Lihat blogVia Veritas Vita
@Romo Jost Kokoh
Tumbuk Ageng
Ibu
15 Mei 1948
– 15 Mei 2012
Seperti yang pernah saya tulis dalam buku
“XXX-Family Way”, secara historis-kultural, kita semestinya mengetahui
betapa menentukannya peranan seorang ibu. Beberapa guliran
sketsa: Mengapa bintang rock n roll sekaliber Elvis
Presley menjadi ‘kacau’ kehidupannya setelah ditinggal oleh ibu tercintanya?
Mengapa penyanyi pop legendaris, Michael Jackson menjadi ‘aneh’
dan gagal menemukan makna hidup sejak ibunya tidak bertegur sapa lagi dengan
dia atas larangan ayahnya yang kecewa? Mengapa musikus klasik kelas dunia,
Ludwig Van Beethoven menjadi setengah gila selepas ditinggal mati oleh
ibunya? Mengapa pentolan The Beatles, John Lennon masih
selamat meski ditinggal ibu tercintanya setelah menemukan sosok ibu pengganti pada diri Yoko
Ono? Mengapa Kaisar Calligulla menjadi sangat bengis dan membantai
siapa saja setelah membantai ibu dan saudara perempuannya sendiri?
Ada juga sebuah pengamatan yang menyatakan bahwa
dari 200 orang paling berpengaruh dalam sejarah, diketahui bahwa peran seorang
ibu ternyata sungguh memberi pengaruh dominan. Sebuah contoh,
tak banyak orang tahu bahwa Stalin, seorang pemimpin kejam dalam rezim komunis
di Rusia mempunyai ibu yang bengis dan tak berperasaan, bukan?
Ibu sendiri adalah akar kehidupan. Ia
adalah jantung cinta abadi. Surga ada di telapak kaki ibu, bukan? Ia
tak mengharapkan balas-jasa, kecuali senyum, kenangan indah, dan sedikit
perhatian dan doa kita. Ketika kita berkata ‘Ma, aku sayang
padamu’ – biasanya itu sudah lebih dari cukup. Ada sebuah buku
dari penerbit KOMPAS (Daoed Joesoef, “Hebatnya sang Emak”, 2010)
yang juga dapat memberikan panutan bagi para ibu dalam mendidik
dan membesarkan generasi muda bangsa ini agar dapat meraih kesuksesan: “Alangkah
bahagianya mempunyai Emak. Dia yang membesarkan aku dengan cinta keibuan yang
lembut. Setiap langkah, tahap dan jenjang selalu membisikkan harapan”, begitulah
tukas Daoed Joesoef, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (1978-1983).
Walaupun “emak” tidak pernah mengenyam
pendidikan formal, dia mendorong anak-anaknya agar tidak berhenti belajar, dan
menjadikan Daoed Joesoef menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil meraih
gelar doktor ekonomi di Universitas Sorbonne, Paris. Impiannya sendiri bermula
dari figur ‘emak’. ‘Emak’ yang terus menerus tanpa pernah bosan
menggugah dan mendorong ke tingkat yang lebih tinggi. Satu satunya duka yang ia
rasakan adalah berita duka kabar meninggalnya emak’, saat dia sedang
bersiap-siap untuk menempuh rangkaian ujian “Doktorat d’Etat”, sebuah
gelar yang amat bergengsi: “Emak pasti bangga melihat aku bisa
menyelesaikan tantangan ini. Kepergian emak bukan merupakan akhir perjalanan,
tapi menjadi bagian dari hidup ini.”
Dan, untuk ibu lah, rentetan puisi sederhana
dibawah ini, kami persembahkan, persis pada peringatan hari jadinya yang ke-64.
Orang Jawa bilang, tumbuk ageng. Tumbuk alit dimulai ketika seorang manusia
berusia 8 tahun. Masa anak-anak. Kemudian berlanjut, 8 x 2 = 16. 16 adalah awal
masa remaja. 16x2= 32. 32 adalah awal masa dewasa. Dan indahnya, 32x2= 64. 64
sendiri adalah awal masa kematangan, ketika manusia sudah semakin bijaksana dan
kaya dalam pengalaman dan pemaknaan.
Ibu….
Ada layar putih kemilau
Menuju ke pulau bernyiur hijau
Ada debar kasih menghimbau
Ke hari lampau di sebuah
danau
Ibu....
Ada pantai di ujung pasaman
Ada bukit melingkar hutan
Banyak pergulatan dalam
kehidupan
Walau sakit tetap jadi
panutan
Ibu......
Kadang mendung tergantung
tebal
Di ujung selatan di batas
tapal
Walau untung susah diramal
Kau tetap beriman dan rajin
beramal
Ibu...
Ada bunga menatap di ladang
Tertinggal jauh nun di
seberang
Cinta kami menatap
berlinang
Cinta dan doamu selalu kami
kenang
Ibu...
Semoga hatimu tetap riang,
Terus berjalan dengan
tenang
Selalu setia berdendang
senang
Dalam cinta TUHAN sang
pemenang.
Selamat Ulang Tahun ke-64
Ibu Johana Lestari
S elamat kami ucap padamu
E ngkaulah ibu juga sahabat
L ukisan kata sederhana kami
A kan indahnya hari jadimu yang penuh
rahmat
M elihat 64 tahun telah berjalan
A nggaplah ini suatu kenangan
T uk masa depan abadi yang penuh harapan
sejati
U siamu kini bertambah satu tahunan
L ewatlah sudah angka enam puluh tiga-an
A rahkan langkah ke enam puluh empat-an
N iatkan hati dan budi pada Tuhan
G una kebahagiaan dan kedamaian
T iada keberhasilan tanpa pengorbanan
A tau kebahagiaan tanpa penderitaan
H adapi semua rintangan dan cobaan
U ntukmu selalu kami doakan
N yaman, sehat, bahagia dan penuh
kedamaian
Via Veritas Vita
@Romo Jost Kokoh
0 komentar:
Posting Komentar