KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL PANGGILAN DAN PERUTUSAN KELUARGA DALAM GEREJA DAN MASYARAKAT INDONESIA YANG MAJEMUK
1. PENDAHULUAN
Pada SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia) I tahun 2000, tema SAGKI terarah pada perwujudan dan pemberdayaan Komunitas Basis menuju Indonesia baru. Gereja Indonesia berharap kehidupan umat dapat tumbuh semakin utuh dan dengan demikian impian kita mengenai Gereja yang kontekstual dapat diwujudkan. Arah SAGKI tahun 2000 tersebut masih diteruskan kembali dalam SAGKI II tahun 2005 dengan harapan Gereja Indonesia dapat Bangkit dan Bergerak dalam upayanya membentuk keadaban publik baru bangsa.
Menegaskan kembali panggilan perutusan Gereja, maka SAGKI 2010 mengambil tema: Ia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam Kelimpahan (bdk. Yoh 10:10).
SAGKI ke-IV tahun 2015 meneruskan cita-cita dalam SAGKI sebelumnya dengan secara khusus memberi perhatian kepada panggilan dan perutusan keluarga sebagai Ecclesia domestica agar mewartakan Sukacita Injil dalam Gereja dan masyarakat. Tema SAGKI ke-IV ini sejalan dengan perhatian dari Gereja universal yang memberikan fokus perhatian pada pastoral keluarga. Diawali dengan Sinode Luar Biasa di Roma pada tanggal 5-20 oktober 2014 di yang mengambil tema “Tantangan-Tantangan Keluarga dalam konteks Evangelisasi”, Para bapa Sinode melihat betapa besarnya tantangan-tantangan dan krisis-krisis yang terjadi dalam institusi terkecil dari Gereja tersebut. Begitu besarnya perhatian akan pastoral keluarga ini, Sinode biasa pada tanggal 4-25 Oktober 2015 di Roma meneruskan kembali refleksi tentang pastoral Keluarga dengan tema: “ Panggilan dan Perutusan Keluarga dalam Gereja dan Dunia zaman ini. Namun sebelum sinode biasa ini berlangsung, pada bulan September 2015, diselenggarakan dahulu Pertemuan Keluarga Sedunia di Philadelphia dengan tema: “Love Is Our Mission: The Family Fully Alive.”
Sejalan dengan fokus perhatian tentang keluarga ini, kiranya SAGKI ke-IV tahun 2015 menjadi tahun rahmat bagi Gereja Indonesia untuk meneguhkan Ecclesia Domestica dalam mengemban tugas perutusannya di tengah masyarakat.
Keluarga adalah Gereja kecil yang dipanggil untuk menumbuhkan benih iman dan sukacita injil bagi anggotanya dan bagi keluarga lain. Sebagai ecclesia domestica, keluarga menyadari identitas, panggilan dan perutusannya di dunia ini sebagaimana yang diamanat Paus Yohanes Paulus II dalam Amanat Apostolik Familiaris Consortio, no 17 diungkapkan: “Dalam rancangan Allah, Sang pencipta dan penebus, keluarga bukan hanya menemukan jati dirinya, keluarga itu apakah sebenarnya, melainkan juga perutusannya, yakni apa yang dapat dan harus dijalankannya”.
Jelaslah bahwa ketika keluarga merenungkan panggilan dan jatidirinya, serentak juga merenungkan perutusannya. Keluarga Katolik dipanggil untuk secara aktif dan penuh tanggungjawab terlibat dalam misi Gereja, khususnya dengan menampilkan jati diri dan misinya sebagai persekutan hidup dan kasih.
Dalam iman akan Allah yang menyelenggarakan persatuan suami isteri dalam ikatan cinta dan sakramen, pasangan suami isteri mampu menemukan dan mengagumi penuh syukur dan gembira berkat kemurahan Allah yang dianugerahkan kepada dalam perkawinan mereka dengan menjadikannya lambang dan tempat pertemuan perjanjian cinta kasih Allah dan manusia.
Keluarga katolik adalah garam dan terang bagi masyarakat yang tetap harus memancarkan cahaya iman dan memberi rasa bagi dunia sekarang ini. Keluarga hendaknya semakin hari semakin tumbuh sebagai persekutuan umat beriman dan mewartakan injil dan berbuah banyak dalam mengajarkan kesetiaan, kasih yang tulus dan solidaritas satu sama lain, terutama di tengah tantangan kehidupan yang tidak mudah. Kesulitan dan tantangan dalam hidup berkeluarga di jaman ini dapat dilihat dari krisis-krisis yang mendalam di keluarga sebagaimana yang diungkapkan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium no. 66: “…. keluarga sedang mengalami krisis budaya yang luar biasa, sebagaimana halnya dengan semua ikatan komunitas dan sosial. Dalam kasus keluarga, melunturnya ikatan-ikatan ini sungguh serius karena keluarga adalah sel dasar masyarakat, dimana kita meskipun berbeda, belajar hidup bersama orang lain dan menjadi milik satu sama lain; keluarga juga merupakan tempat dimana orangtua mewariskan iman kepada anak-anak mereka. Perkawinan masa kini cenderung dipandang sebagai bentuk kepuasan emosional belaka yang dapat dibangun dan diubah sekehendaknya sendiri …dst).
Dalam konteks Indonesia, tantangan itu tercermin dalam multikulturalisme, dimana budaya, adat, gaya hidup, globalisasi, mentalitas sangat mempengaruhi pola relasi dan keharmonisan dalam keluarga. Banyak tradisi baik dalam keluarga yang hilang (de-tradisionalisasi nilai dalam keluarga). Banyaknya kegagalan dalam rumah tangga yang diakibatkan karena ekonomi, perceraian, ketidakdewasaan suami isteri menghancurkan kesatuan keluarga.
Di tengah tantangan-tantangan dan krisis dalam kehidupan keluarga dewasa ini, Keluarga Kristiani mendapatkan panggilan khusus untuk menyatakan dan mengungkapkan perjanjian Paskah Kristus dengan terus menerus memancarkan kegembiraan cinta dan kepastian harapan akan kehidupan yang indah bersama Allah dalam kesatuan Sakramen dan berpolakan cinta pengorbanan Kristus. Dengan perjanjian cinta, suami isteri ikut serta dalam pengorbanan salib Kristus yang dipersembahkan untuk dunia, dikonkretkan dalam pengorbanan kasih suami isteri demi kebahagiaan dan keselamatan satu sama lain.
Paus Yohanes Paulus II dalam Surat Kepada Keluarga-Keluarga pada tahun 1994 no. 18 memberikan peneguhan kepada keluarga-keluarga Kristiani: “Keluarga-Keluarga terkasih, kamu juga hendaknya jangan takut, hendaknya selalu siap memberi kesaksian mengenai harapan yang ada dalam dirimu (bdk 1Petrus 3,15), karena gembala baik telah meletakkan pengharapan tadi dalam hatimu dengan pengantaraan Injil.
Sidang KWI tanggal 03-13 November 2014 yang lalu memutuskan bahwa tahun 2015 akan diadakan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia yang keempat. Rapat Presidium KWI tanggal14 November 2014 memutuskan bahwa penanggungjawab pelaksanaan SAGKI IV Senin sampai Jumat, tanggal 2 – 6 November 2015 di via Renata Cipanas, adalah Komisi Keluarga KWI dan Sekretariat Jenderal KWI dengan melibatkan komisi lain yang berdekatan. Tema yang diangkat adalah tentang Keluarga dan Komisi Keluarga diminta untuk merumuskan tema tersebut.
2. TEMA SAGKI 2015
Dalam pertemuan dengan Presidium KWI 22 Januari 2015, akhirnya disepakati bersama bahwa tema SAGKI ke-IV tahun 2015 adalah:KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL. Panggilan dan Perutusan Keluarga Katolik Dalam Gereja dan Masyarakat Indonesia yang Majemuk
Keluarga memancarkan sukacita Injil manakala keluarga medasarkan hidupnya pada Kristus dan dengan tekun menjumpai-Nya dalam hidup sehari hari, karena “sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus” ( EG 1). Sukacita Injil itu nampak ketika keluarga mampu menghayati panggilan dan perutusannya dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat dalam situasi apapun juga.
Ketika keluarga katolik, khususnya pasangan suami isteri, mampu menghayati dan menemukan keindahan dalam kehidupan perkawinan dan keluarga mereka, menerimanya dengan penuh syukur dan memancarkan pengalaman sukacita itu kepada keluarga lain, itulah sukacita Injil. Di sisi lain, ketika keluarga mampu saling setia satu sama lain dalam menghadapi berbagai krisis dalam kehidupan mereka, bahkan mampu menemukan jalan baru untuk menghadapinya dengan menyadarkan kekuatannya pada Kristus yang dijumpainya dalam kehidupan sehari hari, itulah sukacita Injil.
Keluarga Katolik menunjukkan sukacita yang sejati ketika dalam pergumulan mereka yang tidak mudah tetap menawarkan senyum, melambungkan syukur, menawarkan kasih dan pengharapan baru, serta menunjukkan kesetiaan dan keteguhan iman dalam musim-musim kehidupan mereka karena tetap percaya pada Allah sendiri yang menyertai perjalanan keluarga mereka.
Pendasaran Tema:
2.1. Galatia 5, 22
“Tetapi buah Roh ialah: Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan diri”.
Sukacita Injil dalam keluarga adalah buah-buah Roh yakni saat keluarga mendasarkan kehidupannya pada Kristus, menjumpai-Nya dalam setiap pengalaman keseharian mereka dan membiarkan dirinya (keluarga) dibimbing oleh Roh Kudus sendiri dalam menghayati hidup perkawinan mereka.
2.2. Familiaris Consortio 17:
“Dalam rancangan Allah, Sang Pencipta dan Penebus, KELUARGA bukan hanya menemukan JATI DIRINYA, keluarga itu apakah sebenarnya, melainkan juga PERUTUSANNYA, yakni apa yang dapat dan harus dijalankannya”.
Keluarga Katolik menjadi Sukacita Injil bagi masyarakat Indonesia kalau hidup “seperti seharusnya” ( bdk FC 17) yakni menyadari panggilan dan perutusannya untuk masyarakat dan menjadi garam dan terang bagi masyarakatnya. Keluarga katolik menjadi teladan bagi keluarga lain.
2.3. Evangelii Gaudium 66
“ KELUARGA sedang mengalami krisis budaya yang luar biasa, sebagaimana halnya dengan semua ikatan komunitas dan sosial. Dalam kasus keluarga, melunturnya ikatan-ikatan ini sungguh serius karena keluarga adalah sel dasar masyarakat, dimana kita meskipun berbeda, belajar hidup bersama orang lain dan menjadi milik satu sama lain; keluarga juga merupakan tempat dimana orangtua mewariskan iman kepada anak-anak mereka. Perkawinan masa kini cenderung dipandang sebagai bentuk kepuasan emosional belaka yang dapat dibangun dan diubah sekehendaknya sendiri …dst).
Krisis kehidupan keluarga saat ini adalah melunturnya ikatan-ikatan dalam keluarga, institusi perkawinan yang dipandang sebagai bentuk kepuasan emosional yang dapat dibangun sekehendaknya sendiri dan mengesampingkan Allah sebagai Sang Creator perkawinan. Exhortation Paus Fransiskus “Evangelii Gaudium” yang digumuli para Uskup dalam Sidang Sinodal KWI 3-13 November 2014 dan menjiwai fokus Pastoral KWI diharapkan menjadi inspirasi bagi keluarga-keluarga katolik untuk membawa sukacita Injil itu kepada anggota keluarga sendiri dan kepada keluarga-keluarga lain.
2.4. Lineamenta Sinode Luar biasa Para Uskup ke-XIV tahun 2014, no. 30:
“ Evangelisasi merupakan tanggungjawab bersama umat Allah yang dilakukan sesuai dengan pelayanan dan kharisma masing-masing. Tanpa Kesaksian sukacita pasangan suami isteri dan keluarga, Gereja Domestik, pewartaan yang dilakukan sebaik apapun akan disalahmengerti atau kehilangan makna untuk kehidupan masyarakat jaman ini”.
Sukacita Injil tidak hanya sekedar menjalankan ajaran-ajaran Gereja namun perlu menghayati dan mengalami sungguh secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Kesaksian akan sukacita Injil adalah buah nyata dari penghayatan akan spiritualitas, panggilan dan perutusan keluarga itu sendiri. Maka, kesaksian sukacita hidup suami isteri dan keluarga adalah pewartaan yang nyata.
3. TUJUAN:
a. Keluarga Katolik semakin menghayati jati diri, identitas, spiritualitas, panggilan dan perutusannya di dalam Gereja dan di tengah masyarakat sehingga mengalami dan memberi kesaksian sukacita Injil dalam kehidupan sehari-hari
b. Keluarga Katolik semakin menyadari tantangan-tantangan konkret yang dialami dan dihadapi keluarga dewasa ini,
c. Keluarga katolik semakin misioner di tengah masyarakat.
4. WAKTU DAN PELAKSANAAN
a. Waktu : 02 – 06 November 2015
b. Tempat : Via Renata, Puncak Bogor
5. PESERTA SAGKI KE – IV 2015
Peserta SAGKI ke-IV terdiri Para Bapa Uskup, utusan-utusan dari seluruh Keuskupan di Indonesia dimana masing-masing Keuskupan diwakili oleh 10 utusan, kelompok Kategorial keluarga dan para pemerhati kerasulan keluarga
Jumlah utusan (10 x 37 keuskupan) : 370 utusan
Panitia (SC dan OC) : orang
Uskup dan Uskup Emeritus : 45 orang
Notulis : orang
Wakil KOPTARI : 3 orang
Wakil UNIO : 2 orang
Jumlah keseluruhan : 500 orang
6. GAMBARAN ACARA SAGKI 2015
TANGGAL & AGENDA
02 November
03 November
04 November
05 November
06 November
Chek-in dan Misa Pembukaan SAGKI 2015
Keluarga Bersukacita : Buah-buah penghayatan Panggilan dan Perutusannya (dimensi spiritual, relasional dan sosial)
Keluarga Katolik memperjuangkan Sukacita Injil: Tantangan-Tantangan Keluarga dewasa ini
Gerak Bersama: Membangun Wajah ”Ecclesia Domestica di Indonesia”: Sukacita Injil
Rumusan Akhir – Misa Penutupan
7. SOSIALISASI SAGKI KE-IV TAHUN 2015
a. PRA SAGKI 2015
Panitia Persiapan SAGKI Ke-IV tahun 2015 menyiapkan bahan refleksi dan doa-doa menyangkut tema SAGKI 2015 dan dikirim ke keuskupan-keuskupan. Umat keuskupan/paroki akan menggunakan dalam doa-doa baik di gereja maupun doa-doa kelompok/lingkungan.
Refleksi dan doa-doa itu dikirim juga ke setiap komunitas religius, rumah-rumah pendidikan calon imam dan lembaga-lembaga pendidikan kateketik/pastoral untuk direfleksikan dan didoakan. Bahan refleksi itu menjelaskan juga latar belakang SAGKI 2015 dan sasaran yang mau dicapai dalam bahasa yang mudah dicerna (sederhana) agar semua umat dapat memahami dan berpartisipasi dalam doa-doa mereka walau tidak hadir secara fisik dalam SAGKI 2015 di Bogor.
b. PASCA SAGKI IV 2015
Sebagai tindak lanjut, kekayaan yang dihasilkan SAGKI 2015 diharapkan semakin dihayati oleh keluarga-keluarga Katolik di Indonesia melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, antara lain, oleh komisi-komisi Gereja, baik di tingkat nasional (KWI) maupun di tingkat lokal (keuskupan-keuskupan), khususnya Komisi Keluarga dan komisi-komisi yang berkaitan. Dipikirkan untuk membuat fokus-fokus pastoral dalam keluarga sepanjang 5 tahun dengan menetapkan Pastoral Pembinaan Keluarga berjenjang, mulai dari kaum remaja, kaum muda yang berpacaran, sampai pada Aftercare marriage dan kasus-kasus khusus dalam keluarga. Penetapan fokus pastoral berkaitan dengan tindak lanjut dari Sidang Agung ini juga memperhatikan keprihatinan dan fokus perhatian Gereja Indonesia yang terjadi di setiap tahunnya.
SAGKI 2015 diadakan tanggal 2-6 November 2015 di Via Renata, Cimacan-Bogor
Para peserta SAGKI 2015 antara lain ;
a. Para Uskup dan Uskup Emeritus seluruh Indonesia
b. Umat Katolik yang mewakili/menjadi utusan dari masing-masing Keuskupan di Indonesia
c. Wakil KOPTARI dan UNIO, Kelompok Kategorial Keluarga
d. Para Sekretaris Komisi, Lembaga, Sekretariat dan Departemen KWI
Doa SAGKI 2015, Keluarga Katolik Sukacita Injil
Allah dan Bapa kami,
Engkau telah mengutus
Yesus Putera-Mu terkasih
untuk Mewartakan Sukacita Injil kepada kami
dan mengangkat kami menjadi anak-anakMu
serta menyatukan kami
dalam satu Keluarga Ilahi-Mu
Putera-Mu hadir di tengah Keluarga Nazareth
untuk menguduskan keluarga manusiawi itu.
Ia tinggal di dalam keluarga itu
untuk mengajarkan kasih,
mendengarkan kehendak Ilahi-Mu,
mengajarkan sikap saling hormat menghormati
dan bekerjasama,
serta menyalakan lilin pengharapan
dalam kegelapan dunia ini.
Ia menetapkan keluarga kami
menjadi Gereja rumah tangga,
agar menjadi Injil yang hidup bagi dunia
dalam semangat cinta dan sukacita.
Curahkanlah Roh Kudus-Mu
untuk membimbing SAGKI 2015 ini,
agar melalui Sidang Agung ini,
mampu mendorong keluarga-keluarga katolik
semakin menghayati panggilan
dan perutusan
dalam hidup perkawinan
yang telah mereka ikrarkan
dan semakin mengalami
keindahan hidup berkeluarga itu.
Ajarilah kami bersikap bijak
dalam menghadapi
setiap tantangan dan situasi zaman ini.
Buatlah kami semakin mampu
menjadi saksi hidup Injil-Mu
dan tempat pengungsian
bagi mereka yang membutuhkan.
Biarlah keluarga kami
semakin memancarkan sukacita Injil
bagi keluarga dan masyarakat.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.
Amin.
Yesus, Maria dan Yosef,
doakanlah kami!
0 komentar:
Posting Komentar