Ads 468x60px

O Lecta Simplicitas


LECTIO DIVINA


Lectio divina artinya adalah bacaan ilahi, atau perihal bacaan suci. Konkretnya berupa kegiatan berdoa dengan cara melafalkan sabda Allah atau merenungkan bacaan suci. Kerapkali doa ini juga disebut sebagai doa lisan. 
 Contohnya, mendaraskan mazmur, doa offisi, rosario litani bahkan kadang bacaan rohani. Doa ini merupakan kesayangan orang-orang sederhana. Lectio Divina atau bacaan ilahi ini lebih dikenal sebagai cara doa St. Benedictus.
 Lectio divina sendiri biasanya secara ideal menempuh proses tiga langkah yaitu : Lectio (membaca), meditatio (pengulangan) dan oratio (doa).


a. Membaca (Lectio)
-  Membaca pelan-pelan bacaan rohani yang dipilih misalnya dari Kitab Suci sebagai bahan doa, ayat demi ayat.
-  Apabila dalam pembacaan ini, menjumpai kata/kalimat yang menarik, entah karena menyenangkan entah karena menjengkelkan , lalu berhenti membaca.

b. Mengulang-ulang (Meditatio)
-   Kata/kalimat yang menarik itu sekarang mulai diulang-ulangi beberapa kali, pelan-pelan dan rithmis, mula-mula dengan bibir bergerak (komat-kamit), kemudian secara batin. Kata-kata/kalimat itu seperti dikunyah atau diputar-putarkan dalam mulut dengan lidah, ibarat permen yang mau kuresapkan kemanisannya. Bukankah, "Os iusti meditabitur sapientiam - Mulut orang jujur mengunyah hikmah".
-   Dalam proses pengulangan ini, yang rithmis dan terus-menerus, kalimat cenderung semakin menjadi lebih pendek, beberapa kata yang dirasa tidak penting dilupakan atau dibiarkan jatuh, hingga akhirnya hanya kata-kata inti saja yang masih diulang-ulang, sampai merasuk ke dalam hati, mendarah daging dan mempengaruhi hidup, semacam sugesti yang berdaya kuat berkat repetisi (pengulang-ulangan).

c. Mendoakannya (Oratio)
-    Apabila hatiku sudah merasa puas dengan meditatio (pengulangan terus menerus ini), lalu diam sejenak, untuk menangkap perasaan yang bergejolak dilubuk hati.
-    Kemudian perasan ini, diungkapkan menjadi suatu doa pribadi, sebagai tanggapan yang muncul dari hatiku terhadap sabda Tuhan, yang baru saja diperdengarkan dan diresapkan.
-    St. Benedictus memberi nasehat :"Oratio sit brevis et pura !", artinya "Doa ini hendaklah singkat dan polos !".

Nah,pada bagian inilah saya tampil-kenangkan beberapa bahan bacaan rohani, sekitar 30 bacaan rohani yang tersebar-pencar dalam tradisi para rahib benediktin, mungkin bisa dijadikan teman dalam ber-lectio divina, atau paling tidak permenungan bagi kehidupan kita masing-masing. Silahkan dibaca sesuai dengan minat pribadi, tidak usah selalu dengan nomor yang berurutan.


1.   Pembacaan dan buku “Cermin Cintakasih” karangan Santo Aelredus, Abas.

Cinta saudara didasarkan pada teladan Kristus.

Bentuk cinta saudara yang tertinggi yaitu cinta kepada musuh-musuh kita. Tidak ada anjuran lebih kuat untuk menjalankan cintakasih daripada kenangan akan kesabaran yang mengagumkan, yang ditinggalkan oleh Dia, ”yang terindah di antara semua anak manusia”.

Namun Ia menyediakan wajah-Nya yang mulia untuk diludahi oleh musuh-musuh-Nya. Seluruh ciptaan diperintahkan oleh kerlingan mata-Nya, tetapi Ia membiarkan mata tadi ditutup oleh manusia-manusia jahat. Tubuh-Nya diberikan untuk didera, dan meskipun kepala-Nya menimbulkan gentar di antara para pemerin­tah dan penguasa, Ia menundukkannya untuk menderita pemahkotaan dengan duri. Ia membiarkan Diri-Nya dihina dan akhirnya memberi teladan kepada kita dengan menderita penuh kedamaian dan kelembutan, ke­sabaran dan kehalusan salib, paku, tombak, cuka dan empedu. Akhirnya sebagai domba, Ia dibawa ke tempat pembantaian. Dan sebagai anak domba, di hadapan orang yang mencukur-Nya, Ia tetap diam dan tidak membuka mulut-Nya.”

Terdengar suara menakjubkan, penuh kelembutan dan cinta, berkata: ”Bapa, ampunilah mereka.“ Siapa yang tidak segera akan memeluk musuhnya? ”Bapa ampunilah mereka”. Apakah ada kelembutan dan cinta lebih besar, masih dapat ditambahkan pada doa ini? Tetapi, Ia masih menambahkan sesuatu. Berdoa untuk mereka masih kurang. Ia juga ingin memberikan pembelaan bagi mereka. Ia berkata: ”Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu, apa yang mereka perbuat.

Mereka itu pendosa besar tetapi pengetahuannya sedikit saja, maka Ia berkata: “Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Mereka menganggap Dia seorang pelanggar hukum, orang yang secara sia-sia menyatakan Diri-Nya Allah, seorang penipu bangsa. “Saya menyembunyikan wajah-­Ku di hadapan mereka,” sabda Tuhan, “dan mereka tidak mengenali kemuliaan-Ku”. Maka dari itu, ”Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Maka kesimpulannya: barangsiapa sungguh ingin mencintai-Nya, ia harus menghindari cinta daging yang menipu. Tidak dikuasai oleh keinginan daging, ia harus mengarahkan seluruh cintanya kepada keindahan tubuh Tuhan. Untuk mencintai saudaranya lebih sempurna, ia harus membuka tangan untuk memeluk musuh-musuhnya juga. Seandainya api cinta ilahi ini menjadi dingin karena perlakuan jahat yang ditimpakan kepadanya, maka manusia dalam kenangannya selalu harus memandang Tuhan dan penebus kita yang tetap sabar dan tenang.


2.   Pembacaan dari buku Santo Benediktus karangan St. Gregorius Agung

Pada suatu hari bahagia, Benediktus sedang berada di biliknya. Salah seorang rahibnya, yaitu: Plasidus, yang masih kanak-kanak, pergi turun mengambil air. Ia kurang hati-hati waktu menurunkan embernya ke dalam air, sehingga ia sendiri jatuh tercebur ke dalam air. Ia segera dibawa arus air dan terhanyut sampai jarak sekitar lima puluh meter dan tepi. Waktu itu, Benediktus sedang berada dalam biliknya. Meskipun begitu ia segera mengetahui kejadian tadi. Lalu ia berseru kepada Maurus, “Hai Frater Maurus, cepat! Anak yang baru saja turun mengambil air di danau, tercebur ke dalam air. Ia terhanyut oleh arus.”

Peristiwa yang terjadi sesudah itu sungguh mengagumkan dan tak pernah terdengar semenjak zaman rasul Petrus. Maurus mohon berkat Benediktus, dan sesudah menerima berkat, ia cepat-cepat lari untuk memenuhi perintah abasnya. Ia terus berlari -bahkan sesudah tiba di danau-, sampai ia tiba di tempat Plasidus dibawa arus. Maurus segera memegang rambut Plasidus lalu ia Iari kembali sementara ia mengira berada di atas tanah biasa. Baru tatkala ia menginjak tanah Iagi dan menengok ke belakang, sadarlah ia akan apa yang sebenarnya terjadi. Maka tahulah ia bahwa ia tadi berjalan di atas air. la sangat tertegun, sebab tak pernah ia berani memikirkan, bahwa hal semacam itu bisa terjadi. Lalu Ia kembali kepada abasnya dan dikisahkannya peristiwa baru saja terjadi itu.

Tetapi Benediktus tidak mau menerimä bahwa peristiwa itu terjadi berkat jasanya sendiri. Ia beranggapan, bahwa ketaatan muridnya yang menyebabkan adanya mukjizat itu. Sebaliknya, Maurus yakin bahwa mukjizat itu terjadi berkat perintah abasnya semata-mata, sebab ia sendiri malahan tidak sadar akan tindakannya waktu itu. Sementara keduanya secara ramah mengadakan “persaingan” kerendahan hati itu, keputusan terakhir ditentukan oleh anak yang baru saja diselamatkan. Katanya, “Tatkala aku ditarik dari dalam air, kulihat di atas kepalaku mantol Bapa Abas. Menurutku, dialah yang menarikku dari dalam air ke tepi danau.”


 3.`Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh  44: 1-2, 8-16

Sekarang kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya. Banyak kehormatan telah dibagikan oleh Tuhan, sejak masa purba keagungan-Nya diperlihatkan. Beberapa di antaranya meninggalkan nama yang harum dan masih te­rus dibicarakan dengan hormat. Tetapi juga ada yang tidak diingat lagi, lenyap seolah-olah tidak pernah ada. Mereka menjadi seolah-olah tidak pernah dilahirkan dan demikian pun na­sib anak-anak mereka sesudahnya. Tetapi yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa. Semua­nya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka.

Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian dan anak­-anak mereka pun demikian pula keadaannya. Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya dan kemuliaannya tidak akan dihapus. Dengan tenteram jenazah mereka dimakamkan dan nama me­reka hidup terus turun-temurun. Bangsa-bangsa bercerita tentang kebijaksanaannya dan pujian mereka diwartakan jemaah.

Henokh berkenan kepada Tuhan dan diangkat, suatu teladan perto­batan untuk segala angkatan.


4.  Exordium Parvum, Surat Para Cistersiensis pertama kepada seluruh pengikut mereka

Kami para Cistersiensis, para pendiri pertama pertapaan ini, memperkenalkan kepada para pengikut kami, melalui tulisan berikut ini, bagaimana secara kanonik, dengan kewibawaan sah, dan dengan tokoh-­tokoh yang ada, serta selama periode waktu tertentu, pertapaan dan cara hidup mereka itu berawal mula. Kami mengumumkan kebenaran sejati dari perkara ini agar mereka bisa dengan lebih gigih mencintai tempat dan tata tertib peraturan suci di sana, yang berkat rahmat Allah telah kami mulai, agar mereka mendoakan kami yang telah menahan secara tak kenal lelah beban dan panasnya hari. Dan agar mereka dapat bekerja keras sampai mati pada jalan yang curam dan sempit seperti dilukiskan oleh peraturan, sehingga setelah mereka meletakkan beban badannya, mereka bisa beristirahat dengan bahagia dalam damai abadi, amin.

I.    Awal Mula Pertapaan Citeaux
Dalam tahun 1098, sesudah penjelmaan Tuhan, Robertus yang tersohor, abas pertama Pertapaan Molesme yang didirikan di Diosis Langres, bersama beberapa saudara dari pertapaan yang sama, menghadap yang mulia Hugo, Duta Tahta Suci dan Uskup Agung Gereja Lyons.

Mereka berjanji untuk menempatkan hidup mereka di bawah penjagaan Peraturan Suci Bapa Benediktus. Maka dari itu, untuk pelaksanaan tanpa rintangan akan maksud ini, mereka terus menerus mohon kepadanya untuk meminjami mereka kekuatan perlindungannya sendiri serta kewibawaan apostoliknya.

Yang Mulia Duta, yang dengan sukacita mengabulkan keinginan mereka, meletakkan dasar dari awal hidup mereka dengan surat berikut:

II.   Surat Yang Mulia Hugo, Duta
Hugo, Uskup Agung Lyons dan Duta Tahta Suci, kepada Robertus, Abas Molesme, dan kepada para saudara yang bersama-sama dengannya ingin mengabdi Allah menurut Peraturan Santo Benediktus.

Hendaknya diberitahukan kepada semua yang bergembira akan perkembangan Bunda Gereja Kudus, yaitu: anda dan beberapa putera anda, para saudara dari biara Molesme, telah menghadap kami di Lyons serta menyatakan keinginan anda untuk semenjak itu mengikat secara lebih ketat dan lebih sempurna kepada Peraturan Santo Benediktus, yang sejauh ini anda telah melaksanakannya secara buruk dan penuh kelalaian di biara itu. Tetapi, karena jelas nyata bahwa mengingat banyak halangan, Peraturan ini tidak dapat dipenuhi di tempat tersebut, kami yang ingin menyelenggarakan kesejahteraan kedua belah pihak, yaitu: mereka yang berangkat dari Molesme dan mereka yang tetap tinggal di sana, telah menyimpulkan bahwa bijaksanalah bagi anda untuk mengundurkan diri ke tempat lain, yang akan ditunjukkan oleh Penyelenggaraan Ilahi bagi anda, dan di sana mengabdi Tuhan dalam suatu cara yang lebih bermanfaat dan lebih tenteram.

Maka dari itu bagi anda, yang pada waktu itu telah menghadirkan diri anda sendiri - abas Robertus dan saudara-saudara Alberikus, Odo, Yohanes, Stefanus, Letaldus dan Petrus seperti kepada orang lain, kepa­da siapa anda memutuskan untuk menambah kepada kelompok anda sesuai dengan Peraturan dan dengan permusyawaratan bersama, setelah pertimbangan yang kami berikan agar anda bertekun dalam usaha yang suci ini. Kami meneguhkannya untuk selamanya dengan kewibawaan Tahta Apostolik melalui pencantum­an meterai kami.

III. Keberangkatan Para Rahib Cistersiensis dari Molesme dan Kedatangan Mereka di Citeaux, serta Pertapaan yang Mereka Dirikan di Sana

Sesudah itu dengan dukungan kekuasaan yang agung, abas dan rahib-rahibnya kembali ke Molesme dan dari komunitas religius itu, dipilih mereka yang sependirian, serta digabungkan, mereka yang setia kepada Peraturan.

Begitulah mereka yang telah berbicara di hadapan Duta di Lyons dan mereka yang telah dipilih dari komunitas itu berjumlah dua puluh satu rahib, mereka berkumpul dalam satu ikatan yang sedemikian kuat, de­ngan keinginan yang sangat besar berangkat ke tempat yang sunyi yang disebut Citeaux.

Tempat ini terletak di Diosis Chalon, didiami hanya oleh binatang-binatang buas, karena pada waktu itu tidak biasa bagi orang untuk masuk ke daerah itu dikarenakan padatnya pepohonan dan semak belukar yang berduri. Setibanya di tempat ini, para pria Allah mendapatkan semuanya itu lebih sesuai bagi hidup bakti yang sudah mereka rumuskan dalam pikiran dan untuk itu mereka telah datang ke sini, tempat yang disadari sebagai tempat yang lebih hina dan tidak dapat dimasuki bagi orang-orang dunia.

Setelah mereka menebang dan menyingkirkan pohon lebat dan semak belukar berduri, mereka mulai membangun suatu pertapaan dengan persetujuan Uskup Chalon dan dengan ijin penguasa daerah itu.

Karena diilhami oleh rahmat Allah, para pria Allah itu selama masih tinggal di Molesme, seringkali berbicara satu sama lain, berkeluh kesah, dan digundahkan oleh pelanggaran Peraturan Santo Benediktus, Bapa para rahib.

Mereka sadar bahwa diri mereka dan para rahib lainnya telah mengikrarkan kaul meriah untuk melaksanakan Peraturan ini, namun mereka sama sekali tidak memeliharanya, dan karena itu dengan sengaja melakukan dosa dengan ikrar palsu.

Oleh karena itu, mereka memasuki ini dengan kewibawaan Duta Tahta Apostolik, seperti yang telah kami sebutkan di atas, untuk memenuhi ikrar mereka dengan memelihara Peraturan Suci.

Kemudian karena bergembira dengan semangat suci mereka dan dituntut dalam sebuah surat oleh Duta Gereja Roma Suci tersebut, tuan Odo, Pangeran Burgondia, dengan harta kekayaannya melengkapi pertapaan yang terbuat dari kayu itu, pertapaan yang mereka mulai. Dan ia memberi mereka di sana untuk jangka waktu yang panjang, setiap kebutuhan hidup dan dengan murah hati membantu mereka dengan tanah dan ternak.


5.   SURAT BEATA MARIA GABRIELLA KEPADA IBU ABDISNYA

Tuhan memaku saya pada salib dan saya tidak mempunyai hiburan lain kecuali mengetahui bahwa saya menderita untuk memenuhi kehendak ilahi-Nya.

Saya meyakinkan Ibu bahwa pengorbanan saya sungguh-sungguh lengkap karena dari fajar sampai petang, saya tidak melakukan apa pun selain mengorbankan kehendak saya dalam segalanya.

Saya ingin tetap kuat, sekuat besi, namun sebaliknva saya merasa lemah bagaikan sebatang jerami. Sudah beberapa waktu, saya yakin bahwa saya hanya seorang kerdil dalam kehidupan rohani, karena saya digoyangkan oleh setiap angin yang berhembus.

Sebelum ini, tak ada cara untuk menundukkan kehendak pribadi saya. Sekarang saya mengerti bahwa kemuliaan Allah tidak diagungkan oleh perbuatan-perbuatan besar melainkan oleh pengorbahan total dari “ego” saya. Doakan agar saya semakin mengerti anugerah besar yang diberi dalam salib sehingga mulai sekarang, saya bisa memanfaatkannya untuk diri saya dan untuk setiap orang.

Kadang-kadang saya merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan saya. Pada saat-saat lain, saya berpikir bahwa Dia mencobai mereka yang Dia cintai. Pada saat-saat lain lagi nampaknya tidak mungkin Tuhan dapat dimuliakan oleh kehidupan saya ini.

Saya telah mempersembahkan seluruh hidup saya kepada Yesus dan saya tidak menarik kembali kata-kata saya. Saya lemah, ini benar. Tetapi Tuhan yang mengetahui kelemahan dan penyebab penderitaan saya akan memaafkan saya - tentang ini saya sangat yakin.

Kadang-kadang ... air mata saya mulai mengalir dan semua yang dapat saya katakan hanyalah: “Tuhanku, ini untuk kemuIiaan-Mu!” Dengan cara itu, saya menemukan kedamaian lagi.

Kemarin malam, saya merasakan suatu kekuatan besar turun ke dalam hati saya dan saya betul-betul menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan, sambil bersedia untuk menderita demi kemuliaan-Nya.


6.   SURAT TERAKHIR BEATA MARIA GABRIELLA KEPADA IBUNYA

Ibunda Tercinta,
Saya menulis beberapa patah kata ini untuk menyampaikan buah pikiran dan salam saya yang terakhir kepada ibu.

Sang mempelai surgawi telah mengulangi kembali undangan-Nya, dan hari terakhir semakin mendekat. Saya tidak mau menyebut hari itu sebagai hari kematian, tetapi hari di mana terlepaslah ikatan-ikatan dari daging yang papa ini, sehingga akhirnya saya akan dapat pindah dari hidup ini ke tempat bahagia di surga. Perpisahan dengan tubuh bukanlah merupakan suatu kematian, tetapi adalah perpindahan ke hidup sejati.

Bersukacitalah bundaku tercinta, karena di atas nanti takkan ada lagi klausura, sehingga meskipun ibu tidak akan dapat melihatnya, namun saya akan dapat datang untuk mengunjungi dan memeluk ibu. Dan sementara itu, semakin saya rasakan betapa semakin besar cinta saya pada ibu.

Tenangkanlah hati ibu, sebab di atas sana saya akan lebih berguna bagi ibu dari pada di sini, karena dari sana saya akan melihat lebih jelas segala kebutuhan ibu dan akan dapat menjadi perantara kepada Tuhan. Janganlah menangis dan jangan membuat cerita seperti yang biasa dilakukan di Dorgali, sebab saya tidak akan menyukainya.

Saya harap, apabila ibu menerima berita kematian saya, hari itu juga ibu dan semua keluarga pergi ke misa dan menyambut Sakramen Mahakudus, dan dengan demikian kalian berdoa bagi saya dan berterima kasih banyak kepada Tuhan atas rahmat-rahmat Yang telah dianugerahkan kepada saya dan atas kasih sayang yang telah ditunjukkan-Nya terhadap diri saya.

Saya berharap, Salvator dan saudara ipar saya mau memenuhi kewajiban Kristen di hari Paskah. Tetapi kalau hal itu belum dapat mereka lakukan, saya anjurkan agar dapat dilakukan secepat mungkin, paling tidak untuk memenuhi keinginan saya yang terakhir dan saya akan berdoa banyak untuk mereka. Saya anjurkan sekali lagi agar ibu tetap tenang dan bergembira dalam Tuhan dan berdoa bagi saya. Mintakanlah juga doa dan saudara-saudara dan kenalan-kenalan kita, dan sampaikan juga salam terakhir saya kepada mereka.

Saya mohon maaf kepada semua untuk terakhir kalinya atas segala kesalahan saya.
Peluk cium untuk ibu dan semua keluarga dalam Hati Kristus.


7.   Bacaan Diambil dari Tulisan Frater Rafael Arnáiz Barón Tentang “Kesederhanaan Hati”

Saya tahu, saudara, jalan yang engkau tempuh adalah hidup sederhana. Allah tidak meminta dari kita lebih daripada kesederhanaan di luar dan cinta di dalam. Sungguh benar bahwa jalan Allah sangat mudah dan sangat sederhana bila kita menempuhnya dengan penuh semangat percaya dan dengan hati bebas terarah pada Allah.

Sungguh berbahagialah Trappist yang bukan hanya seorang Trappist lahiriah belaka, melainkan yang hidup batinnya ditandai oleh kesederhanaan yang menjadikan­nya Trappist sejati.

Orang-orang dunia bisa menganggap kita agak berbelit-belit. Saya sendiri tidak tahu bagaimana menerangkan­nya, tetapi saya mulai menyadari apa yang dimaksudkan oleh Yesus ketika Dia berkata: “Bila kamu tidak menjadi anak kecil ....“

Jalan Tuhan adalah kesederhanaan; kuk-Nya mudah dan beban-Nya ringan. Kita mati terhadap dunia supaya dilahirkan kembali bagi Allah. Penyangkalan diri melalui hidup kesunyian dan keheningan mekar menjadi luapan sukacita hati yang menghitung berkatnya dari segi kesederhanaan dan kejujuran.

Mereka yang mengikuti Kristus melakukan begitu sepanjang jalan salib. Saya kira bila kita mencintai salib, semua kita peroleh.

Allah senantiasa memperkenankan cahaya-Nya menyinari siapa saja yang mencintai dan mencari Dia dengan kesederhanaan. Kita harus menyusuri jalan kita melalui banyak lorong berliku-liku sebelum sampai pada jalan lurus yang sederhana.

Tidak ada yang menyesakkan daripada hal-hal yang berbelit-belit! Betapa kita umat manusia suka membikin segala sesuatu rumit bagi diri kita sendiri! Jika kita tidak mengendalikan diri kita dengan praktik keutamaan berulang-ulang. Dengan cara hidup yang berbelit-belit, kita mengusir jauh segala sesuatu yang sederhana.

Berkali-kali kita gagal menangkap keagungan yang sangat tersembunyi di dalam tindakan kesederhanaan. Kita ingin mencari keagungan di dalam yang berbelit-­belit, dan mengira bahwa hanya hal-hal yang sulit sajalah yang patut dipersembahkan.

Barangkali saya tidak membuat jelas, tetapi kini saya mengerti dengan jelas, bahwa yang semula saya lihat serba membingungkan dan berbelit-belit, sebenarnya jelas dan sederhana.

Keutamaan, Allah, dan hidup batin adalah nilai-nilai yang sulit dihayati! Bukan seakan-akan saya telah mencapai keutamaan, bukan pula seolah-olah pengetahu­an saya akan Allah dan hidup saya di dalam Roh sepenuhnya jelas, tetapi yang telah saya mengerti ialah bahwa untuk mencapai hal-hal tersebut, saya perlu bebas dari berbelit-belit dan pemutar balikan spekulasi dan segala keteknisan.
Saya kini mengerti bahwa kita sampai pada Allah justru dengan sebaliknya. Pengetahuan sejati akan Dia datang melalui kesederhanaan hati dan kejujuran. Tindakan cinta sama sekali tidak sulit, yang sungguh sulit adalah usaha untuk memperoleh pengetahuan akan Allah dengan menyelami misteri-misteri-Nya.

Tindakan cinta membawa kita kepada Allah, sedangkan jalan yang lain tidak membawa kita ke mana pun. Keutamaan, memang untuk para suci, agak sulit untuk dipraktikkan, tetapi tidak sesulit mengikuti suatu perlombaan atau kuliah pendidikan tinggi.

Kadang-kadang tekad sederhana bahkan keterlibatan kemauan semata-mata cukuplah.
Mengapa kadang-kadang, kita kehilangan keutamaan?
Sebab kita tidak sederhana, membikin berbelit-­belit tujuan-tujuan kita, kelemahan kehendak kita, menjadikan segala yang kita kehendaki nampak sulit. Kita memupuk kelemahan tersebut bila kita membiarkan kehendak kita memuaskan diri dengan yang menyenangkan, menghiburkan, mengalihkan perhatian yang  seringkali hanya demi nafsu belaka.

Seandainya ada orang yang mau menjelaskan kepada saya secara persis apa yang harus saya lakukan untuk menjadi suci dan berkenan pada Allah, saya kira dengan bantuan Allah dan Bunda tersuci-Nya, saya akan dapat melaksanakannya.

Dengan Yesus di samping saya, rupanya tidak ada sesuatu pun sulit bagi saya, dan jalan menuju kesucian nampak semakin sederhana setiap kali saya memandang-Nya. Lebih baik rupanya kesucian tercapai lebih dengan maju ke depan dan meninggalkan segala sesuatu di belakang daripada dengan mencari hal-hal yang baru. Lebih dengan melucuti kembali sehingga sederhana daripada menambah-nambahkan.

Selama kita maju ke depan sambil memalingkan muka dari sedemikian banyak cinta tak teratur terhadap ciptaan dan terhadap diri kita sendiri, saya kira kita akan semakin dekat kepada satu-satunya cinta sejati, satu-saturiya dambaan, aspirasi hidup ini: kesu­cian sejati, yakni: Allah.


8.   Bacaan dari Dialog St. Katarina dari Siena Tentang “Pewahyuan Ilahi”

Aku Telah Melihat dan Merasakannya Ya Tritunggal Abadi, Keilahian Abadi!

Keilahian ini, kodrat ilahi-Mu, membuat darah Putera Tunggal-Mu sangat berharga. Tritunggal Abadi, Engkau bagaikan samudera yang dalam, di mana semakin aku mencari-­Mu, semakin menemukan; dan semakin aku menemukan, semakin aku mencari-Mu. Engkau memenuhi jiwa, entah bagaimana, tanpa memuaskannya. Di kedalaman diri-Mu, Engkau begitu mengisi jiwa sehingga jiwa tetap selalu lapar dan haus akan Dikau dan menginginkan-Mu, berhasrat melihat dalam terang-Mu, Engkau yang adalah terang.

Dengan cahaya akal budiku, dalam terang-Mu aku telah melihat dan merasakan kedalaman diri-Mu, Tritunggal Abadi, dan keindahan ciptaan-Mu. Kemudian dengan memandang diriku sendiri dalam Engkau, aku telah melihat bahwa aku, gambar-­Mu ini, adalah kurnia yang kuterima daripada-Mu dalam kekuatan-Mu, Bapa Abadi dan dalam kebijaksanaan-Mu, yang dihubungkan dengan Putera Tunggal-Mu. Roh Kudus yang menjadi penerus-Mu, ya Bapa dan penerus Putera-Mu menyiapkan aku dan memberikan kepadaku kehendak untuk rnencintai-Mu.

Tritunggal Abadi, Engkau adalah Pencipta, dan aku makhluk ciptaan-Mu. Sebagai ciptaan baru berkat darah Putera-Mu, aku akhimya tahu bahwa Engkau mencintai keindahan ciptaan-Mu. Ya Tritunggal Abadi, ya Allah, Engkaulah jurang yang amat dalam, samudera yang dalam. Engkau telah memberikan diri-Mu sendiri kepadaku. Apakah ada sesuatu yang lebih besar yang dapat Kauberikan dari itu?

Engkaulah api, yang selalu menyala dan tak pernah habis, panas-Mu memakan habis segala cinta diri dari jiwa dan membawa pergi segala yang dingin. Dengan terang-­Mu, Engkau menerangi budi kami, sebagaimana terang-Mu telah membawaku mengenal kebenaran-Mu. Dalam cahaya ini, aku mengenal Engkau, dan aku mendambakan Engkau bagi diriku sendiri sebagai kebaikan tertinggi, kebaikan yang mengatasi segala kebaikan, kebaikan yang penuh rahmat, kebaikan yang tak dapat dimengerti, tak dapat dinilai, keindahan yang mengatasi segala keindahan, kebijaksanaan yang mengatasi segala kebijaksanaan. Engkaulah kebijaksanaan itu sendiri.

Engkaulah makanan para malaikat, yang memberikan diri-Mu sendiri kepada umat manusia segala cinta kasih-Mu. Engkaulah busana yang menutupi setiap ketelanjangan. Engkau menyantapi yang lapar dalam kemanisan-Mu, sebab Engkau lembut tanpa noda kepahitan, ya Tritunggal Abadi.


9.   Para rahib dari biara Cluny mengikuti ideal Santo Benediktus Aniane.

Biara Cluny mengalami kejayaannya selama dipimpin oleh sederetan abas yang termasuk tokoh suci, terpelajar dan organisator yang agung seperti: Santo Odo, Mayeul, Odillo, Hugo, dan Petrus Venerabilis. Mereka menaruh banyak perhatian terhadap liturgi dan meditasi Kitab Suci serta tulisan para Bapa.

Mereka memberikan dasar kuat bagi perkembangan teologi monastik di Barat, yaitu: refleksi tentang misteri Kristen yang disantapi oleh kotbah dengan teks-teks suci dan diterangi oleh pengalaman akan Allah yang akrab.

Gerakan ini mempunyai wakilnya yang representatif dalam diri Santo Anselmus, seorang penulis mistis, seorang teolog, dan Abas Biara Le Bec di Normandia dan akhirnya menjadi Uskup Agung di Canterbury.

DOA SANTO ANSELMUS

Hai jiwaku! Sudahkah kau temukan apa yang kau cari? Dulu engkau mencari Allah, dan engkau telah menemukannya, ternyata Dialah yang mahatinggi di antara segala mahluk, sehingga manusia tidak dapat memikirkannya lagi apa yang lebih dari Dia.

Dia sendirilah hidup, cahaya, hikmat, kebaikan, kebahagian abadi dan keabadian yang membahagiakan. Dia itu kekal serta mengatasi ruang dan waktu. Tuhan Allahku, Engkau telah menciptakan dan menebus aku, penuhilah jiwaku, Engkau menyatakan kepadanya perihal apa yang membedakan antara diri-Mu dengan apa yang mampu dilihatnya, sehingga ia memandang secara terbuka akan keinginannya.

Jiwaku telah berusaha sebaik-baiknya untuk melihat secara lebih baik, tetapi ía hanya melihat kegelapan di balik apa yang dilihatnya. Atau lebih tepat, ia tidak melihat kegelapan sebab tak ada kegelapan di dalam diri-Mu, tetapi ia melihat dan tahu bahwa ia dapat melihat lebih baik, karena dibatasi oleh kegelapannya sendiri.

Benar Tuhan, cahaya yang Kaudiami memang tak dapat didekati, tak seorang pun kecuali Engkau sendirilah yang memang dapat memasuki cahaya itu. Di sana, Engkau memandang diriMu secara terbuka.

Benar-benar karena itulah, maka saya tidak dapat melihatnya. Engkau terlalu cemerlang untuk penglihat­anku, namun segala sesuatu yang kulihat, berkat Dialah saya membedakannya sebagai biji mata yang terlalu rapuh, berkat matahari, ia dapat melihat segala sesuatu yang ditangkapnya, meskipun tanpa dapat memandang matahari itu sendiri.

Akal budiku tetap tinggal tidak berkuasa di hadapan cahaya-Mu, sebab cahaya-Mu terlalu cemerlang. Mata jiwaku tak mampu untuk menerimanya, dan ía bahkan tidak tahan lama terpandang padanya. Pandanganku terluka oleh sinarnya, karena dilampaui oleh kuasanya Pandanganku hilang di dalam sinar-Mu yang luar biasa dan tetap terlebur di depan sinar-Mu yang dalam.

O cahaya yang mulia yang tak dapat terdekati, O kebenaran yang menyeluruh dan membahagiakan, betapa Engkau jauh dariku, namun toh dekat aku pada-Mu.

Engkau menghindari sama sekali pada pandanganku, sedangkan aku, aku sama sekali ada di bawah pandangan-Mu.

Di mana pun juga kehadiran-Mu yang penuh selalu bersinar, tetapi saya tidak dapat memandang-Mu, di dalam Engkaulah saya berbuat dan hidup, namun aku tidak dapat mencapai pada-Mu, Engkau ada di dalam diriku tetapi Engkau sama sekali toh ada di sekitarku dan aku tidak dapat menangkap-Mu.

Aku mohon ya Allahku, buatlah aku mengenal diri-Mu buatlah aku mencintai diri-Mu supaya sukacitaku ada di dalam Engkau, dan jika aku tidak dapat secara penuh di dalam kehidupan ini, sekurang-kurangnya aku mampu ke arah itu setiap hari, sehingga sampai terpenuhi. Semoga di dalam kehidupan ini, pengenalan akan diri-Mu semakin bertambah besar di dalam diriku, dan semoga tercapai pada akhirnya.

Semoga kasih-Mu berkembang di dalam diriku dan semoga kasih-Mu itu sempurna dalam hidup di masa yang akan datang, supaya sukacitaku yang sudah besar di dunia ini dalam pengharapan, tercapai di dalam kenyataan.

Tuhan Allah, melalui Putera-Mu, Engkau memberi kami perintah atau lebih baik nasehat, untuk memohon, dan Engkau telah menjanjikan bahwa kami akan dikabulkan, supaya sukacita kami sempurna.

Tuhan, aku mohon kepada-Mu semoga Engkau mengilhami kami melalui Dia yang menjadi penasehat kami yang mengagumkan. Dapatkah aku menerima apa yang Engkau janjikan demi kebenaranMu, supaya sukacitaku sempurna. Allah yang benar, aku memohon ke hadirat-Mu, kabulkanlah doaku supaya sukacitaku sempurna. Semoga selanjutnya semua itu menjadi renunganku, renungan jiwaku dan laku tapaku, semoga hal itu menembus hatiku dan ucapan mulutku, hendaknya hal itu merupakan kehausan jiwaku, kehausan dagingku dan keinginan seluruh pribadiku, sampai aku masuk ke dalam sukacita Tuhan, Allah yang Tunggal dalam tiga pribadi, terpujilah Engkau selama-lamanya. Amin.


10. Keunggulan Hidup Senobit”

Suatu Petikan dari Riwayat Hidup St. Pakomeus, Abas

St. Pakomeus adalah seorang tokoh yang berjasa besar dalam hidup senobit yang sangat terorganisir. Sebagai seorang pemuda kafir, ia dibimbing kepada Kristus oleh kesaksian kasih orang-orang Kristen yang memberi makanan kepada para tawanan yang serba kekurangan. St. Pakomeus (286-342 M) mendirikan sebuah biara senobit di Tabennisi, di pinggir Sungai Nil, yang kemudian diikuti oleh enam biara lainnya. Baginya, ketaatan antara para rahib dan kasih terhadap sesama merupakan batu ujian bagi biaranya.

Saya ingin menunjukkan kepada anda bahwa penghormat­an dan kemuliaan dari mereka yang berlaku baik di dalam hidup bersama, demikian juga bahwa keunggulan penderitaan-penderitaan yang menimpa mereka, mengalahkan penderitaan-penderitaan yang menjalani hidup anakorit.

Saya ingin menunjukkan kepada anda sekaligus, bahwa kehancuran, kegagalan dan kerugian pada mereka yang tidak berjalan dengan baik di dalam hidup anakorit. Sesungguhnya, itu adalah seperti seorang pedagang yang berlayar melalui laut atau sungai kapan saja. Jika ia menghindari bahaya laut ia menjadi sangat kaya, tetapi jika perahunya tenggelam ke dalam laut, bukan kekayaannya saja yang lenyap, tetapi juga hidupnya dan ingatannya akan lenyap selama-lamanya. Maka dengarlah penafsirannya: orang yang maju dalam hidup bersama dengan kemurnian, ketaatan, kerendahan hati serta penaklukkan diri, dan tidak menaruh -baik batu sandungan atau kejahatan- terhadap seorang pun oleh kata-katanya atau perbuatannya. Orang itu akan menjadi kaya, oleh kekayaan yang tidak akan binasa serta tahan selamanya. Tetapi jika ia lalai, dan jika suatu jiwa mendapat sandungan oleh dia dan mati karena dia, celakalah orang itu! Bukan hanya ia jiwanya yang hancur dan penderitaan-penderitaan menimpa padanya, tetapi juga ia bertanggung jawab terhadap Allah atas jiwa yang telah menerima batu sandungan itu.

Kemudian saya akan mengajar anda melalui sebuah perumpamaan tentang saudara-saudara yang paling kecil di dalam hidup bersama.

Ia tidak menyerahkan diri kepada latihan-latihan rohani yang berat dan askesis yang berlebihan, tetapi melulu berjalan dengan ketaatan dan pelayanan dalam kemurnian tubuh dan menurut peraturan yang telah ditetapkan.

Dengan cara itu, menurut pandangan orang-orang yang memeluk hidup anakorit, orang kecil tersebut tidak berjalan untuk hidup sempurna, tetapi dipandang sebagai ”yang rendah”.

Sesungguhnya, itu bagaikan hamba-hamba kesayangan raja dan kaum sida-sida, yang di dalam istana mempunyai ukuran derajat yang lebih berani daripada pejabat-pejabat di bawah perintah raja. Pejabat-­pejabat tidak dapat menegur seperti yang dilakukan para sida-sida itu.
Semacam itulah halnya tentang mereka-mereka itu yang dipandang sebagai “yang sangat rendah” di dalam hidup bersama, yang akan ditemukan sempurna di dalam hukum Kristus sebagai akibat ketekunan.

“Yang sangat rendah” itulah yang berlaku dengan seluruh penaklukkan menurut Allah, dan jauh lebih tinggi daripada mereka yang memeluk hidup anakorit. Sebab “yang sangat rendah” berjalan di dalam pelayan­an sebagaimana telah ditempuh oleh Rasul Paulus, seperti ditulisnya: “Oleh kasih akan Roh, layanilah satu sama lain di dalam satu Roh kesopanan serta di dalam seluruh kesabaran, di hadirat Tuhan kita Yesus Kristus ... “ (Gal 5:13).


11.  SURAT CUTHBERTUS TENTANG WAFAT SANTO BEDA VENERABILIS

Beda melewatkan seluruh hidupnya di Keabasan Jarrow, Inggris. “Doa dan Kerja” merupakan perintah dari St. Benediktus, dan Beda tidak mempunyai ideal lain kecuali perintah itu. Tu­gas utamanya di bidang intelektual di tanah Inggris. Sejarah para martir dan komentar Kitab Suci, bukan sesuatu yang sama sekali asing baginya, te­tapi ia tidak pernah mengorbankan doa demi studi!

Pada hari Selasa sebelum Kenaikan Tuhan, ia mulai menderita lebih hebat dan kelihatan suatu bengkak kecil di kakinya. Sehari-harian ia mengajar dan mendiktekan dengan humor yang baik. Pada suatu saat, ia berkata: “Bergegaslah belajar, saya tidak tahu lagi, berapa lama saya masih berada di sini, jangan-jangan penciptaku akan segera menjemput aku.” Kelihatannya ia benar­-benar meramalkan kematiannya, demikian ia melewatkan sepanjang malam tanpa tidur, sambil berdoa syukur. Pagi-pagi benar pada hari berikutnya, ia memerintahkan menulis dengan cepat apa yang telah kami mulai dan kami melakukannya sampai jam sembilan. Kemudian kami mengadakan perarakan relikui para kudus menurut kebiasaan hari itu. Tetapi, seorang di antara kami tetap tinggal bersama dia dan berkata kepadanya: “Guru terkasih, kurang satu pasal saja dari buku yang anda diktekan. Apakah sulit untuk mengajukan pentanyaan-pentanyaan lebih jauh?” Beliau menjawab: “Mudah! Ambillah pena dan tinta dan tulislah cepat!” Itulah yang dikerjakannya.

Pada jam tiga lewat tengah hari, ia berkata kepadaku: “Di dalam peti-petiku, aku memiliki beberapa barang berharga: lada, stola, dan dupa. Berlarilah cepat, hantarkanlah imam-imam kepadaku di biara kita, dan aku akan membagikan kepada mereka hadiah-­hadiah kecil ini, seperti Tuhan menghadiahkan benda-­benda itu kepadaku.”

Ketika mereka tiba, ia berbicara kepada mereka, sambil masing-masing dari mereka merayakan misa dan berdoa dengan semangat untuk dia, seperti apa yang mereka janjikan kepadanya dengan hati yang rela. Semua orang menatap dan menangis, terutama karena ia telah berkata bahwa menurut pandangannya, mereka tidak akan melihat lagi wajahnya di dunia ini. Namun mereka bersukacita karena ia mengucapkan kata-kata ini: “Tibalah saatnya, jika penciptaku, hakim yang baik, jika kepada-Nya aku segera kembali. Dia yang menciptakan aku, aku yang dahulu tidak ada dan yang diadakan dari ketiadaan. Saya hidup lama. Hakimku yang berbelaskasih telah meramalkan bagiku suatu kehidupan yang bahagia. Saat keberangkatanku sudah tiba, sebab aku ingin menghilang untuk ada bersama Kristus. Memang jiwaku ingin melihat rajaku, Kristus di dalam keindahan-­Nya“. Beliau masih mengatakan hal lain lagi untuk membangun diri kami, dan ia melewatkan sepanjang hari sampai sore di dalam sukacita.

Anak Wibertus berkata kepadanya: “Guru terkasih, masih satu kalimat yang tidak disalin.” - “Tulislah segera!” - anak itu menjawab: ”Sekarang kata itu telah disalin.” Dan kepadanya, ia berkata:  “Baik, engkau telah mengatakan kebenaran. Segalanya telah dipenuhi, taruhkanlah kepalaku ke dalam tanganmu sebab aku sangat bergembira duduk menghadap kapel orang kudusku, di mana aku biasa berdoa, supaya sambil duduk, aku dapat menyebut Bapaku.”

Demikianlah, di atas kasur jerami di dalam selnya ia berkidung: ”Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus”, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dan seperti yang seharusnya diperca­ya tanpa sangsi karena di dunia ini, ia selalu bersusah payah dengan semangat yang besar untuk menyanyikan pujian kepada Allah. Maka, ía berangkat menuju kegembiraan surgawi yang diidamkannya.


12. SURAT SANTO GREGORIUS AGUNG KEPADA SANTO AUGUSTINUS

Augustinus diutus oleh Paus Gregorius Agung ke tanah Inggris sebagai pemimpin suatu kelompok rahib Romawi untuk mewartakan Injil pada orang-orang Anglo-Saxon pada tahun 597. Misinya penuh sukses. Setelah ditahbiskan menjadi Uskup di Canterbury, Augustinus mengorganisir Gereja dan ia mengkristenkan umat seraya menghormati (sebi­sa mungkin) tradisi para leluhur mereka.

Kemuliaan bagi Allah di surga tinggi dan di bumi bagi orang yang mencintai-Nya, sebab biji gandum telah mati dengan jatuh ke atas bumi, supaya tidak meraja sendirian di surga.

Wafat-Nya menghidupkan kita, kelemahan-Nya menguatkan kita, penderitaan-Nya merampas kita dari penderitaan, kasih-Nya mengajak kita mencari saudara-saudara di Britania Raya yang tidak kita kenal. Rahmat-Nya mempertemukan kita dengan mereka yang kita cari tanpa kita mengenal mereka. Tidak seorang pun mengungkapkan betapa gembiranya suatu peristiwa yang demikian itu bangkit di dalam hati kaum beriman.

Umat Inggris, melalui daya kerja rahmat Allah yang mahakuasa dan berkat kerja anda, saudaraku, telah menghalau kesesatan yang gelap agar digenangi oleh sinar iman. Selanjutnya, dengan jiwa yang sama sekali sehat, ia menginjak-injak berhala-berhala. Di depan­-Nya, berhala itu ditaklukkannya dengan suatu ketakut­an yang tak masuk akal.

Dengan hati yang murni, ia menunduk takluk di hadirat Allah yang mahakuasa. Peraturan-peraturan yang diberikan oleh ajaran-ajaran suci melindunginya dari jatuh kembali ke dalam kejahatan. Pengajaran Ilahi menaklukkan jiwanya dan mengangkat akal budinya. Di dalam doa, ia merendahkan dirinya sampai ke tanah supaya rohnya tidak berbaring di tanah. Mana pengarang suatu karya yang sedemikian besar kalau bukan orang yang berkata: “Bapaku, sampai sekarang senantiasa bekerja dan aku juga bekerja.”

Untuk menunjukkan bahwa ia tidak mempertobatkan dunia oleh hikmat manusia tetapi oleh keutamaannya yang istimewa, ia telah memilih sebagai pengajar-­pengajar untuk diutus ke dalam dunia, orang yang tidak tahu menahu segala sesuatu. Lagi bahwa ia melakukan sekarang, karena ia sudi mengerjakan hal-hal yang begitu besar demi kebaikan umat Inggris oleh orang-orang lemah juga. Tetapi kurnia ilahi, saudaraku terkasih, menuntut bahwa kegembiraan besar itu bersatu dengan suatu rasa takut yang hidup. Sesungguhnya saya tahu bahwa Allah yang mahakuasa telah memperlihatkan mukjizat-mukjizat yang besar berkat kasihmu dalam umat yang dipilihnya itu. Jadi perlulah bahwa kurnia surgawi itu memberi anda kegembiraan sekaligus ketakutan, takut sekaligus sukacita. Anda mesti bersukacita sebab mukjizat-mukjizat lahir menarik jiwa-jiwa orang Inggris berkat rahmat batin.

Tetapi anda harus takut, bahwa di antara tanda-­tanda yang sekian besar yang terpenuhi itu, jangan-­jangan jiwa yang lemah menjadi sombong karena memperhitungkan atas dirinya sendiri dan bahwa oleh peninggian serta kemuliaan yang kelihatan itu jiwa yang lemah itu secara tak kelihatan runtuh oleh kemuliaan yang sia-sia.

Kita harus ingat akan jawaban Guru Ilahi terhadap murid-murid-Nya yang sangat bergembira akan pengajaran mereka dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, bahkan roh-roh jahat itu takluk kepada kami atas nama Mu.”

Serta-merta mereka mendengar kata-kata ini: “Janganlah kamu bergembira karena hal itu, tetapi bergembi­ralah karena namamu tercatat di surga.”


13. SEGALA SESUATU BAGI HATI YESUS

Surat Beato Yosep-Marie Cassant kepada orangtuanya,
tertanggal 23 Desember 1902 / 24 Mei 1903

Yosep-Marie Cassant lahir pada tanggal 6 Maret 1878, di Casseneuil (Kasaneuil), Keuskupan Agen, Prancis. Dia menerima pendidikan secara lengkap dari sekolah dan keluarganya. Seiring dengan berkembangnya keinginan untuk menjadi seorang imam, dengan rajin ia mengolah semangat keheningan dan doa. Pada tanggal 5 Desember 1894, pada usia 16 tahun, ia masuk biara Sainte-­Marie du Desert, sebuah biara Cisterciensis di Keuskupan Toulouse. Diilhami oleh motto hidupnya: “seluruhnya bagi Yesus, seluruhnya melalui Maria” dan juga oleh devosinya kepada Ekaristi, terdapat kemajuan dalam kesederhanaan hati. Ia mengikrarkan kaul agung pada tanggal 24 Mei 1900, kemudian setelah kesukaran dan perjuangan keras, ia menerima tahbisan imam pada tanggal 12 Oktober 1902. Didera oleh penyakit TBC, ia mempersembahkan penderitaannya untuk kasih akan Yesus dan bagi Gereja dan wafat pada tanggal 17 Juni 1903, pada usia 25 tahun.

Saat ini Natal, seperti fajar Tahun baru. Jangan biarkan hal itu berlalu tanpa pemeriksaan batin. Pertama-tama harus dikatakan bahwa tahun ini telah menjadi sebuah tahun rahmat bagi seluruh keluarga. Pada tanggal 22 Februari, tahbisan diakon membuka pintu bagi imamat dan pada tanggal 12 Oktober, kita menyaksikan pemenuhan dari semua kerinduan kita. Kita akan sangat tidak tahu terima kasih seandainya kita tidak melihat semua itu sebagai perlindungan yang khusus dari Hati Yesus.

Selama sekian lama kita mendambakan agar bisa berkumpul secara utuh dalam keluarga setelah tahbisanku, demikianlah untuk berbagi kebahagiaan menghadiri dan menerima komuni bersama-sama pada misa perdanaku. Tuhan yang baik telah mendengarkan harapan kita yang terdalam. Tugas kitalah sekarang, untuk bersyukur pada-Nya dan masuk semakin dalam, dalam keagungan imamat. Jangan pernah kita berani untuk membandingkan Kurban Misa dengan barang-barang duniawi.

Maka saya mengucapkan kepada anda semua selamat Tahun baru yang penuh kebahagiaan dan kudus. Jangan ada lagi kekhawatiran! Anda semua tahu bahwa saya sekarang seorang imam dan tidak akan pernah lupa pada anda.

Marilah kita menetapkan hati untuk memanfaatkan waktu yang diberikan kepada kita dalam hidup ini, yang bisa diumpamakan seperti air yang mengalir, seperti hembusan asap yang dihamburkan oleh nafas yang paling kecil, atau seperti secercah kilat yang membelah awan kemudian lenyap. Meskipun begitu waktu yang singkat di dunia harus digunakan sebaik-baiknya. Untuk itu, kita harus mengerjakan segalanya dengan cinta, menjadi satu dengan Hati Yesus, dan menolak kecemasan mana pun yang tak ada gunanya.

Hal terbaik yang bisa kuharapkan adalah agar anda senantiasa tinggal dalam Hati Yesus. Terimakasih untuk surat yang anda tulis dengan hati anda yang terdalam.
Terima kasih, saya baru saja menerima foto-foto yang bagus. Foto­-foto itu akan menjadi sebuah kenang-kenangan keluarga yang indah. Semoga dalam semuanya itu Hati Yesus dimuliakan. Saya ingin anda selalu menghormati Hati Yesus yang ditahtakan di rumahmu. Marilah bersatu dalam Hati Yesus saat kita memohon perlindungan-Nya.

Tentang kesehatanku, selalu bermasalah. Saya dirawat dengan baik. Saya tidak mengikuti latihan komunitas satu pun, tetapi, karena terlalu panas, saya masih sulit bernafas. Saya juga batuk-batuk karena demam. Semuanya untuk Hati Yesus.

Saya akhiri dengan harapan agar kita selalu bersatu dalam Hati Yesus, di atas bumi seperti di dalam Surga.


14. SURAT SANTO BERNARDUS KEPADA PAUS EUGENIUS III

Kita tidak dapat menggambarkan kegembiraan karena berita yang tidak pernah dinantikan sebelumnya, yaitu: bahwa pada permulaan tahun 1145, pada tanggal 15 Februari, Abas Bernadus dari Santo Vincentius dan Anastasius, di Roma, dipilih menjadi Paus. Petrus Bernadus Paganelli adalah seorang kanonik dari Pisa, ketika ia mengikuti Santo Bernardus, dari Itali ke Clairvaux untuk menjadi rahib. Pada tahun 1140, ia dipilih menjadi Abas pertama di Keabasan Tre Fontane, dekat Roma. Di Clairvaux, seperti rahib yang lain, ia harus sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang rendah dan hina. Diceriterakan bahwa ia ditunjuk untuk mengurus tungku api pemanasan.

Warta gembira yang dikerjakan Tuhan terhadapmu telah terdengar di daerah kami dan merupakan buah bibir setiap orang.

Saya tidak menulis surat dengan lebih segera karena saya telah menimbang-nimbang tentang hal itu di dalam keheningan. Saya menunggu untuk mendengar dari kamu, ”untuk ditemui di jalan dengan berkat yang berlimpah-limpah”. Saya menunggu seorang utusan yang dapat dipercaya dari pribadimu sendiri untuk mengatakan kepadaku setiap hal secara tepat seperti semuanya itu terjadi. Saya menunggu untuk melihat apakah barangkali salah seorang dari anak-anakku akan datang kembali untuk menenangkan dukacita ayahnya dan berkata: “Anakmu Yusuf masih hidup, dan dialah yang memerintah seluruh tanah Mesir.”

Jadi saya menulis surat ini, tidak karena kehendak bebasku sendiri, tetapi karena keharusan, tambahan pula dipaksa oleh sahabat-sahabat.

Kepada mereka ini, saya tidak dapat menolak betapa pun kecilnya bisa tinggal bagiku dari hidupku. Beberapa merupakan hari-hari yang ditinggalkan bagiku, kini hanya tinggal kubur. Kini bahwa saya telah mulai, saya tidak akan tetap tinggal diam, tetapi saya akan berbicara kepadamu, kepada anda yang mulia. Saya tidak berani menyebut anda anakku lagi. Dulu anda anakku, tetapi kini anda telah menjadi bapaku. Dahulu saya adalah bapa anda, tetapi sekarang sayalah yang menjadi anak anda. Anda yang datang sesudah saya, kini telah maju di muka saya. Tetapi saya tidak merasa cemburu, karena saya yakin bahwa anda yang tidak hanya datang sesudah saya, tetapi juga dalam suatu cara melalui saya sebagai perantara, anda akan mengambil keputusan di dalam pribadi anda sendiri di mana kekurangan saya. Karena jika anda akan mengampuni kata-kataku, maka akulah dulu yang seperti dulu juga, melahirkan anda di dalam Injil.

Apa yang kuharapkan merupakan sukacitaku dan suatu mahkota mulia bagiku! Yaitu: anda di hadapan Allah. Seorang anak bijaksana merupakan kebanggaan bapanya. Dari sekarang ini, anda tidak akan disebut anak, teta­pi anda akan disebut dengan sebuah nama baru yang diberikan kepada anda oleh “Bibir Tuhan sendiri”. Ini merupakan suatu perubahan dari tangan kanan dari yang mahatinggi, seperti Abram menjadi Abraham, Yakub menjadi Israel.

Untuk mengutip pendahulu-pendahulu anda, seperti Simon menjadi Kefas, Saulus menjadi Paulus, begitu juga anakku Bernardus diangkat untuk menjadi bapaku Eugenius.

Saya harap hal itu merupakan suatu perubahan yang menggembirakan dan bermanfaat. Inilah jari Allah yang mengangkat orang malang keluar dari debu, pengemis dari timbunan sampah untuk duduk di antara para pangeran dan mencapai kehormatan sebuah tahta.


15.  Hari Raya Santo Benediktus
Fil 3:7- 4:1,4-9
Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku
sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

Saudara-saudara, apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu: kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita Ianjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.

Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus sebagai juru selamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudara­ku yang kekasih!

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersuka­citalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.


16. Pembacaan dari Peraturan Santo Benediktus

Jangan ada sesuatu diutamakan melebihi Kristus!

Pertama-tama, kalau kamu memulai melakukan sesuatu yang baik, mohonlah dengan sangat kepada Tuhan dalam doa, supaya Ia sudi menyelesaikannya. Dia sudah berkenan menghitung kita sebagal putera-Nya. Jangan sampai Ia menjadi susah karena perbuatan kita yang buruk. Kita harus sewaktu-waktu taat kepada-Nya sehubungan dengan kebaikan-kebaikan yang telah ditaruhkan-Nya di dalam diri kita. Jangan sampai terjadi bahwa pada suatu ketika Ia sebagai bapa menjadi marah dan mencabut warisan anak-anak-Nya. Tetapi jangan juga sampai terjadi la sebagai tuan yang menakutkan menjadi marah karena kejahatan kita dan menyerahkan kita kepada hukuman kekal, karena kita sebagai abdi yang jahat tidak mau mengikuti-Nya sampai pada kemuliaan.

Oleh sebab itu marilah kita bangun, karena Alkitab membangunkan kita dengan berkata: “Saatnya telah tiba bagi kita untuk bangun dari tidur.” Dengan mata terbuka kepada cahaya ilahi dan dengan telinga penuh perhatian, marilah kita mendengarkan suara ilahi yang tiap hari berseru dan menasehati kita: “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.” Dan lagi, “Siapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada Gereja-gereja.”

Dan apa yang dikatakan-Nya? “Marilah anak-anak-Ku, dengarkanlah Aku. Takut akan Allah akan Ku-ajarkan kepadamu. Berlarilah selama cahaya kehidupan ada padamu, jangan sampai kegelapan maut menyergap kamu.”

Karena mau mencari bagi diri-Nya seorang karyawan di antara orang banyak yang menerima seruan tadi, Tuhan bersabda lagi: “Siapa yang menyukai hidup dan menginginkan umur panjang untuk menikmati yang baik?” Kalau mendengar itu kamu menjawab: “Saya!”, Tuhan bersabda kepadamu: “Jika kamu mau memperoleh kehidupan sejati yang kekal, jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya. Dan jikalau kamu melakukan itu, mata-Ku tertuju kepadamu dan telinga-Ku kepada doamu, dan sebelum kamu memanggil Aku, Aku akan berkata kepadamu: ini Aku”. Saudara­-saudara terkasih, manakah yang lebih manis daripada suara Tuhan yang memanggil kita demikian? Kamu melihat sendiri, betapa baiknya Tuhan. Ia menunjukkan jalan kehidupan kepada kita. Oleh karena itu, marilah kita mengikat pinggang kita dengan iman dan melakukan perbuatan yang baik, marilah kita maju dalam perjalanan Tuhan di bawah tuntunan Injil, agar kita pantas melihat Dia yang telah memanggil kita ke dalam kerajaan-Nya. Bila kita ingin berdiam di kemah kerajaan-Nya, kita sama-sekali tidak akan sampai, jika kita tidak berlari ke situ dengan mengerjakan perbuatan-­perbuatan baik.

Seperti ada semangat buruk dan pahit yang memisahkan kita dari Tuhan dan mengantar ke neraka, demikianpun ada semangat baik yang memisahkan kita dari cacat-cacat dan mengantar ke Allah dan hidup kekal. Inilah semangat yang harus dilatih oleh para rahib dengan cinta menyala: mereka hendaknya saling mendahului dalam memberi hormat, menanggung kelemahan-kelemahannya, baik jasmani maupun moral dengan sabar sekali, berebut saling mentaati. Jangan seorangpun mengikuti yang dipandangnya berguna bagi diri sendiri, tetapi yang berguna bagi orang lain. Hendaknya mereka mengamalkan cinta kasih persaudaraan dengan murni, takut akan Tuhan dengan kasih, mencintai abasnya dengan cinta kasih yang tulus dan rendah hati, sama sekali tidak mengutamakan sesuatu pun atas Kristus. Semoga la mengantar kita bersama sampai ke hidup kekal.


17. Pembacaan  dari Kotbah St. Guerikus,

Maria, Ibu Kristus dan Ibu Umat Kristiani

Maria hanya melahirkan seorang putra. Di surga, Yesus itu putra tunggal Bapa dan di dunia, Ia putra tunggal ibu-Nya. Dia, Perawan Maria, ibu satu-­satunya, bangga melahirkan Putera Tunggal Bapa. Ia memeluk satu-satunya Putera Tunggal yang merangkum sernua anggota-Nya, sehingga ia sungguh tepat disebut ibu semua orang, di mana ia melihat Kristus, puteranya, sudah atau sedang dibentuk.

Hawa pertama itu bukan seorang ibu kandung. Dia itu ibu tiri.  Karena kepada anak-anaknya, ia mewariskan kematian yang tak terelakkan, bukan permulaan terang sejati. Memang ia disebut ibu semua orang yang hidup, tetapi ia ternyata berubah menjadi pembunuh semua yang hidup. Dia itu ibu maut karena buah kandungannya hanyalah kematian. Karena Hawa itu tidak mampu menepati panggilannya yang terkandung dalam namanya, maka Maria memenuhi makna misteri itu. Maria sendiri, seperti Gereja, yang dilambangkan olehnya, adalah ibu bagi semua yang dilahirkan kembali untuk kehidupan. Sungguh dialah ibu kehidupan yang menjiwai setiap orang yang hidup. Dengan melahirkan Sang Putera dari dirinya sendiri, ía melahirkan kembali semua yang harus hidup dengan Sang Kehidupan itu.

Sebagai ibu Kristus tersuci, Maria tahu bahwa ia ibu semua orang Kristiani. Atas dasar misteri ini maka ia menunjukkan diri sebagai ibu melalui asuhan dan perhatiannya yang penuh cinta. Hatinya tidak ditegarkan menghadapi anak-anaknya seakan-akan mereka bukan putra-putri kandung. Rahimnya memang hanya sekali mengandung putera, tetapi tetap subur lestari tak habis-habisnya menghasilkan buah belas kasih sebagai ibu.

Jadi, dengan perhatian dan kehalusan rasa lembutnya, hamba Kristus melahirkan anak-anaknya yang mungil, sekali dan setiap kali, sampai Kristus terbentuk dalam diri mereka. Kalau demikian halnya dengan hamba Kristus, betapa lebih lagi hal ini terjadi pada ibu Kristus sendiri. Paulus pun melahirkan anak-anaknya lewat sabda kebenaran, dengan mana mereka dilahirkan kembali. Tetapi, Maria dengan cara yang jauh lebih suci dan seperti Tuhan, ia melahirkan Sang Sabda sendiri. Memang saya memuji pelayanan Paulus dengan pewartaan sabdanya, tetapi saya jauh Iebih mengagumi dan menjunjung tinggi misteri kelahiran lewat Maria. Apalagi sudah menjadi kenyataan bahwa putera-puteri Maria mengakui dia sebagai ibunya dengan semacam naluri rasa bakti yang timbul dari iman mereka. Naluri ini bahkan sudah menjadi kodrat kedua sehingga dalam segala kebutuhan dan mara bahaya, mereka pertama-tama dan terutama Iari kepada pangkuan ibu. Maka sudah selayaknya kita mengartikan anak-anak ini dalam rangka nubuat nabi, “anak-anakmu akan hidup di dalam dirimu”, asal nubuat ini selalu dan pertama-tama diartikan dan diterapkan kepada Gereja.

Saudara-saudara, kita sudah hidup dalam lindungan ibu Yang Mahatinggi. Kita hidup di bawah naungannya bagaikan di bawah naungan sayap. Di kemudian hari di dalam kemuliaannya, kita akan dibelai seperti di dalam pangkuan ibu. Pada waktu itu, ucapan penuh sukacita dan rasa syukur akan disampaikan kepada ibu ini, “Engkaulah tempat kediaman bagi kami semua yang bersuka cita dan bergembira, ya bunda Allah yang suci!”


18.  Hari Raya St. Bernadus, Abas dan Pujangga Gereja

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh 39:1-14

Lainlah orang yang menyerahkan dirinya dan segenap kecerdasannya
kepada Taurat dari Yang Mahatinggi.

Kebijaksanaan segala leluhur diselidikinya, dan sibuklah Ia dengan nubuat-nubuat. Ajaran orang masyhur dipeliharanya, dan segala seluk-beluk amsal ia selami. Ia menyelidiki arti raha­sia dari pepatah, dan teka-teki amsal disibukkannya. Di kala­ngan para pembesar ia mengabdi, dan nampak di hadapan para penguasa. Negeri-negeri bangsa asing dijelajahinya, baik dan jahat di tengah-tengah manusia diuji olehnya. Pagi-pagi benar ia mengarahkan hatinya kepada Tuhan yang telah membuat­nya, dan berdoa kepada Yang Mahatinggi. Ia membuka mulutnya untuk bersembahyang, dan memohon ampun atas dosa-dosanya. Ji­ka Tuhan yang besar menghendakinya, maka terpenuhilah ia de­ngan roh pengertian. Maka ia sendiri menuturkan kata-kata bi­jak, dan memuji Tuhan dengan sembahyangnya. Dengan lurus, nasehat serta ilmunya disampaikannya, dan dipikirkannya rahasia-­rahasia hatinya. Ia memperlihatkan ajaran dan wejangannya serta membanggakan Taurat Perjanjian Tuhan. Pengertiannya a­kan dipuji banyak orang, dan tidak akan pernah lenyap. Kenang-kenangan akan dia tidak akan terhapus, melainkan namanya akan hidup turun-temurun. Kebijaksanaannya akan diceritakan pelba­gai bangsa sedangkan jemaah mewartakan pujiannya. Jika lama hidupnya maka lebih dari seribu nama akan ditinggalkannya, jika wafat cukuplah juga baginya.

Masih lain pikiran-pikiran mesti kuutarakan sebab penuhlah a­ku laksana bulan purnama. Dengarkanlah aku hai kamu anak-anak yang suci, dan hendaklah bertunas bagaikan pokok mawar yang berkembang di tepi sungai. Hendaklah harum semerbak laksana dupa, dan berbunga sepertl bakung. Ratakanlah keharumanmu dan angkatlah pujian, pujilah Tuhan karena segala perbuatannya.


19. Pembacaan dari kotbah Santo Bernadus tentang Kidung Agung:

AKU MENCINTAI KARENA CINTA:
AKU CINTA AGAR MENCINTA

Cinta itu dengan sendirinya mencukupi, cinta sendiri menyenangkan dan itu dengan sendirinya. Cinta itu membahagiakan, membawa pahala sendiri. Cinta tidak dipaksa dari luar atau untuk keuntungan dirinya sendiri. Buahnya ialah karya kasih, harganya dan dalamnya sendiri. Aku mencintai karena cinta: aku cinta agar mencinta. Cinta hanya berharga kalau kembali kepada asalnya, menyadari asal mulanya dan mengalir kembali pada sumbernya. Cinta harus keluar dan mengalir tak henti-hentinya. Hanya cinta satu-satunya gerakan jiwa, indra dan rasa, di mana makhluk dengan cara yang kurang sepadan, dapat membalas cinta Penciptanya. Kalau Tuhan mencinta, ia hanya ingin agar ia dicinta: sungguh nyata ia mencinta dengan tiada maksud lain kecuali agar dicinta. Ia tahu, bahwa mereka yang mencintai Dia, menjadi bahagia dalam cinta mereka.

Cinta Sang Pengantin, Sang Cinta Pengantin sendiri, hanya minta balasan cinta dan setia. Ia yang dicinta, tentu boleh membalas cinta! Bagaimana pengantin tidak mencinta, kalau pengantin itu Sang Cinta sendiri? Bagaimana Cinta sendiri tidak akan dicinta?

Setelah mengalahkan semua dorongan nafsu lainnya, pengantin menyerahkan diri seutuhnya kepada cinta sendiri; ia dapat menjawab cinta dengan ganti membalas cinta. Kalau ia sudah mencurahkan seluruh diri pribadinya dalam cinta, betapa usahanya itu dapat disamakan dengan luapan yang tak ada habis-habisnya dari sumber cinta sendiri? Sang Cinta sendiri tentu lebih mencinta dari pada seorang yang mencintainya. Sang Sabda lebih daripada jiwa milik makhluk saja, Pengantin Sang Putra lebih dari pada pengantin puterinya.

Pencipta lebih dari pada ciptaan-Nya. Dapat dibandingkan dengan orang kehausan dengan sumber yang memuaskan hausnya!

Apa yang akan terjadi? Bahwa semuanya akan lenyap tanpa bekas? Cinta yang dijanjikan oleh pengantin, rinduan makhluk di bawah ini, gairah orang cinta, kepercayaan orang beriman? Hanya karena tidak berguna orang berlomba dengan raksasa, atau mau menandingi kemanisan madu, kelembutan anak domba, keputihan bunga bakung, sinar surya, dan cinta Sang Cinta sendiri? - Sama sekali tidak! Meskipun cinta kurang mencinta. Sebab demikianlah menurut kodratnya, - namun kalau ia mencinta dengan seluruh pribadinya, ia tidak kekurangan suatu apa. Orang yang mencinta begitu rupa, sungguh telah menjadi pilihan Sang Pengantin. Sebab ia tidak dapat memberikan cintanya sedemikian rupa tanpa memperoleh balasan cinta; dalam persetujuan kedua belah pihak letak keutuhan dan kesempurnaan perkawinan. Tidak seorangpun dapat sangsi, bahwa Sang Sabda kepada jiwa lebih dulu dan lebih besar dari pada cinta jiwa kepada-Nya.


20. Pembacaan dari Surat St. Bruno kepada para rahib Kartusia

Jiwaku Bersukaria dalam Tuhan

Setelah mengetahui dari laporan yang menggembirakan dari saudara kita yang berbahagia, Landowin, tentang kerasnya jalan hidup kalian yang terus bernyala-nyala dan pantas dipuji, dan setelah mendengar tentang cinta kalian yang suci dan semangat yang berkobar-kobar bagi apa yang sempurna dan baik, jiwaku bersukacita dalam Tuhan. Aku sungguh-sungguh bergembira dan diajak untuk memuji dan bersyukur kepada Tuhan. Namun aku mengeluh dengan sangat. Aku sungguh bergembira karena buah-buah keutamaan yang kalian kembangkan; tetapi aku mengeluh dan malu karena aku lamban dan tumpul dalam kecemaran dosa.

Bergembiralah saudara-saudaraku yang terkasih, karena kumpulan kalian yang terberkati dan karena anugerah rahmat Allah yang melimpah bagi kalian. Berbahagialah karena kalian telah lolos dari bahaya beraneka ragam dan dari karamnya dunia yang diombang-ambingkan badai. Berbahagialah kalian yang telah mencapai pelabuhan yang aman dan tenang. Banyak orang telah mencapai pelabuhan batin itu dan banyak orang berusaha mencapainya tetapi tidak pernah berhasil. Banyak juga orang yang setelah mencapai tujuan itu dikeluarkan karena tidak diberikan dari atas.

Maka saudara-saudaraku, percaya dan yakinlah bahwa siapa pun yang mengalami kebaikan yang didambakan ini dan kemudian melepaskannya, bagaimanapun juga tidak akan pernah berhenti menyesalinya, jika ia memelihara keselamatan jiwanya.

Juga pada kalian para bruder awam yang terkasih, aku berkata: ”Jiwaku mengagungkan Tuhan”, karena aku melihat kebesaran belas kasih-Nya bagimu, sesuai laporan prior dan bapa kalian yang penuh kasih, yang begitu membangga-banggakan kalian. Kami juga bergembira, karena meskipun kalian buta huruf, namun Allah Yang Mahaagung menulis dalam hati kalian dengan tangan-Nya sendiri, bukan hanya cinta-Nya tetapi juga pengetahuan akan hukum-Nya yang kudus. Kalian menunjukkan dengan tindakan apa yang kalian cintai dan ketahui. Karena jika kalian melakukan ketaatan yang sejati dengan sepenuh hati dan bersemangat, jelaslah bahwa kalian membaca dengan bijaksana buah Kitab Suci yang manis dan memberi hidup.


21.  Pesta Semua Orang Kudus Yang Berjuang Di Bawah Peraturan Santo Benediktus Abas

Fil 3:7 - 4:1,4-9
Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku
sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

Saudara-saudara, apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita Ianjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.

Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudara­ku yang kekasih!

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersuka­citalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang! Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.


22. Homili St. Guerikus dari Igny pada pesta semua orang kudus
Kesucian adalah suatu drama kasih antara Allah dan manusia. Suatu drama yang aktor utamanya ialah Allah sendiri, demikian ucapan Paus Paulus VI. Orang-orang kudus yang hidup di bawah Peraturan Santo Benediktus adalah para pencari Allah. Tetapi sesungguhnya AIlah-lah yang pertama-tama mencari manusia. Pertemuan antara Allah dan manusia itulah yang dijadikan tujuan akhir Peraturan Santo Benediktus.

Berbahagialah orang miskin di hadapan Allah. Kata-kata ini secara langsung mengundang kepada pikiran akan kata-kata yang mashyur dan diilhami, yang dinyatakan oleh Putera Allah sebagai kesaksian terhadap diri-Nya melalui mulut nabi-Nya sebelum kelahiran-Nya dalam daging dan kemudian setelah kelahiran-Nya. Tetapi sebelum kemashyuran-Nya berkembang luas, Dia sendiri mengucapkan kata-kata yang sama itu juga, yang menyatakan bahwa Ia menunjuk kepada diri-Nya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, Dia telah mengutus Aku untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang miskin.” Dan di sini, Dia sedang mengajarkan kabar baik itu kepada orang miskin. Di sini Dia membawa kabar baik, ketika kita mendengar Dia bersabda: “Berbahagialah orang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang mempunyai kerajaan Surga.”

Tentu ini suatu awal yang membahagiakan, penuh rahmat baru, pembebasan baru. Bagaimana sekalipun mungkin seseorang kurang da­lam iman, dan betapa segannya orang menjawab-Nya, dia akan hampir dipaksa untuk memberikan perhatiannya dan malah untuk ber­tindak jika dia mendengar kebahagiaan yang dijanjikan kepada orang-orang malang dan kerajaan surga kepada mereka dalam pem­buangan atau dalam kekurangan.

Aku berkata: “Inilah suatu awal hukum baru yang membahagiakan dan penuh janji.” Dari yang pertama-tama, pemberi hukum mengaru­niakan berkat kebahagiaan yang berlipat ganda ini atas manusia, karena itu ditarik untuk maju dari keutamaan kepada keutamaan dengan mendaki kedelapan tangga ini, yang mana bentuk/susunan Injil telah diletakkan di dalam hati kita, menurut model dan gambar surgawi, yang ditunjukkan kepada Yehezkiel di atas gunung pada penampakan Allah.

Dalam susunan keutamaan-keutamaan ini, kedelapan tangga dapat dengan jelas dilihat suatu tangga tertentu bagi hati dan kemajuan dalam pahala. Manusia dibimbing langkah demi langkah, dari ke­sempurnaan Injili yang paling rendah kepada yang paling tinggi, sampai ia masuk ke dalam kenisah di Sion, dan memandang Allah segala dewata. Hal itu ditujukan bagi kenisah, seperti yang dikatakan oleh Nabi Yehezkiel: “dan tangganya ke atas ada delapan tingkat”.

Keutamaan utama dalam pendakian ini khas bagi para pemula ialah pengingkaran akan dunia, yang menjadikan kita miskin dalam Roh. Yang kedua ialah kerendahan hati yang sabar, yang membuat kita mampu menaklukkan diri dalam ketaatan serta membiasakannya. Kemudian tibalah kedukaan yang membuat kita menangis karena dosa-dosa kita dan mohon keutamaan kepada Allah. Di sini, kita pertama kali mencecap keadilan dan belajar untuk lapar dan haus secara bersemangat akan keadilan di dalam diri kita seperti di dalam diri orang-orang lain, serta mulai dibangkitkan untuk bergelora melawan orang-orang berdosa. Lalu supaya gelora itu tumbuh tidak melampaui batas dan membawa kepada cacat, “belas kasihan mengikutinya untuk meredakan”.

Jika seseorang telah belajar menjadi belas kasih dan adil oleh praktik-praktik keutamaan yang giat, maka dia akan disesuaikan untuk masuk jalan kontemplasi dan memberikan dirinya kepada tugas untuk memperoleh kemurnian hati yang menjadikan dia mampu melihat Allah, setelah dicoba dan diuji dalam hidup aktif maupun kontemplatif, memikul nama dan tugas kristen, se­bagai anak Allah, menjadi bapa dan hamba bagi orang-orang lain dan hanya pantas menjadi pengusaha “damai” antara mereka dan Allah.

Jadi dia akan memenuhi tugas sebagai pengantara dan advokat serta pantas untuk menciptakan damai antara saudara-saudara mereka sendiri, malah antara saudara dan mereka yang ada di luar komunitas. Sebab demikian ditulis dalam pujian kepada para bapa suci kita: “Mereka adalah orang-orang yang membawa damai dalam rumah mereka”.

Jika seorang setia dan tekun dalam tugas ini, dia akan memperoleh keutamaan dan pahala, yang menjadi milik para martir sebab ia menderita panganiayaan demi keadilan, dan tangan para martir bertempur untuk dia, sehingga dia dapat berkata: “Anak-anak ibuku berperang melawan aku dan dengan mereka yang mengejar perdamaian, aku merasa damai; jika aku berbicara kepada mereka, berperang melawan aku tanpa alasan.”


23. Pembacaan dari buah kontemplasi Santa Gertrudis akan Kristus di salib:

PEWARTA KASIH ILLAHI

Rubiah dari biara Helfta (Saxe), ketika berumur 25 tahun, berkata: “Tuhan mengambil, mengangkat dan meletakkannya di dekat-Nya. Semenjak itu, ia hidup di dalam suatu persatuan yang mendalam dengan Allah, dengan menyerahkan dirinya kepada meditasi Kitab Suci dan Para Bapa Gereja, de­ngan menulis buah kontemplasinya akan Kristus di salib.”

Hendaknya jiwaku memuji Engkau, Tuhan Allah, penciptaku, hendaklah jiwaku memuji Engkau dan belas kasihan­-Mu meluhurkan Engkau dari lubuk diriku yang paling dalam, hal itu karena kelembutan-Mu yang berlimpah-­limpah menyelubungi dengan begitu murah, ya kekasihku yang amat manis.

Aku bersyukur dengan segenap kemampuanku, terhadap belas kasihan-Mu yang tak terbatas, bersama dengan belas  kasihan-Mu, pujianku memuliakan kesabaran yang tak jemu-jemunya, dan karena itu Engkau begitu lama menutup mata atas diriku.

Tahun-tahun masa kecilku, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa mudaku, hampir sampai 25 tahun, mengalir dalam suatu kebutaan yang bodoh.

Dalam pikiran-pikiran, kata-kata, perbuatan-perbuatan, aku sebenarnya membuatnya tanpa sesal suara hati, aku mempertanggungjawabkannya saat ini, segala sesuatu yang berkenan padaku, segala sesuatu yang diijinkan. Tetapi Engkau melindungi aku, entah karena aku biasanya mengalami kengerian akan kejahatan dan selera akan kebaikan, entah peringatan yang datang dari luar.

Demikian sebenarnya aku hidup sebagai seorang kafir di antara para kafir, dan aku tidak pernah akan mengerti bahwa Engkau, Allahku, Engkau mengganjar kebaikan seperti juga Engkau menghukum kejahatan. Namun, sejak masa kanak-kanak, sejak umurku mencapai 5 tahun Engkau telah memilih untuk mempersiapkan diriku bagi-Mu, di antara para setiawan dari sahabat-sahabat-Mu, di dalam ruang perjamuan, dalam biara yang suci.

Untuk perbaikanku, aku mempersembahkan kepada-Mu, ya Bapa terkasih, setiap penderitaan Putera-Mu terkasih, sejak waktu di mana Ia terbaring di palungan kandang domba, memperdengarkan tangisnya yang pertama. Dan segala sesuatu diderita-Nya, kemudian ketergantungan seorang bayi, keterbatasan anak-anak, kesulitan masa remaja, penderitaan sebagai pemuda sampai saat di mana sambil menundukkan kepala di atas salib, Ia menyerahkan Roh-Nya dalam seruan yang nyaring. Demikian pula untuk mengisi seluruh kelalaianku, aku mempersembahkan kepada-Mu, Bapa terkasih, setiap hidup yang sangat murni, yang melulu sempurna dalam segala pikiran, perkataan dan perbuatan, dari Putera-Mu yang tunggal, dan itu sejak saat di mana, Dia sebagai yang diutus dari Tahta Surgawi, Ia masuk ke dalam wilayah bumi kami melalui pewartaan yang diberikan kepada Perawan Maria, sampai saat di mana Ia mempersembahkan menurut pandangan kebapaan-Mu, kemuliaan manusia yang menang.

Untuk bersyukur, aku membenamkan diriku dalam perlindungan yang dalam karena kehinaanku. Aku memuji sekaligus meluhurkan keistimewaan tertinggi belas kasihan-Mu dan kelembutan tiada batas dari kemurahan-Mu.

Melalui hal itu, Bapa orang-orang yang berbelas kasih, di tengah hidupku dari kehancuran, Engkau memberi aku kesaksian dari pikiran-pikiran damai dan bukan kemalangan, dalam pewahyuan kepadaku melalui kebaikan-Mu yang banyak dan benar.

Akan hal itu, Engkau masih menambahkan keakraban persahabatan-Mu yang luar biasa, dalam pemberian kepadaku, dengan cara yang bermacam-macam, untuk memenuhi sukacitaku, tempat kudus yang sangat luhur dan llahi itu yaitu: ”Hati-Mu yang llahi”. Terlebih, janji-janji-Mu yang setia mempesonakan jiwaku dalam menunjukkan kepadaku kebaikan-kebaikan yang ingin Kau-luluskan pada saat dan setelah kematianku.
Malah jika saya tidak menerima dari Engkau kurnia-­kurnia  yang lain, sama sekali, itu cukup untuk membuat hatiku menginginkan suatu harapan yang hidup.


24.   Pembacaan dari uraian St. Aelredus tentang persahabatan rohani:

Persahabatan yang benar dan bertahan.

Yonatan, putera Raja Saul, adalah orang muda yang istimewa baiknya! Ia mengadakan perjanjian de­ngan Daud, tetapi tidak dengan harapan akan memperoleh mahkota raja atau menantikan tahta. Dalam persahabatan itu, ia mengangkat hamba menjadi sama dengan putera raja.

Bahkan ia menganggap Daud lebih tinggi daripada dirinya sendiri! Padahal Daud seorang yang telah diusir oleh ayahnya, yang bersembunyi di padang gurun, dijatuhi hukuman mati, dan sudah ditentukan harus menjalaninya. Yonatan merendahkan diri dan meninggikan Daud.

“Engkau akan menjadi raja,” katanya, “dan aku menjadi orang kedua.”
Itulah contoh bagus persahabatan sejati! Itulah sesuatu yang mengagumkan! Raja murka terhadap seorang hamba dan menggerakkan seluruh negara seperti menghadapi seorang saingan dalam kerajaan. Hanya karena curiga ia membunuh sekelompok imam, yang dituduh berkhianat. Ia mencari-cari Daud di hutan mengintai di lembah-lembah, menempatkan penjaga bersenjata di gunung-gunung dan di karang padas curam. Semua bersumpah mendukung murka raja.

Hanya Yonatan, satu-satunya yang berhak menjadi iri, merasa wajib menentang ayahnya! Ia meneruskan berita itu kepada sahabatnya, dan memberikan nasehat dalam kesulitannya yang berat. Ia mengutamakan persahabatan lebih dari pada tahta.

Maka ia berkata: ”Engkau akan menjadi raja, dan aku orang kedua.” Perhatikan, betapa si ayah mencoba membangkitkan cemburu pada orang muda Yonatan terhadap sahabatnya: diserangnya Yonatan dengan caci maki, diancam akan dicabut kerajaannya, dan diperingatkan, bahwa ia akan kehilangan tahta.

Bahkan setelah Saul menentukan hukuman mati bagi Daud, Yonatan tidak meninggalkan sahabatnya. “Mengapa Daud harus dibunuh? Apa kesalahannya? Ia mempertaruh­kan hidupnya dan membunuh si Goliat, orang Filistin itu, dan engkau gembira. Mengapa sekarang ia harus dibunuh?”

Mendengar kata-kata ini, raja menjadi sangat marah. Ia mencoba menancapkan Yonatan ke tembok dengan tombaknya, dan menambahkan caci maki pada ancamannya. “Anak sundal kurang ajar,” katanya, “Aku tidak tahu mengapa engkau mengasihi dia! Memalukan dirimu, dan memalukan ibumu, celaka!“

Lalu ia mencurahkan semua racun kepada orang muda itu, dan ditambahkannya kata-kata untuk membangkitkan semangat bersaing dan mengobarkan iri hati, dengki dan cemburu, “Selama anak Isai itu hidup, kerajaanmu tidak akan terjamin!“

Siapa yang tidak merasa tergugah dan menjadi cemburu dengan kata-kata itu? Adakah cinta yang masih dapat bertahan? Kehormatan dan persahabatan mana tidak akan dirusakkan, diperlemah dan dihancurkan olehnya? Tetapi orang muda yang teramat setia itu, berpegang pada sumpah persahabatan, teguh menghadapi ancaman dan sabar menanggung penghinaan.

Karena persahabatannya, ia meremehkan kerajaannya, lupa akan kemuliaan tetapi ingat akan kasih cinta, ”Engkau akan menjadi raja,” katanya, ”dan aku orang kedua.” Inilah persahabatan sejati, sempurna dan bertahan; yang tidak dirusakan oleh iri, tidak diperlemah oleh curiga, dan tidak dihancurkan oleh persaingan. Meskipun bertubi diuji, tetap bertahan meskipun garang diserang, tidak runtuh berantakan! Meskipun menjadi umpan perlakuan semena-mena, namun ternyata tidak goyah, meskipun diserang dengan banyak penghinaan, namun tetap bertahan. Saudara-saudara, pergilah dan berbuatlah demikian juga!


25. KATEKESIS PAKOMIUS

Saudaraku, marilah bertempur melawan diri sendiri
karena kegelapan tiba di setiap sisi.
Jemaat dipenuhi orang berbantah-bantah,
dan sejumlah komunitas monastik mencari kehormatan dan kekayaan.
Tidak seorangpun melayani dalam kasih;
sebaliknya, setiap orang menyerang sesama saudaranya.
Kita ditenggelamkan oleh kesulitan dan rasa sakit.
Tidak ada nabi atau orang bijaksana,
setiap orang berhati membatu tanpa belarasa begi sesamanya.
Mereka yang mengerti berdiam diri, karena kini waktu yang sulit (Am 5.13).
Setiap orang adalah tuan atas dirinya sendiri.
Mereka melecehkan yang lain dan bertindak tanpa hormat.
Maka, setiap saudara dan setiap komunitas dianjurkan agar sungguh-sungguh
bersemangat diam diri untuk menjaga kedamaian dan kasih (KPak 40). Lebih dari itu sangat ditekankan semangat humilitas dan mati seperti Kristus untuk dibangkitkan dan menerima mahkota kemenangan (KPak 57).


26.  KATEKESIS PAKOMIUS

Ikutilah teladan para bapa kita

Jadilah taat kepada Allah seperti Abraham.
Abraham meninggalkan tanah asalnya untuk pergi ke tanah asing.
Sementara di sana ia tinggal di tenda di tanah itu
yang dijanjikan Allah akan diberikan kepadanya.
Tetapi baginya itu tanah asing (Hbr 11.9).
Abraham melakukan yang dikatakan Allah dan merendahkan dirinya di hadirat Allah. Karena itulah Allah menjanjikan kepadanya banyak keturunan.
Allah mencobainya: Ia meminta anaknya Ishak.
Abraham berani. Ia menyerahkan anaknya untuk Allah (Kej 22).
Karena itu, Allah menyebutnya sahabat (Yak 2.23).

Ikutilah teladan Ishak: ia berhati murni.
Ia melakukan yang dikatakan ayahnya
dan merelakan diri diserahkan kepada Allah sebagai korban,
seperti seekor domba jinak.

Ikutilah teladan Yakub.
Ia merendahkan dirinya, ia taat, ia sabar.
Kemudian Yakub penuh dengan terang (Kej 32.30,31)
dan melihat Allah, Bapa seluruh semesta.
Allah memberinya nama Israel (Kej 35.9,10)

Lagi, ikutilah teladan Yusuf.
Ia juga taat. Ia bijaksana (Kej 39-41).
Bertempur dalam kasih dan pelayanan sampai akhirnya memerintah.


27. KATEKESIS PAKOMIUS

Bangkitlah! Jangan tinggal bersama yang mati

Anakku, lakukanlah perbuatan baik seperti para sahabat Allah (Hbr 6.12).
Janganlah tidur: bertindaklah!
Dan buatlah sesama saudaramu melakukan perbuatan baik,
karena kamu bertanggungjawab atasnya (Ams 6.1-6).
Bangunlah! Jangan tinggal bersama yang mati,
dan Kristus akan memberimu terang (Ef 5.14)
dan rahmat akan berkembang dalam dirimu (2Kor 4.16,17).

Ketahuilah, kamu akan mengenali semua kebaikan Allah
tetapi mesti sabar.
Para kudus berbangga melakukan hal ini
maka mereka dianugerahi yang telah Allah janjikan (Hbr 6.15).
Dengan kesabaran kamu akan termasuk keluarga para kudus.
Dan kamu akan dianugerahi mahkota kemuliaan abadi (1Petr 5.4).

Ketika suatu pikiran mengganggumu, bertahan dan bersabarlah.
sambil menantikan Allah mengembalikan kedamaianmu.
Jika berpuasa, jangan dikalahkan oleh rasa laparmu.
Jika berdoa, tinggallah di kamarmu sendirian kecuali bersama Allah (Mt 6.6).
Bersatu-hatilah dengan saudara-saudaramu.
Jadilah utuh tubuhmu, utuh dalam pikiran,
murni tubuhmu dan murni hatimu.
Hendaklah kepalamu tunduk, hatimu rendah.
Hendaklah lembut waktu marah.

Jika suatu pikiran jahat menabrak dirimu
jangan patah melainkan bertahanlah kuat dengan semangat baik
sambil berkata: Mereka mengelilingi aku seperti lebah!
Dalam nama Tuhan aku menghancurkan mereka (Mz 118.11,12).
Serta-merta Allah akan datang menolongmu.
Bersama-Nya kamu akan melontarkan mereka.
Keberanian akan mengelilingi kamu,
dan kemuliaan Tuhan berjalan bersamamu;
dan Tuhan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering (Yes 58.11).
Karena jalan Tuhan adalah kerendahan-hati dan kelemah-lembutan.
Dikatakan: siapakah yang kuperhatikan?
Dialah yang rendah-hati dan lemah-lembut (Yes 66.2).
Jika kamu berjalan di jalan Tuhan (Mz 128.1)
Ia akan menjagamu dan memberimu kekuatan
Ia akan memenuhimu dengan pengetahuan dan kebijaksanaan.
Tuhan akan mengingatmu senantiasa.
Ia akan membebaskanmu dari si Jahat.
Dan di saat kematian Ia menganugerahimu damai-Nya.


28.  KATEKESIS PAKOMIUS

Anakku, janganlah tidur.

Anakku, aku minta berjaga-jagalah
dan jangan tidur.
Mereka yang membenci kamu diam-diam mengawasi kamu.
Mereka adalah roh-roh jahat.
Mereka berjalan beriringan dua atau tiga bersama-sama.
Inilah mereka:
roh ketakutan dan roh ketidakpercayaan;
roh ketidakjujuran dan roh kepalsuan;
roh cinta akan uang dan roh keserakahan;
roh ketidaksetiaan dan roh penipuan dan roh iri hati.
Juga berjalan bersama roh kesombongan  dan roh kerakusan;
roh fornicatio dan roh impuritas (pezinahan atau kenajisan);
roh permusuhan dan roh pemurung (lih. Why 21.8).

Maka ketika roh-roh jahat ini mulai tinggal di dalam diri seseorang,
betapa tidak bahagianya dia!.
Mereka lebih kuat dari padanya dan menjauhkannya dari Allah.
Ia memang mampu bertempur di sini atau di sana,
tapi roh-roh jahat itu membelenggunya
dan akhirnya merenggutnya dari Allah untuk selamanya.

Anakku, lakukanlah yang kukatakan. Jangan lengah,
jagalah agar matamu tidak tertidur, kelopak matamu tidak terlelap,
sehingga kamu mampu berlari bebas bagaikan rusa dari jerat penangkap. (Ams 6.4,5).
Anakku, sejak masa mudaku
Semua roh jahat telah menyerangku berkali-kali.
ketika aku di padang gurun mereka sangat menylitkan aku
sehingga aku hampir putus asa. Aku berkata kepada diriku:
Aku tak mampu membalas serangan-serangan Roh Jahat.
Begitulah, ia menyulitkan aku dengan segala cara.
Jika aku bersama orang-orang lain
roh-roh jahatnya menyala menyerangku;
jika aku tinggal sendirian ia mencaci-maki aku.
Kerapkali hatiku susah.
Aku berbalik dari sudut ke sudut dan tak ada kedamaian.
Aku berlari kepada Allah sambil menangis dengan rendah hati.
Aku berpuasa dan tidak tidur.
Kemudian pemuka roh-roh itu, dan semua mereka,
menjadi lemah di hadapanku.
Allah memenuhi aku dengan api-Nya
dan serta-merta kurasakan kekuatan-Nya.
Ya, Allah adalah baik dan menampakkan pada anak-anak manusia
bahwa Ia kuat dan mampu menolong mereka.

Anakku, jangan pernah mencemoohkan seseorang.
Jika kamu melihat saudaramu diberi penghormatan,
jangan berkata, ‘Orang itu telah memperoleh upahnya’ (Mt 6.5).
Jagalah dirimu terhadap pemikiran seperti itu, karena hal itu sangat jahat. Orang yang hanya memuji dirinya sendiri
dan memandang rendah saudaranya
ia dibenci Allah.
Jika seseorang menyangka bahwa ia berarti
padahal ia tak berarti sama sekali,
ia keliru dan tidak menyadarinya (Gal 6.3).
Siapa yang dapat menolongnya dalam kesombongan
ketika ia membuat dirinya sama seperti Allah
dan berkata, ‘Tidak ada orang yang setara denganku?’.
Ia akan segera mendengar Allah berkata:
‘Kamu akan turun ke neraka, kamu akan ditaruh bersama dengan orang mati, dagingmu akan membusuk
dan cacing akan menggerogoti tubuhmu’ (lih. Yes 14.11).
Sebaliknya, seseorang yang rendah hati
hanya akan menghakimi dirinya sendiri.
Ia berkata, ‘Dosaku lebih besar dari pada dosa orang lain manapun’.
Ia tidak menghakimi dan tidak memandang rendah seorangpun.
Siapakah kamu sehingga menghakimi hamba orang lain?
Sesungguhnya Tuhan mampu menegakkan kembali
setiap orang yang jatuh’ (Rom 14.4).
Berjaga-jagalah atas dirimu, dan jangan memandang rendah seorangpun. Rasakanlah nikmatnya keutamaan-keutamaan dan bertahanlah dengannya.


29.   KATEKESIS PAKOMIUS

Tanggunglah setiap kesulitan dengan sukacita

Dan sekarang, anakku, jika kamu berharap kepada Allah,
Ia akan menjadi penolongmu dalam waktu kesesakan.
Seseorang yang menghadap Allah pertama-tama harus percaya pada hal ini: Allah hadir
dan Ia mengganjar orang-orang yang mencari Dia (Hbr 11.6).
Kata-kata ini ditulis bagi kita. Mengapa?
Supaya kita semua, kecil maupun besar, mampu beriman kepada Allah
dan bertempur lewat puasa, doa, dan praktek-praktek kesalehan lain. Bahkan ketika lidahmu kering karena berpuasa,
Allah tidak akan melupakannya.
Justru kebalikannya: ketika saat kematian datang
kamu akan menerima ganjarannya.

Tetapi, buatlah dirimu kecil dalam segala hal.
Pertimbangkan baik-baik sebelum bicara
bahkan jika kamu sungguh memahami isi pembicaraan.
Jangan. Sedikit-demi-sedikit,
hal ini akan menyebabkanmu  berbicara kasar kepada orang lain.

Tanggunglah setiap kesulitan dengan sukacita.
Jika kamu mengenali ganjaran
yang diperoleh karenanya,
kamu tidak akan minta kepada Allah untuk menyingkirkannya darimu.
Karena itu, berdoa dengan hati remuk-redam
dan berjaga menantikan bantuan Allah,
lebih bernilai bagimu dari pada memanjakan hatimu
dan terpenjara.
Seperti kata nabi Barukh kepada saudara-saudaranya bangsa Israel,
‘Wahai manusia, apa yang kaulakukan di Babilon?
Itu karena kamu enggan menanggung pencobaan
dan tidak berlaku benar di hadapan Allah.
Maka kamu menjadi tua di tanah asing’ (Bar 3.10).
Karena itulah, janganlah kamu memanjakan diri.

Mungkin sesekali kamu tidak siaga,
tetapi ingat musuh-musuhmu tidak akan tidur.
Siang malam mereka bersiap menyusun perangkap bagimu.
Maka jangan mencari penghormatan
yang sedemikian sehingga akan menjatuhkanmu
yang hanya akan menggembirakan musuhmu!
Sebaliknya, cobalah bersikap rendah hati.
Karena siapapun yang meninggikan dirinya akan direndahkan,
dan yang merendahkan dirinya
akan ditinggikan (Mt 23.12).

Jika kamu tidak kuat sendirian,
bergabunglah dengan saudara lain yang hidup menurut Injil Kristus. Dengannya kamu akan maju.
Dengarkanlah
atau lakukanlah yang dikatakan saudara yang mampu mendengarkan.
Jadilah kuat seperti Elia,
atau taatilah saudara yang kuat, seperti Elisa.
Elisa melakukan yang dikatakan Elia
dan untuk itu Allah memberikan dia dua bagian dari roh Elia
sebagai warisan (2Raj 2.9,15).

Jika kamu memilih tinggal bersama para saudara
ikutilah teladan Abraham, Lot, Musa, Samuel.
Jika kamu mau tinggal di gurun,
semua nabi  pendahulumu telah melakukannya. Jadilah seperti mereka:
mereka mengembara di gurun dan bukit,
di lembah, dan di gua-gua batukarang, (Hbr 11.38)
menyelami kesulitan, sakit, dan derita.
Lagi pula, nabi Yesaya berkata:
Kamu memberikan naungan bagi yang kering kepanasan
keberanian bagi yang tersingkir
dan mereka memberkati kamu (Yes 25.4)
Kepada pencuri di salib, yang angkat bicara,
Yesus memberikan pengampunan atas dosanya
dan ke surga bersamanya (Lk 23.40-43).


30.  KATEKESIS PAKOMIUS

Berjaga-jagalah

Jauhilah keangkuhan
karena itulah awal setiap kejahatan,
dan awal keangkuhan adalah menjauhi Allah.
Maka hatimu akan mengeras.
Namun, jika kamu waspada terhadapnya
tempat istirahatmu adalah Yerusalem surgawi.
Jika Tuhan mengasihimu dan memberimu kemuliaan dan hormat
jangan tinggikan hatimu;
sebaliknya: tetaplah rendah hati
dan kamu akan tetap tinggal dalam kemuliaan yang telah Allah berikan.

Berjaga-jagalah atas dirimu
Karena ada tertulis: Berbahagialah hamba
yang didapati tuannya sedang berjaga (Mt 24.46-47),
dan ia akan memasuki Kerajaan Surga yang penuh sukacita.
Para sahabat mempelai pria akanmengasihinya
karena didapatinya menjaga kebuna anggurnya (Kid 7.11,12).

Anakku, berbelaskasihlah dalam segala hal,
karena tertulis:
Lakukan yang terbaik untuk mempersembahkan dirimu bagi Allah
bagaikan seorang terpilih yang dengan senang hati kualitas kerjanya 
diperiksa dan tidak akan dipermalukan (2Tim 2.15).
Pergilah ke hadirat Allah
seperti seorang petani yang menabur benih dan menuai gandum,
dan kamu akan mengumpulkan kebaikan Allah di lumbungmu.
Jangan senang menampilkan diri seperti orang fasik,
melainkan lakukanlah kehandak Allah
yang menyelamatkanmu.

Jika nafsu tumbuh dalam hatimu: mata duitan,
iri hati, atau benci, atau nafsu lainnya,
berajaga-jagalah!
Milikilah hati singa, hati yang kuat.
Bertempurlah melawan keinginan-keinginan ini.
Bunuhlah mereka sebagaimana dulu telah dilakukan
pada raja-raja tua Palestina: Sihon, Og, dan lainnya
yang telah dibunuh (Ul 31.3-4).
Semoga Raja Yesus, putera tunggal tercinta Allah,
bertempur bagimu, dan semoga kota-kota musuhmu
menjadi warisanmu.
Hal ini terjadi dengan dua syarat:
jauhilah kesombongan dan yakinlah akan kebenaran tujuanmu.

Lihatlah:
ketika Yosua bin Nun kuat dalam pertempuran (Yos 2.10,11),
Allah menyerahkan musuh-musuhnya ke dalam tangannya.
Jika kamu lemah, kamu menjadi asing terhadap hukum Allah,
kamu berdalih untuk tidak berbuat apa-apa,
kamu tidak lagi sungguh hidup.
Kuatkan hatimu dan berserulah:
‘Siapa yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah?’ (Rom 8.35).
Dan berkatalah: ‘Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot,
Namun manusia batiniah kami dibarui dari sehari ke sehari’ (2Kor 4.16).

Bertempurlah sampai akhir untuk menjadi rahib sejati
Nah, saudaraku, berdamailah dengan saudaramu.
Berdoalah bagiku, karena aku tak mampu berbuat apapun,
dan aku mengalami kesulitan besar karena hawa nafsuku.
Berjaga-jagalah atas dirimu dalam segala hal, bekerjalah dengan giat.
Hayatilah hidup bersaksi, dan tabahlah dalam cobaan.
Teruskan menghayati kehidupan monastik dengan bertempur sampai akhir;
resapkanlah dengan humilitas, lemah lembut, dan takwa
ucapan bijaksana yang kamu dengar.
Hayatilah penyangkalanmu.
Kendalikan dirimu sendiri dalam tindak dan ucapan,
ingatlah selalu tulisan-tulisan para kudus.

Jadilah tangguh dalam iman pada Kristus Tuhan kita.
Bagi-Nya kemuliaan,
dan bagi Bapa-Nya yang baik,
dan bagi Roh Kudus,
selama-lamanya. Amin.
Semoga Allah memberkati!




KATA YANG MENCIPTAKAN

MASYARAKAT kita dibanjiri dengan kata-kata:  kata-kata di papan reklame, televisi, koran, buku.  Kata-kata yang menyala dan berganti-ganti warna.  Kata-kata yang lirih, keras, hiruk-pikuk.  Kata-kata yang berseru, "Belilah ini, rasakan itu, minumlah ini, makanlah itu." 
Lebih-lebih kata yang berbunyi, "Belilah aku." 

Dengan adanya begitu banyak kata di sekitar kita, kita cenderung untuk berkata, "Ah, itu semua hanya kata-kata." Dengan demikian, kata telah kehilangan dayanya.

Meskipun demikian, kata sebenarnya mempunyai daya untuk mencipta.  Kalah Allah berkata, Ia mencipta. Ketika Allah berkata, "Jadilah terang" (Kej 1:3), jadilah terang itu.  Bagi Allah, berkata dan mencipta itu sama.

Daya cipta dari kata-kata inilah yang perlu kita hidupkan atau nyatakan kembali.  Yang kita katakan amatlah penting. Kalau kita berkata, "Saya mencintaimu" dan kita mengatakannya dari lubuk hati, kita dapat memberikanhidup baru, harapan baru, keberanian baru kepada orang lain.  Sebaliknya, kalau kita berkata, "Saya membencimu," kita dapat menghancurkan hidup orang lain. 

Marilah kita berhati-hati dengan kata-kata kita.
(Henri Nouwen)

0 komentar:

Posting Komentar