima Sabda Allah dalam iman, Gereja sendiri menjadi ibu. Dengan mengajar dan membaptis ia melahirkan banyak putera, yang dikandung dari Roh Kudus, dan dilahirkan dari Allah, bagi hidup baru yang tak akan binasa. Gereja sendiri adalah perawan; ia menjaga iman, yang ia ikrarkan kepada Sang Pengantin, dalam keutuhan dan kemurnian. Dengan meneladan Bunda Allah, dan oleh kuasa Roh Kudus, Gereja mempertahankan iman yang utuh, harapan yang teguh, dan cinta kasih yang tulus.

Dalam diri Santa Perawan yang mulia itu Gereja sudah mencapai kesempurnaan, di mana ia berada tanpa cela dan tanpa noda. Tetapi sementara itu umat beriman masih tetap berusaha untuk mengatasi dosa, dan berkembang dalam kesucian. Maka mereka mengarahkan pandangannya kepada Maria, yang sebagai contoh keutamaan menyinari seluruh umat pilihan. Dengan penuh bakti, Gereja merenungkan hal-ikhwal Sang Ibu dan memandang dia dalam terang Sabda yang menjadi manusia. Dengan demikian Gereja semakin dalam menyelami misteri agung penjelmaan, dan menjadi semakin serupa dengan Sang Pengantin.

Karena ambil bagian begitu besar dalam sejarah keselamatan, maka Maria meresapkan sedalam-dalamnya dan menggemakan kembali semua ajaran iman yang paling dasar, yakni apabila sebagai pokok ajaran dan kebaktian, ia mengundang umat beriman untuk datang kepada puteranya, Sang Korban sejati, dan cinta Bapa sendiri. Di lain pihak, dengan selalu mengejar kemuliaan Kristus, Gereja menjadi lebih menyerupai lambangnya yang luhur, dan makin meningkat dalam iman, harapan serta cinta, dengan mencari dan melaksanakan kehendak Bapa dalam segala.

Maka dalam karya kerasulannya Gereja pun tetap memandang Maria yang melahirkan Kristus. Ia dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan dari perawan, agar dengan perantaraan Gereja Ia juga dapat dilahirkan dan berkembang dalam hati umat beriman. Dalam hidupnya Santa Perawan Maria menjadi teladan kasih ibu, yang harus menjiwai semua orang yang ikut ambil bagian dalam tugas kerasulan Gereja demi kelahiran kembali umat manusia. 
                   
  
11.  Pembacaan dari Kotbah Paus Leo Agung

Maria Mengandung di dalam Jiwa,
sebelum Mengandung di dalam Tubuhnya.

Putera dari keturunan raja dari keluarga Daud dipilih untuk mengandung putera suci, putera ilahi dan manusiawi, yang dikandungnya di dalam jiwa, sebelum dikandung di dalam tubuhnya. Dan agar ia jangan menjadi takut akan sesuatu yang tak terduga-duga dapat terjadi, dan tidak tahu akan rencana ilahi, ia diberitahu dalam wawancara dengan malaikat, bahwa yang akan terjadi padanya adalah karya Roh Kudus. Segera ia akan menjadi ibu Tuhan, meskipun ia akan tetap perawan. Sebab mengapa ia tidak akan menaruh harapan, karena cara mengandung itu menakjubkan, seperti sudah dikatakan, bahwa hal itu akan terjadi oleh kuasa Yang Mahatinggi. Iman kepercayaannya dikuatkan oleh mujizat yang telah terjadi. Elisabet mendapat kesuburan, yang sudah tidak diharapkan, hingga tidak dapat disangsikan lagi, dahwa Dia yang memungkinkan orang mandul dapat mengandung, juga dapat melaksanakan hal itu kepada seorang perawan.  

Maka dari itu Allah, Allah Putera, yang pada permulaan bersama dengan Allah dan oleh-Nya semua yang ada terjadi, dan tanpa Dia tidak ada sesuatu yang terjadi, Ia menjadi manusia untuk membebaskan manusia dari kematian kekal, tanpa mengurangi keluhuran-Nya, Ia berkenan mengenakan kerendahan kita; demikian, dengan tetap apa ada-Nya senantiasa, Ia mengenakan apa yang bukan diri-Nya, dan Ia mempersatukan keadaan budak yang sesungguhnya dengan keadaan, di mana Ia sama dengan Allah Bapa. Dengan ikatan sedemikian rupa Ia menjalin kedua kodrat-Nya, hingga peninggian tidak melebur yang rendah, atau pengenaan kodrat manusia menurunkan yang lebih tinggi.

Maka setiap kodrat mempertahankan apa yang khas ada padanya, tetapi dipertemukan dalam satu pribadi. Dan demikian kerendahan dirasuk dalam kemuliaan, kelemahan dalam kekuasaan, kematian dalam keabadian. Untuk melunasi hutang kodrat kita yang terjatuh, kodrat yang bebas dari segala penderitaan dipersatukan dengan kodrat kita yang menderita; dan Allah nyata bersama manusia nyata dipersatukan dalam kesatuan Tuhan. Demikianlah seperti apa yang diperlukan untuk penyembuhan kita,  Pengantara satu dan sama antara Tuhan dan manusia, dapat mati karena kodrat yang satu dan Karena kodrat yang lainnya bangkit lagi. Maka benar keutuhan perawan sama sekali tidak tersentuh karena melahirkan keselamatan kita, sebab kelahiran kebenaran adalah jaminan kemurnian. Sebab kelahiran seperti itu, Saudara-saudara terkasih, sesuai bagi Kristus, kekuasaan Allah dan kebijaksanaan Allah, karena dengan demikian Ia bersatu dengan kemanusiaan kita, namun tetap jauh kebih tinggi dengan keallahan-Nya. Seandainya Ia bukan Allah sejati, Ia tidak dapat menolong kita; seandainya Ia bukan manusia sejati, Ia tidak dapat memberi teladan kepada kita.

Maka para malaikat memuji pada kelahiran Tuhan; mereka bernyanyi, “Kemuliaan kepada Allah disurga tinggi.” Mereka mewartakan, “Damai di bumi kepada orang yang berkenan kepada-Nya.” Sebab mereka melihat Yerusalem surgawi dibangun dari segala bangsa di dunia. Betapa kita, manusia belaka, harus bergembira akan perbuatan cinta ilahi ini, kalau para malaikat di surga begitu gembira menyaksikannya.


12.  Pembacaan dari Kotbah Abas Guerikus yang Suci

Maria, Ibu Kristus dan Ibu Umat Kristiani

Maria hanya melahirkan seorang putera. di surga Yesus itu Putera tunggal Bapa; di bumi Ia putera tunggal ibu-Nya. Dia, Perawan Maria, ibu satu-satunya, bangga melahirkan Putera Tunggal Bapa! Ia memeluk satu-satunya Putera Tunggal yang merangkum semua anggotanya, hingga ia benar-benar tepat disebut ibu semua orang, di mana ia melihat Kristus Puteranya sudah atau sedang dibentuk.

Hawa pertama itu bukan seorang ibu kandung! Dia ibu tiri, karena kepada anak-anaknya ia mewariskan kematian yang tak terelakkan, bukan permulaan terang sejati. Memang ia disebut ibu semua orang yang hidup; tetapi ia ternyata berubah menjadi pembunuh semua yang hidup. Dia itu ibu maut, karena buah kandungannya hanyalah kematian. Karena Hawa itu tidak mampu menepati panggilan yang terkandung dalam namanya, maka Maria memenuhi makna misteri itu. Maria sendiri, seperti Gereja, yang dilambangkan olehnya, adalah ibu bagi semua yang dilahirkan kembali untuk kehidupan.

Sungguh, dialah ibu kehidupan, yang menjiwai setiap orang yang hidup! Dengan melahirkan Sang Putera dari dirinya sendiri, ia melahirkan kembali semua yang harus hidup dengan Sang Kehidupan itu.

Sebagai ibu Kristus tersuci, Maria tahu bahwa ia ibu semua orang kristiani atas dasar misteri ini; maka ia menunjukkan diri sebagai ibu lewat asuhan dan perhatiannya yang penuh cinta. Hatinya tidak ditegarkan menghadapi anak-anak ini, seakan-akan mereka bukan putera-puteri kandung! Rahimnya memang hanya sekali mengandung putera, tetapi tetap subur lestari, tak habis-habisnya menghasilkan buah belas kasih sebagai ibu.

Jadi, dengan perhatian dan kehalusan rasa lembutnya hamba Kristus melahirkan anak-anaknya yang mungil, sekali dan setiap kali, sampai Kristus terbentuk di dalam mereka. Kalau demikian halnya dengan hamba Kristus, betapa lebih lagi hal ini terjadi pada ibu Kristus sendiri! Paulus pun melahirkan anak-anaknya lewat sabda kebenaran, dengan mana mereka dilahirkan kembali; tetapi Maria dengan cara yang jauh lebih suci dan seperti Tuhan: ia melahirkan Sang Sabda sendiri. Memang saya memuji pelayanan Paulus dengan pewartaan sabdanya, tetapi saya jauh lebuh mengagumi dan menjunjung tinggi misteri kelahiran lewat Maria. Apalagi sudah menjadi kenyataan, bahwa putera-puteri Maria mengakui dia sebagai ibunya dengan semacam naluri rasa bakti, yang timbul dari iman mereka. Naluri itu bahkan sudah menjadi kodrat kedua, hingga dalam segala kebutuhan dan mara bahaya, mereka pertama-tama dan terutama lari kepada pangkuan ibu. Maka sudah selayaknya kita mengartikan anak-anak ini dalam rangka nubuat nabi, “Anak-anakmu akan hidup di dalam dirimu”; asal nubuat ini selalu dan pertama-tama diartikan dan diterapkan kepada Gereja.

Saudara-saudara, kita sudah hidup dalam lindungan ibu yang mahatinggi; kita hidup di bawah naungannya, bagaikan dibawah naungan sayap; di kemudian hari di dalam kemuliaannya, kita akan dibelai seperti di dalam pangkuan ibu. Pada waktu itu ucapan penuh sukacita dan rasa syukur akan disampaikan kepada ibu ini, “Engkaulah tempat kediaman bagi kami semua yang bersukacita dan bergembira, ya Bunda Allah yang suci!”
  

13.  Pembacaan dari Konstitusi Apostolik Paus Pius XII, tentang Pengangkatan Santa Perawan Maria ke Surga

Tubuhmu suci dan mulia

Para Bapa Gereja, para pujangga agung, dalam khotbah-khotbah mereka pada pesta Bunda Allah diangkat ke surga menyampaikan suatu ajaran, yang telah diketahui dan diterima oleh seluruh dunia kristiani. Bagi mereka yang penting ialah menguraikannya, menunjukkan artinya yang pokok, lebih dalam daripada yang nampak pada lahirnya. Hanya mengatakan, bahwa tubuh Santa Perawan tidak pernah mengalami kebinasaan, tidak menyelesaikan arti perayaan ini. Yang kita rayakan adalah kemenangannya atas maut, ketika ia dimuliakan, seperti yang dialami Puteranya Yesus Kristus di surga.

Demikian Santo Yohanes Damasenus, penafsir utama tradisi ini, secara fasih membandingkan keistimewaan paling tinggi yang diberikan kepada Bunda Allah pada umumnya, dengan diangkatnya ke surge dengan tubuhnya. “Sudah selayaknya, bahwa Dia yang di waktu melahirkan mempertahankan keperawanannya tanpa cela, mempertahankan tubuhnya tetap utuh sesudah kematian juga. Sudah selayaknya, bahwa dia yang mengandung Sang Pencipta sebagai putera dalam rahimnya, memiliki tempat kediaman bersama Allah. Sudah selayaknya, bahwa Sang Pengantin dipilih oleh Bapa, bersemayam di dalam persemayaman pengantin di surga. Sudah selayaknya, bahwa dia yang memandang Puteranya di salib, dan menerima tusukan pedang kedukaan di dalam hatinya, yang tidak terdapat pada kelahiran-Nya, melihat Dia duduk bersama Bapa. Sudah selayaknya, bahwa Bunda Allah menikmati keistimewaan Putera dan dihormati oleh seluruh ciptaan sebagi ibu dan hamba Allah.”

Santo Germanus dari Konstantinopel melihat pengangkatan tubuh Santa Perawan yang tidak binasa sebagai layak tidak hanya karena kedudukannya sebagai Bunda Allah, tetapi juga karena kesucian khusus sehubungan dengan martabat perawan, “Engkau tampil dalam keindahan, seperti tertulis dan tubuh perawan seluruhnya suci, seluruhnya murni, seluruhnya kediaman Allah; hingga tidak mungkin akan kembali menjadi debu; diubah, memang kerena manusiawi sifatnya, untuk kemuliaan hidup yang tidak dapat binasah; namun tubuh yang sama hidup dan mulia, bebas dari noda, ikut serta dalam kehidupan sempurna.

Seorang pengarang kuno lainnya mengatakan, “Karena dia Ibu Kristus Sang Penyelamat, Ibu termulia, Ibu Tuhan kita, yang memberi hidup luput dari maut, maka ia dikembalikan kepada hidup oleh Dia, dan di dalam tubuhnya untuk selamanya ikut memiliki keluputan dari kebinasaan dalam tubuhnya bersama Dia, yang membangkitkan-Nya dari makam dan mengangkatnya bersama diri-Nya dengan cara yang hanya diketahui oleh Dia sendiri.”

Pada hakekatnya, semua bapa Gereja ini mendasarkan kesimpulannya pada Kitab Suci, yang kepada kita member gambaran bahwa Ibu Tuhan selalu bersatu tak terpisahkan dari Putera ilahinya, dan selalu ikut dalam nasib-Nya.

Perlu diingat, bahwa sejak abad kedua dan selajutnya, Santa Maria oleh para bapa Gereja selalu disamakan dengan Hawa kedua. Memang tidak setingkat seperti Adam kedua, namun erat sekali hubungannya dalam perjuang melawan musuh umat manusia. Dan seperti kita tahu dari janji yang diberikan di Firdaus, hal ini berakhir dengan kemenangan sempurna atas dosa dan maut, kedua musuh yang kerap kali disebut bersama oleh Santo Paulus. Kemenangan ini mengakibatkan kebangkitan Tuhan, tanda keunggulan yang tertinggi; tetapi Santa Maria, yang ikut dalam pergulatan, harus ikut juga dalam kesudahannya, dengan kemuliaan tubuhnya perawan. Hanya pada saat itu, seperti dikatakan oleh rasul, “jika kodrat yang dapat mati ini mengenakan keadaan tak dapat mati, sabda Kitab Suci akan dipenuhi. Maut ditelan dalam kemenangan.”

Ibu Tuhan yang mulia bersatu begitu mengagumkan dengan Yesus Kristus dari kekal, sesuai dengan keputusan Penyelenggaraan yang sama; dikandung tak bernoda, menjadi ibu Allah tetap perawan suci murni, pendamping mulia Penebus kita dalam mengalahkan dosa dan segala akibatnya – pahala apa yang menantikan dia akhirnya? Sebagai pemahkotaan segala rahmat, ia bebas dan hukuman menjadi binasa; mengikuti kemenangn Puteranya atas maut, ia diangkat ke surga, dengan jiwa dan raga, untuk memerintah di sana sebagai Ratu di sebelah kanan Raja segala abad, tidak dapat mati.


14.  Pembacaan dari “Communion With Mary”

Meditasi tentang Salam Maria

Salam Maria
Aku menyalami engkau, Bunda yang baik. Ijinkan aku mempersatukan diriku denganmu untuk menyembah Yesus. Pinjami aku kasih sayangmu, perasaan-perasaanmu. Terlebih lagi aku memohonmu untuk menyembah-Nya atas namaku. Salam, ya Tubuh sejati Yesus, yang dilahirkan oleh Perawan Maria! Aku percaya, dan aku menyembah-Mu.

Penuh Rahmat
Engkau, Maria, layak menyambut Allah yang Mahakudus, sebab engkau penuh rahmat dari sejak saat pertama hidupmu. Tetapi aku pendosa yang malang. Peilakuku yang jahat membuatku tak layak menyambut Komuni. Ya Bundaku, selubungilah aku dengan jasa-jasamu dan hantarlah aku kepada Yesus.

Tuhan Sertamu
Tuhan sertamu, ya Perawan Tersuci. Dengan kerinduanmu yang berkobar engkau sungguh menarik-Nya turun dari Surga masuk ke dalam hatimu. Tanamkanlah juga dalam hatiku suatu kerinduan yang berkobar dan lapar yang tak terpuaskan akan Yesus, hingga aku dapat sepenuh hati mengatakan, “Datanglah, ya Yesus-ku, aku merindukan-Mu dengan hati Maria, BundaMu dan Bundaku.”

Terpujilah Engkau di Antara Wanita
Terpujilah engkau, ya Maria, yang tiada pernah mengenal sesal akibat perbuatan dosa; sebab engkau bebas dari segala bentuk dosa dan ketaksempurnaan. Tetapi aku tahu bahwa aku telah berdosa, dan aku tak yakin bahwa aku telah cukup menyesalinya. Buatlah aku mengerti jahatnya dosa-dosaku dan kebaikan Allah yang telah aku lukai. Aku menangisi dosa-dosaku. Anugerahilah aku tobat yang demikian kepada Yesus, Putramu.

Dan Terpujilah Buah Tubuhmu
Ah, Bunda yang baik! Betapa anugerah agung yang telah engkau berikan kepada kami dengan memberikan Juruselamat kepada kami, Yesus! Dan lihatlah, Ia rindu datang kepadaku untuk menjadikanku seorang anak yang dikasihi secara istimewa oleh hatimu. Aku pergi dengan penuh kepercayaan untuk menyambut-Nya, dan aku katakan kepada-Nya: “Yesus-ku, aku serah pasrahkan diriku kepada-Mu. Sudi datanglah untuk memberiku kekuatan dalam melayani Engkau dengan setia, dan pengharapan akan menikmati Engkau selamanya bersama BundaMu di Surga.”

Yesus
Anugerahilah aku, ya Bunda, agar kiranya aku dapat mengalami perasaan-perasaan itu yang engkau alami saat engkau hidup dalam penyertaan Yesus, saat engkau memanggil-Nya dengan nama-Nya. Sekarang aku hendak menyambut-Nya. Ijinkan aku dapat mengatakan kepada-Nya: “Datanglah, ya Yesus-ku. Engkau akan mendapati dalam diriku sambutan yang sama seperti yang Engkau terima dari BundaMu semasa di dunia. Aku berharap dengan melalui perantaraannya Engkau akan menyambutku masuk ke dalam Surga.”

Ucapan Syukur

Santa Maria, Bunda Allah
Ya Bunda-ku, betapa bahagia aku hendak dipersatukan dengan Yesus-ku! Tetapi bagaimanakah aku pantas hingga Tuhan-ku datang turun kepadaku? Ya Maria, yang tersuci dan tak bernoda, sampaikanlah kepada-Nya ucapan syukur yang layak atas namaku. Ya engkau yang sejak dari pertama merasakan detak jantung Yesus, yang sekarang aku sambut dalam tubuhku, engkau yang mengasihi-Nya lebih dari segenap para kudus sekaligus mengasihi-Nya, dan yang hidup hanya bagi-Nya saja semasa engkau di dunia. Anugerahilah kiranya agar aku sekarang boleh ambil bagian dalam perasaan-perasaan dan kasihmu.
Dan Engkau, ya Yesus, terimalah kasih BundaMu seolah itu adalah kasihku sendiri dan janganlah menghindarkan tatapan kasih kepadaku sementara aku juga berkata kepada-Mu dengan segenap hatiku, “Aku mengasihi-Mu.”

Doakanlah Kami yang Berdosa Ini
Doakanlah aku, ya Maria. Saat ini sudi persatukanlah doa-doamu dengan doa-doaku. Dan sekarang sebab Yesus telah datang ke dalam hatiku, siap menganugerahiku segala rahmat, aku hendak memohon kepada-Nya, di atas segalanya, agar aku tiada akan pernah memisahkan diri dari-Nya karena dosa. Dan engkau, ya Maria, lindungilah aku dari yang jahat, dan jadilah bagiku pengungsian dalam pencobaan.

Sekarang
Sekarang, dan sejak dari sekarang, Bunda terkasih, aku memohon segala rahmat yang bermanfaat bagi jiwaku. Perolehkanlah bagiku anugerah ini: agar aku berpakaian keutamaan kebaikan dan kelemah-lembutan dan agar hidupku adalah hidup yang murni tanpa cela.    

Dan Waktu Kami Mati
Sejak dari sekarang doaku, ya Yesus, adalah agar aku boleh menyambut Engkau dengan layak di saat ajalku dan kiranya aku boleh mengalami kematian yang kudus. Aku menerimanya, bilamana dan bagaimana Engkau akan mengirimkannya kepadaku - aku menyambutnya dalam persatuan dengan kurban-Mu yang digenapi di Salib. Aku menerimanya demi penyerahan diri pada Kehendak Ilahi, demi kemuliaan Allah, demi keselamatanku, dan demi keselamatan jiwa-jiwa.
Ya Perawan yang berdukacita, temanilah aku sebagaimana engkau menemani Yesus dalam sakrat maut-Nya.

Amin.
“Terjadilah.” Ya Yesus, inilah kata yang ingin aku ulangi setiap saat, baik sepanjang masa mudaku dan sepanjang seluruh hidupku. Terjadilah Kehendak-Mu selalu. Dan segala apa yang Engkau selenggarakan adalah yang terbaik bagiku, dan sejak dari sekarang aku menerimanya dan mengucap syukur atasnya kepada-Mu. Amin.


15.  Pembacaan dari Surat Ensiklik Paus Yohanes Paulus II

Ecclesia de Eucharistia
Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja

Apabila kita ingin menemukan kembali seluruh kekayaan kedalaman hubungan Gereja dengan Ekaristi, kita tak boleh melupakan Maria, Bunda dan Model Gereja. Dalam Surat Apostolik saya “Rosario Perawan Maria (Rosarium Virginis Mariae)”, saya telah menunjuk Santa Perawan Maria sebagai guru kita dalam merenungkan wajah Kristus, dan antara misteri-misteri terang saya memasukkan pendasaran Ekaristi. Maria dapat membimbing kita ke dalam Sakramen Mahakudus ini, justru karena dia sendiri mempunyai perhubungan mendalam dengan Ekaristi.

Pada pandangan pertama, Injil memang mendiamkan pokok ini. Kisah pendasaran Ekaristi pada malam Kamis Putih tidak menyebut nama Maria. Meski demikian, kita tahu bahwa dia hadir di antara para Rasul yang berdoa “sehati” (lih Kis 1:14) pada komunitas perdana yang berkumpul sesudah Kenaikan sambil menantikan Pentakosta. Tentulah Maria telah hadir dalam perayaan Ekaristi pada generasi pertama Kristiani, yang sangat setia kepada “pemecahan roti” (Kis 2:42).

Namun, menambah kepada sharingnya dalam perjamuan Ekaristi, suatu gambaran tak langsung dari hubungan Maria dengan Ekaristi sebelumnya sudah ada, mulai dengan persiapan batinnya. Maria adalah “Wanita Ekaristi”, dalam seluruh hidupnya. Gereja, yang memandang Maria sebagai teladan, terpanggil juga untuk menirunya dalam hubungan dengan misteri yang mahakudus ini.

Misteri iman! Bila Ekaristi adalah misteri iman yang begitu hebat mengatasi pengertian kita, sebagai panggilan pengaminan sabda Allah, maka tak seorang pun setara dengan Maria dalam membantu dan membimbing kita untuk mencapai disposisi ini. Dalam mengulangi apa yang dilakukan oleh Kristus pada Perjamuan Terakhir sesuai dengan perintah-Nya: “Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku!”, kita juga menerima undangan Maria menaati-Nya tanpa keraguan: “Lakukanlah apa yang dikatakan-Nya kepadamu” (Yoh 2:5). Dengan keprihatinan keibuan yang sama, yang ditunjukkannya pada pesta pernikahan Kana, Maria seolah berkata kepada kita: “Jangan takut, percayalah akan kata-kata Anakku. Bila Ia telah sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia juga akan sanggup mengubah roti dan anggur menjadi tubuh dan darah-Nya, dan dengan lewat misteri ini Ia memberikan kepada umat beriman peringatan paskah yang hidup, sehingga menjadi `roti hidup'.''

Dalam arti tertentu, Maria menghidupi iman Ekaristinya bahkan sebelum pendasaran Ekaristi, oleh kenyataan bahwa dia mempersembahkan rahim perawannya kepada Penjelmaan Sabda Allah. Ekaristi, sebagai peringatan sengsara dan kebangkitan, adalah juga kelanjutan penjelmaan. Pada Kabar Gembira, Maria mengandung Putra Allah dalam kenyataan fisik tubuh dan darahnya, sehingga, pada tingkat tertentu, ia mendahului dalam dirinya, yang terjadi secara sakramental dalam diri setiap umat beriman, yang menyambut tubuh dan darah Tuhan, dalam tanda roti dan anggur.

Akibatnya terdapatlah kemiripan yang mendalam antara Fiat yang dikatakan oleh Maria menjawab malaikat, dan “Amin”, sebagai jawaban umat beriman waktu menyambut tubuh Tuhan. Maria diminta mempercayai Dia yang dia kandung “oleh Roh Kudus” adalah Putra Allah” (Luk 1:30-35). Melanjutkan iman sang Perawan terhadap misteri Ekaristi, kita juga diundang untuk percaya, bahwa Yesus Kristus yang sama, Putra Allah dan Putra Maria, hadir dalam kepenuhan kemanusiaan dan keilahian-Nya dalam tanda roti dan anggur.

“Berbahagialah dia yang percaya” (Luk 1:45). Maria juga telah memulai, dalam misteri penjelmaan, iman Ekaristi Gereja. Tatkala ia, dalam Kunjungan, dalam rahimnya mengandung Sabda yang telah menjadi daging, dalam arti tertentu, ia menjadi “tabernakel” - tabernakel perdana dalam sejarah. Di sana Putra Allah, yang masih belum terlihat oleh mata manusia, membiarkan Diri-Nya disembah oleh Elisabet, memancarkan terang-Nya lewat mata dan suara Maria. Dan bukankah pandangan terpukau dari Maria, tatkala merenungkan wajah Kristus yang baru lahir dan yang mengasuhnya dalam ayunan tangannya, model kasih yang tiada tara, pantas mengilhami kita setiap kali kita menyambut komuni Ekaristi?

Maria, sepanjang hidup di samping Kristus, bukan saja di Kalvari, telah membuat dirinya menjadi dimensi kurban dari Ekaristi. Tatkala ia membawa kanak-kanak Yesus ke bait Yerusalem untuk”mempersembahkannya kepada Tuhan” (Luk 2:22), dia mendengar nubuat Simeon yang uzur bahwa anak itu akan menjadi “tanda pertentangan” dan bahwa sebuah pedang akan menusuk jantungnya (lih Luk 2:34-35). Tragedi penyaliban Putra-Nya dinubuatkan di situ, dan dalam arti tertentu, Stabat Mater, Maria berdiri di bawah salib, telah dikabarkan lebih dahulu. Dalam persiapan hariannya menuju Kalvari, Maria mengalami sejenis “antisipasi Ekaristi” - mungkin dapat dikatakan “komuni rohani” - kerinduan persembahan, yang akan memuncak dalam kesatuannya dengan Putra-Nya dalam sengsara, dan kemudian dapat ungkapan sesudah Paskah, dalam partisipasinya dalam Ekaristi, yang dirayakan oleh para Rasul sebagai peringatan akan sengsara.

Bagaimana kiranya perasaan Maria, tatkala ia mendengar dari mulut Petrus, Yohanes, Yakobus dan Rasul lainnya kata-kata yang diucapkan pada Perjamuan Terakhir: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu” (Luk 22:19)? Tubuh yang diserahkan bagi kita dan dihadirkan dalam tanda sakramental adalah tubuh yang sama, yang dikandungnya dalam rahim. Bagi Maria, menyambut Ekaristi tentulah merupakan sekali lagi menyambut dalam rahim dan hati, Dia yang telah bersatu dengan dirinya serta menyegarkan apa yang telah dialaminya di kaki salib.

“Perbuatlah ini sebagai peringatan akan Daku” (Luk 22:19). Dalam “peringatan” Kalvari, segala sesuatu yang dilakukan oleh Kristus dalam sengsara dan wafat-Nya hadir di sini. Demikianlah segala sesuatu yang dilakukan oleh Kristus kepada Bunda-Nya demi kita, juga dihadirkan kepada Maria. Dia menyerahkan murid kesayangan-Nya dan, dalam murid ini, setiap orang dari kita: “Inilah anakmu.” Kepada setiap orang dari kita, Dia juga berkata: “Inilah ibumu!” (lih Yoh 19:26-27).

Pengalaman peringatan wafat Kristus dalam Ekaristi berarti juga melanjutkan menyambut karunia ini. Artinya menyambut - seperti Yohanes - dia yang sekali lagi diberikan kepada kita sebagai Bunda. Itu juga berarti bahwa kita mengenakan komitmen menjadi serupa dengan Kristus, memasukkan diri kita ke dalam sekolah Bunda-Nya, sambil mempersilakan Maria menyertai kita. Maria selalu hadir, bersama Gereja dan sebagai Bunda dari Gereja, pada setiap perayaan Ekaristi kita. Bila Gereja dan Ekaristi bersatu tak terpisahkan, hal yang sama pantas dikatakan juga mengenai Maria dan Ekaristi. Inilah salah satu alasan, mengapa, sejak asal mula, peringatan akan Maria selalu menjadi bagian dari perayaan Ekaristi Gereja Timur dan Barat.

Dalam Ekaristi, Gereja sama sekali bersatu dengan Kristus dan kurban-Nya, dan Gereja mengenakan semangat Maria. Kebenaran ini dapat dipahami lebih mendalam lewat pemahaman ulang Magnificat (Jiwaku Memuliakan Tuhan) sebagai kunci memasuki Ekaristi. Ekaristi, sebagaimana Madah Maria ini, pertama dan utama adalah madah pujian dan syukur. Tatkala Maria melambungkan: “Jiwaku memuliakan Tuhan dan rohku bersukacita dalam Tuhan Juruselamatku”, dia telah mengandung Yesus dalam rahim. Dia memuliakan Tuhan “lewat” Yesus, dan ia juga memuji Tuhan “dalam” dan “bersama” Yesus. Inilah sebenarnya sikap “Ekaristi sejati”.

Lantas Maria mengingat keajaiban yang dilakukan Tuhan dalam sejarah keselamatan untuk menggenapi janji yang telah diadakan dengan para bapa bangsa (lih Luk 1:55), dan mewartakan keajaiban itu, yang mengatasi semuanya, yakni penebusan penjelmaan. Akhirnya, Magnificat mencerminkan tegangan eskatologis Ekaristi. Setiap kali Putra Allah datang kembali kepada kita dalam “kemiskinan” tanda sakramental dari roti dan anggur, benih sejarah baru, di mana orng-orang berkuasa “diturunkan dari tahta” dan “yang hina dipermuliakan” (lih Luk 1:52), mengakar di dunia. Maria melambungkan “langit yang baru” dan “bumi yang baru”, yang mendapat antisipasinya dalam Ekaristi, dan dalam arti tertentu juga program dan rencananya. Magnificat mengungkapkan sprititualitas Maria, dan inilah yang paling agung dari segala spiritualitas untuk membantu kita mengalami misteri Ekaristi. Ekaristi telah diberikan kepada kita agar hidup kita, seperti  Maria, semakin sempurna menjadi Magnificat.


16.  Pembacaan tentang Devosi

“Kuasa Tiga Salam Maria”

Salah satu sarana keselamatan terbesar dan salah satu tanda paling pasti akan predestinasi [= dipilih dan ditentukan untuk menerima keselamatan oleh kehendak Allah], tak diragukan lagi, adalah devosi kepada Santa Perawan Maria Tersuci. Segenap Pujangga Gereja secara bulat mengatakan bersama St Alfonsus Liguori: "Seorang abdi Maria yang saleh tiada akan pernah binasa." Kunci utamanya adalah mempraktekkan dengan setia devosi ini hingga akhir hayat.

Adakah suatu praktek yang lebih mudah dan lebih fleksibel bagi semua orang selain dari pendarasan tiga Salam Maria setiap hari demi menghormati hak-hak istimewa yang dianugerahkan Tritunggal Mahakudus pada Santa Perawan?

Salah seorang pertama yang mendaraskan tiga Salam Maria dan menganjurkannya pada yang lain adalah St Antonius dari Padua (1195-1231) yang termasyhur. Tujuan utama praktek ini adalah demi menghormati Keperawanan Maria yang tanpa noda dan demi memelihara kemurnian pikiran, hati dan tubuh secara sempurna di tengah mara bahaya dunia. Banyak orang, seperti St Antonius, telah merasakan dampak manfaatnya.

Di kemudian hari, St Leonardus dari Porto Mauritio (1676-1751), seorang misionaris terkenal, biasa mendaraskan tiga Ave Maria di pagi dan petang hari demi menghormati Santa Perawan Maria Immaculata, untuk memperoleh rahmat menghindari segala dosa berat sepanjang siang maupun malam; di samping itu, dengan suatu cara istimewa ia menjanjikan keselamatan kekal kepada mereka semua yang terbukti terus-menerus dengan setia mempraktekkan devosi ini.

Seturut teladan dua santo besar dari ordo Fransiskan ini, St Alfonsus Liguori (1696-1787) menerapkan praktek saleh ini dan memberikan dukungannya yang kuat serta penuh semangat. Ia menyampaikan nasehat bagaimana mempraktekkannya dan bahkan memberikannya sebagai penitensi kepada mereka yang tak mempraktek kebiasaan saleh ini. Pujangga kudus ini mendorong, khususnya para orangtua dan para bapa pengakuan, untuk mencermati dengan seksama apakah anak-anak setia mendaraskan tiga Salam Maria setiap hari, pagi dan petang, dan menganjurkannya kepada semua orang, "Kepada yang saleh dan kepada yang berdosa, kepada yang muda dan kepada yang tua."

St Alfonsus Liguori juga yang menyarankan agar di setiap akhir Salam Maria ditambahkan: "Demi Perkandunganmu yang tanpa dosa, ya Maria, jadikan tubuhku murni dan jiwaku suci."


17. Pembacaan tentang Devosi
                                   
                                    “Pesan Bunda Maria dan Tiga Salam Maria”

Oleh Bunda Maria, praktek Tiga Salam Maria” disingkapkan kepada St Mechtildis (1241-1298) dengan janji akan kematian yang baik jika ia setia melakukankannya setiap hari. Tertulis dalam wahyu kepada St Gertrude (1256-1301): "Sementara orang kudus ini memadahkan Salam Maria, pada ibadat pagi Kabar Sukacita, sekonyong-konyong ia melihat memancarlah dari Hati Bapa dan Hati Putra, dan Hati Roh Kudus, tiga nyala api cemerlang yang menembusi Hati Santa Perawan." Kemudian ia mendengar kata-kata berikut:
"Sesudah Kuasa Bapa, Kebijaksanaan Putra, dan Kelembutan yang rahim Roh Kudus, tiada suatupun yang mendekati Kuasa, Kebijaksanaan dan Kelembutan yang rahim Maria."   

Bunda Maria meminta pendarasan tiga Salam Maria setiap hari dan menyampaikan berikut kepada St Mechtildis:
"Salam Maria pertama demi menghormati Allah Bapa, yang kemahakuasaannya mengangkat jiwaku begitu tinggi melampaui segala makhluk lain hingga, sesudah Allah, aku memiliki kuasa terbesar di surga dan di bumi. Di akhir ajalmu, aku akan mempergunakan kuasa Allah Bapa itu untuk melindungimu dari segala kuasa jahat."

"Salam Maria kedua demi menghormati Allah Putra, yang menyampaikan kebijaksanaan-Nya yang melampaui segala pengertian kepadaku… Di akhir ajalmu, aku akan mengisi jiwamu dengan terang dari kebijaksanaan itu hingga segala kegelapan ketidaktahuan dan kesesatan akan dihalau.

"Salam Maria ketiga demi menghormati Allah Roh Kudus, yang memenuhi jiwaku dengan kemanisan kasih dan kelemah-lembutan dan kerahiman-Nya… Di akhir ajalmu, aku akan mengubah kepahitan maut menjadi kemanisan dan sukacita ilahi."  

Dalam suatu penampakan kepada St Gertrude, Bunda Maria menjanjikan, "Kepada jiwa yang dengan setia mendaraskan tiga Salam Maria, aku akan menampakkan diri di saat ajalnya dengan semarak keindahan yang begitu luar biasa hingga memenuhi jiwa dengan penghiburan surgawi."


18.  Pembacaan  Paus Yohanes Paulus II

Bunda Maria dari Pompeii

(Diperkirakan sekitar 10.000 peziarah datang mengunjungi Basilika Santa Maria dari Pompeii setiap harinya. Tetapi dua tahun sekali, terlebih pada bulan Mei dan Oktober, sekurang-kurangnya 100.000 peziarah bersatu hati dalam mendaraskan doa. Pada tanggal 21 Oktober 1979, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Pompeii, dimana pada kesempatan tersebut diadakan ziarah nasional kepada Santa Perawan Maria dari Pompeii).

“Pada awal tahun ke-25 pelayanan saya sebagai paus, saya mempercayakan Surat Apostolik “Rosarium Virginis Mariae” (Rosario Perawan Maria) ini ke tangan Perawan Maria yang penuh kasih, sambil meniarap dalam roh di hadapan patung Maria di tempat ziarah cemerlang yang dibangun baginya oleh Beato Bartolo Longo, rasul rosario. Dengan tulus ikhlas saya mengutip kata-kata yang menyentuh hati, dengan mana ia mengakhiri permohonan kepada Ratu Rosario Suci yang terkenal itu:

O Rosario suci Maria,
rantai halus yang menyatukan kami dengan Allah,
ikatan kasih yang memadu kami dengan para malaikat,
benteng keselamatan untuk melawan serbuan neraka,
pelabuhan aman tatkala perahu universal kami kandas,
kami tidak pemah akan meninggalkan engkau.
Engkau akan menjadi penopangku di saat ajal:
milikmulah ciuman terakhir kami di saat nyawa melayang.
Dan kata terakhir yang kami ucapkan adalah namamu yang suci,
O Ratu Rosario dari Pompei,
O Bunda yang terkasih,
O Pengungsian orang berdosa,
O Penghibur orang yang berduka.
Kiranya engkau dipuji di mana-mana,
sekarang dan selalu,
di bumi dan di surga.


19.  Pembacaan Paul Haffner
“Kelahiran Bunda Maria”

Alkitab tidak jelas membicarakan kelahiran Maria. Namun tradisi dari semula menyebutkan Kelahiran Bunda Allah. Dokumen tertua yang memperingati pesta ini berasal dan abad ke-6. Memang Pesta Kelahiran Bunda Maria dalam sejarah dirayakan sebelum Terkandungnya Maria Tanpa Noda. Kelihatannya mungkin pesta ini berasal dan Yerusalem karena di abad ke-5 ada bukti sebuah gereja yang dibaktikan kepada St Anna. Gereja itu terletak di utara Bait Allah di sekitar Kolam Betsaida. Sofronius, Patriark Yerusalem, meneguhkan di tahun 603 bahwa ini ialah tempat kelahiran Maria.
Beberapa orang berpikir bahwa 8 September dipilih untuk merayakan Kelahiran Maria karena tahun sipil dimulai di Konstantinopel pada 1 September. Tanggal itu dipilih karena itu bersifat simbolik sebab “permulaan” karya penyelamatan seharusnya diperingati di dekat permulaan tahun baru. Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda kemudian ditetapkan tanggal 8 Desember, sembilan bulan sebelum kelahiran beliau. Kelahiran Bunda Maria diperkenalkan di Roma dan Gereja Timur di abad ke-7. Paus berdarah Siro-Sisilia, St Sergius I, yang bertahta tahun 687-701 mendeklarasikan bahwa sebuah litani dan perarakan sebagai bagian dan perayaan liturgis dari hari pesta ini. Pascasius Rabertus (meninggal tahun 860) menulis bahwa pesta Kelahiran Maria ini disebarkan di seluruh Gereja universal dan itu menjadi hari raya wajib bagi dunia Barat semenjak tahun 1007. Di waktu pertengahan, pesta itu menandai akhir saat semua orang diwajibkan untuk membantu di panenan komunal. Setelah Kelahiran Bunda Maria, yang adalah hari libur, setiap orang dapat bekerja di petak kecil rumahnya sendiri dan menuai tanaman-tanaman kebunnya untuk keluarganya sendiri.

Kami mengutip sebuah doa St Anselmus yang memuji Kelahiran Bunda Maria: “Perbolehkan saya memuji engkau, 0 Perawan Tersuci; berilah aku kekuatan melawan musuh-musuhmu, dan melawan musuh seluruh umat manusia. Berilah aku kekuatan untuk dengan tulus berdoa kepadamu. Berikan aku kekuatan untuk memujimu dalam doa dengan seluruh kuasaku, melalui jasa-jasa kelahiranmu yang tersuci, yang bagi seluruh dunia Kristiani adalah kelahiran sukacita, harapan dan hiburan. Saat dikau dilahirkan, 0h Perawan Tersuci, dunia diterangi. Berbahagialah garis keturunanmu, suci akarmu, dan terberkati buahmu, karena dikau sendiri sebagai perawan dipenuhi Roh Kudus, memperoleh jasa untuk mengandung Tuhanmu, sebagai perawan melahirkan Dia, dan setelah kelahiranNya tetap perawan. Maka berbelas kasihilah kepadaku seorang pendosa, dan berikan aku bantuan, 0h Bunda, sehingga seperti kelahiranmu yang mulia dari benih Abraham, tumbuh dari suku Yehuda, agung dari keturunan Daud, mewartakan sukacita kepada seluruh dunia, sehingga dapat memenuhiku dengan sukacita sejati dan membersihkanku dari setiap dosa.” “Doakan aku, 0h Perawan paling bijaksana, bahwa sukacita indah dan kelahiranmu yang paling berjasa semoga menghapuskan semua dosaku. 0h Bunda Allah yang suci, berbunga seperti lili, doakan aku seorang pendosa yang malang pada Putramu yang manis. Amin.”


20.  Pembacaan Rohani
Pesan Bunda Maria Fatima Mei - Oktober.

13 Mei 1917: Pesta Bunda Maria dari Sakramen Mahakudus. "Janganlah takut, aku tidak akan menyusahkan kalian. Aku datang dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian. Bersediakah kalian membawa setiap korban dan derita yang akan dikirim Allah kepada kalian sebagai silih atas banyak dosa -sebab besarlah penghinaan terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan orang berdosa dan bagi pemulihan atas hujatan serta segala penghinaan lain yang dilontarkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda?"

13 Juni 1917: "Yesus ingin agar dunia memberikan penghormatan kepada Hatiku yang Tak Bernoda. Siapa yang mempraktekkannya, kujanjikan keselamatan. Jiwa-jiwa ini lebih disukai Tuhan, dan sebagai bunga-bunga akan kubawa ke hadapan takhta-Nya. Janganlah padam keberanianmu. Aku tidak akan membiarkan kalian. Hatiku yang Tak Bernoda ini akan menjadi perlindungan dalam perjalananmu menuju Tuhan."

13 Juli 1917 "Berkorbanlah untuk orang berdosa. Tetapi teristimewa bila kalian membawa suatu persembahan, ucapkanlah seringkali doa ini: Ya Yesus, aku mempersembahkannya karena cintaku kepada-Mu dan bagi pertobatan orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda."

"Bila kelak, pada suatu malam kalian melihat suatu terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa itu adalah 'Tanda' dari Tuhan untuk menghukum dunia, karena banyaklah kejahatan yang telah kalian lakukan. Akan terjadi peperangan, kelaparan dan penganiayaan terhadap Gereja dan Bapa Suci."

"Untuk menghindari hal itu, aku mohon, persembahkanlah negara Rusia kepada Hatiku yang Tak Bernoda serta komuni pemulihan pada Sabtu pertama setiap bulan."

"Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka, hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat memerlukan pertolongan-Mu."

13 Agustus 1917: "Berdoalah, berdoalah dan bawalah banyak korban bagi orang berdosa. Sebab betapa banyak yang masuk api neraka karena tidak ada yang berdoa dan berkorban bagi mereka."

13 September 1917: "Dalam bulan Oktober aku akan membuat suatu tanda heran, agar semua orang percaya. Aku akan datang bersama St. Yusuf dan Kanak-kanak Yesus "

13 Oktober 1917:
Akulah Ratu Rosario dan aku ingin agar di tempat ini didirikan sebuah kapel. Manusia juga harus mulai berdoa Rosario setiap hari.Manusia harus memperbaiki kelakuannya serta memohon ampun atas dosa-dosanya. MEREKA TIDAK BOLEH LAGI MENGHINA TUHAN YANG SUDAH BEGITU BANYAK KALI DIHINAKAN."
                        

21.  Pembacaan William P. Saunders

Devosi Santa Perawan Maria dari Czestochowa

Paus Yohanes Paulus II mengunjungi tempat ziarah Santa Perawan Maria dari Czestochowa dalam perjalanan pertamanya ke Polandia pada tahun 1979. Beliau mengatakan, “Panggilan kepada seorang putera dari Polandia ke Katedral St Petrus mengandung suatu bukti dan pertalian yang erat dengan tempat kudus ini, dengan tempat ziarah pengharapan ini: Totus tuus (“Aku sepenuhnya milikmu”), telah saya bisikkan begitu banyak kali dalam doa di hadapan lukisan ini” (4 Juni 1979).

Devosi kepada Santa Perawan Maria dari Czestochowa berpusat pada ikon Bunda Maria. Dilukis di atas kayu, ikon itu sendiri menggambarkan Bunda Maria menunjuk dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menggendong Bayi Yesus. Secara teknis, gambaran Bunda Maria ini dalam ikonografi diidentifikasikan sebagai Hodegetria. Seperti dalam ikon-ikon lainnya, Yesus tampak bagaikan seorang dewasa kecil dalam gendongan BundaNya, suatu gambaran yang mengingatkan umat beriman bahwa Yesus sepenuhnya dewasa dalam kodrat ilahi-Nya. Seturut berlalunya waktu, akibat tak terlindungi dari nyala lilin-lilin devosional, maka lukisan menjadi hitam, dan sebab itu Santa Perawan Maria dari Czestochowa dikenal juga sebagai “Madonna Hitam”.

Menurut tradisi St Lukas yang melukis ikon tersebut pada daun meja kayu buatan St Yosef, yang dibawa serta oleh Bunda Maria ketika ia pindah ke Efesus dan tinggal dalam pemeliharaan St Yohanes Rasul. Ingat bahwa St Lukas mencatat dalam Injilnya kisah terperinci mengenai kabar sukacita, Maria mengunjungi Elisabet, Natal, Yesus dipersembahkan di Bait Allah, dan Yesus diketemukan dalam Bait Allah, yang tidak kita dapati dalam Injil-Injil lainnya, dan yang pastilah ia ketahui dari Bunda Maria sendiri. St Helena disebut sebagai yang menemukan ikon ini pada awal tahun 300-an. Theodorus Lector (± 530) menyebutkan tentang keberadaan ikon Hodegetria dalam sebuah gereja di Konstantinopel sebelum tahun 450.

Pada tahun 988, ikon ini menjadi milik Puteri Anna, puteri Kaisar Byzantine Basilus II dan isteri St Vladimir dari Kiev (± 975-1015), yang telah dipertobatkan dalam iman dan menjadi penguasa Rusia pertama yang memeluk kekristenan. Pada tahun 1382, Pangeran Ladislaus Opolczyk membawa ikon ke kastilnya di Belz. Di kemudian hari, ia bermaksud memindahkan ikon ke tempat kelahirannya, yakni kota Opala. Dalam perjalanan ke Opala, ia dan mereka yang menyertainya singgah dan bermalam di Czestochowa, sebuah kota di sebelah selatan pusat Polandia di Sungai Warta. Keesokan harinya, kuda-kuda yang dipasangkan pada kereta yang membawa ikon menolak bergerak maju, yang ditafsirkan Pangeran Ladislaus sebagai suatu tanda ajaib bahwa ikon harus tinggal di Czestochowa. Karenanya, ia mempercayakan ikon dalam pemeliharaan para biarawan Paulite (Ordo Pertapa dari St Paulus), yang memiliki sebuah biara di Jasna Gora (= Bukit Terang). Pada tahun 1386, Raja Jagiella (dikenal juga sebagai Wladyslaw II) membangun sebuah gereja yang lebih indah bagi biara. Laporan-laporan pertama mengenai mukjizat seputar penghormatan kepada ikon didapati tertanggal 1402. Sekitar pada masa yang sama, umat beriman mulai menyebut Maria sebagai “Penyembuh yang Sakit, Bunda Belas Kasihan dan Ratu Polandia.” Segera saja, ratusan peziarah berdatangan demi menghormati ikon dan memohon bantuan doa Bunda Maria.

Sebab itu, pada tahun 1430, kaum Hussite (kaum bidaah pengikut John Hus yang menyangkal devosi kepada Bunda Maria dan penghormatan ikon-ikon) menyerang tempat ziarah. Salah seorang dari kelompok Hussite mencemarkan ikon dengan pedangnya; ia menorehkan tiga goresan pada pipi kanan Bunda Maria. Setelah menorehkan goresannya yang terakhir, orang Hussite itu sekonyong-konyong jatuh terkapar dan mati seketika. Sesungguhnya, peristiwa ini mendorong devosi yang terlebih lagi kepada Santa Perawan Maria dari Czestochowa.

Pada tahun 1655, Raja Charles Gustavus dari Swedia bersama pasukannya menyerbu Polandia dan menaklukkan hampir seluruh negeri. Pasukan Swedia ini diikuti oleh pasukan Rusia dan Tartar yang juga menduduki sebagian wilayah Polandia. Namun demikian, ketika bala tentara Swedia yang berjumlah sekitar 2000 orang menyerang biara di Czestochowa, para biarawan Paulite menghalau mereka dan mensyukuri keberhasilan mereka sebagai berasal dari perantaraan Santa Perawan Maria dari Czestochowa. Kemenangan ini mengubah perang menjadi pertikaian antar agama: Katolik melawan Lutheran Swedia, Orthodox Rusia dan Muslim Tartar. Dengan mengandalkan perlindungan Bunda Maria, orang-orang Polandia bangkit kembali. Pada tanggal 3 Mei 1556, Raja Jan Casimir membuat pernyataan kepada Santa Perawan Maria dari Czestochowa, “Aku, Jan Casimir, Raja Polandia, menempatkan engkau sebagai Ratu dan Pelindung Kerajaanku. Aku mempercayakan rakyatku dan bala tentaraku di bawah perlindunganmu.” Dan kemenangan berhasil diraih. Sejak saat itu, Santa Perawan Maria dari Czestochowa, Ratu Polandia, menjadi lambang nasionalisme, patriotisme dan kebebasan beragama di Polandia. Iman dan patriotisme dipandang sebagai tak terpisahkan dan “Demi Iman dan Tanah Air” menjadi seruan persatuan mereka.

Pada tanggal 14 September 1920, pada Pesta Salib Suci, pasukan Rusia telah berada di Sungai Vistula, siap menyerbu Polandia. Menurut tradisi, pasukan Rusia melihat suatu penampakan Santa Perawan Maria dari Czestochowa di langit, hingga akhirnya mereka mengundurkan diri. Peristiwa ini dikenal sebagai “Mukjizat Vistula.”

Pada masa pendudukan Nazi dan Komunis, pemerintah melarang pergi ke tempat ziarah dan mengenakan hukuman yang berat bagi mereka yang melanggar. Walau demikian, berjuta-juta umat beriman tetap mengambil resiko itu demi menghormati Santa Perawan Maria dari Czestochowa.

Pada tanggal 26 Agustus 1982, pada perayaan Santa Perawan Maria dari Czestochowa, Paus Yohanes Paulus II merayakan peringatan 600 tahun kedatangan ikon dan penghormatan ikon Santa Perawan Maria dari Czestochowa di Polandia. Dari kapelnya di Castel Gandolofo, yang memajang lukisan Santa Perawan Maria dari Czestochowa, di altar utama, ia menyampaikan suatu pesan istimewa kepada saudara-saudari setanahair, yang pada waktu itu tengah berjuang demi kemerdekaan dari tirani komunis, “Saudara-saudari sebangsa yang terkasih! Betapapun sulitnya kehidupan masyarakat Polandia sepanjang tahun ini, kiranya kesadaran ini lekat dalam diri kalian bahwa hidup ini dipeluk oleh Hati sang Bunda. Seperti ia menang dalam Maximilianus Kolbe, Ksatria dari Immaculata, demikian pula kiranya ia menang dalam kalian. Kiranya hati sang Bunda menang! Kiranya Bunda dari Jasna Gora menang dalam kita dan melalui kita! Kiranya ia menang bahkan melalui penderitaan dan kekalahan kita. Kiranya ia memastikan bahwa kita tidak akan berhenti berusaha dan berjuang demi kebenaran dan keadilan, demi kebebasan dan martabat dalam hidup kita. Tidakkah kata-kata Maria, “Apa yang dikatakan (Putraku) kepadamu, buatlah itu!” berarti demikian pula? Kiranya kuasa dengan sepenuhnya dinyatakan dalam kelemahan, sesuai nasehat Rasul orang Kafir dan seturut teladan saudara sebangsa kita, Pastor Maximilianus Kolbe. Ratu Polandia, aku di dekatmu, aku mengenangkanmu, aku berjaga!”


22.  Pembacaan Buku Harian Conchita Gonzalez

Tentang Komuni Kudus

“Pada awal penampakan, Malaikat Mikhael memberi kami hosti yang belum dikonsekrasikan. Kami telah makan sebelumnya, tetapi ia memberikan hosti juga kepada kami. Ia melakukan ini untuk mengajarkan kepada kami bagaimana menyambut Komuni. Suatu hari ia meminta kami untuk pergi ke pepohonan pinus di pagi hari tanpa makan apapun dan dengan membawa seorang gadis kecil bersama kami. Kami membawa serta seorang gadis kecil dan melakukan apa yang ia minta kami lakukan. Ketika tiba di pepohonan pinus, malaikat menampakkan diri kepada kami dengan sebuah piala yang tampak seperti emas. Ia berkata: `Aku akan memberi kalian Komuni Kudus, tetapi kali ini Hosti telah dikonsekrir. Daraskanlah “Saya Mengaku”'. Kami mendaraskannya dan lalu ia memberi kami Komuni Kudus. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa sepatutnya kami mengucap syukur kepada Allah. Ketika kami telah melakukannya, ia mengatakan kepada kami untuk bersamanya mendaraskan doa `Anima Christi'. Ini juga kami lakukan. Kemudian ia mengatakan: `Aku akan memberi kalian Komuni lagi besok.' Dan ia pun pergi. Ketika kami menceritakan ini kepada orang banyak, sebagian menjadi tidak percaya, teristimewa para imam.


23.  Pembacaan Buku Harian Conchita Gonzalez

Tentang Imamat

Imamat merupakan pesan penting di Garabandal. Dalam setiap penampakan, Santa Perawan Maria selalu meminta doa bagi para imam. Ia menekankan pentingnya berdoa bagi para imam agar mereka kudus dan menghantar yang lain pada kekudusan dngan teladan mereka. Ia mengatakan kepada kami mengenai nilai seorang imam. Ia membandingkan seorang imam dengan seorang malaikat dan mengatakan bahwa apabila kami melihat seorang malaikat dan seorang imam hendaknyalah kami terlebih dahulu menyalami imam daripada malaikat. Ia mengatakan bahwa itu karena imam mengkonsekrasikan, ia menggenggam Yesus Kristus dalam tangan-tangannya sementara malaikat tidak. Aku juga ingat bahwa pada waktu itu, banyak imam biasa datang, dan banyak dari antara mereka mengenakan baju awam. Aku tidak tahu bagaimana, tetapi kami selalu tahu siapa-siapa yang adalah imam, bahkan meski mereka ada di antara banyak orang. Satu malam, sementara melihat Santa Perawan, ada banyak sekali orang. Santa Perawan menyuruh kami untuk merentangkan tangan kami, jadi kami melakukannya. Ketika telah usai, kami tahu bahwa semua kepada siapa kami telah memberikan salib untuk dicium adalah imam dalam pakaian awam. Mengapakah sekarang banyak imam meninggalkan Gereja? Sebab mereka tidak mengasihi Santa Perawan Maria.


24.  Pembacaan Buku Harian Conchita Gonzalez

Tentang Ekaristi dan Rosario

Bunda Maria terus-menerus mendorong kami untuk sering mengunjungi Sakramen Mahakudus dan menunjukkan bagaimana menyambut Ekaristi secara pantas. Santa Perawan menghantar kami nyaris setiap hari (dan terkadang beberapa kali dalam sehari) untuk mengunjungi Sakramen Mahakudus di gereja. Dan ketika otoritas diosesan setempat melarang kami memasuki gereja dalam keadaan ekstase, Santa Perawan memerintahkan kami berlutut dalam ekstase di depan pintu gereja, atau mengelilingi gereja, dengan mendaraskan rosario sementara kami berjalan. Bunda Maria mengatakan bahwa adalah merupakan rahmat yang terlebih besar menyambut Yesus [dalam Komuni Kudus] daripada melihatnya. Santa Perawan juga meluangkan banyak waktu untuk mengajarkan kepada kami bagaimana mendaraskan rosario dengan “pantas, dan perlahan. Ketika kami tiba di altar. Santa Perawan memimpin dan mendaraskan doa terlebih dahulu guna mengajarkan kepada kami bagaimana berdoa dengan perlahan. Setelah Aku Percaya, ia mendaraskan Salam Ya Ratu dan lalu membuat tanda salib dengan sangat perlahan dan sangat layak. Renungkanlah ini. Jika sesuatu adalah karya Allah, Ia akan memastikan bahwa karya itu akan menang dengan cara terbaik melewati segala rintangan. Allah yang mengerjakan segalanya. Terkadang Ia bertindak melalui kita, tetapi ia dapat juga melewati kita untuk melakukan mukjizat dan keajaiban besar. Apa yang perlu kita lakukan adalah berkurban diri, setia dalam doa dan dalam mendaraskan Rosario Suci, dan sering mengunjungi Sakramen Mahakudus.
                             

25.  Pembacaan Buku Harian Conchita Gonzalez dan Mary Loli

Tentang Penitensi dan Kurban

Bunda Maria menjelaskan mengenai kurban dan mengatakan bahwa kurban-kurban harus diingat setiap saat sepanjang hari, sebab kita senantiasa ada di hadapan Allah… [Sekali waktu] kami mengenakan ikat pinggang dengan kencang. Kami berusaha melakukan hal-hal yang dapat membuat Bunda Maria melihat bahwa kami melakukan matiraga. Ia melihat, dan tersenyum, mengatakan bahwa ini bukanlah penitensi yang ia maksud; jangan pernah menyakiti diri kita sendiri, melainkan menerima apa yang Allah berikan kepada kita dalam kehidupan sehari-hari… hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.” Santa Perawan membuat kami tahu apabila seorang imam ada dalam keadaan dosa. Ia membuat kami tahu bahwa imam tersebut membutuhkan banyak doa dan kurban. Ia membuat kami memahami Penyaliban dalam Misa Kudus, sebab kami menjadi paham akan kerendahan hati, kurban bagi dunia. Kami berbicara dengan Santa Perawan dan memintanya untuk memberi kami salib untuk ditanggung demi para imam. Ia mengatakan untuk menanggung segalanya dengan sabar dan rendah hati, yang adalah apa yang paling menyukakan hati Allah. Berdoalah rosario setiap hari. Berdoalah bagi para imam, sebab ada sebagian yang membutuhkan lebuh banyak kurban setiap hari.'” Mengenai penitensi dan kurban. Penitensi adalah apa yang kita kenakan pada diri kita sendiri, kurban adalah merelakan sesuatu sebagaimana ditawarkan situasi. Misalnya, seorang mencela kita dan kita tidak membantah. Atau jika kita menerima pukulan, kita mempersembahkannya kepada Allah.


26.  Pembacaan Rohani tentang “Doa”

Mohon Pertolongan St Perawan Maria dari Guadalupe

Bunda tercinta, kami mengasihimu.
Kami berterima kasih atas janjimu untuk menolong kami,
bila kami berada dalam kesesakan.
Kami mempercayakan diri ke dalam kasihmu
yang kuasa mengeringkan air mata dan menghibur hati kami.

Ajarilah kami menemukan damai di dalam diri Yesus Puteramu
dan berkatilah kami di sepanjang hari-hari hidup kami.

Tolonglah kami membangun sebuah bait di dalam hati kami.
Jadikanlah bait kami itu seindah bait yang telah dibangun
di atas Gunung Tepeyac bagimu.
Suatu bait penuh penyerahan, pengharapan dan cinta kasih kepada Yesus
yang terus berkembang setiap hari.

Bunda tercinta, Engkau memilih tinggal bersama kami
dengan menghadiahkan gambar dirimu sendiri yang amat ajaib dan suci
pada jubah Juan Diego.
Biarlah kami menikmati kehadiranmu yang penuh kasih itu
apabila kami memandangi wajahmu.
Berilah kami keberanian seperti Juan
untuk menyampaikan pesan pengharapanmu kepada semua orang.
Engkaulah Bunda kami dan sumber inspirasi kami.
Sudi dengarkanlah dan jawablah doa-doa kami.
Amin
3x Salam Maria.


27.  Pembacaan Bernadette Soubirous

Tentang “KISAH PENAMPAKAN”

"Suatu hari saya dan dua gadis lain pergi ke pinggir sungai Gave. Tiba-tiba saya mendengar bunyi gemerisik. Saya mengarahkan pandangan ke arah padang yang terletak di sisi sungai, tetapi pepohonan di sana tampak tenang dan suara itu jelas bukan datang dari sana. Kemudian saya mendongak dan memandang ke arah gua di mana saya melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna terang. Di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat, sama seperti warna biji-biji rosarionya.

Saya menggosok-gosok mata saya, kemudian saya tergerak untuk memasukkan tangan saya ke dalam lipatan baju saya di mana tersimpan rosario. Saya ingin membuat tanda salib, tetapi tidak bisa, tangan saya lemas dan jatuh kembali. Kemudian perempuan itu membuat tanda salib. Setelah usaha yang kedua saya berhasil membuat tanda salib meskipun tangan saya gemetar. Kemudian saya mulai berdoa rosario sementara perempuan itu menggerakkan manik-manik di antara jari-jarinya tanpa menggerakkan bibirnya sama sekali. Setelah saya selesai mendaraskan Salam Maria, perempuan itu tiba-tiba menghilang.

Saya bertanya kepada kedua gadis yang lain apakah mereka melihat sesuatu, tetapi mereka mengatakan tidak. Tentu saja mereka ingin tahu apa yang telah terjadi. Saya katakan kepada mereka bahwa saya melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih yang indah, namun saya tidak tahu siapa dia. Saya minta mereka untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun. Mereka mengatakan saya bodoh karena memikirkan yang bukan-bukan. Saya katakan bahwa mereka salah, dan saya merasa terdorong untuk kembali lagi ke sana hari Minggu berikutnya.

Ketiga kalinya saya ke sana, perempuan itu berbicara kepada saya dan meminta saya untuk datang selama lima belas hari. Saya katakan saya bersedia datang. Kemudian perempuan itu meminta saya untuk menyampaikan kepada imam agar sebuah kapel dibangun di sana. Ia juga meminta saya minum dari sumber air. Saya pergi ke sungai Gave, satu-satunya sungai yang ada di sana. Tetapi perempuan itu menyadarkan saya bahwa bukan Gave yang ia maksudkan. Ia menunjuk ke sebuah aliran air kecil di dekat situ. Ketika saya sampai di sana, saya hanya dapat menemukan beberapa tetes air dan banyak lumpur. Saya menadahkan tangan untuk mendapatkan lebih banyak air, tetapi tidak berhasil. Karenanya saya menggali tanah. Saya berhasil memperoleh beberapa tetes air, baru setelah usaha yang keempat saya mendapatkan cukup air untuk diminum. Kemudian perempuan itu menghilang dan pulanglah saya ke rumah.

Saya datang setiap hari selama lima belas hari, dan setiap kali, kecuali hari Senin dan Jum'at, perempuan itu menampakkan diri. Ia meminta saya mencari aliran sungai dan membersihkan diri di sana serta pergi kepada imam meminta agar sebuah kapel didirikan di sana. Saya juga harus berdoa, katanya, untuk pertobatan orang-orang berdosa. Berkali-kali saya bertanya kepadanya apa arti semua itu, tetapi perempuan itu hanya tersenyum. Akhirnya, dengan tangannya terentang dan matanya memandang ke langit, ia berkata bahwa dialah "Immaculate Conception" (Yang Dikandung Tanpa Dosa).

Selama lima belas hari itu, ia mengungkapkan tiga buah rahasia kepada saya, tetapi saya tidak boleh mengatakannya kepada siapa pun juga, dan sejauh ini saya taat kepadanya."


28.  Pembacaan Naskah Devosi

“Novena Medali Wasiat”

Ya Santa Perawan Maria yang dikandung tanpa dosa,
Bunda Tuhan kami Yesus dan Bunda kami,
dengan mengandalkan perantaraanmu yang berdaya kuasa
dan tak pernah sia-sia,
sebagaimana begitu sering terbukti melalui Medali Wasiat,
kami anak-anakmu yang terkasih dengan penuh kepercayaan memohon kepadamu untuk memperolehkan bagi kami rahmat dan pertolongan yang kami mohonkan dalam novena ini, asal bermanfaat bagi jiwa-jiwa kami yang fana,
dan jiwa-jiwa yang kami doakan.

(Sebutkan permohonan).

Engkau tahu, ya Maria, betapa sering jiwa kami menjadi sanctuarium Putramu yang benci akan dosa. Sebab itu, sudi perolehkanlah bagi kami kebencian mendalam akan dosa dan kerinduan akan kesucian hati yang akan mengikatkan kami kepada Tuhan semata sehingga setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kami terarah demi kemuliaan-Nya yang terlebih lagi.

Perolehkanlah juga bagi kami semangat doa dan penyangkalan diri agar dengan penitensi kami dapat memulihkan kembali apa yang telah hilang akibat dosa dan pada akhirnya sampai ke tempat tinggal abadi di mana engkau adalah Ratu para malaikat dan manusia. Amin.

"O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.” 3x


29.  Pembacaan  William P. Saunders

Sejarah Medali Wasiat (The Miraculous Medal)

Kisah Medali Wasiat berawal dari penampakan Bunda Maria kepada St Katarina Laboure, seorang novis di rumah induk Suster-suster Puteri Kasih di Paris (yang masih berdiri hingga sekarang di 140 Rue du Bac). St Katarina (1806-1876, dikanonisasi 1947) adalah puteri seorang petani, yang kesembilan dari sebelas bersaudara. Ketika usianya delapan tahun, ibunya meninggal dunia. Bahkan dalam usia yang masih amat belia, St Katarina telah menunjukkan kasih yang istimewa kepada Bunda Maria.

Sepeninggal ibunya, St Katarina memanjat sebuah kursi agar dapat menggapai patung Bunda Maria di rumah mereka. Ia mendekapkan patung itu ke dadanya sembari berkata, “Sekarang, Bunda Maria terkasih, engkau akan menjadi ibuku.” Ia diserahi tugas mengurus rumah tangga, dan karena itu ia tidak dapat mengenyam pendidikan formal di sekolah. (Saudara yang bungsu menderita cacat dan membutuhkan perhatian terus-menerus.) Pada tanggal 22 Januari 1830, dalam usia 24 tahun, St Katarina menggabungkan diri dengan Suster-suster Puteri Kasih yang didirikan oleh St Vincentius de Paulo.

Pada malam hari 18 Juli 1830, St Katarina melihat Bunda Maria duduk di tempat paduan suara di kapel rumah induk. St Katarina sendiri mencatat peristiwa tersebut, yang diberinya judul, “Percakapan bulan Juli dengan Santa Perawan, dari pukul 11.30 malam hari tanggal 18 hingga pukul 1.30 dini hari tanggal 19, pada pesta St Vincentius.” Sepanjang waktu itu, Bunda Maria berbicara kepadanya dan menyampaikan beberapa nubuat yang di kemudian hari terbukti menjadi kenyataan. Bunda Maria mengatakan, “Anakku, Allah yang baik hendak menugasimu dengan suatu misi. Engkau akan banyak menderita, tetapi engkau akan mengatasi penderitaan-penderitaan ini dengan merenungkan bahwa apa yang engkau lakukan adalah demi kemuliaan Allah. Engkau akan mengetahui apa yang dikehendaki Allah yang baik. Engkau akan menderita hingga engkau mengatakan kepada dia yang ditugasi untuk membimbingmu. Engkau akan ditentang tetapi, janganlah takut, engkau akan beroleh rahmat. Katakanlah dengan penuh kepercayaan segala yang terjadi dalam dirimu; katakan dengan bersahaja. Percayalah. Jangan takut.”

Pada tanggal 27 November 1830, Bunda Maria kembali menampakkan diri kepada St Katarina sekitar pukul 5.30 petang, sementara Katarina bermeditasi bersama komunitas. St Katarina menggambarkan apa yang dilihatnya, “Santa Perawan berdiri. Tingginya sedang; ia mengenakan busana serba putih. Gaunnya seputih fajar, dibuat dalam model a la vierge, yaitu, leher tinggi dan lengan-lengan baju yang sederhana. Sebuah kerudung putih menutup kepala dan jatuh terjuntai di samping kedua kaki. Di bawah kerudung, rambutnya, yang tergelung, diikat dengan sebuah ikat rambut berhias renda, sekitar tiga sentimeter tingginya atau dua jari lebarnya, tanpa lipit, yang bertengger ringan di atas rambut. Wajahnya terlihat jelas, malahan terlihat amat jelas, dan begitu cantik jelita hingga rasanya mustahil bagiku untuk menggambarkan keelokannya yang teramat menawan. Kedua kakinya berpijak di atas sebuah bola dunia putih, maksudnya setengah bola dunia, atau setidaknya aku melihatnya hanya setengah. Ada juga seekor ular, berwarna hijau dengan tutul-tutul kuning. Kedua tangannya terangkat setinggi perut dan memegang, dengan cara yang amat rileks dan seolah mempersembahkan kepada Allah, sebuah bola emas dengan salib emas kecil dipuncaknya, yang melambangkan dunia. Matanya sekarang terarah ke surga, dan sekarang terarah ke bawah. Wajahnya elok jelita tiada tara hingga tak mampu aku menggambarkannya. Sekonyong-konyong, aku melihat cincin-cincin pada jari-jemarinya, tiga cincin di masing-masing jari, yang terbesar dekat pangkal jari, yang berukuran sedang di tengah, yang terkecil di ujung. Masing-masing cincin bertahtakan permata, sebagian lebih indah dari yang lain; permata-permata yang lebih besar memancarkan berkas-berkas sinar yang lebih besar sementara permata-permata yang lebih kecil memancarkan berkas-berkas sinar yang lebih kecil; berkas-berkas cahaya dari segala penjuru membanjiri bagian bawah, sehingga aku tak dapat lagi melihat kaki Santa Perawan.”

Bunda Maria kemudian menjelaskan kepada St Katarina simbolisme sehubungan dengan penampakannya: “Bola ini yang engkau lihat melambangkan seluruh dunia, khususnya Perancis, dan setiap orang secara istimewa. [Sinar-sinar kemilau] adalah lambang rahmat-rahmat yang aku limpahkan atas mereka yang memohonnya. Permata-permata yang darinya tidak terpancar sinar adalah rahmat-rahmat yang lupa dimohonkan oleh jiwa-jiwa.” Sebuah bingkai yang sedikit oval mengelilingi Bunda Maria, di atasnya tertulis kata-kata dalam huruf-huruf emas: “O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.” Gambar ini dengan jelas mengidentifikasikan Bunda Maria sebagai Yang Dikandung Tanpa Dosa dan Mediatrix (= Perantara) Rahmat. Pada tahun 1854, Beato Paus Pius IX secara khidmad memaklumkan Dogma Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa, yakni “… bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang Mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal…” (Ineffabilis Deus).

Bunda Maria kemudian memerintahkan kepada St Katarina agar sebuah medali dibuat seturut gambar ini. Di sisi belakang medali hendaknya terdapat sebuah M yang besar dengan sebuah palang dan sebuah salib di puncaknya; di bawah M terdapat Hati Yesus dimahkotai duri, dan Hati Maria ditembusi sebilah pedang. Bunda Maria juga mengatakan, “Mereka semua yang mengenakan medali ini akan menerima rahmat-rahmat istimewa; hendaknya mereka mengenakannya pada leher. Rahmat akan dicurahkan secara berlimpah ruah kepada mereka yang mengenakannya dengan penuh kepercayaan.” Dengan persetujuan Uskup Agung de Quelen dari Paris, 1500 medali pertama dibuat pada tanggal 30 Juni 1832. Oleh karena banyaknya anugerah yang diterima umat beriman, medali ini segera dikenal sebagai ajaib, “Miraculous Medal” atau “Medali Wasiat”. Setelah suatu penyelidikan kanonik di Paris (1836) mengenai penampakan, medali dimaklumkan sebagai berasal dari yang adikodrati.

Mengenai Medali Wasiat, Pater Rene Laurentin, salah seorang Mariolog terbesar dalam jaman kita, mengatakan, “Bagian depan menyatakan terang, penerangan Tuhan atas dia yang telah dipilih-Nya sebagai model keselamatan yang ditawarkan kepada segenap umat manusia dalam Yesus Kristus, agar semuanya menjadi terang dalam terang-Nya. Bagian belakang menyatakan wajah keras dan tersembunyi dari pesan: kasih dan Salib, sumber keselamatan, sebagaimana digambarkan oleh Sengsara Tuhan kita dan Belas Kasih Bunda Maria agar semua orang diundang untuk ikut ambil bagian.” Sementara kita merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa pada tanggal 8 Desember, dan mengenangkan penampakan Bunda Maria kepada Katarina Laboure, marilah kita mengarahkan hati kepada Bunda Maria, yang senantiasa rindu menghantar kita untuk terlebih akrab dengan Putra Ilahinya, Juruselamat kita Yesus Kristus. Dengan doa-doa serta teladannya, kiranya Santa Perawan Maria, yang penuh rahmat dan dikandung tanpa dosa, membimbing kita di sepanjang jalan kekudusan.

Salve, Regine, Mater misericordiae!  Vita, Dulcedo, et Spes nostra! salve. Ad te clamamus, exsules filii Evae. Ad te suspiramus, gementes et flentes in hac lacrymarum valle. Eia ergo, Advocata nostra! illos tuos misericordes oculos ad nos converte.  Et Jesum, benedictum Fructum ventris tui, nobis post hoc exsilium ostende, o clemens, o pia, o dulcis Virgo Maria!

Salam, ya Ratu, ya Bunda Kerahiman! Salam hidup kami, penghiburan kami, dan pengharapan kami. Kami, anak-anak buangan Hawa, berseru kepadamu. Kepadamu kami menyampaikan keluh-kesah, rintihan, dan tangisan kami di lembah airmata ini. Mari, sudilah datang, ya pembela kami, dan pandanglah kami dengan mata belas kasihanmu. Dan sesudah pembuangan kami ini, tunjukkanlah kepada kami Yesus, buah tubuhmu; ya Perawan Maria yang rahim, penuh belas kasihan dan manis.


30. Pembacaan St.Alfonsus de Liguori

Tentang Yesus dan Maria

Penebus dan Tuhan-ku terkasih Yesus Kristus. Aku, hamba-Mu yang malang, yang mengerti benar betapa kesukaan yang ia berikan kepada-Mu yang berupaya memuliakan BundaMu yang tersuci, yang paling Kau kasihi begitu rupa; yang tahu pula, betapa Engkau ingin melihat BundaMu dikasihi dan dihormati oleh semua orang, telah memutuskan untuk mempublikasikan karyaku ini, yang membicarakan kemuliaannya. Akan tetapi, aku tidak tahu, kepada siapakah aku dapat terlebih baik mempercayakannya selain dari kepada-Mu, yang memunculkan begitu banyak kemuliaannya dalam hati. Oleh sebab itu, kepada-Mu aku mempersembahkan dan mempercayakan karya ini. Terimalah penghormatan kecil ini demi kasihku kepada-Mu dan kepada BundaMu terkasih. Sudilah Engkau melindunginya dengan mencurahkan atas semua orang yang membacanya, terang kepercayaan dan api kasih terhadap Perawan Immaculata ini kepada siapa Engkau telah menempatkan pengharapan dan yang telah Engkau jadikan pengungsian bagi mereka semua yang telah ditebus. Dan sebagai ganjaran atas kerjaku yang hina ini, anugerahilah aku, aku mohon kepada-Mu, kasih kepada Maria, yang, dengan sarana buku ini, rindu aku nyalakan dalam hati semua orang yang membacanya.

Dan sekarang aku berpaling kepadamu, ya Perawan dan Bunda Maria-ku yang termanis. Engkau tahu benar bahwa, sesudah Yesus, aku menempatkan seluruh pengharapan keselamatanku padamu; sebab aku tahu bahwa semua yang baik - pertobatanku, panggilanku untuk menyangkal dunia dan segala rahmat lain yang telah aku terima dari Allah - semuanya diberikan kepadaku melalui engkau. Engkau tahu bahwa demi melihatmu dikasihi oleh semua orang sebagaimana layak bagimu, dan juga sebagai tanda syukur terima kasih atas banyaknya kebaikan yang telah engkau limpahkan atasku, aku selalu berupaya dalam khotbah-khotbahku, di hadapan umum maupun secara pribadi, untuk menanamkan dalam semua orang devosi yang manis dan bermanfaat kepadamu. Aku berharap dapat terus melakukannya hingga hembusan napas terakhirku, akan tetapi usia lanjut dan kesehatan yang rapuh telah mengingatkanku bahwa aku hampir tiba di akhir ziarahku dan di pintu masuk kekekalan; dan sebab itu aku berharap, sebelum wafat, untuk meninggalkan buku ini kepada dunia, agar sebagai gantiku buku ini dapat terus mewartakan engkau, dan mendorong yang lain untuk memaklumkan kemuliaanmu, dan belas kasihan lembut yang engkau tunjukkan kepada mereka yang engkau bela. Aku percaya, ya Ratu-ku terkasih, bahwa hadiah kecil ini, yang adalah hadiah kasih, meski jauh di bawah layak bagimu, namun berkenan di hatimu yang paling yang lembut. Maka, ulurkanlah, tangan termanis dengan mana engkau telah menarikku dari dunia dan membebaskanku dari neraka, dan terimalah dan rawatlah sebagai milikmu sendiri. Namun demikian, pada saat yang sama engkau patut tahu bahwa aku mengharapkan suatu ganjaran atas persembahan kecilku ini; dan itu adalah, bahwa sejak dari hari ini dan seterusnya aku boleh mengasihimu lebih dari sebelumnya, dan bahwa setiap orang ke dalam tangan siapa karya ini sampai, ia serta merta dikobarkan dengan kasih kepadamu; dan bahwa kerinduannya untuk mencintaimu, dan melihatmu dicintai oleh yang lain, semakin bertambah-tambah, agar ia dapat bekerja dengan segenap cinta kasih untuk mewartakan dan menganjurkan, sejauh ia mampu, puji-pujian kepadamu, dan kepercayaan pada perantaraanmu yang paling berdaya guna. Amin.

“kepenuhan segala rahmat yang ada dalam Kristus
datang ke dalam Maria,
meski dalam suatu cara yang berbeda”

“In Christo fuit plenitude gratiae,
sicut in capite influente;
in Maria vero, sicut in collo transfundente"
(St Sofronius)


Memorare kepada Santa Perawan Maria dari La Salette

Ingatlah, ya Santa Perawan Maria dari La Salette, Bunda Dukacita sejati, akan airmata yang engkau curahkan bagi kami di Kalvari. Ingatlah pula akan kasih sayang pemeliharaanmu agar kami tetap setia kepada Kristus, Putramu. Setelah berbuat begitu banyak bagi anak-anakmu, engkau tidaklah akan meninggalkan kami sekarang. Terhibur oleh pemikiran yang menenangkan hati ini, kami datang memohon kepadamu, kendati ketidaksetiaan dan tidak tahu terima kasih kami. Perawan Pendamai, janganlah kiranya engkau menolak doa-doa kami, melainkan jadilah perantara kami, perolehkanlah bagi kami rahmat untuk mengasihi Yesus di atas segala-galanya. Kiranya kami boleh menghibur engkau dengan mengamalkan hidup kudus dan dengan demikian boleh ikut ambil bagian dalam hidup kekal yang Kristus perolehkan bagi kami melalui salib-Nya. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar