AVE MARIA
Ucapan Syukur
30. Pembacaan St.Alfonsus de Liguori
“Yesus dan Maria, kekasihku yang termanis,
demi Engkau aku rela menderita,
demi Engkau aku rela mati;
anugerahilah kiranya
agar aku dalam segala hal adalah milik-Mu
dan tak ada suatupun yang milikku”
“Jesu et Maria,
amores mei dulcissimi!
pro vobis patiar,
pro vobis moriar;
sim totus vester, sim nihil meus”
Secara biblis, saya
melihat dan mengingat kembali bahwa dari kebanyakan tulisan Perjanjian Baru,
Maria memang hampir tidak disebut. Hanya ada beberapa teks yang menyinggung
tentang Maria antara lain:
a.
Gal. 4:4 : Maria diakui sebagai ibu Yesus, yang
melahirkanNya secara fisik.
b.
Kis. 1:14 : Mereka bertekun dalam doa bersama
Maria, ibu Yesus, dan bersama
beberapa perempuan lain.
c.
Wahyu
12 : Dalam
keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan, ia berteriak kesakitan.
d.
Yoh. 2:
1-12 : Maria, Ibu Yesus menyertai Yesus. Ia ada dalam
perkawinan di Kana.
e.
Yoh. 19:25-27 : Ia juga berdiri di bawah salib Yesus,
puteranya.
f.
Mark. 3:20-21 : Kaum keluarga datang hendak mengambil Yesus.
g.
Matius 1 & 2 : Kisah masa kanak-kanak Yesus. (Bdk. Lukas 1
dan 2).
Pendek kata dari teks
Perjanjian Baru, sedikit saja informasi tentang Maria. Tapi dari yang sedikit
inilah, kita bisa menangkap banyak tentang hidup Maria sebagai teladan sikap
orang beriman terhadap Allah: Maria sebagai penyambut sabda dan karya Allah,
Maria sebagai hamba Tuhan, Maria sebagai figur kerendahan hati. Bukankah
keluhuran Maria terletak dalam keterbukaannya tanpa syarat kepada Allah, yang
didalamnya juga terkandung kegelapan iman? Tetapi kita perlu mengingat di atas
semua itu, Maria dipuji bahagia karena perbuatan-perbuatan dari Yang
MahaKuasa. Nah, pada bagian inilah saya tampil-kenangkan 30 buah pembacaan dan
renungan rohani seputar Bunda Maria dari para Bapa Konsili, para rahib dan para
orang kudus. Per Mariam ad Jesum!
1. Pembacaan dari Konstitusi
Dogmatis LUMEN GENTIUM (LG 61-62)
Keibuan Santa Perawan Maria dalam Tata Rahmat.
Dari kekal, bersama
dengan rencana penjelmaan Sabda Allah, Santa Perawan Maria dipastikan menjadi
Bunda Allah. Karena kehendak Allah Penyelenggara, ia menjadi Bunda Allah
Penebus yang penuh kasih di dunia ini. Tetapi melebihi segala, secara khusus ia
menjadi pasangan yang pasrah dan hamba Tuhan yang rendah hati. Ia mengandung,
melahirkan, dan mengasuh Kristus. Ia mempersembah-kan-Nya kepada Bapa di
kenisah, dan ikut serta dalam penderitaan Putera, ketika Ia wafat di salib.
Dengan cara yang sungguh khusus ia bekerja sama dengan ketaatan, iman, dan
harapan; sedang cinta kasihnya yang bernyala-nyala ikut serta dalam karya
Penebus, memulihkan kehidupan adikodrati pada jiwa-jiwa. Atas dasar ini ia
menjadi ibu bagi kita dalam karya perahmatan.
Keibuan Maria dalam
karya perahmatan ini di mulai dengan persetujuan yang diberikannya dalam iman
kepada pemberitaan warta gembira; yang ia pertahankan tanpa melemah di bawah
salib; dan hal ini akan berlangsung tanpa henti sampai terpenuhilah jumlah
orang pilihan dalam kehidupan kekal. Sekali diangkat ke surge, ia tidak
mengesampingkan tugas sebagai penyelamat; sebaliknya dengan perantaraan doa
yang tak putus-putusnya ia tetap memperoleh kurnia keselamatan kekal bagi kita.
Dengan cinta kasihnya
sebagai ibu, Maria memperhatikan saudara-saudara puteranya, yang masih
mengembara di dunia ini di antara bahaya dan perjuangan, sampai mereka mencapai
kebahagiaan di surga.
Karena alasan itu Santa
Perawan disebut oleh Gereja dengan sebutan-sebutan sebagai pengacara, penolong,
pembantu, pengantara; tetapi semua sebutan itu harus dimengerti dengan cara
yang tidak mengurangi atau menambah suatu pun pada kedudukan dan kekuasaan
Kristus sebagai pengantara tunggal. Sebab tidak ada satu makhluk pun dapat
dianggap sama dengan Sabda yang menjelma, Penebus kita.
Bandingkanlah dengan
imamat Kristus! Dengan berbagai macam cara imamat Kristus itu dimiliki bersama
oleh para pelayan yang ditahbiskan dan oleh umat beriman. Atau bandingkan
dengan kebaikan Allah yang dengan berbagai macam cara sungguh nyata disalurkan
kepada para makhluk-Nya. Dengan cara itu jugalah pengantaraan Sang Penebus yang
khas tidak menutup – tetapi justru membuka – kemungkinan di antara para makhluk
untuk bekerja sama dalam berbagai macam cara; dan ini tidak lain daripada ikut
menimba dari sumber tunggal itu.
Gereja tanpa ragu
mengakui perawan Maria yang ada di bawah Kristus ini. Gereja mengetahui hal ini
karena pengalaman yang tak dapat salah dalam hal ini. Maka ia menekankannya
kepada umat beriman, agar digiatkan oleh bantuan ibu ini, mereka dapat lebih
dekat mengikuti Pengantara dan Penebus kita.
2. Pembacaan dari Keterangan
Santo Ambrosius (Tentang Injil Lukas)
Kunjungan Santa Perawan Maria
Ketika malaikat menyampaikan rahasia Allah
kepada Perawan Maria, ia juga mengabarkan kepadanya sebagai contoh untuk
membangun dia di dalam iman, bahwa seorang wanita tua mandul telah mengandung.
Ini untuk membuktikan, bahwa Tuhan dapat melakukan segala yang dikehendaki.
Ketika Maria mendengar hal ini, ia bergegas
menuju ke pegunungan. Ini tidak karena ia kurang percaya akan ramalan, tidak
pasti tentang si pewarta, atau ragu tentang contoh yang diberikan, tetapi
karena ia didorong oleh kegembiraan.
Kemana dia, yang dipenuhi dengan Allah itu dapat
pergi bergegas, selain menuju ketinggian? Tidak ada sesuatu seperti menunda
dalam karya Roh kudus. Kedatangan Maria dan berkat kehadiran Tuhan itu juga
segera dinyatakan. “Segera setelah Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah
anak yang ada di dalam rahimnya; dan ia dipenuhi dengan Roh Kudus.”
Perhatikanlah pilihan kata-kata dan arti yang
setepatnya. Elisabet yang pertama mendengar suara, tetapi Yohanes yang pertama
mengalami rahmat. Ibu mendengar menurut jalannya kodrat; tetapi anak melonjak
karena adanya rahasia. Ibu mengenali kedatangan Maria; anak mengenali
kedatangan Tuhan. Wanita mengenali kedatangan Maria; anak kedatangan Anak. Para
wanita berbicara tentang rahmat; anak-anak mengerjakan dari dalam, agar itu
menguntungkan bagi para ibunya, yang dengan mukjizat ganda, bernubuat di bawah
ilham para anaknya.
Anak melonjak, ibu dipenuhi dengan Roh. Ibu
tidak dipenuhi sebelum anaknya, tetapi setelah anak dipenuhi oleh Roh Kudus, ia
memenuhi ibunya juga. Yohanes melonjak dan jiwa Maria bergembira. Ketika
Yohanes melonjak, Elisabet dipenuhi, tetapi kita tahu, bahwa Maria tidak
dipenuhi, melainkan jiwanya bergembira. Sebab Ia yang tidak dapat dirangkumkan,
bekerja dalam rahim ibunya dengan cara yang tak terangkumkan. Elisabet dipenuhi
dengan Roh, sesudah ia mengandung dan Maria sebelumnya. “Terberkatilah
engkau,” ketanya “karena engkau percaya.”
Tetapi kamu juga, yang telah mendengar dan telah
percaya, kamu terberkati juga. Setiap jiwa yang telah percaya, sekalipun
mengandung dan melahirkan Sabda Tuhan dan mengenali perbuatan-perbuatan-Nya.
Hendaklah jiwa Maria berada pada setiap dirimu
untuk mengagungkan Tuhan. Hendaklah jiwa Maria hadir pada setiap orang untuk
bersukaria dalam Tuhan. Menurut daging seorang wanita menjadi ibu Kristus,
tetapi menurut iman Kristus itu buah semua manusia. Memang setiap jiwa menerima
Sabda Tuhan, asal ia tetap tak bercela dan bebas dari dosa dan mempertahankan
kemurniannya dalam keugaharian tak ternoda.
Jiwa yang mampu mencapai tingkat ini mengagumkan
Tuhan, seperti jiwa Maria mengagungkan Tuhan dan rohnya bersukaria dalam Allah
juru selamatnya. Tuhan diagungkan, seperti kamu baca di tempat lain “Agungkanlah
Tuhan bersama aku,” dan bukannya bahwa kata-kata manusia dapat menambah sesuatu
kepada Tuhan, tetapi karena Ia diagungkan dalam diri kita, Kristus itu gambar
Allah, pola kesamaan bagi jiwa yang diciptakan. Dan karena mengagungkan
gambarnya, maka ia ikut ambil bagian dalam keagungan-Nya dan ikut diluhurkan
juga.
Maka tepat benar kedua ibu, ibu Tuhan dan ibu
Yohanes, mendahului kelahiran puteranya dengan nubuat. Seperti dosa mulai dari
wanita, dan bahwa hidup itu hilang Karena seorang wanita tertipu, demikianlah
hidup dikembalikan kepada dunia oleh kedua wanita ini yang saling bersaing
menyampaikan pujian.
3. Pembacaan dari Khotbah
Santo Agustinus
Dengan Iman Ia Percaya dan Mengandung Sang Putera.
Aku minta kamu mendengarkan apa yang dikatakan
oleh Tuhan, ketika Ia mengulurkan tangan menunjuk kepada para murid, “Inilah
ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku.” – “ Barang siapa melakukan kehendak Bapa-Ku di
surga, ia adalah saudara-Ku, saudari-Ku, dan ibu-Ku.” Apa kita harus menarik
kesimpilan, bahwa Santa Perawan Maria tidak melakukan kehendak Bapa, dia yang
dengan iman percaya dan dengan iman mengandung Sang Putera? dia yang dipilih
untuk membawa keselamatan ditengah-tengah manusia? Yang diciptakan oleh
Kristus, agar Kristus diciptakan dalam dirinya? Tak dapat disangsikan
sedikitpun bahwa ia melakukan kehendak Bapa, dan lebuh agung baginya, bahwa ia
murid Kristus daripada bahwa ia ibu-Nya. Lebih bahagia orang menjadi murid-Nya
daripada menjadi ibu-Nya. Maka terpujilah Maria yang membawa Tuhan dalam
tubuhnya sebelum ia melahirkan-Nya.
Coba lihat, apakah tidak benar kata saya? Tuhan
mengadakan perjalanan dan orang banyak mengikuti Dia. Ia melakukan karya kuasa
ilahi, dan wanita dari tengah orang banyak berseru, ”Berbahagialah rahim yang
mengandung Engkau dan payudara yang menyusui Engkau!” Tetapi mereka tidak boleh
berpikir, bahwa kebahagian itu terletak pada hubungan jasmaniah. Maka bagaimana
jawaban Tuhan? “Lebih bahagia mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan
mentaatinya!” Maka Maria bahagia karena “ia mendengarkan sabda Tuhan dan
mentaatinya”. Budinya lebih penuh membawa kebenaran daripada rahim membawa
tubuh Sang Putera. kristus adalah kebenaran, dan Kristus sungguh menjadi
daging! Kristus-kebenaran ada di dalam budi Maria, Kristus – menjadi – daging
ada di dalam rahimnya. Lebih besar yang ada di dalam budi daripada yang dibawa
dalam kandungannya!
Maria ibu suci. Maria ibu bahagia. Tetapi Gereja
lebih besar daripada dia. Apa alasan yang kauajukan? Maria itu bagian dari
Gereja! Ia anggota Gereja yang suci; ia adalah sang anggota suci; ia anggota
yang melebihi semua anggota; tetapi ia masih tetap salah satu anggota dari
seluruh tubuh, dan tubuh tentu lebih besar daripada anggota. Dan kalau anggota
itu bagian tubuh seluruhnya, maka tubuh tentu lebih besar daripada anggota itu.
Tuhan adalah kepala, dan seluruh Gereja adalah kepala dengan
anggota-anggotanya. Bagaimana hal ini akan kukatakan? Kepala ilahi yang kita
punta. Allahlah yang kita punya sebagai kepala.
Saudara-saudara, dengarkanlah betul-betul: kamu
itu anggota-anggota tubuh Kristus dan kamu itu tubuh Kristus. Dan inilah yang
dikatakan tentang dirimu, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku.” Tetapi
bagaimana dibuktikan bahwa kamu itu ibu Kristus? Ia meneruskan, “Barangsiapa
mendengarkan dan barangsiapa melakukan kehendak Bapa ia adalah saudara-Ku,
saudari-Ku, dan ibu-Ku.” Mengapa saudar dan saudari? Karena kita mempunyai
warisan yang sama, dan hati Kristus yang penuh cinta tidak akan terpisah dari
kita, meskipun Ia Putera satu-satunya. Ia akan menjadikan kita pewaris Bapa-Nya
dan sama-sama ahliwaris dengan Dia sendiri.
4. Pembacaan dari Kotbah Santo
Bernardus Abas
Kita Harus Merenungkan Misteri-Misteri Keselamatan
“Putera yang akan lahir dari padamu akan disebut
suci, Putera Allah.” Dialah sumber kebijaksanaan, Sabda Bapa dari Surga! Sabda
ini akanmenjadi daging dengan perantaraanmu, o Perawan Suci, sehingga Dia yang
berkata, “Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku,” dapat juga
berkata, “Aku dilahirkan dan datang dari Allah.”
“Pada permulaan adalah Sabda,”katanya. Sumber
sudah mengalir, tetapi masih ada di dalam dirinya saja. “Sang Sabda itu
bersama-sama dengan Allah, bersemayam dalam terang yang tak dapat di hampiri,
dan Tuhan dapat berkata dari semula, “Pemikiran-Ku itu pemikiran damai, bukan
kesedihan.” Tetapi pemikiran-Mu itu ada di dalam diri-Mu sendiri, dan kami
tidak tahu apa yang Engkau pikirkan, sebab siapa yang tahu akan pemikiran Tuhan
dan siapa yang menjadi penasihat-Nya?
Maka dari itu pemikiran damai turun menjadi
karya damai. Sabda menjadi daging dan sekarang diam di antara kita. Ia diam di
dalam hati kita dengan perantaraan iman; Ia diam dalam ingatan dan pemikiran,
Ia akan masuk dalam angan-angan kita. Sebab bagaimana orang dapat memikirkan
tentang Allah, kalau ia tidak lebih dulu membuat gambaran tentang Dia di dalam
hatinya? Dulu Ia ada di luar pemikiran kita, tidak terjangkau; Ia sama sekali
tidak kelihatan dan di atas akal budi kita; tetapi sekarang Ia ingin
dimengerti, dilihat, dipikirkan.
Tetapi bagaimana? Kamu mungkin bertanya
demikian. Kujawab: Ia berbaring di palungan, ada di pangkuan seorang perawan,
berkhotbah di bukit, berkanjang di dalam doa sepanjang malam; Ia akan
bergantung di salib, pucat maut pada wajah-Nya, seperti seorang yang terlupakan
di antara orang mati. Ia mengalahkan kekuasaan neraka; atau bangkit lagi pada
hari ketiga, menunjukkan bekas-bekas paku kepada para rasul, tanda kemenangan,
dan akhirnya di hadapan mereka Ia naik ke surge.
Apakah di sini ada sesuatu yang tidak dapat
direnungkan dengan nyata, penuh cinta, penuh bakti? Kalau aku merenungkan salah
satu dari peristiwa ini, aku merenungkan Tuhan. Dan dalam semuanya itu aku
menemukan Tuhanku. Kusebut bijaksanalah orang yang
merenungkan peristiwa-peristiwa ini. Aku anggap itu pengetahuan
untuk mengenang keharuman, yang ditaburkan secara melimpah oleh tongkat Harun
dalam kuntum-kuntum ini, harum mewangi yang diperoleh Maria dari surga,
ditumpahkan secara leluasa kepada kita
5. Pembacaan dari Keterangan
Santo Beda Venerabilis tentang Injil Lukas
MAGNIFICAT
Maria berkata, “Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, juruselamatku.”
Tuhan, katanya, telah meninggikan aku dengan
kurnia agung tak terduga, yang tidak dapat diterangkan dengan kata-kata, dan
hamper tak dapat diselami dengan rasa yang paling dalam di jiwa dan hatiku.
Maka aku mengengkat semua kekuatan jiwaku menjadi ucapan syukur dan pujian.
Dalam kegembiraanku kucurahkan seluruh hidupku, seluruh perasaanku, seluruh
pengertianku dalam memandang keagungan-Nya yang tanpa batas. Jiwaku bersukacita
karena keallahan kekal Kristus, juruselamatku, yang kukandung didalam waktu dan
kubawa di dalam tubuhku.
“Sebab yang mahakusa telah melakukan
perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah kudus.”
Maria melihat kembali permulaan kidung, pada
kata-kata, “Jiwaku memuliakan Tuhan.” Hanya jiwa, yang mengalami
perbuatan-perbuatan besar dari Allah dapat mengagungkan dan memuji Dia apa
sepantasnya; hanya jiwa itu dapat mengajak mereka yang mempunyai kerinduan dan
tujuan yang sama, “Muliakanlah Tuhan bersamaku. Marilah bersama memuji Dia.”
Orang, yang tidak mau memuliakan Tuhan yang
dikenalnya dengan segala kekuatannya, dan tetap menyucikan nama-Nya, akan
disebut yang paling kecil dalam kerajaan Surga. Nama Tuhan disebut suci, sebab
Ia mengatasi segala ciptaan karena ketinggian kuasa-Nya, yang tidak ada
bandingannya, karena Ia terpisah dari segala yang diciptakan-Nya.
“Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia
mengingat rahmat-Nya.”
Secara indah, Maria menyebut Israel hamba Tuhan,
karena Israel diangkat oleh-Nya untuk diselamatkan. Sebab Ia melihat Israel
taat dan rendah hati, sesuai dengan ucapan Nabi Hosea, “Karena Israel itu
kecil, maka aku mencintainya.”
Maka orang yang tidak mau merendahkan diri sudah
tidak dapat diselamatkan, dan ia juga tidak dapat berkata bersama nabi, “Lihat,
Tuhanlah penolongku, Tuhanlah yang mengangkat hidupku.” Tetapi barangsiapa
merendahkan diri seperti anak kecil, itulah yang besar dalam Kerajaan Surga.
“Seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang
kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”
Yang dimaksudkan Maria bukannya keturunan
Abraham menurut kodrat, tetapi secara rohani; yaitu bukan mereka, yang
diturunkan olehnya secara jasmani saja, tetapi mereka yang mengikuti
langkah-langkahnya dalam iman, entah mereka bersunat atau tidak bersunat. Sebab
ia juga percaya semasa masih belum bersunat, dan itu diperhitungkan sebagai
membenarkan dia.
Jadi kedatangan Penebus itu dijanjikan kepada
Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya, yaitu kepada anak-anak
perjanjian, yang diberi ucapan ini, “Jika kamu milik Kristus, maka kamu
keturunan Abraham, ahli waris menurut janji.”
6. Pembacaan dari Homili Santo
Amadeus dari Lausane
Ratu Dunia, Ratu Damai.
Alangkah benarnya, bahwa sebelum diangkat ke
surga, nama Maria yang mulia bercahaya di seluruh dunia, dan kemasyhurannya
sudah meluas kemana-mana, sebelum keagungannya ditinggikan di atas langit! Demi
kemuliaan Puteranya memang layaklah bahwa Sang Ibu Perawan lebih dahulu
memerintah di bumi, dan kemudian disambut dengan kemuliaan di dalam kediaman
kudus di surga menerima mahkota kesempurnaan hidup yang diubah oleh Tuhan, Roh
Allah sendiri.
Ketika masih ada di dunia, ia sudah mengenyam
buah pertama dari jaman masa mendatang; pada suatu ketika ia keluar dari
dirinya dalam ekstase di hadapan Tuhan; di waktu lain ia menaruh perhatian
kepada sesamanya dengan cinta kasih yang taat lembut dan peka. Dari ketinggian
surga ia dikunjungi oleh rombongan para malaikat; di dunia ia dihormati oleh
pelayanan manusia. Gabriel dengan para malaikatnya berdiri di hadapan Maria;
Yohanes bergembira karena Sang Ibu Perawan dipercayakan kepadanya dari salib,
untuk dilayani bersama dengan para rasul lainnya. Para malaikat bersukacita
kerena melihat ratunya; para rasul karena melihat tuannya, dan mereka semua
melayani dia dengan kebaktian penuh hormat dan cinta.
Dari atas keluhuran keutamaan, seraya melihat
segala kurnia ilahi, dia yang melebihi semua dalam rahmat, dengan murah
mencurahkan limpahan rahmat kepada jiwa-jiwa yang menderita dahaga. Ia
memberikan penyembuhan badan dan jiwa, ia kuasa untuk menolong manusia dari
kematian rohani dan jasmani. Siapa pernah mundur dari hadapannya masih sakit
dan sedih dan tanpa terang rohani yang menuntunnya? Siapa yang tidak pulang
kembali dengan gembira dan sukacita, karena mendapatkan apa yang didoakan dari
Maria, Ibu Tuhan?
Pengantin penuh kelembutan dan bersemarak mulia,
begitu penuh dengan rahmat berlimpah, Ibu pengantin surgawi, mata air Firdaus,
sumber yang memancarkan air kehidupan mengalir deras dari gunung Allah di
Libanon, ia melaju sebagai sungai damai dan rahmat. Maka, ketika Perawan dari
segala perawan diangkat ke surga oleh Allah, Putera-Nya, Raja para raja,
diiringi sorak-sorak gembira para malaikat, mahamalaikat dan para kudus,
tergenapilah nubuat pemazmur, di mana ia berkata kepada Tuhan, “Di sebelah
kananmu berdiri ratu, berdandankan gemerlapan dalam busana disulam permata dan
emas.”
7. Pembacaan dari Homili Santo
Bernardus Abas
Seluruh Dunia Menunggu Jawaban Maria
Engkau telah mendengar, bahwa engkau akan
mengandung dan melahirkan seorang Putera; engaku telah mendengar, bahwa engkau
akan mengandung, tidak dari seorang manusia, tetapi dari Roh Kudus. Malaikat
menunggu jawabanmu: sudah sampai waktu ia kembali kepada Allah yang
mengutusnya. Kami juga menunggu, ya Puteri, sabda belas kasih, karena kami
sengsara dijatuhi putusan untuk dihukum.
Dan kini harga keselamatan kami ada di tanganmu.
Jika engkau setuju, segera akan dibebaskanlah kami. Di dalam Sabda Allah yang
kekal kami diciptakan dan kini kami mati. Dengan jawaban singkat darimu kami
akan dapat hidup semua.
Adam dengan menangis mohon ini kepadamu, ya
Perawan Suci, Adam yang dengan anak-anaknya sengsara terbuang dari firdaus.
Abraham mohon ini darimu, dan Daud. Inilah permohonan semua para leluhur suci,
yaitu nenek moyang, yang masih hidup di lembah bayangan maut. Inilah yang
ditunggu-tunggu, seluruh dunia berlutut di hadapanmu.
Dan memang harus demikian, karena pada bibirmu
tergantung hiburan kaum sengsara, penebusan para tawanan, pembebasan para
terhukum, keselamatan akhir seluruh anak-anak Adam, seluruh bangsamu.
Jawablah ya Perawan dengan segera. Berilah cepat
jawabanmu kepada malaikat, dan lewat malaikat kepada Tuhan. Jawablah dengan
sabda, dan terimalah Sang Sabda: ucapkanlah darimu, kandunglah yang dari Allah;
berikanlah yang dalam waktu, peluklah yang dari kekal.
Mengapa berlambat? Mengapa bergetar? Percayalah,
berkatalah, kandunglah! Biar kerendahan hatimu mengenakan keberanian,
kelembutanmu kepercayaan. Tidakkah pada saat ini kesederhanaanmu sebagai
perawan merupakan kebijaksanaan. Namun dalam hal ini, ya Perawan bijaksana,
jangan takut akan kelancangan: sebab meskipun memang indah lembut engaku
tinggal diam, namun sekarang ini yang diperlukan kasih setia di dalam kata.
Perawan mulia, bukalah hatimu untuk percaya,
bibirmu untuk berbicara, rahimmu untuk Pencipta. Lihat, yang didambakan segala
bangsa mengetuk dari luar pada pintu. Ah, jika karena engkau berlambat, ia
lewat, engaku sekali lagi akan mulai bersedih hati mencari Dia yang dikasihi
jiwamu! Bangkitlah, melangkah dan bukalah. Bangkitlah dengan iman, melangkah
serba berbakti, bukalah dengan berbicara, “Lihat, aku ini hamba Tuhan, jadilah
menurut sabdamu itu.”
8. Pembacaan dari Khotbah
Santo Bernardus Abas
Ibu Yesus berdiri di bawah salib
Sang Perawan Maria sebagai martir, terkandung
dalam nubuat Simeon, tampil di hadapan mata dalam kisah sengsara Tuhan kita.
Orang tua yang terberkati, yakni Simeon, berkata tentang kanak-kanak Yesus,
“Anak ini ditentukan sebagai tanda yang akan ditentang,” dan kepada Maria,
“Hatimu akan ditembus dengan pedang.”
Ibu tersuci, sungguh, sebilah pedang menembus
hatimu. Sebab tidak ada pedang dapat menusuk tubuh perawan tanpa menembus
hatimu. Setelah Puteramu menyerahkan hidup-Nya, tombak kejam, yang membuka
sisi-Nya tidak menyayangkan Dia sampai dalam kematian; meskipun dapat
melukai-Nya, namun tidak dapat menjamah jiwa-Nya. Namun itulah yang menembus
jiwamu laksana pedang. Jiwa Yesus sudah tidak ada lagi, tetapi jiwamu tidak
dapat dibebaskan, dan itu ditembus dengan pedang dukacita. Kami menyebut engkau
lebih dari seorang martir, karena kecemasan hati yang kauderita melebihi semua
penderitaan badani.
“Ibu, lihatlah puteramu.” Kata-kata ini lebih menyakitkan
daripada tusukan pedang, sebab ini menembusi jiwamu, dan menyentuh inti, dimana
jiwa dipisahkan dengan roh. Pertukaran yang bukan main! Yohanes diberikan
kepadamu untuk menggantikan Yesus, murid ganti Guru, putera Zebedeus ganti
Putera Allah, manusia biasa ganti Allah benar. Kata-kata ini tentu menembus
jiwamu yang penuh cinta, sebab mengenangkan itu saja sudah menghancurkan hati
kami, meskipun keras seperti batu.
Jangan heran, saudara-saudara, bahwa Maria
dikatakan menderita sebagai martir di dalam jiwanya. Tetapi ada orang yang akan
heran, yaitu mereka yang lupa akan kata-kata Paulus tentang orang kafir, bahwa
di antara cacat mereka, yang paling berat ialah bahwa mereka tidak mengenal
belas kasih. Tidak begitulah Maria! Semoga jangan sampai begitu mereka, yang
menghormati dia!
Mungkin ada orang yang berkata, “Apakah ia tidak
tahu sebelumnya bahwa puteranya akan wafat!” Tidak disangsikan! “Apakah ia
tidak mempunyai harapan pasti akan kebangkitan-Nya segera?” Memang penuh
percaya! “Apakah ia juga merasa sedih, waktu Yesus disalibkan?” Amat sedihnya!
Siapa kamu itu, saudara, dan pertimbangan apa yang kamu miliki bahwa kamu akan
dukacita Maria? Lebih dari pada Putera, Maria menderita! Adakah Yesus mati
dalam badanya, dan Maria tidak mengikuti-Nya di dalam hatinya? Cinta kasihlah
yang menggerakkan Yesus untuk menderita maut! Cinta kasih-Nya lebih besar
daripada siapa saja sebelum dan sesudahnya. Cinta kasih jugalah yang
menggerakkan Maria, cinta yang tidak pernah dirasakan oleh seorang ibu.
9. Pembacaan dari Homili Santo
Beda Venerabilis
Maria Memuliakan Tuhan, yang kuasa-Nya. Bekerja dalam Dirinya.
“Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira
karena Tuhan, Juruselamatku.” Ketika Maria mengatakan ini, pertama-tama ia
mengakui kurniah-kurniah istimewa, yang diberikan kepadanya, dan selanjutnya ia
berbicara tentang berkat rahmat pada umumnya, yang tak henti-hentinya diberikan
oleh Tuhan sejak dari kekal untuk menolong umat manusia.
Jiwa yang memuliakan Tuhan itu jiwa seseorang,
yang membuktikan seluruh kekuatan rohaninya demi kemuliaan dan pengabdian
kepada Tuhan, dan dengan mentaati perintah di dalam budi ia selalu memandang
kuasa dan keluhuran Tuhan.
Orang dapat berkata, bahwa hatinya bergembira
karena Allah, Juruselamatnya, jika yang menjadikan kesukaan satu-satunya bagi
dia adalah pikiran tentang Penciptanya, dan dari Dialah ia mengharapkan
keselamatan kekal.
Semua orang, yang sudah mencapai kesempurnaan,
tepat benar dapat menggunakan kata-kata ini, tetapi sungguh layak khususnya
apabila kata-kata ini diucapkan oleh bunda Allah, sebab kurnia-kurnia istimewa
yang diberikan secara khusus memenuhinya dengan cinta rohani terhadap Dia, yang
boleh dikandungnya dengan bahagia.
Ia sungguh berwenang untuk bersukaria karena
Yesus, yaitu juruselamatnya, dengan kegembiaraan lebih besar dari pada orang
suci lainnya, karena ia tahu, bahwa dalam beredarnya waktu ia akan melahirkan
Dia, yang diakuinya sebagai sumber keselamatan sejak dari kekal. Sebab sungguh
Ia akan menjadi puteranya dan Tuhannya, dalam pribadi satu dan sama.
“Sebab Yang Mahakuasa telah melakukan
perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” Kita
menyaksikan, bahwa ia tidak menghubungkan itu semua sedikit pun dengan
jasa-jasanya sendiri, tetapi ia berbicara tentang semua kebesarannya sebagai
kurnia dari Allah, yang merupakan kekuasaan dan keagungan, Dia yang selalu
mengangkat para pengikutnya yang miskin dan lemah menjadi pemberani dengan
kekuatan besar.
Tetapi tepat ditambahkannya, “dan kuduslah
nama-Nya”, untuk memperingatkan orang yang mendengarkan dia, dan sebetulnya
juga untuk mengajar semua orang, yang kemudian akan mendengar kata-katanya,
bahwa mereka harus percaya akan nama-Nya dan menyenut-Nya dan mengungsi
kepada-Nya. Sebab mereka juga dapat ambil bagian dalam kesucian kekal dan
keselamatan sejati, seperti dinubuatkan, “Semua yang menyebut nama Tuah, akan
di selamatkan.” Inilah nama Dia, yang lebih dulu disebutnya, “Hatiku bergembira
karena Allah, Juruselamatku.”
Demikian di dalam gereja setiap orang mempunyai
kebiasaan bagus dan baik untuk setiap hari menyanyikan kidung ini dalam ibadat
harian di waktu sore. Dengan demikian orang beriman, karena lebih kerap
diperingatkan akan penjelmaan Tuhan, tergerak untuk menyatakan kebaktiannya,
dan dikuatkan dalam keutamaan karena setiap kali mengenangkan teladan
ibunya. Hal ini layak dilakukan pada waktu sore, karena pada akhir
hari pikiran kita sudah jemu dan gampang menjadi kabur, dan perlu sekali kita
mengindahkan saat keheningan untuk berdiam diri dan menghimpun gagasan kita.
10. Pembacaan dari Konstitusi
Dogmatis LUMEN GENTIUM Konsili Vatikan II (LG. 63-65)
Maria, Lambang Gereja sebagai Perawan dan Bunda.
Karena karunia dan peranannya sebagai Bunda
Allah, yang menyebabkan ia bersatu dengan Puteranya, Sang Penebus, dan karena
rahmat serta tugasnya yang istimewa, Sang Perawan Maria tidak dapat dipisahkan
dari Gereja. Seperti diajarkan oleh Santo Ambrosius, Bunda Allah itu lambang
Gereja di dalam iman, kasih, dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam
misteri Gereja, yang juga tepat disebut ibu dan perawan, Maria menjulang tinggi
sebagai teladan keduanya: keibuan dan keperawanan. Karena iman dan ketaatannya,
ia melahirkan Putera Allah sendiri di dunia, tidak karena kenal dengan peria,
tetapi karena dinaungi oleh Roh Kudus. Sebagai Hawa baru, tanpa bimbang ragu ia
menaruh kepercayaan tidak kepada si ular tua, tetapi kepada utusan Allah.
Putera yang dilahirkannya itulah yang ditempatkan oleh Allah sebagai yang
sulung di antara banyak saudara, yaitu umat beriman; untuk kelahiran dan
pembentukan mereka Maria ikut bekerja sama dengan kasih keibuannya.
Dengan memandang kekudusan Maria yang istimewa,
dengan meneladan kasihnya, dengan setia melakukan kehendak Bapa, dan dengan
menerima Sabda Allah dalam iman, Gereja sendiri menjadi ibu. Dengan mengajar
dan membaptis ia melahirkan banyak putera, yang dikandung dari Roh Kudus, dan
dilahirkan dari Allah, bagi hidup baru yang tak akan binasa. Gereja sendiri
adalah perawan; ia menjaga iman, yang ia ikrarkan kepada Sang Pengantin, dalam
keutuhan dan kemurnian. Dengan meneladan Bunda Allah, dan oleh kuasa Roh Kudus,
Gereja mempertahankan iman yang utuh, harapan yang teguh, dan cinta kasih yang
tulus.
Dalam diri Santa Perawan yang mulia itu Gereja
sudah mencapai kesempurnaan, di mana ia berada tanpa cela dan tanpa noda.
Tetapi sementara itu umat beriman masih tetap berusaha untuk mengatasi dosa,
dan berkembang dalam kesucian. Maka mereka mengarahkan pandangannya kepada
Maria, yang sebagai contoh keutamaan menyinari seluruh umat pilihan. Dengan
penuh bakti, Gereja merenungkan hal-ikhwal Sang Ibu dan memandang dia dalam
terang Sabda yang menjadi manusia. Dengan demikian Gereja semakin dalam
menyelami misteri agung penjelmaan, dan menjadi semakin serupa dengan Sang
Pengantin.
Karena ambil bagian begitu besar dalam sejarah
keselamatan, maka Maria meresapkan sedalam-dalamnya dan menggemakan kembali
semua ajaran iman yang paling dasar, yakni apabila sebagai pokok ajaran dan
kebaktian, ia mengundang umat beriman untuk datang kepada puteranya, Sang
Korban sejati, dan cinta Bapa sendiri. Di lain pihak, dengan selalu mengejar
kemuliaan Kristus, Gereja menjadi lebih menyerupai lambangnya yang luhur, dan
makin meningkat dalam iman, harapan serta cinta, dengan mencari dan
melaksanakan kehendak Bapa dalam segala.
Maka dalam karya kerasulannya Gereja pun tetap
memandang Maria yang melahirkan Kristus. Ia dikandung dari Roh Kudus dan
dilahirkan dari perawan, agar dengan perantaraan Gereja Ia juga dapat
dilahirkan dan berkembang dalam hati umat beriman. Dalam hidupnya Santa Perawan
Maria menjadi teladan kasih ibu, yang harus menjiwai semua orang yang ikut
ambil bagian dalam tugas kerasulan Gereja demi kelahiran kembali umat
manusia.
11. Pembacaan dari Kotbah Paus Leo
Agung
Maria Mengandung di dalam Jiwa,
sebelum Mengandung di dalam Tubuhnya.
Putera dari keturunan raja dari keluarga Daud
dipilih untuk mengandung putera suci, putera ilahi dan manusiawi, yang
dikandungnya di dalam jiwa, sebelum dikandung di dalam tubuhnya. Dan agar ia
jangan menjadi takut akan sesuatu yang tak terduga-duga dapat terjadi, dan
tidak tahu akan rencana ilahi, ia diberitahu dalam wawancara dengan malaikat,
bahwa yang akan terjadi padanya adalah karya Roh Kudus. Segera ia akan menjadi
ibu Tuhan, meskipun ia akan tetap perawan. Sebab mengapa ia tidak akan menaruh
harapan, karena cara mengandung itu menakjubkan, seperti sudah dikatakan, bahwa
hal itu akan terjadi oleh kuasa Yang Mahatinggi. Iman kepercayaannya dikuatkan
oleh mujizat yang telah terjadi. Elisabet mendapat kesuburan, yang sudah tidak
diharapkan, hingga tidak dapat disangsikan lagi, dahwa Dia yang memungkinkan
orang mandul dapat mengandung, juga dapat melaksanakan hal itu kepada seorang
perawan.
Maka dari itu Allah, Allah Putera, yang pada
permulaan bersama dengan Allah dan oleh-Nya semua yang ada terjadi, dan tanpa
Dia tidak ada sesuatu yang terjadi, Ia menjadi manusia untuk membebaskan
manusia dari kematian kekal, tanpa mengurangi keluhuran-Nya, Ia berkenan
mengenakan kerendahan kita; demikian, dengan tetap apa ada-Nya senantiasa, Ia
mengenakan apa yang bukan diri-Nya, dan Ia mempersatukan keadaan budak yang
sesungguhnya dengan keadaan, di mana Ia sama dengan Allah Bapa. Dengan ikatan
sedemikian rupa Ia menjalin kedua kodrat-Nya, hingga peninggian tidak melebur
yang rendah, atau pengenaan kodrat manusia menurunkan yang lebih tinggi.
Maka setiap kodrat mempertahankan apa yang khas
ada padanya, tetapi dipertemukan dalam satu pribadi. Dan demikian kerendahan
dirasuk dalam kemuliaan, kelemahan dalam kekuasaan, kematian dalam keabadian.
Untuk melunasi hutang kodrat kita yang terjatuh, kodrat yang bebas dari segala
penderitaan dipersatukan dengan kodrat kita yang menderita; dan Allah nyata
bersama manusia nyata dipersatukan dalam kesatuan Tuhan. Demikianlah seperti
apa yang diperlukan untuk penyembuhan kita, Pengantara satu dan sama
antara Tuhan dan manusia, dapat mati karena kodrat yang satu dan Karena kodrat
yang lainnya bangkit lagi. Maka benar keutuhan perawan sama sekali tidak
tersentuh karena melahirkan keselamatan kita, sebab kelahiran kebenaran adalah
jaminan kemurnian. Sebab kelahiran seperti itu, Saudara-saudara terkasih,
sesuai bagi Kristus, kekuasaan Allah dan kebijaksanaan Allah, karena dengan
demikian Ia bersatu dengan kemanusiaan kita, namun tetap jauh kebih tinggi
dengan keallahan-Nya. Seandainya Ia bukan Allah sejati, Ia tidak dapat menolong
kita; seandainya Ia bukan manusia sejati, Ia tidak dapat memberi teladan kepada
kita.
Maka para malaikat memuji pada kelahiran Tuhan;
mereka bernyanyi, “Kemuliaan kepada Allah disurga tinggi.” Mereka mewartakan,
“Damai di bumi kepada orang yang berkenan kepada-Nya.” Sebab mereka melihat
Yerusalem surgawi dibangun dari segala bangsa di dunia. Betapa kita, manusia
belaka, harus bergembira akan perbuatan cinta ilahi ini, kalau para malaikat di
surga begitu gembira menyaksikannya.
12. Pembacaan dari Kotbah Abas
Guerikus yang Suci
Maria, Ibu Kristus dan Ibu Umat Kristiani
Maria hanya melahirkan seorang putera. di surga
Yesus itu Putera tunggal Bapa; di bumi Ia putera tunggal ibu-Nya. Dia, Perawan
Maria, ibu satu-satunya, bangga melahirkan Putera Tunggal Bapa! Ia memeluk
satu-satunya Putera Tunggal yang merangkum semua anggotanya, hingga ia
benar-benar tepat disebut ibu semua orang, di mana ia melihat Kristus Puteranya
sudah atau sedang dibentuk.
Hawa pertama itu bukan seorang ibu kandung! Dia
ibu tiri, karena kepada anak-anaknya ia mewariskan kematian yang tak
terelakkan, bukan permulaan terang sejati. Memang ia disebut ibu semua orang
yang hidup; tetapi ia ternyata berubah menjadi pembunuh semua yang hidup. Dia
itu ibu maut, karena buah kandungannya hanyalah kematian. Karena Hawa itu tidak
mampu menepati panggilan yang terkandung dalam namanya, maka Maria memenuhi
makna misteri itu. Maria sendiri, seperti Gereja, yang dilambangkan olehnya,
adalah ibu bagi semua yang dilahirkan kembali untuk kehidupan.
Sungguh, dialah ibu kehidupan, yang menjiwai
setiap orang yang hidup! Dengan melahirkan Sang Putera dari dirinya sendiri, ia
melahirkan kembali semua yang harus hidup dengan Sang Kehidupan itu.
Sebagai ibu Kristus tersuci, Maria tahu bahwa ia
ibu semua orang kristiani atas dasar misteri ini; maka ia menunjukkan diri
sebagai ibu lewat asuhan dan perhatiannya yang penuh cinta. Hatinya tidak
ditegarkan menghadapi anak-anak ini, seakan-akan mereka bukan putera-puteri
kandung! Rahimnya memang hanya sekali mengandung putera, tetapi tetap subur
lestari, tak habis-habisnya menghasilkan buah belas kasih sebagai ibu.
Jadi, dengan perhatian dan kehalusan rasa
lembutnya hamba Kristus melahirkan anak-anaknya yang mungil, sekali dan setiap
kali, sampai Kristus terbentuk di dalam mereka. Kalau demikian halnya dengan
hamba Kristus, betapa lebih lagi hal ini terjadi pada ibu Kristus sendiri!
Paulus pun melahirkan anak-anaknya lewat sabda kebenaran, dengan mana mereka
dilahirkan kembali; tetapi Maria dengan cara yang jauh lebih suci dan seperti
Tuhan: ia melahirkan Sang Sabda sendiri. Memang saya memuji pelayanan Paulus
dengan pewartaan sabdanya, tetapi saya jauh lebuh mengagumi dan menjunjung
tinggi misteri kelahiran lewat Maria. Apalagi sudah menjadi kenyataan, bahwa
putera-puteri Maria mengakui dia sebagai ibunya dengan semacam naluri rasa
bakti, yang timbul dari iman mereka. Naluri itu bahkan sudah menjadi kodrat
kedua, hingga dalam segala kebutuhan dan mara bahaya, mereka pertama-tama dan
terutama lari kepada pangkuan ibu. Maka sudah selayaknya kita mengartikan
anak-anak ini dalam rangka nubuat nabi, “Anak-anakmu akan hidup di dalam
dirimu”; asal nubuat ini selalu dan pertama-tama diartikan dan diterapkan
kepada Gereja.
Saudara-saudara, kita sudah hidup dalam
lindungan ibu yang mahatinggi; kita hidup di bawah naungannya, bagaikan dibawah
naungan sayap; di kemudian hari di dalam kemuliaannya, kita akan dibelai
seperti di dalam pangkuan ibu. Pada waktu itu ucapan penuh sukacita dan rasa
syukur akan disampaikan kepada ibu ini, “Engkaulah tempat kediaman bagi kami
semua yang bersukacita dan bergembira, ya Bunda Allah yang suci!”
13. Pembacaan dari Konstitusi Apostolik Paus Pius XII, tentang
Pengangkatan Santa Perawan Maria ke Surga
Tubuhmu suci dan mulia
Para Bapa Gereja, para pujangga agung, dalam
khotbah-khotbah mereka pada pesta Bunda Allah diangkat ke surga menyampaikan
suatu ajaran, yang telah diketahui dan diterima oleh seluruh dunia kristiani.
Bagi mereka yang penting ialah menguraikannya, menunjukkan artinya yang pokok,
lebih dalam daripada yang nampak pada lahirnya. Hanya mengatakan, bahwa tubuh
Santa Perawan tidak pernah mengalami kebinasaan, tidak menyelesaikan arti perayaan
ini. Yang kita rayakan adalah kemenangannya atas maut, ketika ia dimuliakan,
seperti yang dialami Puteranya Yesus Kristus di surga.
Demikian Santo Yohanes Damasenus, penafsir utama
tradisi ini, secara fasih membandingkan keistimewaan paling tinggi yang
diberikan kepada Bunda Allah pada umumnya, dengan diangkatnya ke surge dengan
tubuhnya. “Sudah selayaknya, bahwa Dia yang di waktu melahirkan mempertahankan
keperawanannya tanpa cela, mempertahankan tubuhnya tetap utuh sesudah kematian
juga. Sudah selayaknya, bahwa dia yang mengandung Sang Pencipta sebagai putera
dalam rahimnya, memiliki tempat kediaman bersama Allah. Sudah selayaknya, bahwa
Sang Pengantin dipilih oleh Bapa, bersemayam di dalam persemayaman pengantin di
surga. Sudah selayaknya, bahwa dia yang memandang Puteranya di salib, dan
menerima tusukan pedang kedukaan di dalam hatinya, yang tidak terdapat pada
kelahiran-Nya, melihat Dia duduk bersama Bapa. Sudah selayaknya, bahwa Bunda
Allah menikmati keistimewaan Putera dan dihormati oleh seluruh ciptaan sebagi
ibu dan hamba Allah.”
Santo Germanus dari Konstantinopel melihat
pengangkatan tubuh Santa Perawan yang tidak binasa sebagai layak tidak hanya
karena kedudukannya sebagai Bunda Allah, tetapi juga karena kesucian khusus
sehubungan dengan martabat perawan, “Engkau tampil dalam keindahan, seperti
tertulis dan tubuh perawan seluruhnya suci, seluruhnya murni, seluruhnya
kediaman Allah; hingga tidak mungkin akan kembali menjadi debu; diubah, memang
kerena manusiawi sifatnya, untuk kemuliaan hidup yang tidak dapat binasah;
namun tubuh yang sama hidup dan mulia, bebas dari noda, ikut serta dalam
kehidupan sempurna.
Seorang pengarang kuno lainnya mengatakan,
“Karena dia Ibu Kristus Sang Penyelamat, Ibu termulia, Ibu Tuhan kita, yang
memberi hidup luput dari maut, maka ia dikembalikan kepada hidup oleh Dia, dan
di dalam tubuhnya untuk selamanya ikut memiliki keluputan dari kebinasaan dalam
tubuhnya bersama Dia, yang membangkitkan-Nya dari makam dan mengangkatnya
bersama diri-Nya dengan cara yang hanya diketahui oleh Dia sendiri.”
Pada hakekatnya, semua bapa Gereja ini
mendasarkan kesimpulannya pada Kitab Suci, yang kepada kita member gambaran
bahwa Ibu Tuhan selalu bersatu tak terpisahkan dari Putera ilahinya, dan selalu
ikut dalam nasib-Nya.
Perlu diingat, bahwa sejak abad kedua dan
selajutnya, Santa Maria oleh para bapa Gereja selalu disamakan dengan Hawa
kedua. Memang tidak setingkat seperti Adam kedua, namun erat sekali hubungannya
dalam perjuang melawan musuh umat manusia. Dan seperti kita tahu dari janji
yang diberikan di Firdaus, hal ini berakhir dengan kemenangan sempurna atas
dosa dan maut, kedua musuh yang kerap kali disebut bersama oleh Santo Paulus.
Kemenangan ini mengakibatkan kebangkitan Tuhan, tanda keunggulan yang
tertinggi; tetapi Santa Maria, yang ikut dalam pergulatan, harus ikut juga
dalam kesudahannya, dengan kemuliaan tubuhnya perawan. Hanya pada saat itu,
seperti dikatakan oleh rasul, “jika kodrat yang dapat mati ini mengenakan
keadaan tak dapat mati, sabda Kitab Suci akan dipenuhi. Maut ditelan dalam
kemenangan.”
Ibu Tuhan yang mulia bersatu begitu mengagumkan
dengan Yesus Kristus dari kekal, sesuai dengan keputusan Penyelenggaraan yang
sama; dikandung tak bernoda, menjadi ibu Allah tetap perawan suci murni,
pendamping mulia Penebus kita dalam mengalahkan dosa dan segala akibatnya –
pahala apa yang menantikan dia akhirnya? Sebagai pemahkotaan segala rahmat, ia
bebas dan hukuman menjadi binasa; mengikuti kemenangn Puteranya atas maut, ia
diangkat ke surga, dengan jiwa dan raga, untuk memerintah di sana sebagai Ratu
di sebelah kanan Raja segala abad, tidak dapat mati.
14. Pembacaan dari “Communion With
Mary”
Meditasi tentang Salam Maria
Salam Maria
Aku menyalami engkau, Bunda yang baik. Ijinkan
aku mempersatukan diriku denganmu untuk menyembah Yesus. Pinjami aku kasih
sayangmu, perasaan-perasaanmu. Terlebih lagi aku memohonmu untuk menyembah-Nya
atas namaku. Salam, ya Tubuh sejati Yesus, yang dilahirkan oleh Perawan Maria!
Aku percaya, dan aku menyembah-Mu.
Penuh Rahmat
Engkau, Maria, layak menyambut Allah yang
Mahakudus, sebab engkau penuh rahmat dari sejak saat pertama hidupmu. Tetapi
aku pendosa yang malang. Peilakuku yang jahat membuatku tak layak menyambut
Komuni. Ya Bundaku, selubungilah aku dengan jasa-jasamu dan hantarlah aku
kepada Yesus.
Tuhan Sertamu
Tuhan sertamu, ya Perawan Tersuci. Dengan
kerinduanmu yang berkobar engkau sungguh menarik-Nya turun dari Surga masuk ke
dalam hatimu. Tanamkanlah juga dalam hatiku suatu kerinduan yang berkobar dan
lapar yang tak terpuaskan akan Yesus, hingga aku dapat sepenuh hati mengatakan,
“Datanglah, ya Yesus-ku, aku merindukan-Mu dengan hati Maria, BundaMu dan
Bundaku.”
Terpujilah Engkau di Antara Wanita
Terpujilah engkau, ya Maria, yang tiada pernah
mengenal sesal akibat perbuatan dosa; sebab engkau bebas dari segala bentuk
dosa dan ketaksempurnaan. Tetapi aku tahu bahwa aku telah berdosa, dan aku tak
yakin bahwa aku telah cukup menyesalinya. Buatlah aku mengerti jahatnya
dosa-dosaku dan kebaikan Allah yang telah aku lukai. Aku menangisi dosa-dosaku.
Anugerahilah aku tobat yang demikian kepada Yesus, Putramu.
Dan Terpujilah Buah Tubuhmu
Ah, Bunda yang baik! Betapa anugerah agung yang
telah engkau berikan kepada kami dengan memberikan Juruselamat kepada kami,
Yesus! Dan lihatlah, Ia rindu datang kepadaku untuk menjadikanku seorang anak
yang dikasihi secara istimewa oleh hatimu. Aku pergi dengan penuh kepercayaan
untuk menyambut-Nya, dan aku katakan kepada-Nya: “Yesus-ku, aku serah pasrahkan
diriku kepada-Mu. Sudi datanglah untuk memberiku kekuatan dalam melayani Engkau
dengan setia, dan pengharapan akan menikmati Engkau selamanya bersama BundaMu
di Surga.”
Yesus
Anugerahilah aku, ya Bunda, agar kiranya aku
dapat mengalami perasaan-perasaan itu yang engkau alami saat engkau hidup dalam
penyertaan Yesus, saat engkau memanggil-Nya dengan nama-Nya. Sekarang aku
hendak menyambut-Nya. Ijinkan aku dapat mengatakan kepada-Nya: “Datanglah, ya
Yesus-ku. Engkau akan mendapati dalam diriku sambutan yang sama seperti yang
Engkau terima dari BundaMu semasa di dunia. Aku berharap dengan melalui
perantaraannya Engkau akan menyambutku masuk ke dalam Surga.”
Ucapan Syukur
Santa Maria, Bunda Allah
Ya Bunda-ku, betapa bahagia aku hendak
dipersatukan dengan Yesus-ku! Tetapi bagaimanakah aku pantas hingga Tuhan-ku
datang turun kepadaku? Ya Maria, yang tersuci dan tak bernoda, sampaikanlah
kepada-Nya ucapan syukur yang layak atas namaku. Ya engkau yang sejak dari
pertama merasakan detak jantung Yesus, yang sekarang aku sambut dalam tubuhku,
engkau yang mengasihi-Nya lebih dari segenap para kudus sekaligus
mengasihi-Nya, dan yang hidup hanya bagi-Nya saja semasa engkau di dunia.
Anugerahilah kiranya agar aku sekarang boleh ambil bagian dalam
perasaan-perasaan dan kasihmu.
Dan Engkau, ya Yesus, terimalah kasih BundaMu
seolah itu adalah kasihku sendiri dan janganlah menghindarkan tatapan kasih
kepadaku sementara aku juga berkata kepada-Mu dengan segenap hatiku, “Aku
mengasihi-Mu.”
Doakanlah Kami yang Berdosa Ini
Doakanlah aku, ya Maria. Saat ini sudi
persatukanlah doa-doamu dengan doa-doaku. Dan sekarang sebab Yesus telah datang
ke dalam hatiku, siap menganugerahiku segala rahmat, aku hendak memohon
kepada-Nya, di atas segalanya, agar aku tiada akan pernah memisahkan diri
dari-Nya karena dosa. Dan engkau, ya Maria, lindungilah aku dari yang jahat,
dan jadilah bagiku pengungsian dalam pencobaan.
Sekarang
Sekarang, dan sejak dari sekarang, Bunda
terkasih, aku memohon segala rahmat yang bermanfaat bagi jiwaku. Perolehkanlah
bagiku anugerah ini: agar aku berpakaian keutamaan kebaikan dan
kelemah-lembutan dan agar hidupku adalah hidup yang murni tanpa cela.
Dan Waktu Kami Mati
Sejak dari sekarang doaku, ya Yesus, adalah agar
aku boleh menyambut Engkau dengan layak di saat ajalku dan kiranya aku boleh
mengalami kematian yang kudus. Aku menerimanya, bilamana dan bagaimana Engkau
akan mengirimkannya kepadaku - aku menyambutnya dalam persatuan dengan
kurban-Mu yang digenapi di Salib. Aku menerimanya demi penyerahan diri pada
Kehendak Ilahi, demi kemuliaan Allah, demi keselamatanku, dan demi keselamatan
jiwa-jiwa.
Ya Perawan yang berdukacita, temanilah aku
sebagaimana engkau menemani Yesus dalam sakrat maut-Nya.
Amin.
“Terjadilah.” Ya Yesus, inilah kata yang ingin
aku ulangi setiap saat, baik sepanjang masa mudaku dan sepanjang seluruh
hidupku. Terjadilah Kehendak-Mu selalu. Dan segala apa yang Engkau
selenggarakan adalah yang terbaik bagiku, dan sejak dari sekarang aku
menerimanya dan mengucap syukur atasnya kepada-Mu. Amin.
15. Pembacaan dari Surat Ensiklik
Paus Yohanes Paulus II
Ecclesia de Eucharistia
Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja
Apabila kita ingin menemukan kembali seluruh
kekayaan kedalaman hubungan Gereja dengan Ekaristi, kita tak boleh melupakan
Maria, Bunda dan Model Gereja. Dalam Surat Apostolik saya “Rosario Perawan
Maria (Rosarium Virginis Mariae)”, saya telah menunjuk Santa Perawan Maria
sebagai guru kita dalam merenungkan wajah Kristus, dan antara misteri-misteri
terang saya memasukkan pendasaran Ekaristi. Maria dapat membimbing kita ke
dalam Sakramen Mahakudus ini, justru karena dia sendiri mempunyai perhubungan
mendalam dengan Ekaristi.
Pada pandangan pertama, Injil memang mendiamkan
pokok ini. Kisah pendasaran Ekaristi pada malam Kamis Putih tidak menyebut nama
Maria. Meski demikian, kita tahu bahwa dia hadir di antara para Rasul yang
berdoa “sehati” (lih Kis 1:14) pada komunitas perdana yang berkumpul sesudah
Kenaikan sambil menantikan Pentakosta. Tentulah Maria telah hadir dalam
perayaan Ekaristi pada generasi pertama Kristiani, yang sangat setia kepada
“pemecahan roti” (Kis 2:42).
Namun, menambah kepada sharingnya dalam
perjamuan Ekaristi, suatu gambaran tak langsung dari hubungan Maria dengan
Ekaristi sebelumnya sudah ada, mulai dengan persiapan batinnya. Maria adalah
“Wanita Ekaristi”, dalam seluruh hidupnya. Gereja, yang memandang Maria sebagai
teladan, terpanggil juga untuk menirunya dalam hubungan dengan misteri yang
mahakudus ini.
Misteri iman! Bila Ekaristi adalah misteri iman
yang begitu hebat mengatasi pengertian kita, sebagai panggilan pengaminan sabda
Allah, maka tak seorang pun setara dengan Maria dalam membantu dan membimbing
kita untuk mencapai disposisi ini. Dalam mengulangi apa yang dilakukan oleh
Kristus pada Perjamuan Terakhir sesuai dengan perintah-Nya: “Lakukanlah ini sebagai
peringatan akan Daku!”, kita juga menerima undangan Maria menaati-Nya tanpa
keraguan: “Lakukanlah apa yang dikatakan-Nya kepadamu” (Yoh 2:5). Dengan
keprihatinan keibuan yang sama, yang ditunjukkannya pada pesta pernikahan Kana,
Maria seolah berkata kepada kita: “Jangan takut, percayalah akan kata-kata
Anakku. Bila Ia telah sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia juga akan
sanggup mengubah roti dan anggur menjadi tubuh dan darah-Nya, dan dengan lewat
misteri ini Ia memberikan kepada umat beriman peringatan paskah yang hidup,
sehingga menjadi `roti hidup'.''
Dalam arti tertentu, Maria menghidupi iman
Ekaristinya bahkan sebelum pendasaran Ekaristi, oleh kenyataan bahwa dia
mempersembahkan rahim perawannya kepada Penjelmaan Sabda Allah. Ekaristi,
sebagai peringatan sengsara dan kebangkitan, adalah juga kelanjutan penjelmaan.
Pada Kabar Gembira, Maria mengandung Putra Allah dalam kenyataan fisik tubuh
dan darahnya, sehingga, pada tingkat tertentu, ia mendahului dalam dirinya,
yang terjadi secara sakramental dalam diri setiap umat beriman, yang menyambut
tubuh dan darah Tuhan, dalam tanda roti dan anggur.
Akibatnya terdapatlah kemiripan yang mendalam
antara Fiat yang dikatakan oleh Maria menjawab malaikat, dan “Amin”, sebagai
jawaban umat beriman waktu menyambut tubuh Tuhan. Maria diminta mempercayai Dia
yang dia kandung “oleh Roh Kudus” adalah Putra Allah” (Luk 1:30-35).
Melanjutkan iman sang Perawan terhadap misteri Ekaristi, kita juga diundang
untuk percaya, bahwa Yesus Kristus yang sama, Putra Allah dan Putra Maria,
hadir dalam kepenuhan kemanusiaan dan keilahian-Nya dalam tanda roti dan
anggur.
“Berbahagialah dia yang percaya” (Luk 1:45).
Maria juga telah memulai, dalam misteri penjelmaan, iman Ekaristi Gereja.
Tatkala ia, dalam Kunjungan, dalam rahimnya mengandung Sabda yang telah menjadi
daging, dalam arti tertentu, ia menjadi “tabernakel” - tabernakel perdana dalam
sejarah. Di sana Putra Allah, yang masih belum terlihat oleh mata manusia,
membiarkan Diri-Nya disembah oleh Elisabet, memancarkan terang-Nya lewat mata
dan suara Maria. Dan bukankah pandangan terpukau dari Maria, tatkala
merenungkan wajah Kristus yang baru lahir dan yang mengasuhnya dalam ayunan
tangannya, model kasih yang tiada tara, pantas mengilhami kita setiap kali kita
menyambut komuni Ekaristi?
Maria, sepanjang hidup di samping Kristus, bukan
saja di Kalvari, telah membuat dirinya menjadi dimensi kurban dari Ekaristi.
Tatkala ia membawa kanak-kanak Yesus ke bait Yerusalem untuk”mempersembahkannya
kepada Tuhan” (Luk 2:22), dia mendengar nubuat Simeon yang uzur bahwa anak itu
akan menjadi “tanda pertentangan” dan bahwa sebuah pedang akan menusuk
jantungnya (lih Luk 2:34-35). Tragedi penyaliban Putra-Nya dinubuatkan di situ,
dan dalam arti tertentu, Stabat Mater, Maria berdiri di bawah salib, telah
dikabarkan lebih dahulu. Dalam persiapan hariannya menuju Kalvari, Maria
mengalami sejenis “antisipasi Ekaristi” - mungkin dapat dikatakan “komuni
rohani” - kerinduan persembahan, yang akan memuncak dalam kesatuannya dengan
Putra-Nya dalam sengsara, dan kemudian dapat ungkapan sesudah Paskah, dalam
partisipasinya dalam Ekaristi, yang dirayakan oleh para Rasul sebagai
peringatan akan sengsara.
Bagaimana kiranya perasaan Maria, tatkala ia
mendengar dari mulut Petrus, Yohanes, Yakobus dan Rasul lainnya kata-kata yang
diucapkan pada Perjamuan Terakhir: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu”
(Luk 22:19)? Tubuh yang diserahkan bagi kita dan dihadirkan dalam tanda
sakramental adalah tubuh yang sama, yang dikandungnya dalam rahim. Bagi Maria,
menyambut Ekaristi tentulah merupakan sekali lagi menyambut dalam rahim dan
hati, Dia yang telah bersatu dengan dirinya serta menyegarkan apa yang telah
dialaminya di kaki salib.
“Perbuatlah ini sebagai peringatan akan Daku”
(Luk 22:19). Dalam “peringatan” Kalvari, segala sesuatu yang dilakukan oleh
Kristus dalam sengsara dan wafat-Nya hadir di sini. Demikianlah segala sesuatu
yang dilakukan oleh Kristus kepada Bunda-Nya demi kita, juga dihadirkan kepada
Maria. Dia menyerahkan murid kesayangan-Nya dan, dalam murid ini, setiap orang
dari kita: “Inilah anakmu.” Kepada setiap orang dari kita, Dia juga berkata:
“Inilah ibumu!” (lih Yoh 19:26-27).
Pengalaman peringatan wafat Kristus dalam
Ekaristi berarti juga melanjutkan menyambut karunia ini. Artinya menyambut -
seperti Yohanes - dia yang sekali lagi diberikan kepada kita sebagai Bunda. Itu
juga berarti bahwa kita mengenakan komitmen menjadi serupa dengan Kristus,
memasukkan diri kita ke dalam sekolah Bunda-Nya, sambil mempersilakan Maria
menyertai kita. Maria selalu hadir, bersama Gereja dan sebagai Bunda dari
Gereja, pada setiap perayaan Ekaristi kita. Bila Gereja dan Ekaristi bersatu
tak terpisahkan, hal yang sama pantas dikatakan juga mengenai Maria dan
Ekaristi. Inilah salah satu alasan, mengapa, sejak asal mula, peringatan akan
Maria selalu menjadi bagian dari perayaan Ekaristi Gereja Timur dan Barat.
Dalam Ekaristi, Gereja sama sekali bersatu
dengan Kristus dan kurban-Nya, dan Gereja mengenakan semangat Maria. Kebenaran
ini dapat dipahami lebih mendalam lewat pemahaman ulang Magnificat (Jiwaku
Memuliakan Tuhan) sebagai kunci memasuki Ekaristi. Ekaristi, sebagaimana Madah
Maria ini, pertama dan utama adalah madah pujian dan syukur. Tatkala Maria
melambungkan: “Jiwaku memuliakan Tuhan dan rohku bersukacita dalam Tuhan
Juruselamatku”, dia telah mengandung Yesus dalam rahim. Dia memuliakan Tuhan
“lewat” Yesus, dan ia juga memuji Tuhan “dalam” dan “bersama” Yesus. Inilah
sebenarnya sikap “Ekaristi sejati”.
Lantas Maria mengingat keajaiban yang dilakukan
Tuhan dalam sejarah keselamatan untuk menggenapi janji yang telah diadakan
dengan para bapa bangsa (lih Luk 1:55), dan mewartakan keajaiban itu, yang
mengatasi semuanya, yakni penebusan penjelmaan. Akhirnya, Magnificat
mencerminkan tegangan eskatologis Ekaristi. Setiap kali Putra Allah datang
kembali kepada kita dalam “kemiskinan” tanda sakramental dari roti dan anggur,
benih sejarah baru, di mana orng-orang berkuasa “diturunkan dari tahta” dan
“yang hina dipermuliakan” (lih Luk 1:52), mengakar di dunia. Maria melambungkan
“langit yang baru” dan “bumi yang baru”, yang mendapat antisipasinya dalam
Ekaristi, dan dalam arti tertentu juga program dan rencananya. Magnificat
mengungkapkan sprititualitas Maria, dan inilah yang paling agung dari segala
spiritualitas untuk membantu kita mengalami misteri Ekaristi. Ekaristi telah
diberikan kepada kita agar hidup kita, seperti Maria, semakin sempurna
menjadi Magnificat.
16. Pembacaan tentang Devosi
“Kuasa Tiga Salam Maria”
Salah satu sarana keselamatan terbesar dan salah
satu tanda paling pasti akan predestinasi [= dipilih dan ditentukan untuk
menerima keselamatan oleh kehendak Allah], tak diragukan lagi, adalah devosi
kepada Santa Perawan Maria Tersuci. Segenap Pujangga Gereja secara bulat
mengatakan bersama St Alfonsus Liguori: "Seorang abdi Maria yang saleh
tiada akan pernah binasa." Kunci utamanya adalah mempraktekkan dengan
setia devosi ini hingga akhir hayat.
Adakah suatu praktek yang lebih mudah dan lebih
fleksibel bagi semua orang selain dari pendarasan tiga Salam Maria setiap hari
demi menghormati hak-hak istimewa yang dianugerahkan Tritunggal Mahakudus pada
Santa Perawan?
Salah seorang pertama yang mendaraskan tiga
Salam Maria dan menganjurkannya pada yang lain adalah St Antonius dari Padua (1195-1231) yang
termasyhur. Tujuan utama praktek ini adalah demi menghormati Keperawanan Maria
yang tanpa noda dan demi memelihara kemurnian pikiran, hati dan tubuh secara
sempurna di tengah mara bahaya dunia. Banyak orang, seperti St Antonius, telah
merasakan dampak manfaatnya.
Di kemudian hari, St Leonardus dari Porto
Mauritio (1676-1751), seorang misionaris terkenal, biasa mendaraskan tiga Ave
Maria di pagi dan petang hari demi menghormati Santa Perawan Maria Immaculata,
untuk memperoleh rahmat menghindari segala dosa berat sepanjang siang maupun
malam; di samping itu, dengan suatu cara istimewa ia menjanjikan keselamatan
kekal kepada mereka semua yang terbukti terus-menerus dengan setia mempraktekkan
devosi ini.
Seturut teladan dua santo besar dari ordo
Fransiskan ini, St
Alfonsus Liguori (1696-1787) menerapkan praktek saleh ini dan
memberikan dukungannya yang kuat serta penuh semangat. Ia menyampaikan nasehat
bagaimana mempraktekkannya dan bahkan memberikannya sebagai penitensi kepada
mereka yang tak mempraktek kebiasaan saleh ini. Pujangga kudus ini mendorong,
khususnya para orangtua dan para bapa pengakuan, untuk mencermati dengan
seksama apakah anak-anak setia mendaraskan tiga Salam Maria setiap hari, pagi
dan petang, dan menganjurkannya kepada semua orang, "Kepada yang saleh dan
kepada yang berdosa, kepada yang muda dan kepada yang tua."
St Alfonsus Liguori juga yang menyarankan agar
di setiap akhir Salam Maria ditambahkan: "Demi Perkandunganmu yang
tanpa dosa, ya Maria, jadikan tubuhku murni dan jiwaku suci."
17. Pembacaan
tentang Devosi
“Pesan
Bunda Maria dan Tiga Salam Maria”
Oleh Bunda Maria, praktek Tiga Salam Maria”
disingkapkan kepada St Mechtildis (1241-1298)
dengan janji akan kematian yang baik jika ia setia melakukankannya setiap hari.
Tertulis dalam wahyu kepada St
Gertrude (1256-1301): "Sementara orang kudus ini
memadahkan Salam Maria, pada ibadat pagi Kabar Sukacita, sekonyong-konyong ia
melihat memancarlah dari Hati Bapa dan Hati Putra, dan Hati Roh Kudus, tiga
nyala api cemerlang yang menembusi Hati Santa Perawan." Kemudian ia
mendengar kata-kata berikut:
"Sesudah Kuasa Bapa, Kebijaksanaan Putra,
dan Kelembutan yang rahim Roh Kudus, tiada suatupun yang mendekati Kuasa,
Kebijaksanaan dan Kelembutan yang rahim Maria."
Bunda Maria meminta pendarasan tiga Salam Maria
setiap hari dan menyampaikan berikut kepada St Mechtildis:
"Salam Maria pertama demi menghormati Allah
Bapa, yang kemahakuasaannya mengangkat jiwaku begitu tinggi melampaui segala
makhluk lain hingga, sesudah Allah, aku memiliki kuasa terbesar di surga dan di
bumi. Di akhir ajalmu, aku akan mempergunakan kuasa Allah Bapa itu untuk
melindungimu dari segala kuasa jahat."
"Salam Maria kedua demi menghormati Allah
Putra, yang menyampaikan kebijaksanaan-Nya yang melampaui segala pengertian
kepadaku… Di akhir ajalmu, aku akan mengisi jiwamu dengan terang dari
kebijaksanaan itu hingga segala kegelapan ketidaktahuan dan kesesatan akan
dihalau.
"Salam Maria ketiga demi menghormati Allah
Roh Kudus, yang memenuhi jiwaku dengan kemanisan kasih dan kelemah-lembutan dan
kerahiman-Nya… Di akhir ajalmu, aku akan mengubah kepahitan maut menjadi
kemanisan dan sukacita ilahi."
Dalam suatu penampakan kepada St Gertrude, Bunda
Maria menjanjikan, "Kepada jiwa yang dengan setia mendaraskan tiga Salam
Maria, aku akan menampakkan diri di saat ajalnya dengan semarak keindahan yang
begitu luar biasa hingga memenuhi jiwa dengan penghiburan surgawi."
18. Pembacaan Paus Yohanes
Paulus II
Bunda Maria dari Pompeii
(Diperkirakan sekitar 10.000 peziarah datang
mengunjungi Basilika Santa Maria dari Pompeii setiap harinya. Tetapi dua tahun
sekali, terlebih pada bulan Mei dan Oktober, sekurang-kurangnya 100.000
peziarah bersatu hati dalam mendaraskan doa. Pada tanggal 21 Oktober 1979, Paus
Yohanes Paulus II mengunjungi Pompeii, dimana pada kesempatan tersebut diadakan
ziarah nasional kepada Santa Perawan Maria dari Pompeii).
“Pada awal tahun ke-25 pelayanan saya sebagai
paus, saya mempercayakan Surat Apostolik “Rosarium Virginis Mariae” (Rosario
Perawan Maria) ini ke tangan Perawan Maria yang penuh kasih, sambil meniarap
dalam roh di hadapan patung Maria di tempat ziarah cemerlang yang dibangun
baginya oleh Beato Bartolo Longo, rasul rosario. Dengan tulus ikhlas saya
mengutip kata-kata yang menyentuh hati, dengan mana ia mengakhiri permohonan
kepada Ratu Rosario Suci yang terkenal itu:
O Rosario suci Maria,
rantai halus yang menyatukan kami dengan Allah,
ikatan kasih yang memadu kami dengan para
malaikat,
benteng keselamatan untuk melawan serbuan
neraka,
pelabuhan aman tatkala perahu universal kami
kandas,
kami tidak pemah akan meninggalkan engkau.
Engkau akan menjadi penopangku di saat ajal:
milikmulah ciuman terakhir kami di saat nyawa
melayang.
Dan kata terakhir yang kami ucapkan adalah
namamu yang suci,
O Ratu Rosario dari Pompei,
O Bunda yang terkasih,
O Pengungsian orang berdosa,
O Penghibur orang yang berduka.
Kiranya engkau dipuji di mana-mana,
sekarang dan selalu,
di bumi dan di surga.
19. Pembacaan Paul Haffner
“Kelahiran Bunda Maria”
Alkitab tidak jelas membicarakan kelahiran
Maria. Namun tradisi dari semula menyebutkan Kelahiran Bunda Allah. Dokumen
tertua yang memperingati pesta ini berasal dan abad ke-6. Memang Pesta
Kelahiran Bunda Maria dalam sejarah dirayakan sebelum Terkandungnya Maria Tanpa
Noda. Kelihatannya mungkin pesta ini berasal dan Yerusalem karena di abad ke-5
ada bukti sebuah gereja yang dibaktikan kepada St Anna. Gereja itu terletak di
utara Bait Allah di sekitar Kolam Betsaida. Sofronius, Patriark Yerusalem,
meneguhkan di tahun 603 bahwa ini ialah tempat kelahiran Maria.
Beberapa orang berpikir bahwa 8 September
dipilih untuk merayakan Kelahiran Maria karena tahun sipil dimulai di
Konstantinopel pada 1 September. Tanggal itu dipilih karena itu bersifat
simbolik sebab “permulaan” karya penyelamatan seharusnya diperingati di dekat
permulaan tahun baru. Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda kemudian ditetapkan tanggal
8 Desember, sembilan bulan sebelum kelahiran beliau. Kelahiran Bunda Maria
diperkenalkan di Roma dan Gereja Timur di abad ke-7. Paus berdarah
Siro-Sisilia, St Sergius I, yang bertahta tahun 687-701 mendeklarasikan bahwa
sebuah litani dan perarakan sebagai bagian dan perayaan liturgis dari hari
pesta ini. Pascasius Rabertus (meninggal tahun 860) menulis bahwa pesta
Kelahiran Maria ini disebarkan di seluruh Gereja universal dan itu menjadi hari
raya wajib bagi dunia Barat semenjak tahun 1007. Di waktu pertengahan, pesta
itu menandai akhir saat semua orang diwajibkan untuk membantu di panenan
komunal. Setelah Kelahiran Bunda Maria, yang adalah hari libur, setiap orang
dapat bekerja di petak kecil rumahnya sendiri dan menuai tanaman-tanaman
kebunnya untuk keluarganya sendiri.
Kami mengutip sebuah doa St Anselmus yang memuji
Kelahiran Bunda Maria: “Perbolehkan saya memuji engkau, 0 Perawan Tersuci;
berilah aku kekuatan melawan musuh-musuhmu, dan melawan musuh seluruh umat
manusia. Berilah aku kekuatan untuk dengan tulus berdoa kepadamu. Berikan aku
kekuatan untuk memujimu dalam doa dengan seluruh kuasaku, melalui jasa-jasa
kelahiranmu yang tersuci, yang bagi seluruh dunia Kristiani adalah kelahiran
sukacita, harapan dan hiburan. Saat dikau dilahirkan, 0h Perawan Tersuci, dunia
diterangi. Berbahagialah garis keturunanmu, suci akarmu, dan terberkati buahmu,
karena dikau sendiri sebagai perawan dipenuhi Roh Kudus, memperoleh jasa untuk
mengandung Tuhanmu, sebagai perawan melahirkan Dia, dan setelah kelahiranNya tetap
perawan. Maka berbelas kasihilah kepadaku seorang pendosa, dan berikan aku
bantuan, 0h Bunda, sehingga seperti kelahiranmu yang mulia dari benih Abraham,
tumbuh dari suku Yehuda, agung dari keturunan Daud, mewartakan sukacita kepada
seluruh dunia, sehingga dapat memenuhiku dengan sukacita sejati dan
membersihkanku dari setiap dosa.” “Doakan aku, 0h Perawan paling bijaksana,
bahwa sukacita indah dan kelahiranmu yang paling berjasa semoga menghapuskan
semua dosaku. 0h Bunda Allah yang suci, berbunga seperti lili, doakan aku
seorang pendosa yang malang pada Putramu yang manis. Amin.”
20. Pembacaan Rohani
Pesan Bunda Maria Fatima Mei - Oktober.
13 Mei 1917: Pesta Bunda Maria dari Sakramen
Mahakudus. "Janganlah takut, aku tidak akan menyusahkan kalian. Aku datang
dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian. Bersediakah kalian membawa setiap
korban dan derita yang akan dikirim Allah kepada kalian sebagai silih atas
banyak dosa -sebab besarlah penghinaan terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan
orang berdosa dan bagi pemulihan atas hujatan serta segala penghinaan lain yang
dilontarkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda?"
13 Juni 1917: "Yesus ingin agar dunia
memberikan penghormatan kepada Hatiku yang Tak Bernoda. Siapa yang
mempraktekkannya, kujanjikan keselamatan. Jiwa-jiwa ini lebih disukai Tuhan,
dan sebagai bunga-bunga akan kubawa ke hadapan takhta-Nya. Janganlah padam
keberanianmu. Aku tidak akan membiarkan kalian. Hatiku yang Tak Bernoda ini
akan menjadi perlindungan dalam perjalananmu menuju Tuhan."
13 Juli 1917 "Berkorbanlah untuk orang
berdosa. Tetapi teristimewa bila kalian membawa suatu persembahan, ucapkanlah
seringkali doa ini: Ya Yesus, aku mempersembahkannya karena cintaku kepada-Mu
dan bagi pertobatan orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala
penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda."
"Bila kelak, pada suatu malam kalian
melihat suatu terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa itu adalah 'Tanda' dari
Tuhan untuk menghukum dunia, karena banyaklah kejahatan yang telah kalian
lakukan. Akan terjadi peperangan, kelaparan dan penganiayaan terhadap Gereja
dan Bapa Suci."
"Untuk menghindari hal itu, aku mohon,
persembahkanlah negara Rusia kepada Hatiku yang Tak Bernoda serta komuni
pemulihan pada Sabtu pertama setiap bulan."
"Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah
pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami,
lindungilah kami dari api neraka, hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga,
terlebih jiwa yang sangat memerlukan pertolongan-Mu."
13 Agustus 1917: "Berdoalah, berdoalah dan
bawalah banyak korban bagi orang berdosa. Sebab betapa banyak yang masuk api
neraka karena tidak ada yang berdoa dan berkorban bagi mereka."
13 September 1917: "Dalam bulan Oktober aku
akan membuat suatu tanda heran, agar semua orang percaya. Aku akan datang
bersama St. Yusuf dan Kanak-kanak Yesus "
13 Oktober 1917:
Akulah Ratu Rosario dan aku ingin agar di tempat
ini didirikan sebuah kapel. Manusia juga harus mulai berdoa Rosario setiap
hari.Manusia harus memperbaiki kelakuannya serta memohon ampun atas
dosa-dosanya. MEREKA TIDAK BOLEH LAGI MENGHINA TUHAN YANG SUDAH BEGITU BANYAK
KALI DIHINAKAN."
21. Pembacaan William P. Saunders
Devosi Santa Perawan Maria dari Czestochowa
Paus Yohanes Paulus II mengunjungi tempat ziarah
Santa Perawan Maria dari Czestochowa dalam perjalanan pertamanya ke Polandia
pada tahun 1979. Beliau mengatakan, “Panggilan kepada seorang putera dari
Polandia ke Katedral St Petrus mengandung suatu bukti dan pertalian yang erat
dengan tempat kudus ini, dengan tempat ziarah pengharapan ini: Totus tuus (“Aku
sepenuhnya milikmu”), telah saya bisikkan begitu banyak kali dalam doa di
hadapan lukisan ini” (4 Juni 1979).
Devosi kepada Santa Perawan Maria dari
Czestochowa berpusat pada ikon Bunda Maria. Dilukis di atas kayu, ikon itu
sendiri menggambarkan Bunda Maria menunjuk dengan tangan kanannya, sementara
tangan kirinya menggendong Bayi Yesus. Secara teknis, gambaran Bunda Maria ini
dalam ikonografi diidentifikasikan sebagai Hodegetria. Seperti dalam ikon-ikon
lainnya, Yesus tampak bagaikan seorang dewasa kecil dalam gendongan BundaNya,
suatu gambaran yang mengingatkan umat beriman bahwa Yesus sepenuhnya dewasa
dalam kodrat ilahi-Nya. Seturut berlalunya waktu, akibat tak terlindungi dari
nyala lilin-lilin devosional, maka lukisan menjadi hitam, dan sebab itu Santa
Perawan Maria dari Czestochowa dikenal juga sebagai “Madonna Hitam”.
Menurut tradisi St Lukas yang melukis ikon
tersebut pada daun meja kayu buatan St Yosef, yang dibawa serta oleh Bunda
Maria ketika ia pindah ke Efesus dan tinggal dalam pemeliharaan St Yohanes
Rasul. Ingat bahwa St Lukas mencatat dalam Injilnya kisah terperinci mengenai
kabar sukacita, Maria mengunjungi Elisabet, Natal, Yesus dipersembahkan di Bait
Allah, dan Yesus diketemukan dalam Bait Allah, yang tidak kita dapati dalam
Injil-Injil lainnya, dan yang pastilah ia ketahui dari Bunda Maria sendiri. St
Helena disebut sebagai yang menemukan ikon ini pada awal tahun 300-an.
Theodorus Lector (± 530) menyebutkan tentang keberadaan ikon Hodegetria dalam
sebuah gereja di Konstantinopel sebelum tahun 450.
Pada tahun 988, ikon ini menjadi milik Puteri
Anna, puteri Kaisar Byzantine Basilus II dan isteri St Vladimir dari Kiev (±
975-1015), yang telah dipertobatkan dalam iman dan menjadi penguasa Rusia
pertama yang memeluk kekristenan. Pada tahun 1382, Pangeran Ladislaus Opolczyk
membawa ikon ke kastilnya di Belz. Di kemudian hari, ia bermaksud memindahkan
ikon ke tempat kelahirannya, yakni kota Opala. Dalam perjalanan ke Opala, ia
dan mereka yang menyertainya singgah dan bermalam di Czestochowa, sebuah kota
di sebelah selatan pusat Polandia di Sungai Warta. Keesokan harinya, kuda-kuda
yang dipasangkan pada kereta yang membawa ikon menolak bergerak maju, yang
ditafsirkan Pangeran Ladislaus sebagai suatu tanda ajaib bahwa ikon harus
tinggal di Czestochowa. Karenanya, ia mempercayakan ikon dalam pemeliharaan
para biarawan Paulite (Ordo Pertapa dari St Paulus), yang memiliki sebuah biara
di Jasna Gora (= Bukit Terang). Pada tahun 1386, Raja Jagiella (dikenal juga
sebagai Wladyslaw II) membangun sebuah gereja yang lebih indah bagi biara.
Laporan-laporan pertama mengenai mukjizat seputar penghormatan kepada ikon
didapati tertanggal 1402. Sekitar pada masa yang sama, umat beriman mulai
menyebut Maria sebagai “Penyembuh yang Sakit, Bunda Belas Kasihan dan Ratu
Polandia.” Segera saja, ratusan peziarah berdatangan demi menghormati ikon dan
memohon bantuan doa Bunda Maria.
Sebab itu, pada tahun 1430, kaum Hussite (kaum
bidaah pengikut John Hus yang menyangkal devosi kepada Bunda Maria dan
penghormatan ikon-ikon) menyerang tempat ziarah. Salah seorang dari kelompok
Hussite mencemarkan ikon dengan pedangnya; ia menorehkan tiga goresan pada pipi
kanan Bunda Maria. Setelah menorehkan goresannya yang terakhir, orang Hussite
itu sekonyong-konyong jatuh terkapar dan mati seketika. Sesungguhnya, peristiwa
ini mendorong devosi yang terlebih lagi kepada Santa Perawan Maria dari
Czestochowa.
Pada tahun 1655, Raja Charles Gustavus dari
Swedia bersama pasukannya menyerbu Polandia dan menaklukkan hampir seluruh
negeri. Pasukan Swedia ini diikuti oleh pasukan Rusia dan Tartar yang juga
menduduki sebagian wilayah Polandia. Namun demikian, ketika bala tentara Swedia
yang berjumlah sekitar 2000 orang menyerang biara di Czestochowa, para biarawan
Paulite menghalau mereka dan mensyukuri keberhasilan mereka sebagai berasal
dari perantaraan Santa Perawan Maria dari Czestochowa. Kemenangan ini mengubah
perang menjadi pertikaian antar agama: Katolik melawan Lutheran Swedia,
Orthodox Rusia dan Muslim Tartar. Dengan mengandalkan perlindungan Bunda Maria,
orang-orang Polandia bangkit kembali. Pada tanggal 3 Mei 1556, Raja Jan Casimir
membuat pernyataan kepada Santa Perawan Maria dari Czestochowa, “Aku, Jan
Casimir, Raja Polandia, menempatkan engkau sebagai Ratu dan Pelindung
Kerajaanku. Aku mempercayakan rakyatku dan bala tentaraku di bawah
perlindunganmu.” Dan kemenangan berhasil diraih. Sejak saat itu, Santa Perawan
Maria dari Czestochowa, Ratu Polandia, menjadi lambang nasionalisme, patriotisme
dan kebebasan beragama di Polandia. Iman dan patriotisme dipandang sebagai tak
terpisahkan dan “Demi Iman dan Tanah Air” menjadi seruan persatuan mereka.
Pada tanggal 14 September 1920, pada Pesta Salib
Suci, pasukan Rusia telah berada di Sungai Vistula, siap menyerbu Polandia.
Menurut tradisi, pasukan Rusia melihat suatu penampakan Santa Perawan Maria
dari Czestochowa di langit, hingga akhirnya mereka mengundurkan diri. Peristiwa
ini dikenal sebagai “Mukjizat Vistula.”
Pada masa pendudukan Nazi dan Komunis,
pemerintah melarang pergi ke tempat ziarah dan mengenakan hukuman yang berat
bagi mereka yang melanggar. Walau demikian, berjuta-juta umat beriman tetap
mengambil resiko itu demi menghormati Santa Perawan Maria dari Czestochowa.
Pada tanggal 26 Agustus 1982, pada perayaan
Santa Perawan Maria dari Czestochowa, Paus Yohanes Paulus II merayakan
peringatan 600 tahun kedatangan ikon dan penghormatan ikon Santa Perawan Maria
dari Czestochowa di Polandia. Dari kapelnya di Castel Gandolofo, yang memajang
lukisan Santa Perawan Maria dari Czestochowa, di altar utama, ia menyampaikan
suatu pesan istimewa kepada saudara-saudari setanahair, yang pada waktu itu
tengah berjuang demi kemerdekaan dari tirani komunis, “Saudara-saudari sebangsa
yang terkasih! Betapapun sulitnya kehidupan masyarakat Polandia sepanjang tahun
ini, kiranya kesadaran ini lekat dalam diri kalian bahwa hidup ini dipeluk oleh
Hati sang Bunda. Seperti ia menang dalam Maximilianus
Kolbe, Ksatria dari Immaculata, demikian pula kiranya ia menang
dalam kalian. Kiranya hati sang Bunda menang! Kiranya Bunda dari Jasna Gora
menang dalam kita dan melalui kita! Kiranya ia menang bahkan melalui
penderitaan dan kekalahan kita. Kiranya ia memastikan bahwa kita tidak akan
berhenti berusaha dan berjuang demi kebenaran dan keadilan, demi kebebasan dan
martabat dalam hidup kita. Tidakkah kata-kata Maria, “Apa yang
dikatakan (Putraku) kepadamu, buatlah itu!” berarti demikian pula?
Kiranya kuasa dengan sepenuhnya dinyatakan dalam kelemahan, sesuai nasehat
Rasul orang Kafir dan seturut teladan saudara sebangsa kita, Pastor
Maximilianus Kolbe. Ratu Polandia, aku di dekatmu, aku mengenangkanmu, aku
berjaga!”
22. Pembacaan Buku Harian Conchita
Gonzalez
Tentang Komuni Kudus
“Pada awal penampakan, Malaikat Mikhael memberi
kami hosti yang belum dikonsekrasikan. Kami telah makan sebelumnya, tetapi ia
memberikan hosti juga kepada kami. Ia melakukan ini untuk mengajarkan kepada
kami bagaimana menyambut Komuni. Suatu hari ia meminta kami untuk pergi ke
pepohonan pinus di pagi hari tanpa makan apapun dan dengan membawa seorang
gadis kecil bersama kami. Kami membawa serta seorang gadis kecil dan melakukan
apa yang ia minta kami lakukan. Ketika tiba di pepohonan pinus, malaikat
menampakkan diri kepada kami dengan sebuah piala yang tampak seperti emas. Ia
berkata: `Aku akan memberi kalian Komuni Kudus, tetapi kali ini Hosti telah
dikonsekrir. Daraskanlah “Saya Mengaku”'. Kami mendaraskannya dan lalu ia
memberi kami Komuni Kudus. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa sepatutnya kami
mengucap syukur kepada Allah. Ketika kami telah melakukannya, ia mengatakan
kepada kami untuk bersamanya mendaraskan doa `Anima
Christi'. Ini juga kami lakukan. Kemudian ia mengatakan: `Aku akan
memberi kalian Komuni lagi besok.' Dan ia pun pergi. Ketika kami
menceritakan ini kepada orang banyak, sebagian menjadi tidak percaya,
teristimewa para imam.
23. Pembacaan Buku Harian Conchita
Gonzalez
Tentang Imamat
Imamat merupakan pesan penting di Garabandal.
Dalam setiap penampakan, Santa Perawan Maria selalu meminta doa bagi para imam.
Ia menekankan pentingnya berdoa bagi para imam agar mereka kudus dan menghantar
yang lain pada kekudusan dngan teladan mereka. Ia mengatakan kepada kami
mengenai nilai seorang imam. Ia membandingkan seorang imam dengan seorang
malaikat dan mengatakan bahwa apabila kami melihat seorang malaikat dan seorang
imam hendaknyalah kami terlebih dahulu menyalami imam daripada malaikat. Ia
mengatakan bahwa itu karena imam mengkonsekrasikan, ia menggenggam Yesus
Kristus dalam tangan-tangannya sementara malaikat tidak. Aku juga ingat bahwa
pada waktu itu, banyak imam biasa datang, dan banyak dari antara mereka
mengenakan baju awam. Aku tidak tahu bagaimana, tetapi kami selalu tahu
siapa-siapa yang adalah imam, bahkan meski mereka ada di antara banyak orang.
Satu malam, sementara melihat Santa Perawan, ada banyak sekali orang. Santa
Perawan menyuruh kami untuk merentangkan tangan kami, jadi kami melakukannya.
Ketika telah usai, kami tahu bahwa semua kepada siapa kami telah memberikan
salib untuk dicium adalah imam dalam pakaian awam. Mengapakah sekarang banyak
imam meninggalkan Gereja? Sebab mereka tidak mengasihi Santa Perawan Maria.
24. Pembacaan Buku Harian Conchita
Gonzalez
Tentang Ekaristi dan Rosario
Bunda Maria terus-menerus mendorong kami untuk
sering mengunjungi Sakramen Mahakudus dan menunjukkan bagaimana menyambut
Ekaristi secara pantas. Santa Perawan menghantar kami nyaris setiap hari (dan
terkadang beberapa kali dalam sehari) untuk mengunjungi Sakramen Mahakudus di
gereja. Dan ketika otoritas diosesan setempat melarang kami memasuki gereja
dalam keadaan ekstase, Santa Perawan memerintahkan kami berlutut dalam ekstase
di depan pintu gereja, atau mengelilingi gereja, dengan mendaraskan rosario
sementara kami berjalan. Bunda Maria mengatakan bahwa adalah merupakan rahmat
yang terlebih besar menyambut Yesus [dalam Komuni Kudus] daripada
melihatnya. Santa Perawan juga meluangkan banyak waktu untuk mengajarkan
kepada kami bagaimana mendaraskan rosario dengan “pantas, dan perlahan. Ketika
kami tiba di altar. Santa Perawan memimpin dan mendaraskan doa terlebih dahulu
guna mengajarkan kepada kami bagaimana berdoa dengan perlahan. Setelah Aku
Percaya, ia mendaraskan Salam Ya Ratu dan lalu membuat tanda salib dengan
sangat perlahan dan sangat layak. Renungkanlah ini. Jika sesuatu adalah karya
Allah, Ia akan memastikan bahwa karya itu akan menang dengan cara terbaik
melewati segala rintangan. Allah yang mengerjakan segalanya. Terkadang Ia
bertindak melalui kita, tetapi ia dapat juga melewati kita untuk melakukan
mukjizat dan keajaiban besar. Apa yang perlu kita lakukan adalah berkurban
diri, setia dalam doa dan dalam mendaraskan Rosario Suci, dan sering
mengunjungi Sakramen Mahakudus.
25. Pembacaan Buku Harian Conchita
Gonzalez dan Mary Loli
Tentang Penitensi dan Kurban
Bunda Maria menjelaskan mengenai kurban dan
mengatakan bahwa kurban-kurban harus diingat setiap saat sepanjang hari, sebab
kita senantiasa ada di hadapan Allah… [Sekali waktu] kami mengenakan ikat
pinggang dengan kencang. Kami berusaha melakukan hal-hal yang dapat membuat
Bunda Maria melihat bahwa kami melakukan matiraga. Ia melihat, dan tersenyum,
mengatakan bahwa ini bukanlah penitensi yang ia maksud; jangan pernah menyakiti
diri kita sendiri, melainkan menerima apa yang Allah berikan kepada kita dalam
kehidupan sehari-hari… hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.” Santa
Perawan membuat kami tahu apabila seorang imam ada dalam keadaan dosa. Ia
membuat kami tahu bahwa imam tersebut membutuhkan banyak doa dan kurban. Ia
membuat kami memahami Penyaliban dalam Misa Kudus, sebab kami menjadi paham
akan kerendahan hati, kurban bagi dunia. Kami berbicara dengan Santa Perawan
dan memintanya untuk memberi kami salib untuk ditanggung demi para imam. Ia
mengatakan untuk menanggung segalanya dengan sabar dan rendah hati, yang adalah
apa yang paling menyukakan hati Allah. Berdoalah rosario setiap hari. Berdoalah
bagi para imam, sebab ada sebagian yang membutuhkan lebuh banyak kurban setiap
hari.'” Mengenai penitensi dan kurban. Penitensi adalah apa yang kita kenakan
pada diri kita sendiri, kurban adalah merelakan sesuatu sebagaimana ditawarkan
situasi. Misalnya, seorang mencela kita dan kita tidak membantah. Atau jika
kita menerima pukulan, kita mempersembahkannya kepada Allah.
26. Pembacaan Rohani tentang “Doa”
Mohon Pertolongan St Perawan Maria dari Guadalupe
Bunda tercinta, kami mengasihimu.
Kami berterima kasih atas janjimu untuk menolong
kami,
bila kami berada dalam kesesakan.
Kami mempercayakan diri ke dalam kasihmu
yang kuasa mengeringkan air mata dan menghibur
hati kami.
Ajarilah kami menemukan damai di dalam diri
Yesus Puteramu
dan berkatilah kami di sepanjang hari-hari hidup
kami.
Tolonglah kami membangun sebuah bait di dalam
hati kami.
Jadikanlah bait kami itu seindah bait yang telah
dibangun
di atas Gunung Tepeyac bagimu.
Suatu bait penuh penyerahan, pengharapan dan
cinta kasih kepada Yesus
yang terus berkembang setiap hari.
Bunda tercinta, Engkau memilih tinggal bersama
kami
dengan menghadiahkan gambar dirimu sendiri yang
amat ajaib dan suci
pada jubah Juan Diego.
Biarlah kami menikmati kehadiranmu yang penuh
kasih itu
apabila kami memandangi wajahmu.
Berilah kami keberanian seperti Juan
untuk menyampaikan pesan pengharapanmu kepada
semua orang.
Engkaulah Bunda kami dan sumber inspirasi kami.
Sudi dengarkanlah dan jawablah doa-doa kami.
Amin
3x Salam Maria.
27. Pembacaan Bernadette Soubirous
Tentang “KISAH PENAMPAKAN”
"Suatu hari saya dan dua gadis lain pergi
ke pinggir sungai Gave. Tiba-tiba saya mendengar bunyi gemerisik. Saya
mengarahkan pandangan ke arah padang yang terletak di sisi sungai, tetapi
pepohonan di sana tampak tenang dan suara itu jelas bukan datang dari sana.
Kemudian saya mendongak dan memandang ke arah gua di mana saya melihat seorang
perempuan mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna
terang. Di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat,
sama seperti warna biji-biji rosarionya.
Saya menggosok-gosok mata saya, kemudian saya
tergerak untuk memasukkan tangan saya ke dalam lipatan baju saya di mana
tersimpan rosario. Saya ingin membuat tanda salib, tetapi tidak bisa, tangan
saya lemas dan jatuh kembali. Kemudian perempuan itu membuat tanda salib.
Setelah usaha yang kedua saya berhasil membuat tanda salib meskipun tangan saya
gemetar. Kemudian saya mulai berdoa rosario sementara perempuan itu
menggerakkan manik-manik di antara jari-jarinya tanpa menggerakkan bibirnya
sama sekali. Setelah saya selesai mendaraskan Salam Maria, perempuan itu
tiba-tiba menghilang.
Saya bertanya kepada kedua gadis yang lain
apakah mereka melihat sesuatu, tetapi mereka mengatakan tidak. Tentu saja
mereka ingin tahu apa yang telah terjadi. Saya katakan kepada mereka bahwa saya
melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih yang indah, namun saya tidak tahu
siapa dia. Saya minta mereka untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun.
Mereka mengatakan saya bodoh karena memikirkan yang bukan-bukan. Saya katakan
bahwa mereka salah, dan saya merasa terdorong untuk kembali lagi ke sana hari
Minggu berikutnya.
Ketiga kalinya saya ke sana, perempuan itu
berbicara kepada saya dan meminta saya untuk datang selama lima belas hari.
Saya katakan saya bersedia datang. Kemudian perempuan itu meminta saya untuk
menyampaikan kepada imam agar sebuah kapel dibangun di sana. Ia juga meminta
saya minum dari sumber air. Saya pergi ke sungai Gave, satu-satunya sungai yang
ada di sana. Tetapi perempuan itu menyadarkan saya bahwa bukan Gave yang ia
maksudkan. Ia menunjuk ke sebuah aliran air kecil di dekat situ. Ketika saya
sampai di sana, saya hanya dapat menemukan beberapa tetes air dan banyak
lumpur. Saya menadahkan tangan untuk mendapatkan lebih banyak air, tetapi tidak
berhasil. Karenanya saya menggali tanah. Saya berhasil memperoleh beberapa
tetes air, baru setelah usaha yang keempat saya mendapatkan cukup air untuk
diminum. Kemudian perempuan itu menghilang dan pulanglah saya ke rumah.
Saya datang setiap hari selama lima belas hari,
dan setiap kali, kecuali hari Senin dan Jum'at, perempuan itu menampakkan diri.
Ia meminta saya mencari aliran sungai dan membersihkan diri di sana serta pergi
kepada imam meminta agar sebuah kapel didirikan di sana. Saya juga harus
berdoa, katanya, untuk pertobatan orang-orang berdosa. Berkali-kali saya
bertanya kepadanya apa arti semua itu, tetapi perempuan itu hanya tersenyum.
Akhirnya, dengan tangannya terentang dan matanya memandang ke langit, ia
berkata bahwa dialah "Immaculate Conception" (Yang Dikandung Tanpa
Dosa).
Selama lima belas hari itu, ia mengungkapkan
tiga buah rahasia kepada saya, tetapi saya tidak boleh mengatakannya kepada
siapa pun juga, dan sejauh ini saya taat kepadanya."
28. Pembacaan Naskah Devosi
“Novena Medali Wasiat”
Ya Santa Perawan Maria yang dikandung tanpa dosa,
Bunda Tuhan kami Yesus dan Bunda kami,
dengan mengandalkan perantaraanmu yang berdaya
kuasa
dan tak pernah sia-sia,
sebagaimana begitu sering terbukti melalui
Medali Wasiat,
kami anak-anakmu yang terkasih dengan penuh
kepercayaan memohon kepadamu untuk memperolehkan bagi kami rahmat dan
pertolongan yang kami mohonkan dalam novena ini, asal bermanfaat bagi jiwa-jiwa
kami yang fana,
dan jiwa-jiwa yang kami doakan.
(Sebutkan permohonan).
Engkau tahu, ya Maria, betapa sering jiwa kami
menjadi sanctuarium Putramu yang benci akan dosa. Sebab itu, sudi perolehkanlah
bagi kami kebencian mendalam akan dosa dan kerinduan akan kesucian hati yang
akan mengikatkan kami kepada Tuhan semata sehingga setiap pikiran, perkataan
dan perbuatan kami terarah demi kemuliaan-Nya yang terlebih lagi.
Perolehkanlah juga bagi kami semangat doa dan
penyangkalan diri agar dengan penitensi kami dapat memulihkan kembali apa yang
telah hilang akibat dosa dan pada akhirnya sampai ke tempat tinggal abadi di
mana engkau adalah Ratu para malaikat dan manusia. Amin.
"O Maria, yang dikandung tanpa dosa,
doakanlah kami yang berlindung padamu.” 3x
29. Pembacaan William P.
Saunders
Sejarah Medali Wasiat (The Miraculous Medal)
Kisah Medali Wasiat berawal dari penampakan
Bunda Maria kepada St Katarina Laboure,
seorang novis di rumah induk Suster-suster Puteri Kasih di Paris (yang masih
berdiri hingga sekarang di 140 Rue du Bac). St Katarina (1806-1876,
dikanonisasi 1947) adalah puteri seorang petani, yang kesembilan dari sebelas
bersaudara. Ketika usianya delapan tahun, ibunya meninggal dunia. Bahkan dalam
usia yang masih amat belia, St Katarina telah menunjukkan kasih yang istimewa
kepada Bunda Maria.
Sepeninggal ibunya, St Katarina memanjat sebuah
kursi agar dapat menggapai patung Bunda Maria di rumah mereka. Ia mendekapkan
patung itu ke dadanya sembari berkata, “Sekarang, Bunda Maria terkasih, engkau
akan menjadi ibuku.” Ia diserahi tugas mengurus rumah tangga, dan karena itu ia
tidak dapat mengenyam pendidikan formal di sekolah. (Saudara yang bungsu
menderita cacat dan membutuhkan perhatian terus-menerus.) Pada tanggal 22
Januari 1830, dalam usia 24 tahun, St Katarina menggabungkan diri dengan
Suster-suster Puteri Kasih yang didirikan oleh St
Vincentius de Paulo.
Pada malam hari 18 Juli 1830, St Katarina
melihat Bunda Maria duduk di tempat paduan suara di kapel rumah induk. St
Katarina sendiri mencatat peristiwa tersebut, yang diberinya judul, “Percakapan
bulan Juli dengan Santa Perawan, dari pukul 11.30 malam hari tanggal 18 hingga
pukul 1.30 dini hari tanggal 19, pada pesta St Vincentius.” Sepanjang waktu
itu, Bunda Maria berbicara kepadanya dan menyampaikan beberapa nubuat yang di
kemudian hari terbukti menjadi kenyataan. Bunda Maria mengatakan, “Anakku,
Allah yang baik hendak menugasimu dengan suatu misi. Engkau akan banyak
menderita, tetapi engkau akan mengatasi penderitaan-penderitaan ini dengan
merenungkan bahwa apa yang engkau lakukan adalah demi kemuliaan Allah. Engkau
akan mengetahui apa yang dikehendaki Allah yang baik. Engkau akan menderita
hingga engkau mengatakan kepada dia yang ditugasi untuk membimbingmu. Engkau
akan ditentang tetapi, janganlah takut, engkau akan beroleh rahmat. Katakanlah
dengan penuh kepercayaan segala yang terjadi dalam dirimu; katakan dengan
bersahaja. Percayalah. Jangan takut.”
Pada tanggal 27 November 1830, Bunda Maria
kembali menampakkan diri kepada St Katarina sekitar pukul 5.30 petang,
sementara Katarina bermeditasi bersama komunitas. St Katarina menggambarkan apa
yang dilihatnya, “Santa Perawan berdiri. Tingginya sedang; ia mengenakan busana
serba putih. Gaunnya seputih fajar, dibuat dalam model a la vierge, yaitu,
leher tinggi dan lengan-lengan baju yang sederhana. Sebuah kerudung putih
menutup kepala dan jatuh terjuntai di samping kedua kaki. Di bawah kerudung,
rambutnya, yang tergelung, diikat dengan sebuah ikat rambut berhias renda,
sekitar tiga sentimeter tingginya atau dua jari lebarnya, tanpa lipit, yang
bertengger ringan di atas rambut. Wajahnya terlihat jelas, malahan terlihat
amat jelas, dan begitu cantik jelita hingga rasanya mustahil bagiku untuk
menggambarkan keelokannya yang teramat menawan. Kedua kakinya berpijak di atas
sebuah bola dunia putih, maksudnya setengah bola dunia, atau setidaknya aku
melihatnya hanya setengah. Ada juga seekor ular, berwarna hijau dengan
tutul-tutul kuning. Kedua tangannya terangkat setinggi perut dan memegang,
dengan cara yang amat rileks dan seolah mempersembahkan kepada Allah, sebuah
bola emas dengan salib emas kecil dipuncaknya, yang melambangkan dunia. Matanya
sekarang terarah ke surga, dan sekarang terarah ke bawah. Wajahnya elok jelita
tiada tara hingga tak mampu aku menggambarkannya. Sekonyong-konyong, aku
melihat cincin-cincin pada jari-jemarinya, tiga cincin di masing-masing jari,
yang terbesar dekat pangkal jari, yang berukuran sedang di tengah, yang
terkecil di ujung. Masing-masing cincin bertahtakan permata, sebagian lebih
indah dari yang lain; permata-permata yang lebih besar memancarkan
berkas-berkas sinar yang lebih besar sementara permata-permata yang lebih kecil
memancarkan berkas-berkas sinar yang lebih kecil; berkas-berkas cahaya dari
segala penjuru membanjiri bagian bawah, sehingga aku tak dapat lagi melihat
kaki Santa Perawan.”
Bunda Maria kemudian menjelaskan kepada St
Katarina simbolisme sehubungan dengan penampakannya: “Bola ini yang engkau
lihat melambangkan seluruh dunia, khususnya Perancis, dan setiap orang secara
istimewa. [Sinar-sinar kemilau] adalah lambang rahmat-rahmat yang aku limpahkan
atas mereka yang memohonnya. Permata-permata yang darinya tidak terpancar sinar
adalah rahmat-rahmat yang lupa dimohonkan oleh jiwa-jiwa.” Sebuah bingkai yang
sedikit oval mengelilingi Bunda Maria, di atasnya tertulis kata-kata dalam
huruf-huruf emas: “O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang
berlindung padamu.” Gambar ini dengan jelas mengidentifikasikan Bunda Maria
sebagai Yang Dikandung Tanpa Dosa dan Mediatrix (= Perantara) Rahmat. Pada
tahun 1854, Beato Paus Pius IX secara khidmad memaklumkan Dogma Santa
Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa, yakni “… bahwa perawan tersuci
Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh
pilihan Allah yang Mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia,
telah dibebaskan dari segala noda dosa asal…” (Ineffabilis Deus).
Bunda Maria kemudian memerintahkan kepada St
Katarina agar sebuah medali dibuat seturut gambar ini. Di sisi belakang medali
hendaknya terdapat sebuah M yang besar dengan sebuah palang dan sebuah salib di
puncaknya; di bawah M terdapat Hati Yesus dimahkotai duri, dan Hati Maria
ditembusi sebilah pedang. Bunda Maria juga mengatakan, “Mereka semua yang
mengenakan medali ini akan menerima rahmat-rahmat istimewa; hendaknya mereka
mengenakannya pada leher. Rahmat akan dicurahkan secara berlimpah ruah kepada
mereka yang mengenakannya dengan penuh kepercayaan.” Dengan persetujuan Uskup
Agung de Quelen dari Paris, 1500 medali pertama dibuat pada tanggal 30 Juni
1832. Oleh karena banyaknya anugerah yang diterima umat beriman, medali ini
segera dikenal sebagai ajaib, “Miraculous Medal” atau “Medali Wasiat”. Setelah
suatu penyelidikan kanonik di Paris (1836) mengenai penampakan, medali
dimaklumkan sebagai berasal dari yang adikodrati.
Mengenai Medali Wasiat, Pater Rene Laurentin,
salah seorang Mariolog terbesar dalam jaman kita, mengatakan, “Bagian depan
menyatakan terang, penerangan Tuhan atas dia yang telah dipilih-Nya sebagai
model keselamatan yang ditawarkan kepada segenap umat manusia dalam Yesus
Kristus, agar semuanya menjadi terang dalam terang-Nya. Bagian belakang menyatakan
wajah keras dan tersembunyi dari pesan: kasih dan Salib, sumber keselamatan,
sebagaimana digambarkan oleh Sengsara Tuhan kita dan Belas Kasih Bunda Maria
agar semua orang diundang untuk ikut ambil bagian.” Sementara kita merayakan
Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa pada tanggal 8 Desember, dan
mengenangkan penampakan Bunda Maria kepada Katarina Laboure, marilah kita
mengarahkan hati kepada Bunda Maria, yang senantiasa rindu menghantar kita
untuk terlebih akrab dengan Putra Ilahinya, Juruselamat kita Yesus Kristus.
Dengan doa-doa serta teladannya, kiranya Santa Perawan Maria, yang penuh rahmat
dan dikandung tanpa dosa, membimbing kita di sepanjang jalan kekudusan.
Salve, Regine, Mater
misericordiae! Vita, Dulcedo, et Spes nostra! salve. Ad te clamamus,
exsules filii Evae. Ad te suspiramus, gementes et flentes in hac lacrymarum
valle. Eia ergo, Advocata nostra! illos tuos misericordes oculos ad nos
converte. Et Jesum, benedictum Fructum ventris tui, nobis post hoc
exsilium ostende, o clemens, o pia, o dulcis Virgo Maria!
Salam, ya Ratu, ya Bunda
Kerahiman! Salam hidup kami, penghiburan kami, dan pengharapan kami. Kami,
anak-anak buangan Hawa, berseru kepadamu. Kepadamu kami menyampaikan
keluh-kesah, rintihan, dan tangisan kami di lembah airmata ini. Mari, sudilah
datang, ya pembela kami, dan pandanglah kami dengan mata belas kasihanmu. Dan
sesudah pembuangan kami ini, tunjukkanlah kepada kami Yesus, buah tubuhmu; ya
Perawan Maria yang rahim, penuh belas kasihan dan manis.
30. Pembacaan St.Alfonsus de Liguori
Tentang Yesus dan Maria
Penebus dan Tuhan-ku terkasih Yesus Kristus.
Aku, hamba-Mu yang malang, yang mengerti benar betapa kesukaan yang ia berikan
kepada-Mu yang berupaya memuliakan BundaMu yang tersuci, yang paling Kau kasihi
begitu rupa; yang tahu pula, betapa Engkau ingin melihat BundaMu dikasihi dan
dihormati oleh semua orang, telah memutuskan untuk mempublikasikan karyaku ini,
yang membicarakan kemuliaannya. Akan tetapi, aku tidak tahu, kepada siapakah
aku dapat terlebih baik mempercayakannya selain dari kepada-Mu, yang
memunculkan begitu banyak kemuliaannya dalam hati. Oleh sebab itu, kepada-Mu
aku mempersembahkan dan mempercayakan karya ini. Terimalah penghormatan kecil
ini demi kasihku kepada-Mu dan kepada BundaMu terkasih. Sudilah Engkau
melindunginya dengan mencurahkan atas semua orang yang membacanya, terang
kepercayaan dan api kasih terhadap Perawan Immaculata ini kepada siapa Engkau
telah menempatkan pengharapan dan yang telah Engkau jadikan pengungsian bagi
mereka semua yang telah ditebus. Dan sebagai ganjaran atas kerjaku yang hina
ini, anugerahilah aku, aku mohon kepada-Mu, kasih kepada Maria, yang, dengan
sarana buku ini, rindu aku nyalakan dalam hati semua orang yang membacanya.
Dan sekarang aku berpaling kepadamu, ya Perawan
dan Bunda Maria-ku yang termanis. Engkau tahu benar bahwa, sesudah Yesus, aku
menempatkan seluruh pengharapan keselamatanku padamu; sebab aku tahu bahwa
semua yang baik - pertobatanku, panggilanku untuk menyangkal dunia dan segala
rahmat lain yang telah aku terima dari Allah - semuanya diberikan kepadaku
melalui engkau. Engkau tahu bahwa demi melihatmu dikasihi oleh semua orang
sebagaimana layak bagimu, dan juga sebagai tanda syukur terima kasih atas
banyaknya kebaikan yang telah engkau limpahkan atasku, aku selalu berupaya
dalam khotbah-khotbahku, di hadapan umum maupun secara pribadi, untuk
menanamkan dalam semua orang devosi yang manis dan bermanfaat kepadamu. Aku
berharap dapat terus melakukannya hingga hembusan napas terakhirku, akan tetapi
usia lanjut dan kesehatan yang rapuh telah mengingatkanku bahwa aku hampir tiba
di akhir ziarahku dan di pintu masuk kekekalan; dan sebab itu aku berharap,
sebelum wafat, untuk meninggalkan buku ini kepada dunia, agar sebagai gantiku
buku ini dapat terus mewartakan engkau, dan mendorong yang lain untuk
memaklumkan kemuliaanmu, dan belas kasihan lembut yang engkau tunjukkan kepada
mereka yang engkau bela. Aku percaya, ya Ratu-ku terkasih, bahwa hadiah kecil
ini, yang adalah hadiah kasih, meski jauh di bawah layak bagimu, namun berkenan
di hatimu yang paling yang lembut. Maka, ulurkanlah, tangan termanis dengan
mana engkau telah menarikku dari dunia dan membebaskanku dari neraka, dan
terimalah dan rawatlah sebagai milikmu sendiri. Namun demikian, pada saat yang
sama engkau patut tahu bahwa aku mengharapkan suatu ganjaran atas persembahan
kecilku ini; dan itu adalah, bahwa sejak dari hari ini dan seterusnya aku boleh
mengasihimu lebih dari sebelumnya, dan bahwa setiap orang ke dalam tangan siapa
karya ini sampai, ia serta merta dikobarkan dengan kasih kepadamu; dan bahwa
kerinduannya untuk mencintaimu, dan melihatmu dicintai oleh yang lain, semakin
bertambah-tambah, agar ia dapat bekerja dengan segenap cinta kasih untuk
mewartakan dan menganjurkan, sejauh ia mampu, puji-pujian kepadamu, dan
kepercayaan pada perantaraanmu yang paling berdaya guna. Amin.
“kepenuhan segala rahmat
yang ada dalam Kristus
datang ke dalam Maria,
meski dalam suatu cara
yang berbeda”
“In Christo fuit
plenitude gratiae,
sicut in capite influente;
in Maria vero, sicut in
collo transfundente"
(St Sofronius)
Memorare kepada Santa Perawan Maria dari La Salette
Ingatlah, ya Santa Perawan Maria dari La Salette, Bunda Dukacita
sejati, akan airmata yang engkau curahkan bagi kami di Kalvari. Ingatlah pula
akan kasih sayang pemeliharaanmu agar kami tetap setia kepada Kristus, Putramu.
Setelah berbuat begitu banyak bagi anak-anakmu, engkau tidaklah akan
meninggalkan kami sekarang. Terhibur oleh pemikiran yang menenangkan hati ini,
kami datang memohon kepadamu, kendati ketidaksetiaan dan tidak tahu terima
kasih kami. Perawan Pendamai, janganlah kiranya engkau menolak doa-doa kami,
melainkan jadilah perantara kami, perolehkanlah bagi kami rahmat untuk
mengasihi Yesus di atas segala-galanya. Kiranya kami boleh menghibur engkau
dengan mengamalkan hidup kudus dan dengan demikian boleh ikut ambil bagian
dalam hidup kekal yang Kristus perolehkan bagi kami melalui salib-Nya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar