Suatu ketika di Plaza Senayan……….
Pada
suatu masa dan tempat bernama Jakarta, semarak aneka hotel-apartamen,
mall-plaza, bank, café-lounge, tempat cuci mata dan nongkrong 24 jam yang ngetrend terilhami
kawasan belanja Bugis Junction Singapura. Pelbagai fragmen ruang
fisik ini menandai fisiogonomi metropolisnya. Di Jakarta bagian atas inilah,
orang asyik masyuk menikmati arus dunia kontemporer hic et nunc dengan
handphone, farfume dan life style ala barat. Mereka bisa menikmati
saat-saat non Jakarta atau Jakarta yang lain dalam ruang art-deco penuh
relief, setengah terbuka ber-AC, dijaga satpam sambil menikmati musik jazz, MTV
sampai dangdut kontemporer ataupun hidangan lintas bangsa. Banyak dari mereka
berpakaian in mode di atas ratusan ribuan rupiah, seperti kelakar
Umberto Eco, “Aku berbicara melalui pakaianku”. Di tengah geliat business, multimedia,
pop culture pun indie labels, Jakarta seakan menjadi pembiakan globalisasi
budaya barat, sebuah kosmopolit made-in USA dengan segala macam
entertainmentnya. Kesan the west is the best semakin marak bergerak.