Berbicara
Tentang Yesus Kristus melalui Film
“Ecce homo!” Itulah salah satu
komentar dari antara kita ketika menonton film The Passion of the Christ
atau film-film prapaskah seputar Yesus dari Nazaret itu. Apa maksud komentar
singkat ini? Di balik kata-kata tersebut kiranya ada endapan pengalaman dan
pengertian tertentu, yang menjadi latar belakang.
“Lihatlah manusia itu!” Siapa yang
dimaksud “manusia itu”? Tentu saja sosok Yesus dari Nasaret dalam film arahan
Mel Gibson itu. Di dalam film, si “manusia” digambarkan begitu rapuh dan tak
berdaya. Oleh karena itu wajar kiranya bahwa komentar yang masuk umumnya
mengatakan bahwa itu gambaran Yesus yang menderita.
Tapi, gambaran umum ini kemudian
menjadi sangat khusus ketika dicermati bahwa masing-masing komentar menyebutkan
“keterangan lain” dari sosok Yesus yang menderita itu. Misalnya, Yesus itu
tabah, setia, pasrah, bertanggung jawab, tetap bertahan, penuh perjuangan,
penuh kepedulian dan cinta, yang menyelamatkan dan menebus manusia, yang penuh
gejolak perasaan, dan semacamnya. Ada pula yang memperhatikan segi yang lainnya
lagi, yaitu segi “keluarbiasaan” Yesus atau begitu beraninya Yesus. Kita yakin
bahwa komentar-komentar ini mempunyai latar belakang endapan pengalaman
tertentu dari si pemberi komentar. Bisa juga, di dalam komentar-komentar itu
sudah bermain perihal makna. Maksudnya, arti Yesus bagi si pemberi komentar.
Lalu pertanyaannya: Siapa Yesus
Kristus? Apakah pengenalan akan Yesus Kristus dapat disimpulkan dari
komentar-komentar itu sebagai “Yesus yang umum”? Ataukah Yesus selalu khusus –
menyangkut tiap-tiap orang yang mengenalNya?
Dapat dikatakan bahwa Yesus dalam
film The Passion of the Christ
itu pun Yesus yang dikenal oleh Mel Gibson. Maka tidak mengherankan
bahwa sebuah komentar menyebut Yesus sebagai “Yesus Mel Gibson”. Dengan
demikian apakah kemudian dapat diperbandingkan bahwa Yesus “tertentu” yang
dikisahkan Mel Gibson itu kira-kira seperti Yesus “tertentu” dalam refleksi
Paulus, atau dalam Injil Markus, Matius, Lukas, Yohanes?
Kita belajar dari riwayat bahwa
pengenalan akan Yesus sungguh tidak dapat meninggalkan faktor zaman tertentu
dan lingkungan tertentu – tempat manusia beriman hidup. Lalu siapakah Yesus
bagi kita yang hidup di zaman internet dan yang tinggal di kota bernama Jakarta
ini?
Perihal Orang Yahudi
Segi lain yang muncul dari komentar-komentar
yang masuk adalah perihal orang Yahudi dalam hubungan dengan penyaliban Yesus.
Ada yang mengatakan bahwa orang Yahudi itu munafik, jahat, melanggar HAM, dan
keterlibatan dalam penyaliban itu adalah fakta sejarah. Namun ada yang menyebut “not them
but all of us”. Kecuali itu ada yang mengatakan bahwa orang Yahudi tidak
salah karena mereka hanya dipakai ‘sarana’ agar rencana Allah dan penebusan
Yesus terjadi. Komentar lain: Penyaliban Yesus tidak dapat disalahkan pada kaum
Yahudi; mengampuni saudara Yahudi itu yang sebaiknya kita lakukan. Ada pula
komentar ini: biarlah orang-orang Yahudi zaman ini tidak menyamakan diri dengan
orang-orang Yahudi zaman dulu. Juga ada komentar: yang menyalibkan Yesus bukan
hanya orang Yahudi.
Ada sebuah komentar lain lagi yang
memberikan perspektif perlambang, yaitu: Orang Yahudi = orang di tempat =
lambang kejahatan.
0 komentar:
Posting Komentar