"Ecclesia
semper reformanda-Gereja harus senantiasa diperbarui". Itulah jawaban iman
mengapa Yesus "membersihkan" Bait Allah hari ini. Novelis Katolik,
Ayu Utami mlukiskan Yesus yg marah: mataNya melotot+rambut brdiri
berkibar-kibar dg tangan yg menunjuk berang (Buku "PASAR", RJK,
Kanisius).
Bagi Yesus, Bait Allah/Gereja adalah rumah damai ("domus pacis"), dimana tidak ada intrik taktik konflik+olak-alik kpentingan. Tapi secara real, seperti kata Goenawan Mohamad, Gereja yang mistik juga sekaligus Gereja yang kadang punya banyak politik+intrik. Hal ini berarti bahwa Gereja tidak selalu tulus+murni tapi kadang malahan dijadikan "kendaraan duniawi/instrumen bisnis" bagi kepentingan pribadi/"proyek" sekelompok orang: Ketika para umat saling berselisih dan para imamnya tak lagi punya welaskasih. Ketika para aktivisnya malah menjadi "LIPI-Lembaga Intrik Penyebar Isu". Ketika karyanya jauh dari kedekatan dengan orang kecil dan melulu sibuk pada urusan dunia dan rapat aktualisasi diri. Ketika Gereja asyik mencari profit dna sibuk menjual "kambing", "domba" "bandot"+"burung surgawi" sehingga malahan melupakan tugas pemeliharaan jiwa-jiwa. Gereja jelasnya hanya hadir sebagai "pabrik kata-kata". Hampa dan tak berjiwa.
Hari inilah, ketika "pasar" lebih cerdik daripada ular dan berlagak sok tulus seperti merpati, Yesus mengajak Gereja dan terlebih diri kita masing-masing untuk senantiasa ber-"reformatio vitae": membersihkan hati dari pelbagai dosa dan nista, karnu bukankah Ia juga menjadikan diri kita sebaga Bait Allah? (1Kor 3:16). Disinilah Yesus menghadirkan Gereja sebagai "locus fides": tempat untuk mengakui iman/lex credendi, merayakan iman/lex celebrandi sekaligus mewujudkan iman dengan doa dan karya/lex orandi et vivendi dengan budi yang tulus dan hati yg murni.
"Jatuh hati 3xsehari, bersihkanlah hati stiap hari."
Selamat pagi. Tuhan memberkati+Bunda mrestui. Fiat Lux! (RJK)
Bagi Yesus, Bait Allah/Gereja adalah rumah damai ("domus pacis"), dimana tidak ada intrik taktik konflik+olak-alik kpentingan. Tapi secara real, seperti kata Goenawan Mohamad, Gereja yang mistik juga sekaligus Gereja yang kadang punya banyak politik+intrik. Hal ini berarti bahwa Gereja tidak selalu tulus+murni tapi kadang malahan dijadikan "kendaraan duniawi/instrumen bisnis" bagi kepentingan pribadi/"proyek" sekelompok orang: Ketika para umat saling berselisih dan para imamnya tak lagi punya welaskasih. Ketika para aktivisnya malah menjadi "LIPI-Lembaga Intrik Penyebar Isu". Ketika karyanya jauh dari kedekatan dengan orang kecil dan melulu sibuk pada urusan dunia dan rapat aktualisasi diri. Ketika Gereja asyik mencari profit dna sibuk menjual "kambing", "domba" "bandot"+"burung surgawi" sehingga malahan melupakan tugas pemeliharaan jiwa-jiwa. Gereja jelasnya hanya hadir sebagai "pabrik kata-kata". Hampa dan tak berjiwa.
Hari inilah, ketika "pasar" lebih cerdik daripada ular dan berlagak sok tulus seperti merpati, Yesus mengajak Gereja dan terlebih diri kita masing-masing untuk senantiasa ber-"reformatio vitae": membersihkan hati dari pelbagai dosa dan nista, karnu bukankah Ia juga menjadikan diri kita sebaga Bait Allah? (1Kor 3:16). Disinilah Yesus menghadirkan Gereja sebagai "locus fides": tempat untuk mengakui iman/lex credendi, merayakan iman/lex celebrandi sekaligus mewujudkan iman dengan doa dan karya/lex orandi et vivendi dengan budi yang tulus dan hati yg murni.
"Jatuh hati 3xsehari, bersihkanlah hati stiap hari."
Selamat pagi. Tuhan memberkati+Bunda mrestui. Fiat Lux! (RJK)
0 komentar:
Posting Komentar