(Jumat Pertama, 6
Febr 2015, jam 15.10)
“Saat seseorang berpulang, segumpal awan menjelma menjadi malaikat, dan melayang ke surga meminta Tuhan untuk meletakkan setangkai bunga di atas sebuah bantal.
Sang burungpun menyampaikan pesan itu ke bumi dan melantunkan seuntai doa yang menyebabkan hujan menangis.
Mereka memang harus pergi, tapi mereka tidak benar-benar pergi.
Roh mereka di atas sanalah yang menidurkan matahari, membangunkan rerumputan dan memutar bola dunia.
Kadang kau dapat melihat mereka menari di dalam awan di siang hari di saat mereka seharusnya nyenyak tertidur.
Mereka melukis keindahan pelangi dan juga temaram matahari senja dan membangunkan ombak di lautan.
Mereka melambungkan bintang jatuh dan mendengarkan semua harapan, nyanyian mereka merdu dalam hembusan angin, berbisik pada kita,
“Jangan terlalu sedih. Pemandangan di sini indah dan aku baik-baik saja”
****
Jauh ku kayuh perahu
Susuri buih tiada jemu
Dalam aku menyelam
Mencari mutiaraMu yang karam
Tinggi tangan meraih
Tali-tali illahi tiada henti
Lelah jiwa berkelana
Mengembara dalam fatamorgana
Tabah !
Hati mencoba menanti panggilan
Menunggu giliran
****
Kukatakan saja mulai sekarang
Akhirnya kau akan kutinggalkan
Karena Dia memberi sayap-sayap untuk terbang
Terbang ke sana, ke balik awan-awan
Pada suatu hari kau akan kutinggalkan
Bukan lantaran kau terlalu lambat
Bukan lantaran kau terlalu cepat terbang
Tapi lantaran kau akan terbang lewat jalurmu sendiri
Sayap-sayap rapuh yang lebar dan panjang
Dan terbang sendiri,
itulah kita
Kukatakan saja mulai sekarang
Suatu hari kau akan terbang sendiri
Jangan tanya aku terbang ke mana
Kau sudah tahu, kita ke sana...
****
Sebab janji Allah adalah kehidupan bukan kematian,
sebab cuma melalui mati orang mencicipi hidup abadi.
Selamat jalan bu Djujuk.
Slmt ber-istirahat dalam damai Tuhan.
Doa+kasih kami menyertai.
Berkah Dalem.
(YOS-Yayasan Oikumene Surakarta)
@RmJostKokoh.
0 komentar:
Posting Komentar