Tujuh
Tanda Cinta Ilahi
Sukses
adalah mendapatkan apa yang kau inginkan.
Kebahagiaan
adalah menginginkan apa yang kau dapat.
Seorang fisikawan modern terkenal,
Max Plank, dengan yakin pernah
menyatakan
bahwa kepercayaan pada "mukjizat" pada satu ketika pasti akan
menyerah, gulung tikar, dan dipaksa menyerahkan wilayah garapannya kepada ilmu
pengetahuan. Dengan perkataan lain, menurut Plank, kepercayaan pada
"mukjizat" sekarang ini secara pasti sedang memudar dan meredup,
untuk akhirnya padam sama sekali. Sebaliknya, cahaya ilmu pengetahuan kian
"mencorong", dan akan menjadi penerang satu-satunya bagi segala
sesuatu.
Pendapat ini didukung penuh oleh biologiwan
Richard Dawkins yang meramalkan, bahwa pada suatu ketika nanti ilmu pengetahuan
akan mampu menyibak semua— atau sebagian terbesar—rahasia alam semesta. Dan
ketika ini terjadi, sebagai konsekuensinya, manusia bakal tidak memerlukan lagi
penjelasan-penjelasan yang non ilmiah. Misalnya, kepercayaan akan
"mukjizat". Sebab, katanya, apa yang sekarang disebut
"mukjizat", sebenarnya sama sekali bukanlah "mukjizat".
Tapi disebut demikian, hanya karena manusia belum mampu menjelaskannya secara
ilmiah. Pandangan seperti ini memang dianut banyak
ilmuwan lain.
Seorang William Lane Craig,
(profesor
teologi yang diakui luas otoritas, rasionalitas, dan intelektualitasnya, dan menjadi terkenal
terutama karena buku-bukunya yang secara rasional dianggap "berhasil"
mempertahankan validitas "iman" dan "mukjizat" di tengah
gugatan gencar orang-orang modern), mengatakan bahwa Plank, Dawkins
dan para ilmuwan itu benar. Sebab yang terjadi adalah beberapa
orang beriman kerap mengeksploitasi
istilah `mukjizat' secara murahan. Mereka menjadikan
itu sebagai dalih untuk menutupi “banalitas”: kedangkalan serta
kekurangpengetahuan mereka. Lalu mereka juga dengan gampangnya melempar
tanggung jawab kepada Allah, setiap kali mereka tidak mampu menjelaskan
sesuatu. Bahwa ini sudah ketetapan Allah-lah. Atau bahwa ini adalah tindakan
Allah-lah. Jadi ya terima saja, dan jangan banyak bertanya. Di lain matra, bukankah sebuah perkembangan yang
baik dan sehat, bila ilmu pengetahuan terus berkembang serta menyingkirkan cara-cara
berpikir yang naif, sempit dan simplistik
seperti itu? Disinilah, kita janganlah secara gampangan atau murahan
memakai kata "mukjizat". Sedikit-sedikit "mukjizat":
Agak aneh sedikit, "mukjizat". Berhasil menagih
utang lama, disebut "mukjizat". Lolos dari kecelakaan, disebut
"mukjizat". Memperoleh promosi, disebut "mukjizat", dsbnya.
Tentu saja tidak salah untuk mengakui bahwa anugerah Tuhan ada di balik semua
peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Tapi serta-merta menyebutnya sebagai
"mukjizat"? Ini jelas bukan tindakan tulus yang
memuliakan Allah, tapi malahan bisa jatuh pada “peng-eksploitasi-an” nama
Allah.
Berangkat dari
fenomena di atas, dalam kacamata iman, banyak dari kita mungkin
pernah mendengar sebuah lirik lagu, berjudul: "Mukjizat Itu Nyata.” Yah memang mukjizat
itu, yang
sepenuhnya dan sesungguhnya merupakan tindakan Allah sungguh
ada dan dialami secara pribadi oleh banyak umat beriman. Disinilah, kita akan kembali melihat dan mengingat secara bijaksana perihal
tujuh mukjizat (Bhs Arab: Alya, tanda
cinta), yang dibuat Yesus selama hidupnya, yakni:
1.Kana (Yoh 2:1-11).
Kana adalah sebuah
kota kecil, yang
terletak di jalan menuju danau Galilea, sekitar 9 km sebelah utara Nazaret. Seorang rasul sahabat Filipus, bernama Bartolomeus (Natanael: Anugerah
Tuhan),
berasal dari kota ini. (Yohanes
selalu menyebut tempat itu sebagai Kana Galilea untuk
membedakan dengan Khirbet Kana yang terletak 14 km sebelah utara Nazaret dan Kefar
Kana yang berada di daerah Libanon). Di tempat inilah, Yesus membuat mukjizat yang pertama, perubahan air
menjadi anggur. Dia membuat sebuah transformasi: yang dingin menjadi hangat,
yang kurang menjadi lebih, yang biasa menjadi luar biasa.
Konteksnya, di
sebuah pesta pernikahan, panitia mengalami sebuah masalah, yakni:
anggurnya kurang (Yoh 2:3). Kita mungkin
juga pernah mengalami situasi kekurangan bukan?
Kurang tidur, kurang sehat, kurang makan, kurang minum, kurang uang,
kurang semangat, kurang tabah dsbnya. Disinilah, Yesus membuat suatu
‘transformasi’: air
diubah menjadi anggur (dengan mutu yang tinggi dan dalam
jumlah yang besar, enam tempayan, masing-masing lima belas sampai dua puluh
galon).
Anggur sendiri merupakan lambang sukacita, dan anggur yang begitu melimpah
kerap kali merupakan kiasan profetis untuk datangnya zaman Mesias yang berlimpah sukacita (Ams 9:13-14; Yl 3:18). Karenanya, bagi Yohanes, perubahan
air menjadi anggur adalah lambang atau tanda
perubahan dari hal yang lama ke yang baru. Zaman Mesias sudah datang. Pesta
melambangkan perjamuan mesianis. Dan, mempelai mesianis yang memberi anggur
adalah Yesus sendiri (3:29).
2. Kapernaum (Yohanes 4:46-54).
Sesudah membuat tanda cinta
yang perdana,
Yesus pergi ke Kapernaum bersama dengan
murid-murid-Nya. Kapernaum sendiri adalah sebuah kota
di pantai utara danau Galilea, sekitar 30 km dari Kefar Kana, dan sekitar
4 km dari muara sungai Yordan. Nama Kapernaum berasal dari kata
Ibrani Kefar Nahum, yang berarti
“kampungnya Nahum”. Di akhir tahun 600 daerah itu dalam bahasa Arab masih
disebut Tell Hum, singkatan dari
Nahum, namun di hari-hari berikutnya dikenal sebagai “kota-Nya Yesus” “Capharnaum the Town of Jesus”, sebab disitulah
Ia tinggal, pergi dan pulang, selama tiga tahun pelayanan-Nya di daerah
Galilea.
Di Kapernaum inilah,
Yesus membuat tanda cinta yang kedua. Ia menyembuhkan anak pegawai istana yang
sakit. Cerita
ini didahului oleh ayat 44: seorang nabi tidak dihormati di
negerinya sendiri.
Barangkali ini cara pengarang mengatakan bahwa orang-orang dari tempat asalNya
di Galilea terlalu terpesona oleh mukjizat-mukjizat saja: Mereka
datang, karena apa yang dilakukan Allah. Bukan karena "Allah" adalah
"Allah". Itu sebabnya Yesus dengan tegas menolak orang yang bersedia
percaya kepada-Nya, dengan syarat Ia melakukan "mukjizat"
terlebih dahulu. Maka, satu-satunya jawaban yang mungkin bagi Yesus, dalam hal
ini, akan ditunjukkan oleh pegawai istana yang kafir. Satu hal yang
diutamakan adalah siapapun orangnya dan berasal dari mana pun,
asal ia percaya pada Yesus, pasti akan diselamatkan.
Perkataan Yesus
kepada pegawai istana bahwa “jika kamu
tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya”, mempunyai makna yang
sama. Diharapkan pegawai istana memiliki iman dan percaya setelah tanda dan
mukjizat diberikan. Kita diingatkan akan kejadian sakral yang terjadi pada masa
Musa. Namun sekarang apa yang terjadi lebih besar daripada tanda dari Musa. Pengujian
iman si pegawai istana, sama seperti Yesus menguji iman Maria (Yoh 2:4) dan iman
Marta (Yoh 11:23) Yesus ingin mengubah iman pegawai istana, dari iman yang
berdasar pada tanda kepada iman yang berdasar pada kata-kata Yesus.
Karakteristik iman pegawai istana yang juga mau
ditampil-kenangkan adalah bahwa iman berdimensi sosial: menyebar-pencar
sampai ke orang lain. Di Kana pun, bukan hanya para pelayan
saja yang percaya,
tetapi iman itu juga menyebar ke semakin banyak
orang, bukan?
Secara
kenyataan, bukankah banyak diantara kita yang pernah sakit bukan? Dari sakit
kepala, sakit gigi, sakit leher sampai sakit hati. Disinilah, baik kalau kita juga
kembali mengingat arti kata sakit: “Saat
Aku Kuatir Ingatlah Tuhan.” Yah, Tuhan yang kita ingat adalah Tuhan yang mau
mendatangi umatnya di “Kapernaum” kita masing-masing. Kata “datang” yang berarti
‘turun’ menjadi penting karena mengekspresikan dinamika gerak Allah yang
mau rendah hati mendatangi umatnya.
3. Kolam Betesda (Yohanes 5:1-18).
Yesus menyembuhkan seorang lumpuh menjadi berjalan di Kolam Betesda. Inilah tanda
cinta yang ketiga. Kolam Betesda sendiri terletak dekat
tempat yang sekarang disebut Gereja St. Anna. Penggalian menunjukkan bahwa
kolam itu berbentuk persegi empat, ada lima serambi dan dibagi dalam dua bagian.
Apa yang
penting adalah bahwa peristiwa ini terjadi pada hari
Sabat di Yerusalem (ay. 9-10, 16, 18), dan bahwa apa
yang dikatakan Yesus, bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah, disebutkan tiga
kali dalam bentuk hampir sama (ay. 8, 11, 12), padahal
membawa
tilam pada hari Sabat berlawanan dengan hukum.
Di lain segi, orang lumpuh ini begitu bahagia, sembuh
dari kelumpuhannya selama 38 tahun. Begitu bersuka citanya, sehingga ia menuruti
segala perkataan Yesus. Ia tidak tahu siapa Yesus karena Yesus sudah menghilang
sesaat setelah menyembuhkannya, tapi yang ia tahu, ia sudah sembuh dan ia
bersukacita karenaNya. Bukankah kita juga pernah lumpuh? Lumpuh
pengampunannya-mendendam terus, lumpuh syukurnya-berkeluh terus, lumpuh
imannya-bermalas malasan terus, dsbnya.
4. Pinggir Danau Tiberias (Yohanes 6:1-15).
Keberadaan kota penting Tiberias di salah
satu tepian Danau Galilea membuat danau itu dinamai Danau
Tiberias (Yoh 21:1). Danau Tiberias ini sendiri berada sekitar 210 m
di bawah permukaan laut dengan panjang 21 km, lebar 12 km dan kedalaman
berkisar dari 40-50 m. Di pinggir danau Tiberias inilah, di
sebuah
dataran yang penuh dengan rerumputan dan pohon palma, di mana berada
tujuh mata air dengan airnya yang melimpah, Yesus membuat penggandaan roti dan ikan
untuk 5000 orang laki-laki, tak termasuk perempuan dan anak-anak.
Pada ayat 3,
Yesus disebutkan “naik ke atas gunung” dan “duduk” di situ dengan
murid-murid-Nya. “Naik ke atas gunung” mengingatkan kita akan figur Musa yang
naik ke atas gunung untuk menerima ‘Dekalog – 10 Perintah Allah’. Gunung sendiri
adalah tempat favorit para nabi, terutama Musa. Sedangkan kata “duduk”
menjelaskan suatu kebiasaan bahwa para rabi biasanya duduk dulu, baru kemudian
mengajar. Selain itu menggambarkan Yesus sebagai hakim, raja, dan imam.
Mukjizat ini sendiri adalah
satu-satunya mukjizat yang terdapat dalam keempat Injil: dalam Markus disebut
dua kali, 6:31-44 dan 8:1-10; dalam Matius disebut dua kali juga, 14:13-21 dan
15:32-38; dalam Lukas disebut satu kali, 9:10-17; dalam Yohanes disebut satu kali di Yoh 6:1-15.
Mengapa juga
ditampilkan roti dan ikan? Inilah sebuah kombinasi karya antara Allah dan
manusia. Roti adalah makanan olahan (budaya dan karya manusia), sedangkan ikan
adalah makanan alamiah (karya Allah). Di dalam ekaristilah, terkait dua hasil karya, ilahi dan insani.
Keduanya menjadi tersatukan di tangan seorang pribadi bernama Yesus.
Dalam cerita injil Sinoptik,
Yesus mengambil, memberkati,
memecahkan dan memberikan roti (demikian juga, para pastor
melakukan hal demikian dalam Ekaristi). Gambaran Yohanes
sama modelnya, tetapi dengan beberapa perbedaan. Dalam Yohanes 6:11,
Yesus mengambil, mengucap syukur, dan membagikan (bahasa
Yunani untuk bersyukur adalah eucharisteo,
yang menjadi akar kata Ekaristi). Tindakan ini
ditampilkan kembali dalam 6:23. Tekanan Ekaristi yang sama tampak dalam ayat
12-13, di mana ikan menghilang dari pembicaraan dan hanya berbicara mengenai
roti dan perhatian yang harus diberikan terhadap pengumpulan sisa-sisa.
Sebuah kalimat
yang saya ingat setiap kali mengenangkan tanda cinta Yesus yang keempat ini,
adalah: “Mulailah dari apa yang ada,
Bagikanlah sepenuh cinta dan Biarkanlah Tuhan yang akan menyempurnakannya.”
Bukankah setiap dari kita sudah memiliki 5 roti (5 jari tangan, 5 jari kaki, 5
indera) serta 2 ikan (2 mata, 2 tangan, 2 kaki, 2 telinga)? Maka, disinilah
kita diajak untuk memulai sebuah cinta dari apa yang ada dan dibagikan dengan
sepenuh cinta. Dan, yakinlah Tuhan pasti akan membuat mukjizat untuk setiap
“roti dan ikan” yang kita bagikan kepada sesama. Bayangkan, 5 roti dan 2 ikan
bisa mengenyangkan 5000 orang, bahkan sisa 12 bakul. Dalam Tuhan, yang biasa
menjadi luar biasa, yang kecil menjadi besar dan yang sederhana menjadi penuh
makna. Dalam nama Tuhan, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin, bukan?
5. Danau Galilea (Yohanes 6:16-24).
Nama Danau Galilea terkait-paut
dengan keberadaannya yang membentang luas di daerah Galilea (Mat 4:18; Mrk 1:16). Dalam Kitab Suci
Perjanjian Lama,
danau itu lebih dikenal dengan yam
Kinneret. Kata Aram atau Ibrani ‘yam’,
berarti “laut atau danau”, sedangkan ‘kinnor’
artinya “kecapi”. Jadi, karena bentuk danau itu menyerupai kecapi, maka diberi
nama danau Kineret (Bil 34:11). Dalam Injil, danau itu disebut danau Genesaret
(Mrk 6:53; Mat 14:34; Luk 5:1), sebagaimana dikenal pada masa Makabe (1 Mak
11:67). Genesaret sendiri adalah nama sebuah
dataran sepanjang 6 km dan lebar 3,5 km di sebelah timur laut dari danau itu.
Dalam mukjizat di
Danau Galilea ini,
Yesus berjalan di atas air pada jam 3 pagi.
Saat itu, para murid Yesus
berada jauh dari-Nya, sebuah pemaknaan bahwa mereka berada di dalam situasi kegelapan:
suasana desolasi ketakutan, kegelisahan dan kebimbangan mendalam, terpisah dari
Tuhan.
Di saat itulah, Yesus menenangkan
para murid dengan ungkapan yang sederhana tapi penuh
makna: “ini Aku, jangan takut!”
(Yoh 6:20; Mrk 6:50; Mat 14:27). Seperti akan kita lihat kelak, ungkapan ini,
yang dalam bahasa Yunani, ego eimi
(aku adalah), yang tanpa predikat, mempunyai tekanan ilahi kuat, yang
menggemakan nama Yahwe yang terdapat dalam Yes 43:10, 13, 25. Yesus jelas adalah
kehadiran ilahi. Dia membuat yang takut
menjadi berani!
Sebuah analogi
sederhana: kata “takut” memiliki 5 huruf, di tengah-tengah huruf itu ada huruf
“K”, yang bisa berarti “Kristus.” Jadi, mengapa kita takut jika kita yakin dan
mengimani ada “K”, yaitu “Kristus” di tengah-tengah pergulatan hidup kita?
6. Kolam Siloam (Yohanes 9:1-41).
Setiap saya mengingat-kenang tanda cinta Yesus yang keenam
ini, saya terpaut pada sepenggal lagu yang kerap berkumandang pada Misa Orang
Sakit Sedunia, 11 Februari setiap tahunnya: “Tuhan Yesus
sembuhkanlah kami, orang buta orang congkak hati. Dari mati hidupkanlah kami,
dari dosa bersihkanlah kami, Tuhan Yesus....” Yah, Yesus menyembuhkan orang yang lahir buta di Siloam. Bicara soal orang buta
dalam Kitab Suci, ada macam-macamnya. Ada yang bisa buta sejak lahir (Yoh 9,1),
atau berkurang penglihatannya karena usia lanjut (Ishak: Kej 27,1; Eli: 1 Sam
3,2; Ahia: 1 Raj 14,4). Di luar itu kebutaan umumnya akibat penyakit mata.
Dua kejadian penyembuhan orang buta oleh Yesus juga diceritakan dalam bagian Injil yang lain, yakni: Pertama, di
Betsaida (Mark 8,22-25, Mat
9,29): Markus melaporkan, orang buta yang diludahi matanya dan ditumpangi
tangan oleh Yesus mulai bisa samar-samar melihat kembali dan baru pulih
sepenuhnya ketika matanya ditumpangi tangan sekali lagi. Kedua, di kota Yerikho. Disinilah kita mengenang Bartimeus si buta yang menjadi
peminta-minta, yang duduk di
pinggir jalan.
Mukjizat penyembuhan kebutaan yang ketiga terjadi di kolam Siloam, Yerusalem (Yoh 9,1-41,
orang buta sejak lahir). Yesus meludah ke tanah dan membuat lumpur yang
dipoleskannya pada mata orang buta sejak lahir itu lalu menyuruhnya pergi mandi
di Siloam. Siloam sendiri berarti
“yang
diutus”.
“Yang
diutus”
adalah sebutan khas bagi Yesus, maka dapat dipastikan bahwa Yohanes menulis
mengenai penyembuhan jasmani dengan cara sedemikian sehingga hal itu juga
mencerminkan dan mengingatkan penyembuhan tentang kebutaan rohani — sejak lahir
— yang diberikan kepada mereka yang secara sakramental dibasuh dalam kolam dari
Yang Diutus. Dkl: kita semua adalah orang-orang buta itu sendiri.
“Buta” sendiri, secara sederhana bisa berarti: “Banyak Urusan Tanpa Allah.”
Kisah mukjizat
yang keenam
ini sendiri dapat dibagi dalam enam adegan, dengan pelbagai tokoh:
- Adegan 1 (ay. 1 -7) : para murid, Yesus, dan orang buta.
- Adegan 2 (ay. 8-12): para tetangga dan orang buta.
- Adegan 3 (ay. 13-17): orang-orang Farisi dan orang buta
- Adegan 4 (ay. 18-23): para pembesar dan orang tua.
- Adegan 5 (ay. 24-34): para pembesar dan orang buta.
- Adegan 6 (ay. 35-41): Yesus, orang buta serta orang Farisi.
Dalam 6 tahapan di atas, ada enam adegan yang berurutan secara logis serta
dialog yang cemerlang.
Ada juga
tokoh-tokoh
yang secara bergantian menampakkan pelbagai sikap:
berbelas kasih, bingung, kuat, lemah, dan memikirkan diri sendiri. Yang
memainkan peranan besar — kecuali Yesus — juga tokoh orang buta yang berani,
cerdas membalas setiap ‘pukulan’
yang dilancarkan kepadanya dengan berhasil. Dan, seluruhnya berakhir dengan
ucapan yang menyejukkan (ay. 41), yang memberi ragi pada seluruh cerita: ”Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa,
tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu."
Di lain matra, jika berbicara dalam
kiasan yang sama, Pemahaman orang buta yang maju bertahap ini sejalan dengan
proses pemahaman para katekumen. Dari pengertian pertama
mengenai kenyataan bahwa ada seseorang bernama Yesus (ay. 11), mereka akan maju
ke dalam pemahaman mengenai tokoh ini sebagai nabi (ay. 17), sebagai seorang
yang berasal dari Allah (ay. 33), sebagai Anak Manusia yang ilahi (ay. 35) dan
berpuncak pada pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan (ay. 38). Proses kemajuan
yang terjadi ini tidak hanya mencerminkan langkah-langkah katekumenat yang
mengarahkan kepada iman yang lengkap, tetapi juga suatu teknik dramatis yang
hidup yang ditampilkan penginjil. Yang
pasti, bukankah juga keselamatan itu datang bagaikan terang bagi orang buta? (lihat Mzm 146,8; Yes 29,18; 35,5; 42,16.18; 43,8;Yer 31,8).
7. Betania
(Yohanes 11:1-
54).
Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:25),
dan pembangkitan Lazarus (Eleazar: pertolongan dari Tuhan), adalah tandanya. Kisah ini
berjalan dalam gerak yang teratur, bermula dengan berita
menyedihkan yang datang dari Betania yang letaknya dekat Yerusalem (ay. 18).
Berita ini disampaikan kepada Yesus dalam suatu pesan yang sederhana tapi
menyentuh: Tuhan, dia yang Engkau kasihi,
sakit (ay. 3).
Situasi yang menimpa Lazarus ini nantinya digunakan Allah untuk menunjukkan
kemuliaanNya, bahwa Ia berkuasa atas hidup dan mati. Satu hal yang sangat menarik dari kisah ini adalah bahwa Yesus tidak bekerja
sendirian, melainkan melibatkan orang lain untuk mengambil bagian dalam proses
kebangkitan Lazarus. Kita lihat pada ayat 39, Yesus tidak menggulingkan batu penutup kubur itu. Atau juga ayat 44, Yesus tidak membuka kain kafan pembungkus tubuh Lazarus, tapi Yesus melibatkan orang yang ada di sana untuk
melakukannya. Dk: Dia selalu ingin melibatkan manusia, dalam
melakukan pekerjaan-Nya, misi-Nya bagi keselamatan manusia itu sendiri, bukan?
Selain itu,
figur Maria
dan Marta kita kenal juga dari kisah Maria dan Marta dalam Luk 10:38-42.
Pelukisan watak kedua orang itu sama dalam kisah Lukas dan kisah Yohanes. Marta
muncul sebagai yang lebih dominan dan lebih aktif. Dialah yang begitu sibuk (Luk
10:40), juga bergerak dengan cepat menemui Yesus dalam Yoh 1:20. Sementara
itu, dalam Yoh 11:20, 32,
Maria duduk di rumah dan berlutut di hadapan Yesus (Bdk:
Luk 10:39, Maria juga duduk di kaki Tuhan untuk mendengarkan kata-kata
Yesus).
Sebuah kombinasi yang saling melengkapi, dimensi Gereja
yang aktif (diwakili dengan figur Marta) dan dimensi Gereja yang kontemplatif
(diwakili dengan figur Maria).
Hal-hal lain yang sangat menyentuh dalam tanda cinta ketujuh ini adalah penekanan pengarang atas dalamnya kasih yang dimiliki Yesus terhadap keluarga kecil ini, karena Yesus merasa betah tinggal bersama mereka. Kisah kasih ini dinyatakan secara jelas dalam ayat 5, 11, 35-36. Menarik juga untuk diperhatikan bagaimana cerita kebangkitan Lazarus sejajar dengan kebangkitan Yesus sendiri dalam Yohanes 12. Kedua kebangkitan itu menunjukkan adanya kemiripan dalam empat hal, yakni:
—
Tangisan
Maria dimakam (Yoh 11:31 dan Yoh 20:11);
—
gua
kubur yang ditutup dengan batu (Yoh 11:38, 41 dan Yoh 20:1);
—
kain
kafan dan penutup wajah (Yoh 11:44 dan Yoh 20:6-7);
—
peranan
khusus yang diberikan kepada Tomas (Yoh 11:16 dan Yoh 20:24-28).
Dari penjabaran sederhana tujuh mukjizat di atas, tampaklah bahwa penyembuhan penyakit
fisik dan rohani adalah suatu bagian penting dalam pelayanan Kristus: ”Yesus berkeliling di seluruh Galilea; Ia
mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta
melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu” (Matius 4:23).
Nah, bertitik tolak pada 7 mukjizat yang
dibuat Yesus dari Kana sampai Betania di atas, baik juga kita mengingat empat pemahaman dasar, mengacu
pada Katekismus Iman Gereja Katolik Pasal 15: Yesus Kristus, Allah Sejati
Manusia Sejati, al:
Pertama, Yesus membuktikan
bahwa Dia adalah Allah, terutama melalui mukjizat-mukjizat
yang dilakukanNya. "Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan
Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu
tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya
kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam
Bapa." (Yoh 10:37-38).
Kedua, Secara umum, suatu
mukjizat adalah suatu kejadian
luar biasa yang bertentangan atau melebihi hukum-hukum alam dan tidak dapat
dijelaskan kecuali melalui kuasa Allah: "Bagi mereka yang percaya pada Allah, tiada penjelasan
yang diperlukan. Bagi mereka yang tidak percaya pada Allah, tiada penjelasan
yang mungkin." (Franz Werfel dalam film "Nyanyian Bernadette”).
Ketiga, ilmu
pengetahuan kerap tidak bisa menjelaskan mukjizat-mukjizat
di masa depan, karena hanya melalui kuasa Allah orang buta bisa disembuhkan
seketika atau orang mati kembali hidup. “Dari dahulu sampai sekarang tidak
pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta.
Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.”
(Yoh 9:32-33).
Keempat, ditegaskan bahwa
mukjizat-mukjizat bisa membuktikan kebenaran, karena suatu mukjizat hanya bisa terjadi atas kuasa Allah, dan Allah tidak akan
pernah melakukan suatu mukjizat
demi suatu kebohongan."...segala pekerjaan yang diserahkan Bapa
kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan
sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang
mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. (Yoh
5:36-37).
Bicara lebih
lanjut soal mukjizat, bagi orang beriman, kepercayaan akan
"mukjizat" itu memang penting. Sebab bila
orang tidak mempercayainya, lalu cuma mau bergantung pada kemampuan
manusiawinya, inilah
yang disebut oleh Paulus sebagai "orang yang paling malang" (1
Korintus 15:19).
Di lain matra, setiap mukjizat yang dibuat Yesus, persis
seperti sebuah metode dalam devosi Kerahiman, memiliki tiga tahapan dasar “A B C”, al:
Ask for His Mercy ~ Mohon Belas Kasih Allah
Tuhan
menghendaki kita (yang kurang, yang sakit, yang lumpuh, yang lapar, yang
takut, yang buta dan yang mati) datang
kepada-Nya dan bermohon
kepada-Nya untuk mencurahkan belas kasih-Nya: “Mintalah,
maka akan diberikan kepadamu…. Karena setiap orang yang meminta, menerima” (Mat
7:7-8).
Be Merciful ~ Berbelas Kasih kepada Sesama
Tuhan
menghendaki kita yang memohon belas kasih-Nya, juga belajar berbelas kasih kepada sesama: “Aku memberikan perintah
baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah
mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh 13:34). Lihatlah: peran Maria dalam kisah di Kana dan peran
serta Marta dalam kisah di Betania.
Completely Trust ~ Percaya Penuh kepada-Nya
Tuhan
ingin kita tahu bahwa rahmat-rahmat belas kasih-Nya tergantung pada besarnya
kepercayaan kita. Setiap mukjizat yang terjadi di atas, entah di Kana,
Kapernaum, Betesda, Tiberias, Danau Galilea, Siloam maupun Betania terjadi
karena adanya iman dan kepercayaan penuh kepada Tuhan. Bukankah semakin kita percaya kepada-Nya, semakin berlimpah rahmat dan mukjizat yang kita terima? Lihat juga
sebuah pernyataan iman penuh kepercayaan dari Bunda Maria dalam kisah mukjizat
yang pertama di Kana:“Apapun yang dikatakanNya kepadamu, buatlah itu” (Yoh 2:5)
Disinilah, percaya akan
"mukjizat" berarti percaya bahwa kita masih mempunyai
sumber pengharapan lain di luar daya serta kemampuan manusiawi kita. Bahwa
selalu ada "potensi - kemungkinan" dan "solusi - jalan
keluar". Namun demikian, betapa pun penting, menurut alkitab,
"mukjizat" bukanlah satu-satunya yang penting. Malah bukan pula yang
terpenting. Alkitab selalu konsisten dengan prinsip, bahwa ada yang lebih
penting dari apa yang diperbuat Allah. Dan itu adalah diri serta
pribadi Allah sendiri: “Memang
masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang
tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah
dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh 20:30-31).
Doa Mukjizat
Tuhan Yesus,
Aku datang menghadap
Engkau dalam keadaanku seperti ini,
Aku mohon ampun atas
segala dosaku,
Aku menyesal atas
segala dosa-dosaku harap diampuni,
Di dalam nama-Mu,
aku memaafkan semua orang yang membenciku termasuk semua perbuatanku.
Aku menyangkal seta,
roh jahat, termasuk semua perbuatannya,
Aku serahkan semua
hidupku pada_Mu, Tuhan Yesus,
Sekarang dan
selamanya,
Aku mengundang
Engkau masuk dalam hidupku, Yesus.
Aku menerima Engkau
sebagai Tuhanku, Allahku dan Penyelamatku,
Sembuhkan aku,
ubahlah aku, kuatkan tubuhku, jiwaku dan rohku,
Datanglah Tuhan
Yesus, bungkuslah aku dengan Darah Suci-Mu, dan,
Penuhilah aku dengan
Roh-Mu yang kudus,
Aku cinta pada-Mu
Tuhan Yesus,
Aku bersyukur
pada-Mu Yesus,
Aku mau mengikuti
Engkau
setiap hari dan selama hidupku,
Bunda Maria, Ibuku,
Ratu Damai, St. Peregrinus, Pelindung para penderita kanker, para malaikat dan
Orang Kudus, tolonglah aku. Amin.
Catatan: Bacalah doa
ini dengan penuh keyakinan dalam keadaan apa
pun. Kalau anda mengucapkannya dengan penuh keyakinan, dengan tulus hati dan
mengartikan setiap kata, mukjizat akan terjadi pada Anda. Anda akan menemukan
pengalaman-pengalaman dengan Yesus dan Dia akan mengubah
seluruh hidup Anda dengan cara yang amat istimewa. Anda akan mengalami
hal ini.
0 komentar:
Posting Komentar