LECTIO DIVINA
Lectio divina artinya adalah bacaan ilahi, atau perihal bacaan suci.
Konkretnya berupa kegiatan berdoa dengan cara melafalkan sabda Allah atau
merenungkan bacaan suci. Kerapkali doa ini juga disebut sebagai doa
lisan.
Contohnya, mendaraskan
mazmur, doa offisi, rosario litani bahkan kadang bacaan rohani. Doa ini
merupakan kesayangan orang-orang sederhana. Lectio Divina atau bacaan ilahi ini
lebih dikenal sebagai cara doa St. Benedictus.
Lectio divina sendiri biasanya secara ideal menempuh proses tiga langkah
yaitu : Lectio (membaca), meditatio (pengulangan) dan oratio (doa).
a. Membaca (Lectio)
- Membaca pelan-pelan bacaan rohani yang dipilih
misalnya dari Kitab Suci sebagai bahan doa, ayat demi ayat.
- Apabila dalam pembacaan ini, menjumpai kata/kalimat
yang menarik, entah karena menyenangkan entah karena menjengkelkan , lalu
berhenti membaca.
b. Mengulang-ulang
(Meditatio)
- Kata/kalimat
yang menarik itu sekarang mulai diulang-ulangi beberapa kali, pelan-pelan dan
rithmis, mula-mula dengan bibir bergerak (komat-kamit), kemudian secara batin.
Kata-kata/kalimat itu seperti dikunyah atau diputar-putarkan dalam mulut dengan
lidah, ibarat permen yang mau kuresapkan kemanisannya. Bukankah, "Os
iusti meditabitur sapientiam - Mulut orang jujur mengunyah hikmah".
- Dalam
proses pengulangan ini, yang rithmis dan terus-menerus, kalimat cenderung
semakin menjadi lebih pendek, beberapa kata yang dirasa tidak penting dilupakan
atau dibiarkan jatuh, hingga akhirnya hanya kata-kata inti saja yang masih
diulang-ulang, sampai merasuk ke dalam hati, mendarah daging dan mempengaruhi
hidup, semacam sugesti yang berdaya kuat berkat repetisi (pengulang-ulangan).
c. Mendoakannya (Oratio)
- Apabila hatiku sudah merasa puas dengan
meditatio (pengulangan terus menerus ini), lalu diam sejenak, untuk menangkap
perasaan yang bergejolak dilubuk hati.
- Kemudian perasan ini, diungkapkan menjadi
suatu doa pribadi, sebagai tanggapan yang muncul dari hatiku terhadap sabda
Tuhan, yang baru saja diperdengarkan dan diresapkan.
- St. Benedictus memberi nasehat :"Oratio
sit brevis et pura !", artinya "Doa ini hendaklah singkat
dan polos !".
Nah,pada bagian inilah saya tampil-kenangkan beberapa bahan bacaan
rohani, sekitar 30 bacaan rohani yang tersebar-pencar dalam tradisi para rahib
benediktin, mungkin bisa dijadikan teman dalam ber-lectio divina, atau paling
tidak permenungan bagi kehidupan kita masing-masing. Silahkan dibaca sesuai
dengan minat pribadi, tidak usah selalu dengan nomor yang berurutan.
1. Pembacaan dan buku “Cermin Cintakasih” karangan Santo Aelredus,
Abas.
Cinta saudara didasarkan pada teladan Kristus.
Bentuk cinta saudara yang tertinggi yaitu cinta
kepada musuh-musuh kita. Tidak ada anjuran lebih kuat untuk menjalankan
cintakasih daripada kenangan akan kesabaran yang mengagumkan, yang ditinggalkan
oleh Dia, ”yang terindah di antara semua anak manusia”.
Namun Ia menyediakan wajah-Nya yang mulia untuk
diludahi oleh musuh-musuh-Nya. Seluruh ciptaan diperintahkan oleh kerlingan
mata-Nya, tetapi Ia membiarkan mata tadi ditutup oleh manusia-manusia jahat.
Tubuh-Nya diberikan untuk didera, dan meskipun kepala-Nya menimbulkan gentar di
antara para pemerintah dan penguasa, Ia menundukkannya untuk menderita
pemahkotaan dengan duri. Ia membiarkan Diri-Nya dihina dan akhirnya memberi
teladan kepada kita dengan menderita penuh kedamaian dan kelembutan, kesabaran
dan kehalusan salib, paku, tombak, cuka dan empedu. Akhirnya sebagai domba, Ia
dibawa ke tempat pembantaian. Dan sebagai anak domba, di hadapan orang yang
mencukur-Nya, Ia tetap diam dan tidak membuka mulut-Nya.”
Terdengar suara menakjubkan, penuh kelembutan
dan cinta, berkata: ”Bapa, ampunilah mereka.“ Siapa yang tidak segera akan
memeluk musuhnya? ”Bapa ampunilah mereka”. Apakah ada kelembutan dan cinta
lebih besar, masih dapat ditambahkan pada doa ini? Tetapi, Ia masih menambahkan
sesuatu. Berdoa untuk mereka masih kurang. Ia juga ingin memberikan pembelaan
bagi mereka. Ia berkata: ”Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu, apa
yang mereka perbuat.
Mereka itu pendosa besar tetapi pengetahuannya
sedikit saja, maka Ia berkata: “Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat”. Mereka menganggap Dia seorang pelanggar hukum, orang
yang secara sia-sia menyatakan Diri-Nya Allah, seorang penipu bangsa. “Saya
menyembunyikan wajah-Ku di hadapan mereka,” sabda Tuhan, “dan mereka tidak
mengenali kemuliaan-Ku”. Maka dari itu, ”Bapa, ampunilah mereka, karena mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Maka kesimpulannya: barangsiapa sungguh ingin
mencintai-Nya, ia harus menghindari cinta daging yang menipu. Tidak dikuasai
oleh keinginan daging, ia harus mengarahkan seluruh cintanya kepada keindahan
tubuh Tuhan. Untuk mencintai saudaranya lebih sempurna, ia harus membuka tangan
untuk memeluk musuh-musuhnya juga. Seandainya api cinta ilahi ini menjadi
dingin karena perlakuan jahat yang ditimpakan kepadanya, maka manusia dalam
kenangannya selalu harus memandang Tuhan dan penebus kita yang tetap sabar dan
tenang.
2. Pembacaan dari buku Santo Benediktus karangan
St. Gregorius Agung
Pada suatu hari bahagia, Benediktus sedang
berada di biliknya. Salah seorang rahibnya, yaitu: Plasidus, yang masih
kanak-kanak, pergi turun mengambil air. Ia kurang hati-hati waktu menurunkan
embernya ke dalam air, sehingga ia sendiri jatuh tercebur ke dalam air. Ia
segera dibawa arus air dan terhanyut sampai jarak sekitar lima puluh meter dan
tepi. Waktu itu, Benediktus sedang berada dalam biliknya. Meskipun begitu ia
segera mengetahui kejadian tadi. Lalu ia berseru kepada Maurus, “Hai Frater
Maurus, cepat! Anak yang baru saja turun mengambil air di danau, tercebur ke
dalam air. Ia terhanyut oleh arus.”
Peristiwa yang terjadi sesudah itu sungguh
mengagumkan dan tak pernah terdengar semenjak zaman rasul Petrus. Maurus mohon
berkat Benediktus, dan sesudah menerima berkat, ia cepat-cepat lari untuk
memenuhi perintah abasnya. Ia terus berlari -bahkan sesudah tiba di danau-,
sampai ia tiba di tempat Plasidus dibawa arus. Maurus segera memegang rambut
Plasidus lalu ia Iari kembali sementara ia mengira berada di atas tanah biasa.
Baru tatkala ia menginjak tanah Iagi dan menengok ke belakang, sadarlah ia akan
apa yang sebenarnya terjadi. Maka tahulah ia bahwa ia tadi berjalan di atas
air. la sangat tertegun, sebab tak pernah ia berani memikirkan, bahwa hal
semacam itu bisa terjadi. Lalu Ia kembali kepada abasnya dan dikisahkannya
peristiwa baru saja terjadi itu.
Tetapi Benediktus tidak mau menerimä bahwa
peristiwa itu terjadi berkat jasanya sendiri. Ia beranggapan, bahwa ketaatan
muridnya yang menyebabkan adanya mukjizat itu. Sebaliknya, Maurus yakin bahwa
mukjizat itu terjadi berkat perintah abasnya semata-mata, sebab ia sendiri
malahan tidak sadar akan tindakannya waktu itu. Sementara keduanya secara ramah
mengadakan “persaingan” kerendahan hati itu, keputusan terakhir ditentukan oleh
anak yang baru saja diselamatkan. Katanya, “Tatkala aku ditarik dari dalam air,
kulihat di atas kepalaku mantol Bapa Abas. Menurutku, dialah yang menarikku dari
dalam air ke tepi danau.”
3.`Pembacaan dari Kitab
Putera Sirakh 44: 1-2, 8-16
Sekarang kami hendak memuji orang-orang
termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya. Banyak kehormatan
telah dibagikan oleh Tuhan, sejak masa purba keagungan-Nya diperlihatkan.
Beberapa di antaranya meninggalkan nama yang harum dan masih terus dibicarakan
dengan hormat. Tetapi juga ada yang tidak diingat lagi, lenyap seolah-olah
tidak pernah ada. Mereka menjadi seolah-olah tidak pernah dilahirkan dan
demikian pun nasib anak-anak mereka sesudahnya. Tetapi yang berikut ini adalah
orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa. Semuanya tetap
tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka.
Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian
dan anak-anak mereka pun demikian pula keadaannya. Keturunan mereka akan tetap
tinggal untuk selama-lamanya dan kemuliaannya tidak akan dihapus. Dengan
tenteram jenazah mereka dimakamkan dan nama mereka hidup terus turun-temurun.
Bangsa-bangsa bercerita tentang kebijaksanaannya dan pujian mereka diwartakan
jemaah.
Henokh berkenan kepada Tuhan dan diangkat, suatu
teladan pertobatan untuk segala angkatan.
4. Exordium
Parvum, Surat Para Cistersiensis pertama kepada seluruh pengikut mereka
Kami para Cistersiensis, para pendiri pertama
pertapaan ini, memperkenalkan kepada para pengikut kami, melalui tulisan
berikut ini, bagaimana secara kanonik, dengan kewibawaan sah, dan dengan tokoh-tokoh
yang ada, serta selama periode waktu tertentu, pertapaan dan cara hidup mereka
itu berawal mula. Kami mengumumkan kebenaran sejati dari perkara ini agar
mereka bisa dengan lebih gigih mencintai tempat dan tata tertib peraturan suci
di sana, yang berkat rahmat Allah telah kami mulai, agar mereka mendoakan kami
yang telah menahan secara tak kenal lelah beban dan panasnya hari. Dan agar
mereka dapat bekerja keras sampai mati pada jalan yang curam dan sempit seperti
dilukiskan oleh peraturan, sehingga setelah mereka meletakkan beban badannya,
mereka bisa beristirahat dengan bahagia dalam damai abadi, amin.
I. Awal
Mula Pertapaan Citeaux
Dalam tahun 1098,
sesudah penjelmaan Tuhan, Robertus yang tersohor, abas pertama Pertapaan
Molesme yang didirikan di Diosis Langres, bersama beberapa saudara dari pertapaan
yang sama, menghadap yang mulia Hugo, Duta Tahta Suci dan Uskup Agung Gereja
Lyons.
Mereka berjanji untuk
menempatkan hidup mereka di bawah penjagaan Peraturan Suci Bapa Benediktus.
Maka dari itu, untuk pelaksanaan tanpa rintangan akan maksud ini, mereka terus
menerus mohon kepadanya untuk meminjami mereka kekuatan perlindungannya sendiri
serta kewibawaan apostoliknya.
Yang Mulia Duta, yang
dengan sukacita mengabulkan keinginan mereka, meletakkan dasar dari awal hidup
mereka dengan surat berikut:
II. Surat
Yang Mulia Hugo, Duta
Hugo, Uskup Agung Lyons
dan Duta Tahta Suci, kepada Robertus, Abas Molesme, dan kepada para saudara
yang bersama-sama dengannya ingin mengabdi Allah menurut Peraturan Santo
Benediktus.
Hendaknya diberitahukan
kepada semua yang bergembira akan perkembangan Bunda Gereja Kudus, yaitu: anda
dan beberapa putera anda, para saudara dari biara Molesme, telah menghadap kami
di Lyons serta menyatakan keinginan anda untuk semenjak itu mengikat secara
lebih ketat dan lebih sempurna kepada Peraturan Santo Benediktus, yang sejauh
ini anda telah melaksanakannya secara buruk dan penuh kelalaian di biara itu.
Tetapi, karena jelas nyata bahwa mengingat banyak halangan, Peraturan ini tidak
dapat dipenuhi di tempat tersebut, kami yang ingin menyelenggarakan
kesejahteraan kedua belah pihak, yaitu: mereka yang berangkat dari Molesme dan
mereka yang tetap tinggal di sana, telah menyimpulkan bahwa bijaksanalah bagi
anda untuk mengundurkan diri ke tempat lain, yang akan ditunjukkan oleh
Penyelenggaraan Ilahi bagi anda, dan di sana mengabdi Tuhan dalam suatu cara
yang lebih bermanfaat dan lebih tenteram.
Maka dari itu bagi anda,
yang pada waktu itu telah menghadirkan diri anda sendiri - abas Robertus dan
saudara-saudara Alberikus, Odo, Yohanes, Stefanus, Letaldus dan Petrus seperti
kepada orang lain, kepada siapa anda memutuskan untuk menambah kepada kelompok
anda sesuai dengan Peraturan dan dengan permusyawaratan bersama, setelah
pertimbangan yang kami berikan agar anda bertekun dalam usaha yang suci ini.
Kami meneguhkannya untuk selamanya dengan kewibawaan Tahta Apostolik melalui
pencantuman meterai kami.
III. Keberangkatan Para Rahib Cistersiensis dari Molesme dan Kedatangan Mereka
di Citeaux, serta Pertapaan yang Mereka Dirikan di Sana
Sesudah itu dengan
dukungan kekuasaan yang agung, abas dan rahib-rahibnya kembali ke Molesme dan
dari komunitas religius itu, dipilih mereka yang sependirian, serta
digabungkan, mereka yang setia kepada Peraturan.
Begitulah mereka yang
telah berbicara di hadapan Duta di Lyons dan mereka yang telah dipilih dari
komunitas itu berjumlah dua puluh satu rahib, mereka berkumpul dalam satu
ikatan yang sedemikian kuat, dengan keinginan yang sangat besar berangkat ke
tempat yang sunyi yang disebut Citeaux.
Tempat ini terletak di
Diosis Chalon, didiami hanya oleh binatang-binatang buas, karena pada waktu itu
tidak biasa bagi orang untuk masuk ke daerah itu dikarenakan padatnya pepohonan
dan semak belukar yang berduri. Setibanya di tempat ini, para pria Allah
mendapatkan semuanya itu lebih sesuai bagi hidup bakti yang sudah mereka
rumuskan dalam pikiran dan untuk itu mereka telah datang ke sini, tempat yang
disadari sebagai tempat yang lebih hina dan tidak dapat dimasuki bagi
orang-orang dunia.
Setelah mereka menebang
dan menyingkirkan pohon lebat dan semak belukar berduri, mereka mulai membangun
suatu pertapaan dengan persetujuan Uskup Chalon dan dengan ijin penguasa daerah
itu.
Karena diilhami oleh
rahmat Allah, para pria Allah itu selama masih tinggal di Molesme, seringkali
berbicara satu sama lain, berkeluh kesah, dan digundahkan oleh pelanggaran
Peraturan Santo Benediktus, Bapa para rahib.
Mereka sadar bahwa diri
mereka dan para rahib lainnya telah mengikrarkan kaul meriah untuk melaksanakan
Peraturan ini, namun mereka sama sekali tidak memeliharanya, dan karena itu
dengan sengaja melakukan dosa dengan ikrar palsu.
Oleh karena itu, mereka
memasuki ini dengan kewibawaan Duta Tahta Apostolik, seperti yang telah kami
sebutkan di atas, untuk memenuhi ikrar mereka dengan memelihara Peraturan Suci.
Kemudian karena
bergembira dengan semangat suci mereka dan dituntut dalam sebuah surat oleh
Duta Gereja Roma Suci tersebut, tuan Odo, Pangeran Burgondia, dengan harta
kekayaannya melengkapi pertapaan yang terbuat dari kayu itu, pertapaan yang
mereka mulai. Dan ia memberi mereka di sana untuk jangka waktu yang panjang,
setiap kebutuhan hidup dan dengan murah hati membantu mereka dengan tanah dan
ternak.
5. SURAT
BEATA MARIA GABRIELLA KEPADA IBU ABDISNYA
Tuhan memaku saya pada
salib dan saya tidak mempunyai hiburan lain kecuali mengetahui bahwa saya
menderita untuk memenuhi kehendak ilahi-Nya.
Saya meyakinkan Ibu
bahwa pengorbanan saya sungguh-sungguh lengkap karena dari fajar sampai petang,
saya tidak melakukan apa pun selain mengorbankan kehendak saya dalam segalanya.
Saya ingin tetap kuat,
sekuat besi, namun sebaliknva saya merasa lemah bagaikan sebatang jerami. Sudah
beberapa waktu, saya yakin bahwa saya hanya seorang kerdil dalam kehidupan
rohani, karena saya digoyangkan oleh setiap angin yang berhembus.
Sebelum ini, tak ada
cara untuk menundukkan kehendak pribadi saya. Sekarang saya mengerti bahwa
kemuliaan Allah tidak diagungkan oleh perbuatan-perbuatan besar melainkan oleh
pengorbahan total dari “ego” saya. Doakan agar saya semakin mengerti anugerah
besar yang diberi dalam salib sehingga mulai sekarang, saya bisa
memanfaatkannya untuk diri saya dan untuk setiap orang.
Kadang-kadang saya
merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan saya. Pada saat-saat lain, saya berpikir
bahwa Dia mencobai mereka yang Dia cintai. Pada saat-saat lain lagi nampaknya
tidak mungkin Tuhan dapat dimuliakan oleh kehidupan saya ini.
Saya telah
mempersembahkan seluruh hidup saya kepada Yesus dan saya tidak menarik kembali
kata-kata saya. Saya lemah, ini benar. Tetapi Tuhan yang mengetahui kelemahan
dan penyebab penderitaan saya akan memaafkan saya - tentang ini saya sangat
yakin.
Kadang-kadang ... air
mata saya mulai mengalir dan semua yang dapat saya katakan hanyalah: “Tuhanku,
ini untuk kemuIiaan-Mu!” Dengan cara itu, saya menemukan kedamaian lagi.
Kemarin malam, saya
merasakan suatu kekuatan besar turun ke dalam hati saya dan saya betul-betul
menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan, sambil bersedia untuk menderita demi
kemuliaan-Nya.
6. SURAT
TERAKHIR BEATA MARIA GABRIELLA KEPADA IBUNYA
Ibunda Tercinta,
Saya menulis beberapa
patah kata ini untuk menyampaikan buah pikiran dan salam saya yang terakhir
kepada ibu.
Sang mempelai surgawi
telah mengulangi kembali undangan-Nya, dan hari terakhir semakin mendekat. Saya
tidak mau menyebut hari itu sebagai hari kematian, tetapi hari di mana
terlepaslah ikatan-ikatan dari daging yang papa ini, sehingga akhirnya saya
akan dapat pindah dari hidup ini ke tempat bahagia di surga. Perpisahan dengan
tubuh bukanlah merupakan suatu kematian, tetapi adalah perpindahan ke hidup
sejati.
Bersukacitalah bundaku
tercinta, karena di atas nanti takkan ada lagi klausura, sehingga meskipun ibu
tidak akan dapat melihatnya, namun saya akan dapat datang untuk mengunjungi dan
memeluk ibu. Dan sementara itu, semakin saya rasakan betapa semakin besar cinta
saya pada ibu.
Tenangkanlah hati ibu,
sebab di atas sana saya akan lebih berguna bagi ibu dari pada di sini, karena
dari sana saya akan melihat lebih jelas segala kebutuhan ibu dan akan dapat
menjadi perantara kepada Tuhan. Janganlah menangis dan jangan membuat cerita
seperti yang biasa dilakukan di Dorgali, sebab saya tidak akan menyukainya.
Saya harap, apabila ibu
menerima berita kematian saya, hari itu juga ibu dan semua keluarga pergi ke
misa dan menyambut Sakramen Mahakudus, dan dengan demikian kalian berdoa bagi
saya dan berterima kasih banyak kepada Tuhan atas rahmat-rahmat Yang telah
dianugerahkan kepada saya dan atas kasih sayang yang telah ditunjukkan-Nya
terhadap diri saya.
Saya berharap, Salvator
dan saudara ipar saya mau memenuhi kewajiban Kristen di hari Paskah. Tetapi
kalau hal itu belum dapat mereka lakukan, saya anjurkan agar dapat dilakukan
secepat mungkin, paling tidak untuk memenuhi keinginan saya yang terakhir dan
saya akan berdoa banyak untuk mereka. Saya anjurkan sekali lagi agar ibu tetap
tenang dan bergembira dalam Tuhan dan berdoa bagi saya. Mintakanlah juga doa
dan saudara-saudara dan kenalan-kenalan kita, dan sampaikan juga salam terakhir
saya kepada mereka.
Saya mohon maaf kepada
semua untuk terakhir kalinya atas segala kesalahan saya.
Peluk cium untuk ibu dan
semua keluarga dalam Hati Kristus.
7. Bacaan Diambil dari Tulisan Frater Rafael
Arnáiz Barón Tentang “Kesederhanaan Hati”
Saya tahu, saudara, jalan yang engkau tempuh
adalah hidup sederhana. Allah tidak meminta dari kita lebih daripada
kesederhanaan di luar dan cinta di dalam. Sungguh benar bahwa jalan Allah
sangat mudah dan sangat sederhana bila kita menempuhnya dengan penuh semangat percaya
dan dengan hati bebas terarah pada Allah.
Sungguh berbahagialah Trappist yang bukan hanya
seorang Trappist lahiriah belaka, melainkan yang hidup batinnya ditandai oleh
kesederhanaan yang menjadikannya Trappist sejati.
Orang-orang dunia bisa menganggap kita agak
berbelit-belit. Saya sendiri tidak tahu bagaimana menerangkannya, tetapi saya
mulai menyadari apa yang dimaksudkan oleh Yesus ketika Dia berkata: “Bila kamu
tidak menjadi anak kecil ....“
Jalan Tuhan adalah kesederhanaan; kuk-Nya mudah
dan beban-Nya ringan. Kita mati terhadap dunia supaya dilahirkan kembali bagi
Allah. Penyangkalan diri melalui hidup kesunyian dan keheningan mekar menjadi
luapan sukacita hati yang menghitung berkatnya dari segi kesederhanaan dan
kejujuran.
Mereka yang mengikuti Kristus melakukan begitu
sepanjang jalan salib. Saya kira bila kita mencintai salib, semua kita peroleh.
Allah senantiasa memperkenankan cahaya-Nya
menyinari siapa saja yang mencintai dan mencari Dia dengan kesederhanaan. Kita
harus menyusuri jalan kita melalui banyak lorong berliku-liku sebelum sampai
pada jalan lurus yang sederhana.
Tidak ada yang menyesakkan daripada hal-hal yang
berbelit-belit! Betapa kita umat manusia suka membikin segala sesuatu rumit
bagi diri kita sendiri! Jika kita tidak mengendalikan diri kita dengan praktik
keutamaan berulang-ulang. Dengan cara hidup yang berbelit-belit, kita mengusir
jauh segala sesuatu yang sederhana.
Berkali-kali kita gagal menangkap keagungan yang
sangat tersembunyi di dalam tindakan kesederhanaan. Kita ingin mencari
keagungan di dalam yang berbelit-belit, dan mengira bahwa hanya hal-hal yang
sulit sajalah yang patut dipersembahkan.
Barangkali saya tidak membuat jelas, tetapi kini
saya mengerti dengan jelas, bahwa yang semula saya lihat serba membingungkan
dan berbelit-belit, sebenarnya jelas dan sederhana.
Keutamaan, Allah, dan hidup batin adalah
nilai-nilai yang sulit dihayati! Bukan seakan-akan saya telah mencapai
keutamaan, bukan pula seolah-olah pengetahuan saya akan Allah dan hidup saya
di dalam Roh sepenuhnya jelas, tetapi yang telah saya mengerti ialah bahwa
untuk mencapai hal-hal tersebut, saya perlu bebas dari berbelit-belit dan
pemutar balikan spekulasi dan segala keteknisan.
Saya kini mengerti bahwa kita sampai pada Allah
justru dengan sebaliknya. Pengetahuan sejati akan Dia datang melalui
kesederhanaan hati dan kejujuran. Tindakan cinta sama sekali tidak sulit, yang
sungguh sulit adalah usaha untuk memperoleh pengetahuan akan Allah dengan
menyelami misteri-misteri-Nya.
Tindakan cinta membawa kita kepada Allah,
sedangkan jalan yang lain tidak membawa kita ke mana pun. Keutamaan, memang
untuk para suci, agak sulit untuk dipraktikkan, tetapi tidak sesulit mengikuti
suatu perlombaan atau kuliah pendidikan tinggi.
Kadang-kadang tekad sederhana bahkan
keterlibatan kemauan semata-mata cukuplah.
Mengapa kadang-kadang, kita kehilangan
keutamaan?
Sebab kita tidak sederhana, membikin berbelit-belit
tujuan-tujuan kita, kelemahan kehendak kita, menjadikan segala yang kita
kehendaki nampak sulit. Kita memupuk kelemahan tersebut bila kita membiarkan
kehendak kita memuaskan diri dengan yang menyenangkan, menghiburkan,
mengalihkan perhatian yang seringkali hanya demi nafsu belaka.
Seandainya ada orang yang mau menjelaskan kepada
saya secara persis apa yang harus saya lakukan untuk menjadi suci dan berkenan
pada Allah, saya kira dengan bantuan Allah dan Bunda tersuci-Nya, saya akan
dapat melaksanakannya.
Dengan Yesus di samping saya, rupanya tidak ada
sesuatu pun sulit bagi saya, dan jalan menuju kesucian nampak semakin sederhana
setiap kali saya memandang-Nya. Lebih baik rupanya kesucian tercapai lebih
dengan maju ke depan dan meninggalkan segala sesuatu di belakang daripada
dengan mencari hal-hal yang baru. Lebih dengan melucuti kembali sehingga sederhana
daripada menambah-nambahkan.
Selama kita maju ke depan sambil memalingkan
muka dari sedemikian banyak cinta tak teratur terhadap ciptaan dan terhadap
diri kita sendiri, saya kira kita akan semakin dekat kepada satu-satunya cinta
sejati, satu-saturiya dambaan, aspirasi hidup ini: kesucian sejati, yakni:
Allah.
8. Bacaan
dari Dialog St. Katarina dari Siena Tentang “Pewahyuan Ilahi”
Aku Telah Melihat dan Merasakannya Ya Tritunggal Abadi, Keilahian Abadi!
Keilahian ini, kodrat ilahi-Mu, membuat darah Putera
Tunggal-Mu sangat berharga. Tritunggal Abadi, Engkau bagaikan samudera yang
dalam, di mana semakin aku mencari-Mu, semakin menemukan; dan semakin aku
menemukan, semakin aku mencari-Mu. Engkau memenuhi jiwa, entah bagaimana, tanpa
memuaskannya. Di kedalaman diri-Mu, Engkau begitu mengisi jiwa sehingga jiwa
tetap selalu lapar dan haus akan Dikau dan menginginkan-Mu, berhasrat melihat
dalam terang-Mu, Engkau yang adalah terang.
Dengan cahaya akal budiku, dalam terang-Mu aku
telah melihat dan merasakan kedalaman diri-Mu, Tritunggal Abadi, dan keindahan
ciptaan-Mu. Kemudian dengan memandang diriku sendiri dalam Engkau, aku telah
melihat bahwa aku, gambar-Mu ini, adalah kurnia yang kuterima daripada-Mu
dalam kekuatan-Mu, Bapa Abadi dan dalam kebijaksanaan-Mu, yang dihubungkan
dengan Putera Tunggal-Mu. Roh Kudus yang menjadi penerus-Mu, ya Bapa dan
penerus Putera-Mu menyiapkan aku dan memberikan kepadaku kehendak untuk
rnencintai-Mu.
Tritunggal Abadi, Engkau adalah Pencipta, dan
aku makhluk ciptaan-Mu. Sebagai ciptaan baru berkat darah Putera-Mu, aku
akhimya tahu bahwa Engkau mencintai keindahan ciptaan-Mu. Ya Tritunggal Abadi,
ya Allah, Engkaulah jurang yang amat dalam, samudera yang dalam. Engkau telah
memberikan diri-Mu sendiri kepadaku. Apakah ada sesuatu yang lebih besar yang
dapat Kauberikan dari itu?
Engkaulah api, yang selalu menyala dan tak
pernah habis, panas-Mu memakan habis segala cinta diri dari jiwa dan membawa
pergi segala yang dingin. Dengan terang-Mu, Engkau menerangi budi kami,
sebagaimana terang-Mu telah membawaku mengenal kebenaran-Mu. Dalam cahaya ini,
aku mengenal Engkau, dan aku mendambakan Engkau bagi diriku sendiri sebagai
kebaikan tertinggi, kebaikan yang mengatasi segala kebaikan, kebaikan yang
penuh rahmat, kebaikan yang tak dapat dimengerti, tak dapat dinilai, keindahan
yang mengatasi segala keindahan, kebijaksanaan yang mengatasi segala
kebijaksanaan. Engkaulah kebijaksanaan itu sendiri.
Engkaulah makanan para malaikat, yang memberikan
diri-Mu sendiri kepada umat manusia segala cinta kasih-Mu. Engkaulah busana
yang menutupi setiap ketelanjangan. Engkau menyantapi yang lapar dalam
kemanisan-Mu, sebab Engkau lembut tanpa noda kepahitan, ya Tritunggal Abadi.
9. Para
rahib dari biara Cluny mengikuti ideal Santo Benediktus Aniane.
Biara Cluny mengalami kejayaannya selama
dipimpin oleh sederetan abas yang termasuk tokoh suci, terpelajar dan
organisator yang agung seperti: Santo Odo, Mayeul, Odillo, Hugo, dan Petrus
Venerabilis. Mereka menaruh banyak perhatian terhadap liturgi dan meditasi
Kitab Suci serta tulisan para Bapa.
Mereka memberikan dasar kuat bagi perkembangan
teologi monastik di Barat, yaitu: refleksi tentang misteri Kristen yang
disantapi oleh kotbah dengan teks-teks suci dan diterangi oleh pengalaman akan
Allah yang akrab.
Gerakan ini mempunyai wakilnya yang
representatif dalam diri Santo Anselmus, seorang penulis mistis, seorang
teolog, dan Abas Biara Le Bec di Normandia dan akhirnya menjadi Uskup Agung di
Canterbury.
DOA SANTO ANSELMUS
Hai jiwaku! Sudahkah kau temukan apa yang kau
cari? Dulu engkau mencari Allah, dan engkau telah menemukannya, ternyata Dialah
yang mahatinggi di antara segala mahluk, sehingga manusia tidak dapat
memikirkannya lagi apa yang lebih dari Dia.
Dia sendirilah hidup, cahaya, hikmat, kebaikan,
kebahagian abadi dan keabadian yang membahagiakan. Dia itu kekal serta
mengatasi ruang dan waktu. Tuhan Allahku, Engkau telah menciptakan dan menebus
aku, penuhilah jiwaku, Engkau menyatakan kepadanya perihal apa yang membedakan
antara diri-Mu dengan apa yang mampu dilihatnya, sehingga ia memandang secara
terbuka akan keinginannya.
Jiwaku telah berusaha sebaik-baiknya untuk
melihat secara lebih baik, tetapi ía hanya melihat kegelapan di balik apa yang
dilihatnya. Atau lebih tepat, ia tidak melihat kegelapan sebab tak ada
kegelapan di dalam diri-Mu, tetapi ia melihat dan tahu bahwa ia dapat melihat
lebih baik, karena dibatasi oleh kegelapannya sendiri.
Benar Tuhan, cahaya yang Kaudiami memang tak
dapat didekati, tak seorang pun kecuali Engkau sendirilah yang memang dapat
memasuki cahaya itu. Di sana, Engkau memandang diriMu secara terbuka.
Benar-benar karena itulah, maka saya tidak dapat
melihatnya. Engkau terlalu cemerlang untuk penglihatanku, namun segala sesuatu
yang kulihat, berkat Dialah saya membedakannya sebagai biji mata yang terlalu
rapuh, berkat matahari, ia dapat melihat segala sesuatu yang ditangkapnya,
meskipun tanpa dapat memandang matahari itu sendiri.
Akal budiku tetap tinggal tidak berkuasa di
hadapan cahaya-Mu, sebab cahaya-Mu terlalu cemerlang. Mata jiwaku tak mampu
untuk menerimanya, dan ía bahkan tidak tahan lama terpandang padanya.
Pandanganku terluka oleh sinarnya, karena dilampaui oleh kuasanya Pandanganku
hilang di dalam sinar-Mu yang luar biasa dan tetap terlebur di depan sinar-Mu
yang dalam.
O cahaya yang mulia yang tak dapat terdekati, O
kebenaran yang menyeluruh dan membahagiakan, betapa Engkau jauh dariku, namun
toh dekat aku pada-Mu.
Engkau menghindari sama sekali pada pandanganku,
sedangkan aku, aku sama sekali ada di bawah pandangan-Mu.
Di mana pun juga kehadiran-Mu yang penuh selalu
bersinar, tetapi saya tidak dapat memandang-Mu, di dalam Engkaulah saya berbuat
dan hidup, namun aku tidak dapat mencapai pada-Mu, Engkau ada di dalam diriku
tetapi Engkau sama sekali toh ada di sekitarku dan aku tidak dapat
menangkap-Mu.
Aku mohon ya Allahku, buatlah aku mengenal
diri-Mu buatlah aku mencintai diri-Mu supaya sukacitaku ada di dalam Engkau,
dan jika aku tidak dapat secara penuh di dalam kehidupan ini,
sekurang-kurangnya aku mampu ke arah itu setiap hari, sehingga sampai
terpenuhi. Semoga di dalam kehidupan ini, pengenalan akan diri-Mu semakin
bertambah besar di dalam diriku, dan semoga tercapai pada akhirnya.
Semoga kasih-Mu berkembang di dalam diriku dan
semoga kasih-Mu itu sempurna dalam hidup di masa yang akan datang, supaya
sukacitaku yang sudah besar di dunia ini dalam pengharapan, tercapai di dalam
kenyataan.
Tuhan Allah, melalui Putera-Mu, Engkau memberi
kami perintah atau lebih baik nasehat, untuk memohon, dan Engkau telah
menjanjikan bahwa kami akan dikabulkan, supaya sukacita kami sempurna.
Tuhan, aku mohon kepada-Mu semoga Engkau
mengilhami kami melalui Dia yang menjadi penasehat kami yang mengagumkan.
Dapatkah aku menerima apa yang Engkau janjikan demi kebenaranMu, supaya
sukacitaku sempurna. Allah yang benar, aku memohon ke hadirat-Mu, kabulkanlah
doaku supaya sukacitaku sempurna. Semoga selanjutnya semua itu menjadi
renunganku, renungan jiwaku dan laku tapaku, semoga hal itu menembus hatiku dan
ucapan mulutku, hendaknya hal itu merupakan kehausan jiwaku, kehausan dagingku
dan keinginan seluruh pribadiku, sampai aku masuk ke dalam sukacita Tuhan,
Allah yang Tunggal dalam tiga pribadi, terpujilah Engkau selama-lamanya. Amin.
10. Keunggulan Hidup
Senobit”
Suatu Petikan dari Riwayat Hidup St. Pakomeus, Abas
St. Pakomeus adalah seorang tokoh yang berjasa
besar dalam hidup senobit yang sangat terorganisir. Sebagai seorang pemuda
kafir, ia dibimbing kepada Kristus oleh kesaksian kasih orang-orang Kristen
yang memberi makanan kepada para tawanan yang serba kekurangan. St. Pakomeus
(286-342 M) mendirikan sebuah biara senobit di Tabennisi, di pinggir Sungai
Nil, yang kemudian diikuti oleh enam biara lainnya. Baginya, ketaatan antara
para rahib dan kasih terhadap sesama merupakan batu ujian bagi biaranya.
Saya ingin menunjukkan kepada anda bahwa
penghormatan dan kemuliaan dari mereka yang berlaku baik di dalam hidup
bersama, demikian juga bahwa keunggulan penderitaan-penderitaan yang menimpa
mereka, mengalahkan penderitaan-penderitaan yang menjalani hidup anakorit.
Saya ingin menunjukkan kepada anda sekaligus,
bahwa kehancuran, kegagalan dan kerugian pada mereka yang tidak berjalan dengan
baik di dalam hidup anakorit. Sesungguhnya, itu adalah seperti seorang pedagang
yang berlayar melalui laut atau sungai kapan saja. Jika ia menghindari bahaya
laut ia menjadi sangat kaya, tetapi jika perahunya tenggelam ke dalam laut,
bukan kekayaannya saja yang lenyap, tetapi juga hidupnya dan ingatannya akan
lenyap selama-lamanya. Maka dengarlah penafsirannya: orang yang maju dalam
hidup bersama dengan kemurnian, ketaatan, kerendahan hati serta penaklukkan
diri, dan tidak menaruh -baik batu sandungan atau kejahatan- terhadap seorang
pun oleh kata-katanya atau perbuatannya. Orang itu akan menjadi kaya, oleh
kekayaan yang tidak akan binasa serta tahan selamanya. Tetapi jika ia lalai,
dan jika suatu jiwa mendapat sandungan oleh dia dan mati karena dia, celakalah
orang itu! Bukan hanya ia jiwanya yang hancur dan penderitaan-penderitaan
menimpa padanya, tetapi juga ia bertanggung jawab terhadap Allah atas jiwa yang
telah menerima batu sandungan itu.
Kemudian saya akan mengajar anda melalui sebuah
perumpamaan tentang saudara-saudara yang paling kecil di dalam hidup bersama.
Ia tidak menyerahkan diri kepada latihan-latihan
rohani yang berat dan askesis yang berlebihan, tetapi melulu berjalan dengan
ketaatan dan pelayanan dalam kemurnian tubuh dan menurut peraturan yang telah
ditetapkan.
Dengan cara itu, menurut pandangan orang-orang
yang memeluk hidup anakorit, orang kecil tersebut tidak berjalan untuk hidup
sempurna, tetapi dipandang sebagai ”yang rendah”.
Sesungguhnya, itu bagaikan hamba-hamba
kesayangan raja dan kaum sida-sida, yang di dalam istana mempunyai ukuran
derajat yang lebih berani daripada pejabat-pejabat di bawah perintah raja.
Pejabat-pejabat tidak dapat menegur seperti yang dilakukan para sida-sida itu.
Semacam itulah halnya tentang mereka-mereka itu
yang dipandang sebagai “yang sangat rendah” di dalam hidup bersama, yang akan
ditemukan sempurna di dalam hukum Kristus sebagai akibat ketekunan.
“Yang sangat rendah” itulah yang berlaku dengan
seluruh penaklukkan menurut Allah, dan jauh lebih tinggi daripada mereka yang
memeluk hidup anakorit. Sebab “yang sangat rendah” berjalan di dalam pelayanan
sebagaimana telah ditempuh oleh Rasul Paulus, seperti ditulisnya: “Oleh kasih
akan Roh, layanilah satu sama lain di dalam satu Roh kesopanan serta di dalam
seluruh kesabaran, di hadirat Tuhan kita Yesus Kristus ... “ (Gal 5:13).
11. SURAT
CUTHBERTUS TENTANG WAFAT SANTO BEDA VENERABILIS
Beda melewatkan seluruh
hidupnya di Keabasan Jarrow, Inggris. “Doa dan Kerja” merupakan perintah dari
St. Benediktus, dan Beda tidak mempunyai ideal lain kecuali perintah itu. Tugas
utamanya di bidang intelektual di tanah Inggris. Sejarah para martir dan
komentar Kitab Suci, bukan sesuatu yang sama sekali asing baginya, tetapi ia
tidak pernah mengorbankan doa demi studi!
Pada hari Selasa sebelum
Kenaikan Tuhan, ia mulai menderita lebih hebat dan kelihatan suatu bengkak
kecil di kakinya. Sehari-harian ia mengajar dan mendiktekan dengan humor yang
baik. Pada suatu saat, ia berkata: “Bergegaslah belajar, saya tidak tahu lagi,
berapa lama saya masih berada di sini, jangan-jangan penciptaku akan segera
menjemput aku.” Kelihatannya ia benar-benar meramalkan kematiannya, demikian
ia melewatkan sepanjang malam tanpa tidur, sambil berdoa syukur. Pagi-pagi
benar pada hari berikutnya, ia memerintahkan menulis dengan cepat apa yang
telah kami mulai dan kami melakukannya sampai jam sembilan. Kemudian kami
mengadakan perarakan relikui para kudus menurut kebiasaan hari itu. Tetapi,
seorang di antara kami tetap tinggal bersama dia dan berkata kepadanya: “Guru
terkasih, kurang satu pasal saja dari buku yang anda diktekan. Apakah sulit
untuk mengajukan pentanyaan-pentanyaan lebih jauh?” Beliau menjawab: “Mudah!
Ambillah pena dan tinta dan tulislah cepat!” Itulah yang dikerjakannya.
Pada jam tiga lewat
tengah hari, ia berkata kepadaku: “Di dalam peti-petiku, aku memiliki beberapa
barang berharga: lada, stola, dan dupa. Berlarilah cepat, hantarkanlah
imam-imam kepadaku di biara kita, dan aku akan membagikan kepada mereka hadiah-hadiah
kecil ini, seperti Tuhan menghadiahkan benda-benda itu kepadaku.”
Ketika mereka tiba, ia
berbicara kepada mereka, sambil masing-masing dari mereka merayakan misa dan
berdoa dengan semangat untuk dia, seperti apa yang mereka janjikan kepadanya
dengan hati yang rela. Semua orang menatap dan menangis, terutama karena ia
telah berkata bahwa menurut pandangannya, mereka tidak akan melihat lagi
wajahnya di dunia ini. Namun mereka bersukacita karena ia mengucapkan kata-kata
ini: “Tibalah saatnya, jika penciptaku, hakim yang baik, jika kepada-Nya aku
segera kembali. Dia yang menciptakan aku, aku yang dahulu tidak ada dan yang
diadakan dari ketiadaan. Saya hidup lama. Hakimku yang berbelaskasih telah
meramalkan bagiku suatu kehidupan yang bahagia. Saat keberangkatanku sudah
tiba, sebab aku ingin menghilang untuk ada bersama Kristus. Memang jiwaku ingin
melihat rajaku, Kristus di dalam keindahan-Nya“. Beliau masih mengatakan hal
lain lagi untuk membangun diri kami, dan ia melewatkan sepanjang hari sampai
sore di dalam sukacita.
Anak Wibertus berkata
kepadanya: “Guru terkasih, masih satu kalimat yang tidak disalin.” - “Tulislah
segera!” - anak itu menjawab: ”Sekarang kata itu telah disalin.” Dan kepadanya,
ia berkata: “Baik, engkau telah mengatakan kebenaran. Segalanya
telah dipenuhi, taruhkanlah kepalaku ke dalam tanganmu sebab aku sangat
bergembira duduk menghadap kapel orang kudusku, di mana aku biasa berdoa,
supaya sambil duduk, aku dapat menyebut Bapaku.”
Demikianlah, di atas
kasur jerami di dalam selnya ia berkidung: ”Kemuliaan kepada Bapa dan Putera
dan Roh Kudus”, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dan seperti yang
seharusnya dipercaya tanpa sangsi karena di dunia ini, ia selalu bersusah
payah dengan semangat yang besar untuk menyanyikan pujian kepada Allah. Maka,
ía berangkat menuju kegembiraan surgawi yang diidamkannya.
12. SURAT
SANTO GREGORIUS AGUNG KEPADA SANTO AUGUSTINUS
Augustinus diutus oleh Paus Gregorius Agung ke
tanah Inggris sebagai pemimpin suatu kelompok rahib Romawi untuk mewartakan
Injil pada orang-orang Anglo-Saxon pada tahun 597. Misinya penuh sukses. Setelah
ditahbiskan menjadi Uskup di Canterbury, Augustinus mengorganisir Gereja dan ia
mengkristenkan umat seraya menghormati (sebisa mungkin) tradisi para leluhur
mereka.
Kemuliaan bagi Allah di surga tinggi dan di bumi
bagi orang yang mencintai-Nya, sebab biji gandum telah mati dengan jatuh ke
atas bumi, supaya tidak meraja sendirian di surga.
Wafat-Nya menghidupkan kita, kelemahan-Nya
menguatkan kita, penderitaan-Nya merampas kita dari penderitaan, kasih-Nya
mengajak kita mencari saudara-saudara di Britania Raya yang tidak kita kenal.
Rahmat-Nya mempertemukan kita dengan mereka yang kita cari tanpa kita mengenal
mereka. Tidak seorang pun mengungkapkan betapa gembiranya suatu peristiwa yang
demikian itu bangkit di dalam hati kaum beriman.
Umat Inggris, melalui daya kerja rahmat Allah
yang mahakuasa dan berkat kerja anda, saudaraku, telah menghalau kesesatan yang
gelap agar digenangi oleh sinar iman. Selanjutnya, dengan jiwa yang sama sekali
sehat, ia menginjak-injak berhala-berhala. Di depan-Nya, berhala itu
ditaklukkannya dengan suatu ketakutan yang tak masuk akal.
Dengan hati yang murni, ia menunduk takluk di
hadirat Allah yang mahakuasa. Peraturan-peraturan yang diberikan oleh
ajaran-ajaran suci melindunginya dari jatuh kembali ke dalam kejahatan. Pengajaran
Ilahi menaklukkan jiwanya dan mengangkat akal budinya. Di dalam doa, ia
merendahkan dirinya sampai ke tanah supaya rohnya tidak berbaring di tanah.
Mana pengarang suatu karya yang sedemikian besar kalau bukan orang yang
berkata: “Bapaku, sampai sekarang senantiasa bekerja dan aku juga bekerja.”
Untuk menunjukkan bahwa ia tidak mempertobatkan
dunia oleh hikmat manusia tetapi oleh keutamaannya yang istimewa, ia telah
memilih sebagai pengajar-pengajar untuk diutus ke dalam dunia, orang yang
tidak tahu menahu segala sesuatu. Lagi bahwa ia melakukan sekarang, karena ia
sudi mengerjakan hal-hal yang begitu besar demi kebaikan umat Inggris oleh
orang-orang lemah juga. Tetapi kurnia ilahi, saudaraku terkasih, menuntut bahwa
kegembiraan besar itu bersatu dengan suatu rasa takut yang hidup. Sesungguhnya
saya tahu bahwa Allah yang mahakuasa telah memperlihatkan mukjizat-mukjizat
yang besar berkat kasihmu dalam umat yang dipilihnya itu. Jadi perlulah bahwa
kurnia surgawi itu memberi anda kegembiraan sekaligus ketakutan, takut
sekaligus sukacita. Anda mesti bersukacita sebab mukjizat-mukjizat lahir
menarik jiwa-jiwa orang Inggris berkat rahmat batin.
Tetapi anda harus takut, bahwa di antara tanda-tanda
yang sekian besar yang terpenuhi itu, jangan-jangan jiwa yang lemah menjadi
sombong karena memperhitungkan atas dirinya sendiri dan bahwa oleh peninggian
serta kemuliaan yang kelihatan itu jiwa yang lemah itu secara tak kelihatan
runtuh oleh kemuliaan yang sia-sia.
Kita harus ingat akan jawaban Guru Ilahi terhadap
murid-murid-Nya yang sangat bergembira akan pengajaran mereka dan berkata
kepada-Nya: “Tuhan, bahkan roh-roh jahat itu takluk kepada kami atas nama Mu.”
Serta-merta mereka mendengar kata-kata ini:
“Janganlah kamu bergembira karena hal itu, tetapi bergembiralah karena namamu
tercatat di surga.”
13. SEGALA SESUATU BAGI HATI YESUS
Surat Beato Yosep-Marie Cassant kepada orangtuanya,
tertanggal 23 Desember 1902 / 24 Mei 1903
Yosep-Marie Cassant
lahir pada tanggal 6 Maret 1878, di Casseneuil (Kasaneuil), Keuskupan Agen,
Prancis. Dia menerima pendidikan secara lengkap dari sekolah dan keluarganya.
Seiring dengan berkembangnya keinginan untuk menjadi seorang imam, dengan rajin
ia mengolah semangat keheningan dan doa. Pada tanggal 5 Desember 1894, pada usia
16 tahun, ia masuk biara Sainte-Marie du Desert, sebuah biara Cisterciensis di
Keuskupan Toulouse. Diilhami oleh motto hidupnya: “seluruhnya bagi Yesus,
seluruhnya melalui Maria” dan juga oleh devosinya kepada Ekaristi,
terdapat kemajuan dalam kesederhanaan hati. Ia mengikrarkan kaul agung pada
tanggal 24 Mei 1900, kemudian setelah kesukaran dan perjuangan keras, ia
menerima tahbisan imam pada tanggal 12 Oktober 1902. Didera oleh penyakit TBC,
ia mempersembahkan penderitaannya untuk kasih akan Yesus dan bagi Gereja dan
wafat pada tanggal 17 Juni 1903, pada usia 25 tahun.
Saat ini Natal, seperti
fajar Tahun baru. Jangan biarkan hal itu berlalu tanpa pemeriksaan batin.
Pertama-tama harus dikatakan bahwa tahun ini telah menjadi sebuah tahun rahmat
bagi seluruh keluarga. Pada tanggal 22 Februari, tahbisan diakon membuka pintu
bagi imamat dan pada tanggal 12 Oktober, kita menyaksikan pemenuhan dari semua
kerinduan kita. Kita akan sangat tidak tahu terima kasih seandainya kita tidak
melihat semua itu sebagai perlindungan yang khusus dari Hati Yesus.
Selama sekian lama kita
mendambakan agar bisa berkumpul secara utuh dalam keluarga setelah tahbisanku,
demikianlah untuk berbagi kebahagiaan menghadiri dan menerima komuni
bersama-sama pada misa perdanaku. Tuhan yang baik telah mendengarkan harapan
kita yang terdalam. Tugas kitalah sekarang, untuk bersyukur pada-Nya dan masuk
semakin dalam, dalam keagungan imamat. Jangan pernah kita berani untuk
membandingkan Kurban Misa dengan barang-barang duniawi.
Maka saya mengucapkan
kepada anda semua selamat Tahun baru yang penuh kebahagiaan dan kudus. Jangan
ada lagi kekhawatiran! Anda semua tahu bahwa saya sekarang seorang imam dan
tidak akan pernah lupa pada anda.
Marilah kita menetapkan
hati untuk memanfaatkan waktu yang diberikan kepada kita dalam hidup ini, yang
bisa diumpamakan seperti air yang mengalir, seperti hembusan asap yang
dihamburkan oleh nafas yang paling kecil, atau seperti secercah kilat yang
membelah awan kemudian lenyap. Meskipun begitu waktu yang singkat di dunia
harus digunakan sebaik-baiknya. Untuk itu, kita harus mengerjakan segalanya
dengan cinta, menjadi satu dengan Hati Yesus, dan menolak kecemasan mana pun
yang tak ada gunanya.
Hal terbaik yang bisa
kuharapkan adalah agar anda senantiasa tinggal dalam Hati Yesus. Terimakasih
untuk surat yang anda tulis dengan hati anda yang terdalam.
Terima kasih, saya baru
saja menerima foto-foto yang bagus. Foto-foto itu akan menjadi sebuah
kenang-kenangan keluarga yang indah. Semoga dalam semuanya itu Hati Yesus
dimuliakan. Saya ingin anda selalu menghormati Hati Yesus yang ditahtakan di
rumahmu. Marilah bersatu dalam Hati Yesus saat kita memohon perlindungan-Nya.
Tentang kesehatanku,
selalu bermasalah. Saya dirawat dengan baik. Saya tidak mengikuti latihan komunitas
satu pun, tetapi, karena terlalu panas, saya masih sulit bernafas. Saya juga
batuk-batuk karena demam. Semuanya untuk Hati Yesus.
Saya akhiri dengan
harapan agar kita selalu bersatu dalam Hati Yesus, di atas bumi seperti di
dalam Surga.
14. SURAT
SANTO BERNARDUS KEPADA PAUS EUGENIUS III
Kita tidak dapat
menggambarkan kegembiraan karena berita yang tidak pernah dinantikan
sebelumnya, yaitu: bahwa pada permulaan tahun 1145, pada tanggal 15 Februari,
Abas Bernadus dari Santo Vincentius dan Anastasius, di Roma, dipilih menjadi
Paus. Petrus Bernadus Paganelli adalah seorang kanonik dari Pisa, ketika ia
mengikuti Santo Bernardus, dari Itali ke Clairvaux untuk menjadi rahib. Pada
tahun 1140, ia dipilih menjadi Abas pertama di Keabasan Tre Fontane, dekat
Roma. Di Clairvaux, seperti rahib yang lain, ia harus sibuk dengan
pekerjaan-pekerjaan yang rendah dan hina. Diceriterakan bahwa ia ditunjuk untuk
mengurus tungku api pemanasan.
Warta gembira yang
dikerjakan Tuhan terhadapmu telah terdengar di daerah kami dan merupakan buah
bibir setiap orang.
Saya tidak menulis surat
dengan lebih segera karena saya telah menimbang-nimbang tentang hal itu di
dalam keheningan. Saya menunggu untuk mendengar dari kamu, ”untuk ditemui di
jalan dengan berkat yang berlimpah-limpah”. Saya menunggu seorang utusan yang
dapat dipercaya dari pribadimu sendiri untuk mengatakan kepadaku setiap hal
secara tepat seperti semuanya itu terjadi. Saya menunggu untuk melihat apakah
barangkali salah seorang dari anak-anakku akan datang kembali untuk menenangkan
dukacita ayahnya dan berkata: “Anakmu Yusuf masih hidup, dan dialah yang
memerintah seluruh tanah Mesir.”
Jadi saya menulis surat
ini, tidak karena kehendak bebasku sendiri, tetapi karena keharusan, tambahan
pula dipaksa oleh sahabat-sahabat.
Kepada mereka ini, saya
tidak dapat menolak betapa pun kecilnya bisa tinggal bagiku dari hidupku.
Beberapa merupakan hari-hari yang ditinggalkan bagiku, kini hanya tinggal
kubur. Kini bahwa saya telah mulai, saya tidak akan tetap tinggal diam, tetapi
saya akan berbicara kepadamu, kepada anda yang mulia. Saya tidak berani
menyebut anda anakku lagi. Dulu anda anakku, tetapi kini anda telah menjadi
bapaku. Dahulu saya adalah bapa anda, tetapi sekarang sayalah yang menjadi anak
anda. Anda yang datang sesudah saya, kini telah maju di muka saya. Tetapi saya
tidak merasa cemburu, karena saya yakin bahwa anda yang tidak hanya datang
sesudah saya, tetapi juga dalam suatu cara melalui saya sebagai perantara, anda
akan mengambil keputusan di dalam pribadi anda sendiri di mana kekurangan saya.
Karena jika anda akan mengampuni kata-kataku, maka akulah dulu yang seperti
dulu juga, melahirkan anda di dalam Injil.
Apa yang kuharapkan
merupakan sukacitaku dan suatu mahkota mulia bagiku! Yaitu: anda di hadapan
Allah. Seorang anak bijaksana merupakan kebanggaan bapanya. Dari sekarang ini,
anda tidak akan disebut anak, tetapi anda akan disebut dengan sebuah nama baru
yang diberikan kepada anda oleh “Bibir Tuhan sendiri”. Ini merupakan suatu
perubahan dari tangan kanan dari yang mahatinggi, seperti Abram menjadi
Abraham, Yakub menjadi Israel.
Untuk mengutip
pendahulu-pendahulu anda, seperti Simon menjadi Kefas, Saulus menjadi Paulus,
begitu juga anakku Bernardus diangkat untuk menjadi bapaku Eugenius.
Saya harap hal itu
merupakan suatu perubahan yang menggembirakan dan bermanfaat. Inilah jari Allah
yang mengangkat orang malang keluar dari debu, pengemis dari timbunan sampah
untuk duduk di antara para pangeran dan mencapai kehormatan sebuah tahta.
15. Hari Raya
Santo Benediktus
Fil 3:7- 4:1,4-9
Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku
sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Saudara-saudara, apa yang dahulu merupakan
keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala
sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih
mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu
dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia
bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu: kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan
kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya akhirnya beroleh
kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal
ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga
menangkapnya karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.
Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya,
tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan
mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan
untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus
Yesus. Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau
lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga
kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita
Ianjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan
perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan
pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib
Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, tuhan mereka ialah perut mereka,
kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada
perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ
juga kita menantikan Tuhan Yesus sebagai juru selamat, yang akan mengubah tubuh
kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut
kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan
kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan,
hai saudara-saudaraku yang kekasih!
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali
lagi kukatakan: bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua
orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala
akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu
pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa
yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera
akan menyertai kamu.
16. Pembacaan dari Peraturan Santo Benediktus
Jangan ada sesuatu diutamakan melebihi Kristus!
Pertama-tama, kalau kamu
memulai melakukan sesuatu yang baik, mohonlah dengan sangat kepada Tuhan dalam
doa, supaya Ia sudi menyelesaikannya. Dia sudah berkenan menghitung kita
sebagal putera-Nya. Jangan sampai Ia menjadi susah karena perbuatan kita yang
buruk. Kita harus sewaktu-waktu taat kepada-Nya sehubungan dengan
kebaikan-kebaikan yang telah ditaruhkan-Nya di dalam diri kita. Jangan sampai
terjadi bahwa pada suatu ketika Ia sebagai bapa menjadi marah dan mencabut
warisan anak-anak-Nya. Tetapi jangan juga sampai terjadi la sebagai tuan yang
menakutkan menjadi marah karena kejahatan kita dan menyerahkan kita kepada hukuman
kekal, karena kita sebagai abdi yang jahat tidak mau mengikuti-Nya sampai pada
kemuliaan.
Oleh sebab itu marilah
kita bangun, karena Alkitab membangunkan kita dengan berkata: “Saatnya telah
tiba bagi kita untuk bangun dari tidur.” Dengan mata terbuka kepada cahaya
ilahi dan dengan telinga penuh perhatian, marilah kita mendengarkan suara ilahi
yang tiap hari berseru dan menasehati kita: “Pada hari ini, sekiranya kamu
mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.” Dan lagi, “Siapa bertelinga
hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada Gereja-gereja.”
Dan apa yang
dikatakan-Nya? “Marilah anak-anak-Ku, dengarkanlah Aku. Takut akan Allah akan
Ku-ajarkan kepadamu. Berlarilah selama cahaya kehidupan ada padamu, jangan
sampai kegelapan maut menyergap kamu.”
Karena mau mencari bagi
diri-Nya seorang karyawan di antara orang banyak yang menerima seruan tadi,
Tuhan bersabda lagi: “Siapa yang menyukai hidup dan menginginkan umur panjang
untuk menikmati yang baik?” Kalau mendengar itu kamu menjawab: “Saya!”, Tuhan
bersabda kepadamu: “Jika kamu mau memperoleh kehidupan sejati yang kekal,
jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang
menipu. Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan
berusahalah mendapatkannya. Dan jikalau kamu melakukan itu, mata-Ku tertuju
kepadamu dan telinga-Ku kepada doamu, dan sebelum kamu memanggil Aku, Aku akan
berkata kepadamu: ini Aku”. Saudara-saudara terkasih, manakah yang lebih manis
daripada suara Tuhan yang memanggil kita demikian? Kamu melihat sendiri, betapa
baiknya Tuhan. Ia menunjukkan jalan kehidupan kepada kita. Oleh karena itu,
marilah kita mengikat pinggang kita dengan iman dan melakukan perbuatan yang
baik, marilah kita maju dalam perjalanan Tuhan di bawah tuntunan Injil, agar
kita pantas melihat Dia yang telah memanggil kita ke dalam kerajaan-Nya. Bila
kita ingin berdiam di kemah kerajaan-Nya, kita sama-sekali tidak akan sampai,
jika kita tidak berlari ke situ dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik.
Seperti ada semangat
buruk dan pahit yang memisahkan kita dari Tuhan dan mengantar ke neraka,
demikianpun ada semangat baik yang memisahkan kita dari cacat-cacat dan
mengantar ke Allah dan hidup kekal. Inilah semangat yang harus dilatih oleh
para rahib dengan cinta menyala: mereka hendaknya saling mendahului dalam
memberi hormat, menanggung kelemahan-kelemahannya, baik jasmani maupun moral
dengan sabar sekali, berebut saling mentaati. Jangan seorangpun mengikuti yang
dipandangnya berguna bagi diri sendiri, tetapi yang berguna bagi orang lain.
Hendaknya mereka mengamalkan cinta kasih persaudaraan dengan murni, takut akan
Tuhan dengan kasih, mencintai abasnya dengan cinta kasih yang tulus dan rendah
hati, sama sekali tidak mengutamakan sesuatu pun atas Kristus. Semoga la
mengantar kita bersama sampai ke hidup kekal.
17. Pembacaan dari
Kotbah St. Guerikus,
Maria, Ibu Kristus dan Ibu Umat Kristiani
Maria hanya melahirkan
seorang putra. Di surga, Yesus itu putra tunggal Bapa dan di dunia, Ia putra
tunggal ibu-Nya. Dia, Perawan Maria, ibu satu-satunya, bangga melahirkan
Putera Tunggal Bapa. Ia memeluk satu-satunya Putera Tunggal yang merangkum
sernua anggota-Nya, sehingga ia sungguh tepat disebut ibu semua orang, di mana
ia melihat Kristus, puteranya, sudah atau sedang dibentuk.
Hawa pertama itu bukan
seorang ibu kandung. Dia itu ibu tiri. Karena kepada anak-anaknya,
ia mewariskan kematian yang tak terelakkan, bukan permulaan terang sejati.
Memang ia disebut ibu semua orang yang hidup, tetapi ia ternyata berubah
menjadi pembunuh semua yang hidup. Dia itu ibu maut karena buah kandungannya
hanyalah kematian. Karena Hawa itu tidak mampu menepati panggilannya yang
terkandung dalam namanya, maka Maria memenuhi makna misteri itu. Maria sendiri,
seperti Gereja, yang dilambangkan olehnya, adalah ibu bagi semua yang
dilahirkan kembali untuk kehidupan. Sungguh dialah ibu kehidupan yang menjiwai
setiap orang yang hidup. Dengan melahirkan Sang Putera dari dirinya sendiri, ía
melahirkan kembali semua yang harus hidup dengan Sang Kehidupan itu.
Sebagai ibu Kristus
tersuci, Maria tahu bahwa ia ibu semua orang Kristiani. Atas dasar misteri ini
maka ia menunjukkan diri sebagai ibu melalui asuhan dan perhatiannya yang penuh
cinta. Hatinya tidak ditegarkan menghadapi anak-anaknya seakan-akan mereka
bukan putra-putri kandung. Rahimnya memang hanya sekali mengandung putera,
tetapi tetap subur lestari tak habis-habisnya menghasilkan buah belas kasih
sebagai ibu.
Jadi, dengan perhatian
dan kehalusan rasa lembutnya, hamba Kristus melahirkan anak-anaknya yang
mungil, sekali dan setiap kali, sampai Kristus terbentuk dalam diri mereka.
Kalau demikian halnya dengan hamba Kristus, betapa lebih lagi hal ini terjadi
pada ibu Kristus sendiri. Paulus pun melahirkan anak-anaknya lewat sabda kebenaran,
dengan mana mereka dilahirkan kembali. Tetapi, Maria dengan cara yang jauh
lebih suci dan seperti Tuhan, ia melahirkan Sang Sabda sendiri. Memang saya
memuji pelayanan Paulus dengan pewartaan sabdanya, tetapi saya jauh Iebih
mengagumi dan menjunjung tinggi misteri kelahiran lewat Maria. Apalagi sudah
menjadi kenyataan bahwa putera-puteri Maria mengakui dia sebagai ibunya dengan
semacam naluri rasa bakti yang timbul dari iman mereka. Naluri ini bahkan sudah
menjadi kodrat kedua sehingga dalam segala kebutuhan dan mara bahaya, mereka
pertama-tama dan terutama Iari kepada pangkuan ibu. Maka sudah selayaknya kita
mengartikan anak-anak ini dalam rangka nubuat nabi, “anak-anakmu akan hidup di
dalam dirimu”, asal nubuat ini selalu dan pertama-tama diartikan dan diterapkan
kepada Gereja.
Saudara-saudara, kita
sudah hidup dalam lindungan ibu Yang Mahatinggi. Kita hidup di bawah naungannya
bagaikan di bawah naungan sayap. Di kemudian hari di dalam kemuliaannya, kita
akan dibelai seperti di dalam pangkuan ibu. Pada waktu itu, ucapan penuh
sukacita dan rasa syukur akan disampaikan kepada ibu ini, “Engkaulah tempat
kediaman bagi kami semua yang bersuka cita dan bergembira, ya bunda Allah yang
suci!”
18. Hari Raya
St. Bernadus, Abas dan Pujangga Gereja
Pembacaan dari Kitab
Putera Sirakh 39:1-14
Lainlah orang yang
menyerahkan dirinya dan segenap kecerdasannya
kepada Taurat dari Yang
Mahatinggi.
Kebijaksanaan segala leluhur diselidikinya, dan
sibuklah Ia dengan nubuat-nubuat. Ajaran orang masyhur dipeliharanya, dan
segala seluk-beluk amsal ia selami. Ia menyelidiki arti rahasia dari pepatah,
dan teka-teki amsal disibukkannya. Di kalangan para pembesar ia mengabdi, dan
nampak di hadapan para penguasa. Negeri-negeri bangsa asing dijelajahinya, baik
dan jahat di tengah-tengah manusia diuji olehnya. Pagi-pagi benar ia
mengarahkan hatinya kepada Tuhan yang telah membuatnya, dan berdoa kepada Yang
Mahatinggi. Ia membuka mulutnya untuk bersembahyang, dan memohon ampun atas
dosa-dosanya. Jika Tuhan yang besar menghendakinya, maka terpenuhilah ia dengan
roh pengertian. Maka ia sendiri menuturkan kata-kata bijak, dan memuji Tuhan
dengan sembahyangnya. Dengan lurus, nasehat serta ilmunya disampaikannya, dan
dipikirkannya rahasia-rahasia hatinya. Ia memperlihatkan ajaran dan
wejangannya serta membanggakan Taurat Perjanjian Tuhan. Pengertiannya akan
dipuji banyak orang, dan tidak akan pernah lenyap. Kenang-kenangan akan dia
tidak akan terhapus, melainkan namanya akan hidup turun-temurun.
Kebijaksanaannya akan diceritakan pelbagai bangsa sedangkan jemaah mewartakan
pujiannya. Jika lama hidupnya maka lebih dari seribu nama akan ditinggalkannya,
jika wafat cukuplah juga baginya.
Masih lain pikiran-pikiran mesti kuutarakan
sebab penuhlah aku laksana bulan purnama. Dengarkanlah aku hai kamu anak-anak
yang suci, dan hendaklah bertunas bagaikan pokok mawar yang berkembang di tepi
sungai. Hendaklah harum semerbak laksana dupa, dan berbunga sepertl bakung.
Ratakanlah keharumanmu dan angkatlah pujian, pujilah Tuhan karena segala
perbuatannya.
19. Pembacaan dari
kotbah Santo Bernadus tentang Kidung Agung:
AKU MENCINTAI KARENA CINTA:
AKU CINTA AGAR MENCINTA
Cinta itu dengan sendirinya mencukupi, cinta
sendiri menyenangkan dan itu dengan sendirinya. Cinta itu membahagiakan,
membawa pahala sendiri. Cinta tidak dipaksa dari luar atau untuk keuntungan
dirinya sendiri. Buahnya ialah karya kasih, harganya dan dalamnya sendiri. Aku
mencintai karena cinta: aku cinta agar mencinta. Cinta hanya berharga kalau
kembali kepada asalnya, menyadari asal mulanya dan mengalir kembali pada
sumbernya. Cinta harus keluar dan mengalir tak henti-hentinya. Hanya cinta
satu-satunya gerakan jiwa, indra dan rasa, di mana makhluk dengan cara yang
kurang sepadan, dapat membalas cinta Penciptanya. Kalau Tuhan mencinta, ia
hanya ingin agar ia dicinta: sungguh nyata ia mencinta dengan tiada maksud lain
kecuali agar dicinta. Ia tahu, bahwa mereka yang mencintai Dia, menjadi bahagia
dalam cinta mereka.
Cinta Sang Pengantin, Sang Cinta Pengantin
sendiri, hanya minta balasan cinta dan setia. Ia yang dicinta, tentu boleh
membalas cinta! Bagaimana pengantin tidak mencinta, kalau pengantin itu Sang
Cinta sendiri? Bagaimana Cinta sendiri tidak akan dicinta?
Setelah mengalahkan semua dorongan nafsu
lainnya, pengantin menyerahkan diri seutuhnya kepada cinta sendiri; ia dapat
menjawab cinta dengan ganti membalas cinta. Kalau ia sudah mencurahkan seluruh
diri pribadinya dalam cinta, betapa usahanya itu dapat disamakan dengan luapan
yang tak ada habis-habisnya dari sumber cinta sendiri? Sang Cinta sendiri tentu
lebih mencinta dari pada seorang yang mencintainya. Sang Sabda lebih daripada
jiwa milik makhluk saja, Pengantin Sang Putra lebih dari pada pengantin
puterinya.
Pencipta lebih dari pada ciptaan-Nya. Dapat dibandingkan
dengan orang kehausan dengan sumber yang memuaskan hausnya!
Apa yang akan terjadi? Bahwa semuanya akan
lenyap tanpa bekas? Cinta yang dijanjikan oleh pengantin, rinduan makhluk di
bawah ini, gairah orang cinta, kepercayaan orang beriman? Hanya karena tidak
berguna orang berlomba dengan raksasa, atau mau menandingi kemanisan madu,
kelembutan anak domba, keputihan bunga bakung, sinar surya, dan cinta Sang
Cinta sendiri? - Sama sekali tidak! Meskipun cinta kurang mencinta. Sebab
demikianlah menurut kodratnya, - namun kalau ia mencinta dengan seluruh
pribadinya, ia tidak kekurangan suatu apa. Orang yang mencinta begitu rupa,
sungguh telah menjadi pilihan Sang Pengantin. Sebab ia tidak dapat memberikan
cintanya sedemikian rupa tanpa memperoleh balasan cinta; dalam persetujuan
kedua belah pihak letak keutuhan dan kesempurnaan perkawinan. Tidak seorangpun
dapat sangsi, bahwa Sang Sabda kepada jiwa lebih dulu dan lebih besar dari pada
cinta jiwa kepada-Nya.
20. Pembacaan dari
Surat St. Bruno kepada para rahib Kartusia
Jiwaku Bersukaria dalam Tuhan
Setelah mengetahui dari laporan yang
menggembirakan dari saudara kita yang berbahagia, Landowin, tentang kerasnya
jalan hidup kalian yang terus bernyala-nyala dan pantas dipuji, dan setelah
mendengar tentang cinta kalian yang suci dan semangat yang berkobar-kobar bagi
apa yang sempurna dan baik, jiwaku bersukacita dalam Tuhan. Aku sungguh-sungguh
bergembira dan diajak untuk memuji dan bersyukur kepada Tuhan. Namun aku
mengeluh dengan sangat. Aku sungguh bergembira karena buah-buah keutamaan yang
kalian kembangkan; tetapi aku mengeluh dan malu karena aku lamban dan tumpul
dalam kecemaran dosa.
Bergembiralah saudara-saudaraku yang terkasih,
karena kumpulan kalian yang terberkati dan karena anugerah rahmat Allah yang
melimpah bagi kalian. Berbahagialah karena kalian telah lolos dari bahaya
beraneka ragam dan dari karamnya dunia yang diombang-ambingkan badai.
Berbahagialah kalian yang telah mencapai pelabuhan yang aman dan tenang. Banyak
orang telah mencapai pelabuhan batin itu dan banyak orang berusaha mencapainya
tetapi tidak pernah berhasil. Banyak juga orang yang setelah mencapai tujuan
itu dikeluarkan karena tidak diberikan dari atas.
Maka saudara-saudaraku, percaya dan yakinlah
bahwa siapa pun yang mengalami kebaikan yang didambakan ini dan kemudian
melepaskannya, bagaimanapun juga tidak akan pernah berhenti menyesalinya, jika
ia memelihara keselamatan jiwanya.
Juga pada kalian para bruder awam yang terkasih,
aku berkata: ”Jiwaku mengagungkan Tuhan”, karena aku melihat kebesaran belas
kasih-Nya bagimu, sesuai laporan prior dan bapa kalian yang penuh kasih, yang
begitu membangga-banggakan kalian. Kami juga bergembira, karena meskipun kalian
buta huruf, namun Allah Yang Mahaagung menulis dalam hati kalian dengan tangan-Nya
sendiri, bukan hanya cinta-Nya tetapi juga pengetahuan akan hukum-Nya yang
kudus. Kalian menunjukkan dengan tindakan apa yang kalian cintai dan ketahui.
Karena jika kalian melakukan ketaatan yang sejati dengan sepenuh hati dan
bersemangat, jelaslah bahwa kalian membaca dengan bijaksana buah Kitab Suci
yang manis dan memberi hidup.
21. Pesta Semua Orang Kudus Yang Berjuang Di Bawah
Peraturan Santo Benediktus Abas
Fil 3:7 - 4:1,4-9
Apa yang dahulu
merupakan keuntungan bagiku
sekarang kuanggap rugi
karena Kristus.
Saudara-saudara, apa yang dahulu merupakan
keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala
sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih
mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu
dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia
bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan
kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya akhirnya beroleh
kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal
ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga
menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.
Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya,
tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan
mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan
untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain
pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.
Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita Ianjutkan menurut
jalan yang telah kita tempuh.
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan
perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan
pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib
Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, tuhan mereka ialah perut mereka,
kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada
perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga
kita menantikan Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat, yang akan mengubah tubuh kita
yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya
yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan
kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan,
hai saudara-saudaraku yang kekasih!
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali
lagi kukatakan: bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua
orang! Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala
akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu
pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa
yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera
akan menyertai kamu.
22. Homili St. Guerikus dari
Igny pada pesta semua orang kudus
Kesucian adalah suatu
drama kasih antara Allah dan manusia. Suatu drama yang aktor utamanya ialah
Allah sendiri, demikian ucapan Paus Paulus VI. Orang-orang kudus yang hidup di
bawah Peraturan Santo Benediktus adalah para pencari Allah. Tetapi sesungguhnya
AIlah-lah yang pertama-tama mencari manusia. Pertemuan antara Allah dan manusia
itulah yang dijadikan tujuan akhir Peraturan Santo Benediktus.
Berbahagialah orang miskin di hadapan Allah.
Kata-kata ini secara langsung mengundang kepada pikiran akan kata-kata yang
mashyur dan diilhami, yang dinyatakan oleh Putera Allah sebagai kesaksian
terhadap diri-Nya melalui mulut nabi-Nya sebelum kelahiran-Nya dalam daging dan
kemudian setelah kelahiran-Nya. Tetapi sebelum kemashyuran-Nya berkembang luas,
Dia sendiri mengucapkan kata-kata yang sama itu juga, yang menyatakan bahwa Ia
menunjuk kepada diri-Nya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, Dia telah mengutus Aku untuk
memberitakan kabar baik kepada orang-orang miskin.” Dan di sini, Dia sedang
mengajarkan kabar baik itu kepada orang miskin. Di sini Dia membawa kabar baik,
ketika kita mendengar Dia bersabda: “Berbahagialah orang miskin di hadapan
Allah karena merekalah yang mempunyai kerajaan Surga.”
Tentu ini suatu awal yang membahagiakan, penuh
rahmat baru, pembebasan baru. Bagaimana sekalipun mungkin seseorang kurang dalam
iman, dan betapa segannya orang menjawab-Nya, dia akan hampir dipaksa untuk
memberikan perhatiannya dan malah untuk bertindak jika dia mendengar
kebahagiaan yang dijanjikan kepada orang-orang malang dan kerajaan surga kepada
mereka dalam pembuangan atau dalam kekurangan.
Aku berkata: “Inilah suatu awal hukum baru yang
membahagiakan dan penuh janji.” Dari yang pertama-tama, pemberi hukum mengaruniakan
berkat kebahagiaan yang berlipat ganda ini atas manusia, karena itu ditarik
untuk maju dari keutamaan kepada keutamaan dengan mendaki kedelapan tangga ini,
yang mana bentuk/susunan Injil telah diletakkan di dalam hati kita, menurut
model dan gambar surgawi, yang ditunjukkan kepada Yehezkiel di atas gunung pada
penampakan Allah.
Dalam susunan keutamaan-keutamaan ini, kedelapan
tangga dapat dengan jelas dilihat suatu tangga tertentu bagi hati dan kemajuan
dalam pahala. Manusia dibimbing langkah demi langkah, dari kesempurnaan Injili
yang paling rendah kepada yang paling tinggi, sampai ia masuk ke dalam kenisah
di Sion, dan memandang Allah segala dewata. Hal itu ditujukan bagi kenisah,
seperti yang dikatakan oleh Nabi Yehezkiel: “dan tangganya ke atas ada delapan
tingkat”.
Keutamaan utama dalam pendakian ini khas bagi
para pemula ialah pengingkaran akan dunia, yang menjadikan kita miskin dalam
Roh. Yang kedua ialah kerendahan hati yang sabar, yang membuat kita mampu
menaklukkan diri dalam ketaatan serta membiasakannya. Kemudian tibalah kedukaan
yang membuat kita menangis karena dosa-dosa kita dan mohon keutamaan kepada
Allah. Di sini, kita pertama kali mencecap keadilan dan belajar untuk lapar dan
haus secara bersemangat akan keadilan di dalam diri kita seperti di dalam diri
orang-orang lain, serta mulai dibangkitkan untuk bergelora melawan orang-orang
berdosa. Lalu supaya gelora itu tumbuh tidak melampaui batas dan membawa kepada
cacat, “belas kasihan mengikutinya untuk meredakan”.
Jika seseorang telah belajar menjadi belas kasih
dan adil oleh praktik-praktik keutamaan yang giat, maka dia akan disesuaikan
untuk masuk jalan kontemplasi dan memberikan dirinya kepada tugas untuk
memperoleh kemurnian hati yang menjadikan dia mampu melihat Allah, setelah
dicoba dan diuji dalam hidup aktif maupun kontemplatif, memikul nama dan tugas
kristen, sebagai anak Allah, menjadi bapa dan hamba bagi orang-orang lain dan
hanya pantas menjadi pengusaha “damai” antara mereka dan Allah.
Jadi dia akan memenuhi tugas sebagai pengantara
dan advokat serta pantas untuk menciptakan damai antara saudara-saudara mereka
sendiri, malah antara saudara dan mereka yang ada di luar komunitas. Sebab
demikian ditulis dalam pujian kepada para bapa suci kita: “Mereka adalah
orang-orang yang membawa damai dalam rumah mereka”.
Jika seorang setia dan tekun dalam tugas ini,
dia akan memperoleh keutamaan dan pahala, yang menjadi milik para martir sebab
ia menderita panganiayaan demi keadilan, dan tangan para martir bertempur untuk
dia, sehingga dia dapat berkata: “Anak-anak ibuku berperang melawan aku dan
dengan mereka yang mengejar perdamaian, aku merasa damai; jika aku berbicara
kepada mereka, berperang melawan aku tanpa alasan.”
23. Pembacaan dari buah kontemplasi Santa Gertrudis akan
Kristus di salib:
PEWARTA KASIH ILLAHI
Rubiah dari biara Helfta (Saxe), ketika berumur
25 tahun, berkata: “Tuhan mengambil, mengangkat dan meletakkannya di dekat-Nya.
Semenjak itu, ia hidup di dalam suatu persatuan yang mendalam dengan Allah,
dengan menyerahkan dirinya kepada meditasi Kitab Suci dan Para Bapa Gereja, dengan
menulis buah kontemplasinya akan Kristus di salib.”
Hendaknya jiwaku memuji Engkau, Tuhan Allah,
penciptaku, hendaklah jiwaku memuji Engkau dan belas kasihan-Mu meluhurkan
Engkau dari lubuk diriku yang paling dalam, hal itu karena kelembutan-Mu yang
berlimpah-limpah menyelubungi dengan begitu murah, ya kekasihku yang amat
manis.
Aku bersyukur dengan segenap kemampuanku,
terhadap belas kasihan-Mu yang tak terbatas, bersama dengan
belas kasihan-Mu, pujianku memuliakan kesabaran yang tak
jemu-jemunya, dan karena itu Engkau begitu lama menutup mata atas diriku.
Tahun-tahun masa kecilku, masa kanak-kanak, masa
remaja dan masa mudaku, hampir sampai 25 tahun, mengalir dalam suatu kebutaan
yang bodoh.
Dalam pikiran-pikiran, kata-kata, perbuatan-perbuatan,
aku sebenarnya membuatnya tanpa sesal suara hati, aku mempertanggungjawabkannya
saat ini, segala sesuatu yang berkenan padaku, segala sesuatu yang diijinkan.
Tetapi Engkau melindungi aku, entah karena aku biasanya mengalami kengerian
akan kejahatan dan selera akan kebaikan, entah peringatan yang datang dari
luar.
Demikian sebenarnya aku hidup sebagai seorang
kafir di antara para kafir, dan aku tidak pernah akan mengerti bahwa Engkau,
Allahku, Engkau mengganjar kebaikan seperti juga Engkau menghukum kejahatan.
Namun, sejak masa kanak-kanak, sejak umurku mencapai 5 tahun Engkau telah
memilih untuk mempersiapkan diriku bagi-Mu, di antara para setiawan dari
sahabat-sahabat-Mu, di dalam ruang perjamuan, dalam biara yang suci.
Untuk perbaikanku, aku mempersembahkan
kepada-Mu, ya Bapa terkasih, setiap penderitaan Putera-Mu terkasih, sejak waktu
di mana Ia terbaring di palungan kandang domba, memperdengarkan tangisnya yang
pertama. Dan segala sesuatu diderita-Nya, kemudian ketergantungan seorang bayi,
keterbatasan anak-anak, kesulitan masa remaja, penderitaan sebagai pemuda
sampai saat di mana sambil menundukkan kepala di atas salib, Ia menyerahkan
Roh-Nya dalam seruan yang nyaring. Demikian pula untuk mengisi seluruh
kelalaianku, aku mempersembahkan kepada-Mu, Bapa terkasih, setiap hidup yang
sangat murni, yang melulu sempurna dalam segala pikiran, perkataan dan
perbuatan, dari Putera-Mu yang tunggal, dan itu sejak saat di mana, Dia sebagai
yang diutus dari Tahta Surgawi, Ia masuk ke dalam wilayah bumi kami melalui
pewartaan yang diberikan kepada Perawan Maria, sampai saat di mana Ia
mempersembahkan menurut pandangan kebapaan-Mu, kemuliaan manusia yang menang.
Untuk bersyukur, aku membenamkan diriku dalam
perlindungan yang dalam karena kehinaanku. Aku memuji sekaligus meluhurkan
keistimewaan tertinggi belas kasihan-Mu dan kelembutan tiada batas dari
kemurahan-Mu.
Melalui hal itu, Bapa orang-orang yang berbelas
kasih, di tengah hidupku dari kehancuran, Engkau memberi aku kesaksian dari
pikiran-pikiran damai dan bukan kemalangan, dalam pewahyuan kepadaku melalui
kebaikan-Mu yang banyak dan benar.
Akan hal itu, Engkau masih menambahkan keakraban
persahabatan-Mu yang luar biasa, dalam pemberian kepadaku, dengan cara yang
bermacam-macam, untuk memenuhi sukacitaku, tempat kudus yang sangat luhur dan
llahi itu yaitu: ”Hati-Mu yang llahi”. Terlebih, janji-janji-Mu yang setia
mempesonakan jiwaku dalam menunjukkan kepadaku kebaikan-kebaikan yang ingin
Kau-luluskan pada saat dan setelah kematianku.
Malah jika saya tidak menerima dari Engkau
kurnia-kurnia yang lain, sama sekali, itu cukup untuk membuat
hatiku menginginkan suatu harapan yang hidup.
24. Pembacaan dari
uraian St. Aelredus tentang persahabatan rohani:
Persahabatan yang benar dan bertahan.
Yonatan, putera Raja Saul, adalah orang muda
yang istimewa baiknya! Ia mengadakan perjanjian dengan Daud, tetapi tidak
dengan harapan akan memperoleh mahkota raja atau menantikan tahta. Dalam
persahabatan itu, ia mengangkat hamba menjadi sama dengan putera raja.
Bahkan ia menganggap Daud lebih tinggi daripada
dirinya sendiri! Padahal Daud seorang yang telah diusir oleh ayahnya, yang
bersembunyi di padang gurun, dijatuhi hukuman mati, dan sudah ditentukan harus
menjalaninya. Yonatan merendahkan diri dan meninggikan Daud.
“Engkau akan menjadi raja,” katanya, “dan aku
menjadi orang kedua.”
Itulah contoh bagus persahabatan sejati! Itulah
sesuatu yang mengagumkan! Raja murka terhadap seorang hamba dan menggerakkan
seluruh negara seperti menghadapi seorang saingan dalam kerajaan. Hanya karena
curiga ia membunuh sekelompok imam, yang dituduh berkhianat. Ia mencari-cari
Daud di hutan mengintai di lembah-lembah, menempatkan penjaga bersenjata di
gunung-gunung dan di karang padas curam. Semua bersumpah mendukung murka raja.
Hanya Yonatan, satu-satunya yang berhak menjadi
iri, merasa wajib menentang ayahnya! Ia meneruskan berita itu kepada
sahabatnya, dan memberikan nasehat dalam kesulitannya yang berat. Ia
mengutamakan persahabatan lebih dari pada tahta.
Maka ia berkata: ”Engkau akan menjadi raja, dan
aku orang kedua.” Perhatikan, betapa si ayah mencoba membangkitkan cemburu pada
orang muda Yonatan terhadap sahabatnya: diserangnya Yonatan dengan caci maki,
diancam akan dicabut kerajaannya, dan diperingatkan, bahwa ia akan kehilangan
tahta.
Bahkan setelah Saul menentukan hukuman mati bagi
Daud, Yonatan tidak meninggalkan sahabatnya. “Mengapa Daud harus dibunuh? Apa
kesalahannya? Ia mempertaruhkan hidupnya dan membunuh si Goliat, orang
Filistin itu, dan engkau gembira. Mengapa sekarang ia harus dibunuh?”
Mendengar kata-kata ini, raja menjadi sangat
marah. Ia mencoba menancapkan Yonatan ke tembok dengan tombaknya, dan
menambahkan caci maki pada ancamannya. “Anak sundal kurang ajar,” katanya, “Aku
tidak tahu mengapa engkau mengasihi dia! Memalukan dirimu, dan memalukan ibumu,
celaka!“
Lalu ia mencurahkan semua racun kepada orang
muda itu, dan ditambahkannya kata-kata untuk membangkitkan semangat bersaing
dan mengobarkan iri hati, dengki dan cemburu, “Selama anak Isai itu hidup,
kerajaanmu tidak akan terjamin!“
Siapa yang tidak merasa tergugah dan menjadi
cemburu dengan kata-kata itu? Adakah cinta yang masih dapat bertahan?
Kehormatan dan persahabatan mana tidak akan dirusakkan, diperlemah dan
dihancurkan olehnya? Tetapi orang muda yang teramat setia itu, berpegang pada
sumpah persahabatan, teguh menghadapi ancaman dan sabar menanggung penghinaan.
Karena persahabatannya, ia meremehkan
kerajaannya, lupa akan kemuliaan tetapi ingat akan kasih cinta, ”Engkau akan
menjadi raja,” katanya, ”dan aku orang kedua.” Inilah persahabatan sejati,
sempurna dan bertahan; yang tidak dirusakan oleh iri, tidak diperlemah oleh
curiga, dan tidak dihancurkan oleh persaingan. Meskipun bertubi diuji, tetap
bertahan meskipun garang diserang, tidak runtuh berantakan! Meskipun menjadi
umpan perlakuan semena-mena, namun ternyata tidak goyah, meskipun diserang
dengan banyak penghinaan, namun tetap bertahan. Saudara-saudara, pergilah dan
berbuatlah demikian juga!
25. KATEKESIS PAKOMIUS
Saudaraku, marilah
bertempur melawan diri sendiri
karena kegelapan tiba di
setiap sisi.
Jemaat dipenuhi orang
berbantah-bantah,
dan sejumlah komunitas
monastik mencari kehormatan dan kekayaan.
Tidak seorangpun
melayani dalam kasih;
sebaliknya, setiap orang
menyerang sesama saudaranya.
Kita ditenggelamkan oleh
kesulitan dan rasa sakit.
Tidak ada nabi atau
orang bijaksana,
setiap orang berhati
membatu tanpa belarasa begi sesamanya.
Mereka yang mengerti
berdiam diri, karena kini waktu yang sulit (Am 5.13).
Setiap orang adalah tuan
atas dirinya sendiri.
Mereka melecehkan yang
lain dan bertindak tanpa hormat.
Maka, setiap saudara dan
setiap komunitas dianjurkan agar sungguh-sungguh
bersemangat diam diri
untuk menjaga kedamaian dan kasih (KPak 40). Lebih dari itu sangat ditekankan
semangat humilitas dan mati seperti Kristus untuk dibangkitkan dan menerima
mahkota kemenangan (KPak 57).
26. KATEKESIS PAKOMIUS
Ikutilah teladan para bapa kita
Jadilah taat kepada
Allah seperti Abraham.
Abraham meninggalkan
tanah asalnya untuk pergi ke tanah asing.
Sementara di sana ia
tinggal di tenda di tanah itu
yang dijanjikan Allah
akan diberikan kepadanya.
Tetapi baginya itu tanah
asing (Hbr 11.9).
Abraham melakukan yang
dikatakan Allah dan merendahkan dirinya di hadirat Allah. Karena itulah Allah
menjanjikan kepadanya banyak keturunan.
Allah mencobainya: Ia
meminta anaknya Ishak.
Abraham berani. Ia
menyerahkan anaknya untuk Allah (Kej 22).
Karena itu, Allah
menyebutnya sahabat (Yak 2.23).
Ikutilah teladan Ishak:
ia berhati murni.
Ia melakukan yang
dikatakan ayahnya
dan merelakan diri
diserahkan kepada Allah sebagai korban,
seperti seekor domba
jinak.
Ikutilah teladan Yakub.
Ia merendahkan dirinya,
ia taat, ia sabar.
Kemudian Yakub penuh
dengan terang (Kej 32.30,31)
dan melihat Allah, Bapa
seluruh semesta.
Allah memberinya nama
Israel (Kej 35.9,10)
Lagi, ikutilah teladan
Yusuf.
Ia juga taat. Ia
bijaksana (Kej 39-41).
Bertempur dalam kasih
dan pelayanan sampai akhirnya memerintah.
27. KATEKESIS PAKOMIUS
Bangkitlah! Jangan tinggal bersama yang mati
Anakku, lakukanlah
perbuatan baik seperti para sahabat Allah (Hbr 6.12).
Janganlah tidur:
bertindaklah!
Dan buatlah sesama
saudaramu melakukan perbuatan baik,
karena kamu
bertanggungjawab atasnya (Ams 6.1-6).
Bangunlah! Jangan
tinggal bersama yang mati,
dan Kristus akan
memberimu terang (Ef 5.14)
dan rahmat akan
berkembang dalam dirimu (2Kor 4.16,17).
Ketahuilah, kamu akan
mengenali semua kebaikan Allah
tetapi mesti sabar.
Para kudus berbangga
melakukan hal ini
maka mereka dianugerahi
yang telah Allah janjikan (Hbr 6.15).
Dengan kesabaran kamu
akan termasuk keluarga para kudus.
Dan kamu akan
dianugerahi mahkota kemuliaan abadi (1Petr 5.4).
Ketika suatu pikiran
mengganggumu, bertahan dan bersabarlah.
sambil menantikan Allah
mengembalikan kedamaianmu.
Jika berpuasa, jangan
dikalahkan oleh rasa laparmu.
Jika berdoa, tinggallah
di kamarmu sendirian kecuali bersama Allah (Mt 6.6).
Bersatu-hatilah dengan
saudara-saudaramu.
Jadilah utuh tubuhmu,
utuh dalam pikiran,
murni tubuhmu dan murni
hatimu.
Hendaklah kepalamu
tunduk, hatimu rendah.
Hendaklah lembut waktu
marah.
Jika suatu pikiran jahat
menabrak dirimu
jangan patah melainkan
bertahanlah kuat dengan semangat baik
sambil berkata: Mereka
mengelilingi aku seperti lebah!
Dalam nama Tuhan aku
menghancurkan mereka (Mz 118.11,12).
Serta-merta Allah akan
datang menolongmu.
Bersama-Nya kamu akan
melontarkan mereka.
Keberanian akan
mengelilingi kamu,
dan kemuliaan Tuhan
berjalan bersamamu;
dan Tuhan akan memuaskan
hatimu di tanah yang kering (Yes 58.11).
Karena jalan Tuhan
adalah kerendahan-hati dan kelemah-lembutan.
Dikatakan: siapakah yang
kuperhatikan?
Dialah yang rendah-hati
dan lemah-lembut (Yes 66.2).
Jika kamu berjalan di
jalan Tuhan (Mz 128.1)
Ia akan menjagamu dan
memberimu kekuatan
Ia akan memenuhimu dengan
pengetahuan dan kebijaksanaan.
Tuhan akan mengingatmu
senantiasa.
Ia akan membebaskanmu
dari si Jahat.
Dan di saat kematian Ia
menganugerahimu damai-Nya.
28. KATEKESIS PAKOMIUS
Anakku, janganlah tidur.
Anakku, aku minta
berjaga-jagalah
dan jangan tidur.
Mereka yang membenci
kamu diam-diam mengawasi kamu.
Mereka adalah roh-roh
jahat.
Mereka berjalan
beriringan dua atau tiga bersama-sama.
Inilah mereka:
roh ketakutan dan roh
ketidakpercayaan;
roh ketidakjujuran dan
roh kepalsuan;
roh cinta akan uang dan
roh keserakahan;
roh ketidaksetiaan dan
roh penipuan dan roh iri hati.
Juga berjalan bersama
roh kesombongan dan roh kerakusan;
roh fornicatio dan roh
impuritas (pezinahan atau kenajisan);
roh permusuhan dan roh
pemurung (lih. Why 21.8).
Maka ketika roh-roh
jahat ini mulai tinggal di dalam diri seseorang,
betapa tidak bahagianya
dia!.
Mereka lebih kuat dari
padanya dan menjauhkannya dari Allah.
Ia memang mampu
bertempur di sini atau di sana,
tapi roh-roh jahat itu
membelenggunya
dan akhirnya merenggutnya
dari Allah untuk selamanya.
Anakku, lakukanlah yang
kukatakan. Jangan lengah,
jagalah agar matamu
tidak tertidur, kelopak matamu tidak terlelap,
sehingga kamu mampu
berlari bebas bagaikan rusa dari jerat penangkap. (Ams 6.4,5).
Anakku, sejak masa
mudaku
Semua roh jahat telah
menyerangku berkali-kali.
ketika aku di padang
gurun mereka sangat menylitkan aku
sehingga aku hampir
putus asa. Aku berkata kepada diriku:
Aku tak mampu membalas
serangan-serangan Roh Jahat.
Begitulah, ia
menyulitkan aku dengan segala cara.
Jika aku bersama
orang-orang lain
roh-roh jahatnya menyala
menyerangku;
jika aku tinggal
sendirian ia mencaci-maki aku.
Kerapkali hatiku susah.
Aku berbalik dari sudut
ke sudut dan tak ada kedamaian.
Aku berlari kepada Allah
sambil menangis dengan rendah hati.
Aku berpuasa dan tidak
tidur.
Kemudian pemuka roh-roh
itu, dan semua mereka,
menjadi lemah di
hadapanku.
Allah memenuhi aku
dengan api-Nya
dan serta-merta
kurasakan kekuatan-Nya.
Ya, Allah adalah baik
dan menampakkan pada anak-anak manusia
bahwa Ia kuat dan mampu
menolong mereka.
Anakku, jangan pernah
mencemoohkan seseorang.
Jika kamu melihat
saudaramu diberi penghormatan,
jangan berkata, ‘Orang
itu telah memperoleh upahnya’ (Mt 6.5).
Jagalah dirimu terhadap
pemikiran seperti itu, karena hal itu sangat jahat. Orang yang hanya memuji
dirinya sendiri
dan memandang rendah
saudaranya
ia dibenci Allah.
Jika seseorang menyangka
bahwa ia berarti
padahal ia tak berarti
sama sekali,
ia keliru dan tidak
menyadarinya (Gal 6.3).
Siapa yang dapat
menolongnya dalam kesombongan
ketika ia membuat
dirinya sama seperti Allah
dan berkata, ‘Tidak ada
orang yang setara denganku?’.
Ia akan segera mendengar
Allah berkata:
‘Kamu akan turun ke
neraka, kamu akan ditaruh bersama dengan orang mati, dagingmu akan membusuk
dan cacing akan
menggerogoti tubuhmu’ (lih. Yes 14.11).
Sebaliknya, seseorang
yang rendah hati
hanya akan menghakimi
dirinya sendiri.
Ia berkata, ‘Dosaku
lebih besar dari pada dosa orang lain manapun’.
Ia tidak menghakimi dan
tidak memandang rendah seorangpun.
Siapakah kamu sehingga
menghakimi hamba orang lain?
Sesungguhnya Tuhan mampu
menegakkan kembali
setiap orang yang jatuh’
(Rom 14.4).
Berjaga-jagalah atas
dirimu, dan jangan memandang rendah seorangpun. Rasakanlah nikmatnya
keutamaan-keutamaan dan bertahanlah dengannya.
29. KATEKESIS PAKOMIUS
Tanggunglah setiap kesulitan dengan sukacita
Dan sekarang, anakku,
jika kamu berharap kepada Allah,
Ia akan menjadi
penolongmu dalam waktu kesesakan.
Seseorang yang menghadap
Allah pertama-tama harus percaya pada hal ini: Allah hadir
dan Ia mengganjar
orang-orang yang mencari Dia (Hbr 11.6).
Kata-kata ini ditulis
bagi kita. Mengapa?
Supaya kita semua, kecil
maupun besar, mampu beriman kepada Allah
dan bertempur lewat
puasa, doa, dan praktek-praktek kesalehan lain. Bahkan ketika lidahmu kering
karena berpuasa,
Allah tidak akan
melupakannya.
Justru kebalikannya:
ketika saat kematian datang
kamu akan menerima
ganjarannya.
Tetapi, buatlah dirimu
kecil dalam segala hal.
Pertimbangkan baik-baik
sebelum bicara
bahkan jika kamu sungguh
memahami isi pembicaraan.
Jangan.
Sedikit-demi-sedikit,
hal ini akan
menyebabkanmu berbicara kasar kepada orang lain.
Tanggunglah setiap
kesulitan dengan sukacita.
Jika kamu mengenali
ganjaran
yang diperoleh
karenanya,
kamu tidak akan minta
kepada Allah untuk menyingkirkannya darimu.
Karena itu, berdoa
dengan hati remuk-redam
dan berjaga menantikan
bantuan Allah,
lebih bernilai bagimu
dari pada memanjakan hatimu
dan terpenjara.
Seperti kata nabi Barukh
kepada saudara-saudaranya bangsa Israel,
‘Wahai manusia, apa yang
kaulakukan di Babilon?
Itu karena kamu enggan
menanggung pencobaan
dan tidak berlaku benar
di hadapan Allah.
Maka kamu menjadi tua di
tanah asing’ (Bar 3.10).
Karena itulah, janganlah
kamu memanjakan diri.
Mungkin sesekali kamu
tidak siaga,
tetapi ingat
musuh-musuhmu tidak akan tidur.
Siang malam mereka
bersiap menyusun perangkap bagimu.
Maka jangan mencari
penghormatan
yang sedemikian sehingga
akan menjatuhkanmu
yang hanya akan
menggembirakan musuhmu!
Sebaliknya, cobalah bersikap
rendah hati.
Karena siapapun yang
meninggikan dirinya akan direndahkan,
dan yang merendahkan
dirinya
akan ditinggikan (Mt
23.12).
Jika kamu tidak kuat
sendirian,
bergabunglah dengan
saudara lain yang hidup menurut Injil Kristus. Dengannya kamu akan maju.
Dengarkanlah
atau lakukanlah yang
dikatakan saudara yang mampu mendengarkan.
Jadilah kuat seperti
Elia,
atau taatilah saudara
yang kuat, seperti Elisa.
Elisa melakukan yang
dikatakan Elia
dan untuk itu Allah
memberikan dia dua bagian dari roh Elia
sebagai warisan (2Raj
2.9,15).
Jika kamu memilih
tinggal bersama para saudara
ikutilah teladan
Abraham, Lot, Musa, Samuel.
Jika kamu mau tinggal di
gurun,
semua
nabi pendahulumu telah melakukannya. Jadilah seperti mereka:
mereka mengembara di
gurun dan bukit,
di lembah, dan di
gua-gua batukarang, (Hbr 11.38)
menyelami kesulitan,
sakit, dan derita.
Lagi pula, nabi Yesaya
berkata:
Kamu memberikan naungan
bagi yang kering kepanasan
keberanian bagi yang
tersingkir
dan mereka memberkati
kamu (Yes 25.4)
Kepada pencuri di salib,
yang angkat bicara,
Yesus memberikan
pengampunan atas dosanya
dan ke surga bersamanya (Lk 23.40-43).
30. KATEKESIS PAKOMIUS
Berjaga-jagalah
Jauhilah keangkuhan
karena itulah awal
setiap kejahatan,
dan awal keangkuhan
adalah menjauhi Allah.
Maka hatimu akan
mengeras.
Namun, jika kamu waspada
terhadapnya
tempat istirahatmu
adalah Yerusalem surgawi.
Jika Tuhan mengasihimu
dan memberimu kemuliaan dan hormat
jangan tinggikan hatimu;
sebaliknya: tetaplah
rendah hati
dan kamu akan tetap
tinggal dalam kemuliaan yang telah Allah berikan.
Berjaga-jagalah atas
dirimu
Karena ada tertulis:
Berbahagialah hamba
yang didapati tuannya
sedang berjaga (Mt 24.46-47),
dan ia akan memasuki
Kerajaan Surga yang penuh sukacita.
Para sahabat mempelai
pria akanmengasihinya
karena didapatinya
menjaga kebuna anggurnya (Kid 7.11,12).
Anakku, berbelaskasihlah
dalam segala hal,
karena tertulis:
Lakukan yang terbaik
untuk mempersembahkan dirimu bagi Allah
bagaikan seorang
terpilih yang dengan senang hati kualitas kerjanya
diperiksa dan tidak akan
dipermalukan (2Tim 2.15).
Pergilah ke hadirat
Allah
seperti seorang petani
yang menabur benih dan menuai gandum,
dan kamu akan
mengumpulkan kebaikan Allah di lumbungmu.
Jangan senang
menampilkan diri seperti orang fasik,
melainkan lakukanlah
kehandak Allah
yang menyelamatkanmu.
Jika nafsu tumbuh dalam
hatimu: mata duitan,
iri hati, atau benci,
atau nafsu lainnya,
berajaga-jagalah!
Milikilah hati singa,
hati yang kuat.
Bertempurlah melawan
keinginan-keinginan ini.
Bunuhlah mereka
sebagaimana dulu telah dilakukan
pada raja-raja tua
Palestina: Sihon, Og, dan lainnya
yang telah dibunuh (Ul
31.3-4).
Semoga Raja Yesus,
putera tunggal tercinta Allah,
bertempur bagimu, dan
semoga kota-kota musuhmu
menjadi warisanmu.
Hal ini terjadi dengan
dua syarat:
jauhilah kesombongan dan
yakinlah akan kebenaran tujuanmu.
Lihatlah:
ketika Yosua bin Nun
kuat dalam pertempuran (Yos 2.10,11),
Allah menyerahkan
musuh-musuhnya ke dalam tangannya.
Jika kamu lemah, kamu
menjadi asing terhadap hukum Allah,
kamu berdalih untuk
tidak berbuat apa-apa,
kamu tidak lagi sungguh
hidup.
Kuatkan hatimu dan
berserulah:
‘Siapa yang dapat
memisahkan kita dari kasih Allah?’ (Rom 8.35).
Dan berkatalah:
‘Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot,
Namun manusia batiniah
kami dibarui dari sehari ke sehari’ (2Kor 4.16).
Bertempurlah sampai
akhir untuk menjadi rahib sejati
Nah, saudaraku,
berdamailah dengan saudaramu.
Berdoalah bagiku, karena
aku tak mampu berbuat apapun,
dan aku mengalami
kesulitan besar karena hawa nafsuku.
Berjaga-jagalah atas
dirimu dalam segala hal, bekerjalah dengan giat.
Hayatilah hidup
bersaksi, dan tabahlah dalam cobaan.
Teruskan menghayati
kehidupan monastik dengan bertempur sampai akhir;
resapkanlah dengan
humilitas, lemah lembut, dan takwa
ucapan bijaksana yang
kamu dengar.
Hayatilah
penyangkalanmu.
Kendalikan dirimu
sendiri dalam tindak dan ucapan,
ingatlah selalu
tulisan-tulisan para kudus.
Jadilah tangguh dalam
iman pada Kristus Tuhan kita.
Bagi-Nya kemuliaan,
dan bagi Bapa-Nya yang
baik,
dan bagi Roh Kudus,
selama-lamanya. Amin.
Semoga Allah memberkati!
KATA YANG MENCIPTAKAN
MASYARAKAT kita dibanjiri dengan kata-kata: kata-kata di papan reklame, televisi, koran, buku. Kata-kata yang menyala dan berganti-ganti warna. Kata-kata yang lirih, keras, hiruk-pikuk. Kata-kata yang berseru, "Belilah ini, rasakan itu, minumlah ini, makanlah itu."
MASYARAKAT kita dibanjiri dengan kata-kata: kata-kata di papan reklame, televisi, koran, buku. Kata-kata yang menyala dan berganti-ganti warna. Kata-kata yang lirih, keras, hiruk-pikuk. Kata-kata yang berseru, "Belilah ini, rasakan itu, minumlah ini, makanlah itu."
Lebih-lebih kata yang berbunyi, "Belilah
aku."
Dengan adanya begitu banyak kata di sekitar kita, kita cenderung untuk berkata, "Ah, itu semua hanya kata-kata." Dengan demikian, kata telah kehilangan dayanya.
Meskipun demikian, kata sebenarnya mempunyai daya untuk mencipta. Kalah Allah berkata, Ia mencipta. Ketika Allah berkata, "Jadilah terang" (Kej 1:3), jadilah terang itu. Bagi Allah, berkata dan mencipta itu sama.
Daya cipta dari kata-kata inilah yang perlu kita hidupkan atau nyatakan kembali. Yang kita katakan amatlah penting. Kalau kita berkata, "Saya mencintaimu" dan kita mengatakannya dari lubuk hati, kita dapat memberikanhidup baru, harapan baru, keberanian baru kepada orang lain. Sebaliknya, kalau kita berkata, "Saya membencimu," kita dapat menghancurkan hidup orang lain.
Marilah kita berhati-hati dengan kata-kata kita.
Dengan adanya begitu banyak kata di sekitar kita, kita cenderung untuk berkata, "Ah, itu semua hanya kata-kata." Dengan demikian, kata telah kehilangan dayanya.
Meskipun demikian, kata sebenarnya mempunyai daya untuk mencipta. Kalah Allah berkata, Ia mencipta. Ketika Allah berkata, "Jadilah terang" (Kej 1:3), jadilah terang itu. Bagi Allah, berkata dan mencipta itu sama.
Daya cipta dari kata-kata inilah yang perlu kita hidupkan atau nyatakan kembali. Yang kita katakan amatlah penting. Kalau kita berkata, "Saya mencintaimu" dan kita mengatakannya dari lubuk hati, kita dapat memberikanhidup baru, harapan baru, keberanian baru kepada orang lain. Sebaliknya, kalau kita berkata, "Saya membencimu," kita dapat menghancurkan hidup orang lain.
Marilah kita berhati-hati dengan kata-kata kita.
(Henri Nouwen)
0 komentar:
Posting Komentar