Prolog
Ketika saya menjadi Ketua Senat Mahasiswa di
STF Driyarkara, pada tahun 2000-2001, saya mempunyai teman dekat yang masuk
ke penjara Salemba. Itulah mungkin sebabnya, pada tahun-tahun pertama
tahbisan imam, saya juga kerap mengunjungi pelbagai penjara. Ada seorang
prodiakon dari Tangerang, yang setia menemani saya, namanya Bapak Wagiman.
“Wagiman” sendiri bisa berarti Wajah Giat Beriman. Kita pun diajak mempunyai
wajah giat beriman, tapi kenyataannya, kita kadang kurang dan malas beriman dalam
hidup keseharian kita. Di sinilah, kita akan belajar dari seorang imam diosesan
berkebangsaan Jerman, pendiri dan pemimpin umum Serikat Sabda Allah (SVD).
Arnoldus Jansen namanya.
Sebuah Sketsa Profil
Cura, ut valeas!
Berusahalah agar kau
berhasil!
Arnoldus Janssen lahir di Goch, Rheinland,
Jerman Barat pada 5 November
1837 sebagai anak kedua dari sepuluh
bersaudara. Ia ditahbiskan sebagai
imam diosesan Mûnster pada tanggal 15
Agustus 1861. Karena pengabdian
yang mendalam kepada Hati Kudus Yesus, ia
juga diangkat menjadi Direktur
Kerasulan Doa. Ia meninggal dunia pada tahun
1909 di Steyl, sebuah
kampung dalam Provinsi Limburg, Belanda,
tempat lahir dan terbentuknya
Serikat Sabda Allah (SVD).
Arnoldus Janssen sendiri pada awalnya
berwatak sangat keras, kadang
menimbulkan kesulitan dengan orang lain.
Watak keras ini sangat bisa
jadi didukung oleh keahliannya dalam bidang
matematika dan ilmu alam.
Dia menjadi orang yang sedikit kaku dan
keras, segala sesuatu mesti clara
et disctincta, jelas dan
terpilah-pilah. Ia terkesan sangat teratur dan teliti.
Dalam keterbatasan insaninya itu, dia
berjuang dan berusaha belajar dari
pengalaman-pengalaman hidupnya; ia berusaha
mematikan kehendakkehendak
pribadinya. Akhirnya, watak keras itu
berubah menjadi sebuah
keyakinan yang kokoh akan kehendak Allah.
Ia sendiri pernah menjadi guru sebuah
sekolah menengah di Bocholt.
Pada tahun 1867, ia menjabat sebagai
Direktur Kerasulan Doa untuk Jerman
dan Austria. Perhatiannya sangat besar pada
usaha penyatuan kembali umat
Kristen. Untuk maksud itu, ia mengusahakan
Perayaan Ekaristi Harian di
makam Santo Bonifasius di Fulda. Agar ia
mempunyai lebih banyak waktu
untuk kegiatan-kegiatannya, ia diangkat
menjadi rektor Suster-suster Ursulin
di Kempen. Di sana ia menerbitkan majalah “Utusan
Hati Kudus”, persisnya
pada tahun 1873. Majalah populer bulanan ini
menyajikan berita tentang
kegiatan misionaris dan mendorong umat
Katolik Jerman untuk berbuat
lebih banyak dalam membantu misi.
Dalam perjalanan waktu, ia sangat menaruh
minat yang besar untuk
usaha persatuan umat Kristen dan menyebarkan
iman kristiani di daerahdaerah
dan bangsa-bangsa yang belum percaya akan
Kristus. Oleh karena itu,
atas himbauan uskup, Mgr. Raimondi, pada 8
September 1875, ia membuka
“Rumah Misi”-nya di Steyl, dekat Venlo
Belanda. Mengapa tidak di Jerman?
Pada waktu itu, memulai karya baru di Jerman
telah menjadi mustahil karena
“perang kebudayaan”, yang berlangsung di
sana. Dari rumah misi di Steyl
ini, lahirlah Serikat Sabda Allah (SVD)
dengan karya-karya misi di seluruh
dunia, antara lain: Amerika Utara (di
tengah-tengah orang negro); Amerika
Latin: Argentina, Brasil, Cile; Asia: China,
Jepang, Filipina, Indonesia dan
India; Papua Nugini; Afrika; Akkra dan
Zaire. Dia begitu meyakini rahmat
Allah tidak akan pernah kurang: Inter
medium montium pertransibunt aquae
– melewati tengah-tengah gunung,
air itu akan tetap mengalir!”
Salah satu bukti bahwa Arnoldus Janssen
benar-benar giat beriman ialah
bahwa ia berusaha mencari sumber keuangan
untuk karya misinya yang
begitu raksasa dengan karya sendiri. Ia
berusaha, terutama dengan mendirikan
sebuah percetakan (yang di tahun suci 1925
dijadikan Percetakan Kepausan).
Maksud kedua dari percetakan ini ialah
menyebarkan bacaan bermutu dan
menanamkan pengetahuan tentang karya misi
serta menanamkan cinta
kasih untuk karya itu. Dengan gigih, ia juga
memajukan ilmu pengetahuan
dengan mendirikan Institut Anthropos dan
Institut Kartografis Santo
Gabriel di Moedling, dekat Wina,
Austria.
Salah satu hal baik yang lain lagi, ia
banyak mengusahakan adanya
bimbingan retret tertutup, baik untuk para
imam maupun untuk kaum
awam. Ia juga giat mempropagandakan devosi
kepada Roh Kusus dan
Tritunggal Mahakudus. Selain mendirikan
tarekat SVD, ia juga mendirikan
dua kongregasi Suster, yaitu Kongregasi
Suster Abdi Roh Kudus (SSpS) dan
Kongregasi Suster Sembah Sujud Abdi Roh
Kudus (SSpSAP). Kongregasi
Suster yang pertama (SSpS) pergi ke
daerah-daerah misi, sedangkan yang
kedua (SSpSAP) menyelenggarakan sembah sujud
abadi (adorasi) untuk
memohonkan berkat Tuhan atas karya misi itu.
SSpS sendiri didirikan
pada tanggal 8 Desember 1889. Suster-suster
pertama mereka berangkat ke
Argentina pada tahun 1895.
Arnoldus Jansen akhirnya meninggal pada
tanggal 15 Januari 1909.
Hidupnya dipenuhi dengan konsistensi untuk
pencarian akan Tuhan, sebuah
kepercayaan besar dalam penyelenggaraan
ilahi, dan kerja keras. Sekarang
SVD memiliki lebih dari 6.000 misionaris
yang aktif tersebar-pencar di 63
negara, lebih dari 3.800 para suster SSpS,
dan lebih dari 400 suster suster
SSpSAP.
Bicara soal Arnoldus Jansen, kita tak bisa
lepas juga dari figur Yosef
Freinademetz. Yosef Freinademetz sendiri
dilahirkan tahun 1852 di Abtei
(Tirol Selatan). Sesudah ditahbiskan menjadi
imam diosesan tahun 1875 di
Brixen, ia mula-mula bekerja dalam dioses
tempat kelahirannya. Tahun 1878,
ia masuk Rumah Misi yang baru saja dibuka di
Steyl (Belanda) oleh Pastor
Arnoldus Janssen. Dalam beberapa tahun
berikutnya, ia sudah ditunjuk
sebagai satu dari misionaris SVD pertama
yang berangkat untuk berkarya di
daerah Misi di Cina. Di sana, ia berkarya
hampir 30 tahun lamanya, tanpa
sekalipun melihat tanah airnya.
Disemangati cinta akan Kristus dan
sesamanya, ia berusaha menjadi
segala-galanya bagi semua orang dan melayani
umat sebagai saudaranya
dengan semangat penyerahan diri tanpa
pamrih. Tanpa menghiraukan
segala penderitaan, hambatan dan
penganiayaan, ia mewartakan Kabar
Gembira senantiasa dengan penuh kasih sayang
dan ramah. Ia berkarya di
daerah Shantung Selatan, di sana ia juga
pernah menjadi Pejabat Uskup
setempat dan pemimpin biara para misionaris.
Yosef Freinademetz dikenang
karena cintanya akan Allah dan sesama. Dia
berjuang secara konkret dalam
perjumpaannya dengan pelbagai pribadi yang
berbeda latar belakang
kebudayaan. Dengan tekun Yosef mau belajar
melihat nilai-nilai positif yang
hadir dalam agama dan budaya lain. Ia
sendiri meninggal akibat wabah tifus
pada tanggal 28 Januari 1908 di Taikia,
Shantung.
Pada Hari Minggu Misi sedunia dalam Tahun
Suci 1975, Arnoldus
Janssen dan Yosef Freinademetz diangkat ke
dalam kalangan para beato oleh
Paus Paulus VI, dan pada tanggal 5 Oktober
2003 oleh Paus Yohanes Paulus
II digelari Kudus. Arnoldus adalah pendiri
tiga tarekat misioner yakni SVD
(Serikat Sabda Allah); SSpS (Serikat Misi
Abdi Roh Kudus) dan SSpSAP
(SSpS Adorasi Abadi/Kontemplatif ).
Sedangkan Yosef adalah misionaris
SVD pertama yang diutus ke daerah misi Cina.
Refleks i Teologi s
a. Lotis, Loving -
Transforming - Serving
Unitas in Diversitas
Bersatu dalam perbedaan
Lotis itu aneka buah. Rujak nama lainnya.
Lotis itu bisa berarti keragaman
yang menyegarkan. Unitas in Diversitas!
Setiap pribadi menyumbang
rasanya. Inilah sebuah visi misi yang saya
tulis ketika saya dipilih menjadi
bidel umum, semacam ketua kelas
dari sebuah komunitas besar, bernama
Seminari Tinggi St Paulus Kentungan,
Yogyakarta di tahun 2005. Saya
menegas-tegaskan bahwa kita dipanggil secara
pribadi masuk dalam sebuah
komunitas tapi kita sendiri dipanggil juga
dalam kesatuan, seperti jemaat
perdana, kelompok dua belas atau gereja
awal, bukan?
Di sinilah, logo “Satu Hati - Aneka Wajah”
khas Arnoldus Janssen
dan Yosef Freinademetz sebetulnya juga
menggambarkan visi misi yang
menginspirasi mereka pada masa awal dan
terus menjadi inspirasi yang
mendorong karya misioner semua anggota
tarekatnya sampai hari ini.
Bagi saya sendiri, tema utama yang
ditekankan lewat Arnoldus Janssen
dan Yosef Freinademetz adalah persekutuan
iman dengan semangat LOTIS:
Loving (mencintai) – Transforming
(mengubah) dan Serving (melayani) di
tengah keanekaan manusia, dialog dengan
orang-orang dalam aneka konflik
sosial, komitmen untuk memberi diri bagi
pelayanan yang menghidupkan
di tengah situasi kekerasan dan budaya
kematian. Dengan kata lain, setiap
orang yang berkehendak baik ditantang untuk
berani mengupayakan
persatuan dan persaudaraan dengan
orang-orang dari aneka latar belakang
suku, bangsa, agama, ras, budaya dan
sebagainya.
b. T arsi, Tak Gentar
Bermisi
Crescit en eundo
Bertumbuh sambil berjalan
Ada seorang aktivis Choice, bernama
Tarsisius. Tarsi panggilan akrabnya.
“Tarsi” bagi saya bisa berarti tak gentar
bermisi. Kekuatan dan keberanian
Arnoldus Janssen dalam mendirikan tiga
tarekat misi di atas dan perutusan
Yosef Freinademetz ke tanah Cina menunjukkan
betapa semangat “tarsi-tak
gentar bermisi” menjiwai dua pribadi ini.
Dalam arti sempit, misi adalah
pergi mewartakan Kabar Gembira kepada yang
belum mengenal Yesus. Oleh
karena itu, tidak terlalu mengejutkan kalau
banyak orang berpikir bahwa
jika saya bermisi, saya harus pergi ke
daerah atau negara atau tempat lain
yang jauh.
Namun, dua pribadi di atas juga membawa
kesadaran lain dalam
diri kita tentang paham misi itu sendiri.
Arnoldus tidak pernah pergi ke
tanah misi; dia tetap tinggal di Eropa,
tetapi pandangannya mengarah ke
seluruh dunia; wawasan misinya luas
menjangkau semua. Dia memang
diresapi semangat misioner yang kuat.
Sedangkan Yosef pergi ke tanah
Cina, hidup seperti orang Cina dan bersama
orang Cina belajar melihat
kehadiran Allah dalam situasi mereka. Dia
pun diresapi semangat misioner.
Keduanya, dengan segala kelemahan dan
keterbatasan manusiawi mereka
masing masing, berusaha mencintai Allah dan
sesama dalam dan melalui
karya pelayanan misionaris yang dipercayakan
kepada mereka. Dengan kata
lain, semangat yang sama harus menjadi
semangat kita juga. Misi Yesus
adalah misi kita. Perutusan-Nya adalah
perutusan kita. Maksudnya, semua
karya misi kita, sebagai apa pun dan di mana
pun juga, pastinya bersumber
dari Tuhan dan dipersembahkan hanya untuk
kemuliaan nama Tuhan.
Ep i log
Quoniam bonus, quoniam in
saeculum misericordia eius
Sebab Dia baik, dan kasih
setianya untuk selama-lamanya
Pacta sunt servanda - kesepakatan harus
dipenuhi, demikianlah bunyi peribahasa
lama. Di sinilah, ada sebuah kisah nyata
dari para imam dan bruder yang
sudah bersepakat hidup sebagai anggota
Serikat Sabda Allah. Dalam suatu
khotbah pemberangkatan ke tanah misi,
Arnoldus Jansen dengan penuh iman,
menyemangati kedua belas imam dan keempat
belas bruder, “Jangan ragu-ragu
menolong orang keluar
dari penderitaan dan kekurangan mereka. Kepada siapa kita
pergi, mereka adalah
orang asing bagi kita, tetapi di dalam Kristus, kita semua adalah
saudari dan saudara ...
Nilai mereka tampaknya sedikit saja menurut mata biasa,
tetapi karena darah
Kristus, nilai mereka telah menjadi luar biasa besar.” Jelaslah,
lewat figur Arnoldus Jansen dan juga Yosef
Freinademetz, yang bersepakat untuk
bermisi, kita juga diajak semakin berani
memiliki wajah yang giat beriman, bukan?
“Saya tidak menganggap
kehidupan misionaris sebagai pengorbanan
yang saya tawarkan kepada
Tuhan,
tetapi sebagai kasih
karunia terbesar yang Tuhan pernah bisa
dicurahkan pada saya”.
(Yosef Freinademetz)
0 komentar:
Posting Komentar