“Door
nacht tot licht. Door storm tot rust. Door strijd tot eer Door, leed tot lust-
Habis malam datanglah siang. Habis topan datanglah reda. Habis perang datanglah
menang. Habis duka datanglah suka.”
Inilah
salah satu bagian antologi surat Kartini yang berjudul "Door Duisternis
tot Licht", di mana Kartini juga dianggap sebagai pembawa obor pencerahan.
Memang, sepanjang sejarah dunia & gereja, ada banyak pembawa obor dari kaum
hawa yang menonjol, entah dalam hal kesucian
hidupnya, kepeloporan dalam hal pembaruan gereja+dunia, menjadi pembawa damai,
pekerja sosial, perintis emansipasi, perawat, pendidik, melayani orang
miskin dan tersisih, sebagai mistikus/nabiah dsb.
Di balik
itu semua, kata perempuan punyai akar kata: "empu/guru kehidupan".
Realnya? Banyak perempuan yang mengalami diskriminasi, lekat dengan banyak stereotif:
- "3 m", macak/dandan, masak, manak/melahirkan.
- "3 ur", dapur- sumur- kasur
- "4 wa", wadah, wadi, waduk,wadon.
- "5 ah", tunggu omah, olah-olah, momong bocah, asah-asah, mlumah2. (jaga rumah, masak, asuh anak, menyuci, melayani suami).
Realnya? Banyak perempuan yang mengalami diskriminasi, lekat dengan banyak stereotif:
- "3 m", macak/dandan, masak, manak/melahirkan.
- "3 ur", dapur- sumur- kasur
- "4 wa", wadah, wadi, waduk,wadon.
- "5 ah", tunggu omah, olah-olah, momong bocah, asah-asah, mlumah2. (jaga rumah, masak, asuh anak, menyuci, melayani suami).
Yang
pasti, seorang perempuan punyai tempat dalam masyarakat dan gereja bukan melulu
karena keperempuannya yang demikian khas, tapi karena kepribadiannya sebagai
warga masyarakat & gereja dan yang lebih penting lagi karena nilai dari
tugas2 bermanfaat yang berhasil diselesaikannya, begitulah ujaran feminis
Rusia, Aleksandra Mikhailovna.
Dalam
bahasa Romo Mangun, esensi perempuan juga sebenarnya ada pada rahim dan cita
rasanya menghadapi suami, anak-anak dan kehidupannya. Kerahimannya adalah salah
satu lambang religiositas karena rahim itu mengemban & menumbuhkan benih
kehidupan.
Jelas, bahwa kaum perempuan adalah roh pengemban kehidupan. Maka, kalau dulu, ada slogan Perancis, "Cherchez la femme: carilah perempuan!" Di mana, perempuan dicari untuk menjadi (dijadikan) biang keladi/kambing hitam, maka kini, kita diajak lagi berkata, "Cherchez la femme!"
Jelas, bahwa kaum perempuan adalah roh pengemban kehidupan. Maka, kalau dulu, ada slogan Perancis, "Cherchez la femme: carilah perempuan!" Di mana, perempuan dicari untuk menjadi (dijadikan) biang keladi/kambing hitam, maka kini, kita diajak lagi berkata, "Cherchez la femme!"
Kita mencari perempuan bukan lagi sebagai "problem maker" tapi lebih sebagai "problem solver!"
Salam
HIKers.
Tuhan berkati & Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).
0 komentar:
Posting Komentar