Menarik mencermati judul buku ini “Her-Story”
karya Romo Jost Kokoh ini, yang meskipun tidak ditulis secara tersurat, namun
secara tersirat bisa dibedakan dengan “His-Story,”. Menarik karena kedua kata
tersebut menggunakan bahasa asing, Bahasa Inggris. Kita semua menyadari bahwa
His-Story mempunyai relevansi dengan History yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi Sejarah. Pertanyaan yang terbersit di dalam benak adalah mengapa Judul
Buku ini tidak menggunakan kata Bahasa Indonesia Sejarah melainkan Bahasa
Inggris “Her-Story”?
Kata Sejarah tidak dapat mengungkapkan makna dan pesan yang hendak disampaikan di dalam buku ini. Bahasa Indonesia kurang menekankan pada pembedaan makna berbasiskan gender jika dibandingkan dengan Bahasa Inggris. Sehingga buku ini perlu meminjam istilah Bahasa Inggris untuk menyampaikan apa yang justru menjadi kabar terpenting kalau bukan kabar gembira, bahwa Sejarah Gereja Katolik adalah juga merupakan kumpulan dari “Her-Story,”.
Kata Sejarah tidak dapat mengungkapkan makna dan pesan yang hendak disampaikan di dalam buku ini. Bahasa Indonesia kurang menekankan pada pembedaan makna berbasiskan gender jika dibandingkan dengan Bahasa Inggris. Sehingga buku ini perlu meminjam istilah Bahasa Inggris untuk menyampaikan apa yang justru menjadi kabar terpenting kalau bukan kabar gembira, bahwa Sejarah Gereja Katolik adalah juga merupakan kumpulan dari “Her-Story,”.
Buku “Her-Story” karya Romo Jost Kokoh ini adalah serangkaian kisah pemaknaan kaum perempuan terhadap spiritualitas Katolik yang mencakup sebagian besar dari untaian kisah yang digambarkan dengan menarik disini. Mungkin pengecualian adalah kisah Kartini yang merepresentasikan kisah perempuan priyayi Jawa pada awal abad lalu. Meskipun Gereja Katolik secara resmi mengakui peran penting kaum perempuan tetapi kerap timbul berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan peran kaum perempuan secara nyata di dalam Gereja Katolik. Sebagai contoh misalnya, kisah mengenai “Paus” Yohana, Santa Maria Magdalena, dan Dorothy Day yang untuk sebagian kalangan masih terus diperdebatkan hingga kini. Sungguh patut dihargai bahwa Romo Jost Kokoh, seorang imam dari Keuskupan Agung Jakarta, memasukkan ketiga kisah tersebut di dalam “Her-Story,”.
Hampir sebagian besar perempuan yang dikisahkan di dalam “Her-Story” ala Romo Jost Kokoh ini adalah perintis berbagai konggregasi biarawati di dalam Gereja Katolik yang mempunyai kekhasan pemaknaan masing-masing terhadap spiritualitas Katolik. Pada umumnya mereka mempunyai aturan masing-masing yang dijadikan landasan konstitusi dari setiap konggregasi dan sesuai dengan Hukum Gereja Katolik. Di dalam Gereja Katolik yang berusia sekitar 20 abad ini dengan struktur dan hirarki yang jelas serta peran kaum laki-laki yang dominan, buku “Her-Story,” ini bisa memberikan suatu alternatif terhadap gambar yang dominan dan seringkali tanpa disadari, dipersepsikan sebagai “satu-satunya” kenyataan yang ada.
Gereja Katolik adalah Gereja yang Universal baik bagi kaum perempuan maupun kaum laki-laki. Buku “Her-Story,” ini memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemahaman dan penghargaan kita bersama akan keberagaman pemaknaan terhadap Spiritualitas Katolik khususnya yang berbasiskan gender. Keperempuanan mereka yang dikisahkan di dalam buku ini turut mempengaruhi bagaimana mereka memaknai spritualitas Katolik baik disadari maupun tidak disadari oleh mereka sendiri.
Di dalam Gereja Katolik, kumpulan “His-Story,” kerap tanpa disadari dipersepsikan sebagai “Sejarah”. Adanya dominasi dan relasi kekuasaan telah menyebabkan hal ini terjadi. Buku “Her-Story,” karya Romo Jost Kokoh ini dapat membantu kita bersama untuk menyadari bahwa ada beragam kisah yang turut membentuk Gereja Katolik. Kisah-kisah kaum perempuan dari beragam latar belakang yang dengan cara mereka masing-masing telah berkontribusi secara khas terhadap Gereja Katolik baik dilihat dari “Sejarah” maupun spiritualitasnya. Semoga akan semakin banyak dan semakin beragam kisah yang telah turut memperkaya Gereja Katolik dikisahkan sehingga kita semua bisa menghargai keberagaman kisah dan kekayaan makna yang telah kita warisi bersama dan bisa menjadi landasan bagi tindak lanjut yang nyata di dalam hidup bermasyarakat termasuk ke arah perubahan sosial yang lebih adil dan setara.
Jakarta, Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga
DR.Francisia SSE Seda Ph.D
Staf Pengajar Tetap FISIP Universitas Indonesia dan
Staf Pengajar Luar Biasa STF Driyarkara.
0 komentar:
Posting Komentar