Gejala Anti Sosial
Versus Kecerdasan Sosial di dalam Sebuah Film Gary Fleder
Pendahuluan
Untuk
menyimpulkan bahwa film merupakan sebuah manifestasi dari seni, tampaknya
terlalu terburu-buru. Sampai dengan saat ini masih terdapat banyak orang yang
menyetujui pernyataan diatas. Beberapa diantaranya bahkan menyangkal bahwa film
secara general adalah sebuah
manifestasi seni dan memilih untuk sependapat dengan pernyataan yang pernah
diungkapkan oleh P.A. Sorokin, seorang ahli sejarah dan budaya, pada tahun
1941:
Science gave us the
movies, but Hollywood turned them into the most vulgar displays. Like our
detective and mystery stories, th eshow are all right for relaxation and
momentary thrill, but nobody as yet has made of thrillers great classics or
shows of a great art. (Boggs, Joseph M: 1)
Pernyataan Sorokin diatas mungkin memang ada
benarnya jika kita mau melihat hampir sebagian besar film-film keluaran
rumah-rumah produksi Hollywood yang sifatnya hiburan semata, biasanya film-film
dari genre comedy dan mystery. Tapi
jika kita mau melihat lebih jauh lagi, kita akan menemukan beberapa film
produksi Hollywood yang tidak bisa dipandang sebelah mata, sebut saja film-film
seperti Citizen Kane, the Godfather, Apocalypse Now, the Rain Man,
Beautiful Mind, Band of Brothers, dan masih banyak lagi untuk disebutkan semuanya
disini.
Segala
pertentangan mengenai film adalah manifestasi dari seni atau bukan, tidak akan
kita bahas lebih lanjut disini. Satu hal yang ingin disampaikan penulis dengan
penjelasan diatas adalah sebuah perspektif bahwa film adalah satu bentuk
komunikasi yang cukup efektif di masa sekarang ini. Satu hal tentang film yang
membuatnya menjadi sebuah media komunikasi yang cukup efektif adalah media yang
digunakannya. Film berfokus pada image-image yang bergerak yang memadukan
tempo, emosi gerak, atmosfer, warna, tekstur, cahaya beserta bayangannya,
suara, dialog, konsepsi waktu dan tempat yang bisa dibilang tidak terbatas.
Keistimewaan seperti inilah film meng-komunikasikan pesan-pesan yang dibawanya
dengan lugas, padat, dan jelas.
Keistimewaannya
ini juga yang pada akhirnya membuat film digunakan sebagai media untuk
mengadaptasi karya-karya sastra, baik berupa puisi, drama, prosa, bahkan novel
untuk dikonsepsikan secara visual. Sebuah film yang diangkat dari karya-karya
sastra tersebut adalah hasil interpretasi dari sutradara bersama dengan tim
kerjanya, oleh sebab ini banyak orang kadang merasa kecewa karena merasa cerita
dalam film tersebut sangat berbeda dengan apa yang telah dibacanya. Kejadian
seperti ini jelas akan selalu terjadi mengingat interpretasi banyak orang
terhadap sebuah karya jelas akan menjadi berbeda-beda. Lepas dari permasalahan
ini film –dalam hal ini film-film hasil adaptasi dari karya-karya sastra–
menawarkan sebuah alternatif bagi orang-orang yang tidak punya banyak waktu dan
kesempatan untuk mereflesikan kehidupan dengan kegiatan membaca karya-karya
sastra tersebut. Salah satu pengarang, yang beberapa novelnya diadaptasikan
kedalam bentuk film dalah John Grisham. John Grisham adalah seorang pengarang
Amerika yang karya-karyanya berfokus pada cerita-cerita mengenai praktik hukum
di Ameriak Serikat. Salah satu film yang diadaptasikan dari novelnya, yang akan
kita bahas disini adalah yang berjudul Runaway
Jury.
Pembahasan
Runaway
Jury adalah sebuah kisah mengenai kekuasaan juri dalam sistem peradilan di
Ameriak Serikat, yang akan sangat menetukan sebuah keputusan akhir dari sebuah
proses persidangan. Juri merupakan kepanjangan tangan dari sipil dalam sistem
hukum di Amerika Serikat. Dengan anggota berjumlah sebelas orang, yang berasal
dari masyarakat kebanyakan, juri adalah satu bentuk manifestasi dari konsepsi
demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dengan adanya juri sebuah
keputusan akhir dalam sebuah proses persidangan tidak akan bisa dimonopoli oleh
hakim saja. Dari sudut pandang ini, sistem juri ini sangat efektif untuk
meredam kasus-kasus penyuapan hakim, tapi dari sebuah sudut pandang lain sistem
ini membuka sejumlah peluang untuk terjadinya praktek-praktek kecurangan justru
karena anggota juri adalah masyarakat kebanyakan. Hal inilah yang kemudian
mendorong seorang mantan mahasiswa fakultas hukum, Nicholas Easter (John
Cosack), untuk membalas mereka yang telah melakukan praktek-praktek kecurangan
ini.
Suatu
peristiwa penembakan di sebuah kantor jasa konsultan, yang dilakukan oleh
seorang mantan pegawai, yang di-PHK sehari sebelumnya, telah menewaskan sepuluh
orang dan akhirnya menjadikan dirinya yan gkesebelas dengan membunuh dirinya
sendiri. Salah satu korban tewas dalam kejadian tersebut adalah Henry Wood
(Jack Massey). 2 tahun kemudian istrinya, Celeste Wood (Joanna Going)
memutuskan untuk menggugat perusahaan senjata api, Vicksburg Firearms, yang
salah satu produknya telah menewaskan suaminya. Untuk menghadapi tuntutan
tersebut perusahaan ini mempekerjakan kelompok konsultan juri, yang dikepalai
oleh seorang bernama Rankin Fitch (Gene Hackman. Dari sinilah kisah ini
dimulai. Nick Easter ternyata mendapatkan panggilan kewajiban sipil untuk
menjadi seorang juri. Pada awalnya dia merspon panggilan ini dengan seolah
tidak mau peduli, layaknya seorang anti-sosial ketika dihadapkan pada civic life. Kelakuannya yang seperti ini
juga yang akhirnya membuat hakim jengkel dan justru menetapkannya sebagai juri
dalam kasus Celeste Wood versus Vicksburg Firearms pada saat penetapan anggota
juri di masa pra sidang. Belakangan diketahui bahwa tindakan-tindakannya di
awal-awal yang terkesan sebagai seorang anti-sosial memang disengaja dan memang
telah dia persiapkan. Sekilas dapat dibaca bahwa motivasi Nick untuk masuk
sebagai anggota juri dalam kasus ini adalah semata-mata mencari keuntungan
pribadi. Bersama dengan partnernya, Marlee (Rachel Weisz), Nick membangun
hubungan demi hubungan dan berbagai kesepakatan dengan Rakin Fitch dan jaksa
penuntut, Wendall Rohr ( Dustin Hoffman), yang pada intinya kemudian membuat
kedua orang ini percaya bahwa Nick dapat mengendalikan keputusan akhir para
anggota juri. Dengan didasari oleh kekecewaan dan kemarahan melihat hukum
dipermainkan oleh orang-orang seperti Rankin Fitch yang membuat orang yang
telah dianggapnya sebagai adiknya sendiri tidak memperoleh keadilan, setelah
tewas ditembus peluru dari senjata yang ditembakkan seorang berandalan secara
membabi buta Nick Easter bersama dengan Marlee berusaha menghancurkan karier
dan reputasi Fitch.
Karakter
Nicholas Easter yang diperankan secara meyakinkan oleh seorang aktor watak,
John Cosack, yang pada awal awal film terkesan anti-sosial, seolah menjadi
sebuah refleksi dari perubahan sosiologi masyarakat sekarang yang telah menjadi
semakin individual, apalagi di negara liberal seperti Amerika. Hal seperti
inilah yang ditegaskan oleh Charles Lindholm dan John A. Hall dalam sebuah buku
yang berjudul Cinema and Nation:
The American belief
in the primacy of individual coincides with anxiety that the demands of the
community might destroy one's personal freedom. (2000: 36)
Kenyataan seperti ini, penulis percaya bahwa
keadaan semacam ini tidak hanya terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat,
tapi telah berkembang menjadi sebauh keadaan yang sifatnya global. Satu contoh
kecil yang dapat kita ambil dari lingkungan di sekitar kita (khususnya yang
tinggal di kota) adalah kecenderungan bahwa banyak diantara kita yang lebih
rela untuk membayar denda daripada harus ikut dalam sistem ronda. Realita
semacam ini yang tampaknya coba dikomunikasikan oleh film ini kepada audience-nya.
Realita
kehidupan sehari-hari saat ini yang kadang (seringkali) terasa keras pada
akhirnya membuat beberapa individu kehilangan pijakan atas ideal-ideal yang
dimilikinya. Beberapa orang dalam kondisi ini pada perkembangannya mencoba
membuat sekian bentuk kompromi-kompromi, tapi beberapa yang lain lebih memilih
menyerah dan lebih memilih untuk mengorientasikan hidupnya untuk dirinya
sendiri, tidak mau ambil pusing terhadap yang terjadi di sekitar lingkungannya,
hidup seadanya dengan motto hidupku tenang dan aman. Anti-sosial bukanlah
sebuah ciri dari sebuah kecerdasan sosial. Beberapa indikasi bahwa hal ini selalu
coba untuk dikomunikasikan dalam film Runaway
Jury dapat kita lihat dari beberapa dialog pada beberapa scene dalam film
ini, salah satunya yang akan kita kutip di bawah ini. Dialog ini terjadi pada
scene ketika Terjadi perdebatan di kamar kecil antara Wendall Rohr dengan
Rankin Fitch, setelah Wendal mendapati saksi kunci yang dimilikinya tidak hadir
di persidangan tanpa pemberitahuan yang jelas:
Fitch :
You think your Jurors care about neglected distribution, product reability?
Rohr :
You bet, They Do!!
Fitch :
Oh!!! Most of them can even say the words and let along understand the meaning. ………….
Fitch : He is a roofer with mortgage, he wants to go
home and sits on his back alone and let the cable TV wash his brain and this
man doesn’t give us single solitary , dropped by them Sh**, about truth,
justice or your American way.
Dialog diatas mencoba memberikan gambaran
bahwa kenyataan yang ada di masyarakat saat ini tidak banyak memberikan situasi
yang kondusif untuk terselenggaranya sebuah penegakan hukum yang adil. Dengan
perubahan cara berpikir masyarakat, yang cenderung emoh memperhatikan selain kepentingannya sendiri, sistem peradilan
di Amerika yang memaskai juri sebagai elemen penting dalam proses pengambilan
keputusan final dalam sebuah persidangan telah memberikan sekian peluang
terhadap terjadinya praktek-praktek kecurangan. Kegiatan yang dilakoni oleh
pasangan Nick Easter dan Marlee merupakan sebuah analogi dari lemahnya posisi
hukum terhadap praktek-praktek kecurangan tersebut. Dalam sebuah scene
diceritakan bahwa para juri dalam sebuah persidangan setiap harinya dibayar
uang jasa –yang hanya– sebesar $ 16 dan jatah makan yang ditempatkan dalam
sebuah kantung karton berwarna coklat. Keadaan ini Cuma satu diantara beberapa
kelemahan yang digambarkan masih terdapat dalam sistem peradilan di Amerika
Serikat. Beruntung saja keadaan ini dapat dengan baik diambil oleh orang-orang
seperti Nick Easter dan Marlee, karena keadaannya menjadi berbalik arah ketika
peluang-peluang ini akhirnya jatuh ketangan orang-orang seperti Fitch. Dengan
keadaan ini menjadi pihak yang tersudutkan karena posisi tawar yang lemah,
sehingga dia harus menurut pada aturan permainan yang telah ditetapkan.
Praktek
yang dilakukan pleh Nick Easter dan Marlee ini jelas telah melanggar hukum.
Dibalik tindakan melanggar hukum ini, sebenarnya pasangan ini mempunyai motif
untuk menjamin terselenggaranya sebuah proses penegakan keadilan tanpa campur
tangan dari orang-orang seperti Fitch. Hal ini dapat kita lihat dari cuplikan
dialog antara Nick Easter dengan Rankin Fitch dalam sebuah pertemuan mereka di
sebuah tempat umum setelah para juri dikarantinakan:
Nick: Bussiness, politics, sports, you tell
me what is not arranged? Imean even such a thing is an objective jury, Mr.
Fitch!
Kesimpulan
Keadaan fisik dan mental dari
individu-individu dalam masyarakat yang telah setiap hari telah ditekan oleh
berbagai persoalan kehidupan jika harus ditambah dengan hal-hal yang berupa
ancaman terhadap keamanan dan ketenangan hidupnya, maka seoarang individu akan
dengan mudahnya melepaskan sekian nilai-nilai kehidupan, dan berbagai
ideal-ideal dalam hidupnya. Keadaan ini dapat kita lihat dari sebuah scene pada
bagian akhir film, ketika para juri telah malas untuk ambil pusing dengan
argumen-argumen dan lebih memilih untuk mengambil kesepakatan dengan cara
voting. Tapi keadaan ini kemudian dibalikkan oleh Nick ketika dengan gigih dia
mempertahankan pandangan-pandangannya terhadap gejala tidak mau peduli ini,
satu dialog akan kita cuplik:
Nick :
Maybe some of you are afraid or intimidated, and maybe some of you were just
have for yourself.
Ada kalanya
dibutuhkan tamparan atau guyuran air untuk menyadarkan kembali orang-orang yang
telah dilemahkan kesadarannya untuk kembali lagi mencadi sadar, mendapati kembali
keyakinan, nilai-nilai, dan ideal-ideal yang selama ini ditimbun dalam
ketakutan akan kehilangan kebahagiaan yang bersifat individual atau pribadi.a
ada kalanya seorang individu harus rela mengorbankan kebahagiaan pribadinya
untuk suatu keyakinan yang dimilikinya terhadap suatu nilai-nilai ideal.
Seperti kata-kata David Gale, seorang aktivis penentang hukuman mati yang
secara ironis mengakhiri hidupnya karena hukuman mati, bahwa sudah selayaknya
bahwa hidup tidak diukur dari apa yang telah kita dapatkan dan apa yang belum
kita dapatkan, tapi hidup diukur dari sebuah integritas moment-moment yang kita miliki, dari ideal-ideal yang kita
bangunkan setiap hari, dari kesadaran yang harus selalu kita miliki, dari
impian-impian yang kita punya dalam hati. Setidaknya hal inilah yang coba untuk
dikomunikasikan oleh film karya Gary Fleder yang berjudul Runaway Jury. Untuk hal-hal tersebut terakhir tadi ada seorang
karakter seperti Nicholas Easter, yang dibutuhkan sebagai malaikat penjaga
ruang-ruang kesadaran yang kita miliki.***
0 komentar:
Posting Komentar