Ads 468x60px

Tujuh Mukjizat


Tujuh Tanda Cinta Ilahi

Sukses adalah mendapatkan apa yang kau inginkan.
Kebahagiaan adalah menginginkan apa yang kau dapat.
  

Seorang fisikawan modern terkenal, Max Plank, dengan yakin pernah menyatakan bahwa kepercayaan pada "mukjizat" pada satu ketika pasti akan menyerah, gulung tikar, dan dipaksa menyerahkan wilayah garapannya kepada ilmu pengetahuan. Dengan perkataan lain, menurut Plank, kepercayaan pada "mukjizat" sekarang ini secara pasti sedang memudar dan meredup, untuk akhirnya padam sama sekali. Sebaliknya, cahaya ilmu pengetahuan kian "mencorong", dan akan menjadi penerang satu-satunya bagi segala sesuatu.


Pendapat ini didukung penuh oleh biologiwan Richard Dawkins yang meramalkan, bahwa pada suatu ketika nanti ilmu pengetahuan akan mampu menyibak semua— atau sebagian terbesar—rahasia alam semesta. Dan ketika ini terjadi, sebagai konsekuensinya, manusia bakal tidak memerlukan lagi penjelasan-penjelasan yang non ilmiah. Misalnya, kepercayaan akan "mukjizat". Sebab, katanya, apa yang sekarang disebut "mukjizat", sebenarnya sama sekali bukanlah "mukjizat". Tapi disebut demikian, hanya karena manusia belum mampu menjelaskannya secara ilmiah. Pandangan seperti ini memang  dianut banyak ilmuwan lain. 

Seorang  William Lane Craig, (profesor teologi yang diakui luas otoritas, rasionalitas, dan intelektualitasnya,  dan menjadi terkenal terutama karena buku-bukunya yang secara rasional dianggap "berhasil" mempertahankan validitas "iman" dan "mukjizat" di tengah gugatan gencar orang-orang modern), mengatakan bahwa Plank, Dawkins dan para ilmuwan itu benar. Sebab yang terjadi adalah beberapa orang beriman kerap mengeksploitasi istilah `mukjizat' secara murahan. Mereka menjadikan itu sebagai dalih untuk menutupi “banalitas”: kedangkalan serta kekurangpengetahuan mereka. Lalu mereka juga dengan gampangnya melempar tanggung jawab kepada Allah, setiap kali mereka tidak mampu menjelaskan sesuatu. Bahwa ini sudah ketetapan Allah-lah. Atau bahwa ini adalah tindakan Allah-lah. Jadi ya terima saja, dan jangan banyak bertanya. Di lain matra, bukankah sebuah perkembangan yang baik dan sehat, bila ilmu pengetahuan terus berkembang serta menyingkirkan cara-cara berpikir yang naif, sempit dan simplistik seperti itu? Disinilah, kita janganlah secara gampangan atau murahan memakai kata "mukjizat". Sedikit-sedikit "mukjizat": Agak aneh sedikit, "mukjizat". Berhasil menagih utang lama, disebut "mukjizat". Lolos dari kecelakaan, disebut "mukjizat". Memperoleh promosi, disebut "mukjizat", dsbnya. Tentu saja tidak salah untuk mengakui bahwa anugerah Tuhan ada di balik semua peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Tapi serta-merta menyebutnya sebagai "mukjizat"? Ini jelas bukan tindakan tulus yang memuliakan Allah, tapi malahan bisa jatuh pada “peng-eksploitasi-an” nama Allah. 


Berangkat dari fenomena di atas, dalam kacamata iman, banyak dari kita mungkin pernah mendengar sebuah lirik lagu, berjudul: "Mukjizat Itu Nyata. Yah memang mukjizat itu, yang sepenuhnya dan sesungguhnya merupakan tindakan Allah sungguh ada dan dialami secara pribadi oleh banyak umat beriman. Disinilah, kita akan kembali melihat dan mengingat secara bijaksana perihal tujuh mukjizat (Bhs Arab: Alya, tanda cinta), yang dibuat Yesus selama hidupnya, yakni:

1.Kana (Yoh 2:1-11).
Kana adalah sebuah kota kecil, yang terletak di jalan menuju danau Galilea, sekitar 9 km sebelah utara Nazaret. Seorang rasul sahabat Filipus, bernama Bartolomeus (Natanael: Anugerah Tuhan), berasal dari kota ini. (Yohanes selalu menyebut tempat itu sebagai Kana Galilea untuk membedakan dengan Khirbet Kana yang terletak 14 km sebelah utara Nazaret dan Kefar Kana yang berada di daerah Libanon). Di tempat inilah, Yesus membuat mukjizat yang pertama, perubahan air menjadi anggur. Dia membuat sebuah transformasi: yang dingin menjadi hangat, yang kurang menjadi lebih, yang biasa menjadi luar biasa.

Konteksnya, di sebuah pesta pernikahan, panitia mengalami sebuah masalah, yakni: anggurnya  kurang (Yoh 2:3). Kita mungkin juga pernah mengalami situasi kekurangan bukan?  Kurang tidur, kurang sehat, kurang makan, kurang minum, kurang uang, kurang semangat, kurang tabah dsbnya. Disinilah, Yesus membuat suatu ‘transformasi’: air diubah menjadi anggur (dengan mutu yang tinggi dan dalam jumlah yang besar, enam tempayan, masing-masing lima belas sampai dua puluh galon).

Anggur sendiri merupakan lambang sukacita, dan anggur yang begitu melimpah kerap kali merupakan kiasan profetis untuk datangnya zaman Mesias yang berlimpah sukacita (Ams 9:13-14; Yl 3:18). Karenanya, bagi Yohanes, perubahan air menjadi anggur adalah lambang atau tanda perubahan dari hal yang lama ke yang baru. Zaman Mesias sudah datang. Pesta melambangkan perjamuan mesianis. Dan, mempelai mesianis yang memberi anggur adalah Yesus sendiri (3:29).

2. Kapernaum (Yohanes 4:46-54).
Sesudah membuat tanda cinta yang perdana, Yesus pergi ke Kapernaum bersama dengan  murid-murid-Nya. Kapernaum sendiri adalah sebuah kota di pantai utara danau Galilea, sekitar 30 km dari Kefar Kana, dan sekitar 4 km dari muara sungai Yordan. Nama Kapernaum berasal dari kata Ibrani Kefar Nahum, yang berarti “kampungnya Nahum”. Di akhir tahun 600 daerah itu dalam bahasa Arab masih disebut Tell Hum, singkatan dari Nahum, namun di hari-hari berikutnya dikenal sebagai “kota-Nya Yesus” Capharnaum the Town of Jesus”, sebab disitulah Ia tinggal, pergi dan pulang, selama tiga tahun pelayanan-Nya di daerah Galilea.

Di Kapernaum inilah, Yesus membuat tanda cinta yang kedua. Ia menyembuhkan anak pegawai istana yang sakit. Cerita ini didahului oleh ayat 44: seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Barangkali ini cara pengarang mengatakan bahwa orang-orang dari tempat asalNya di Galilea terlalu terpesona oleh mukjizat-mukjizat saja: Mereka datang, karena apa yang dilakukan Allah. Bukan karena "Allah" adalah "Allah". Itu sebabnya Yesus dengan tegas menolak orang yang bersedia percaya kepada-Nya, dengan syarat Ia melakukan "mukjizat" terlebih dahulu. Maka, satu-satunya jawaban yang mungkin bagi Yesus, dalam hal ini, akan ditunjukkan oleh pegawai istana yang kafir. Satu hal yang diutamakan adalah siapapun orangnya  dan berasal dari mana pun, asal ia percaya pada Yesus, pasti akan diselamatkan.

Perkataan Yesus kepada pegawai istana bahwa “jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya”, mempunyai makna yang sama. Diharapkan pegawai istana memiliki iman dan percaya setelah tanda dan mukjizat diberikan. Kita diingatkan akan kejadian sakral yang terjadi pada masa Musa. Namun sekarang apa yang terjadi lebih besar daripada tanda dari Musa. Pengujian iman si pegawai istana, sama seperti Yesus menguji iman Maria (Yoh 2:4) dan iman Marta (Yoh 11:23) Yesus ingin mengubah iman pegawai istana, dari iman yang berdasar pada tanda kepada iman yang berdasar pada kata-kata Yesus.

Karakteristik iman pegawai istana yang juga mau ditampil-kenangkan adalah bahwa iman berdimensi sosial: menyebar-pencar sampai ke orang lain. Di Kana pun, bukan hanya para pelayan saja yang percaya, tetapi iman itu juga menyebar ke semakin banyak orang, bukan?

Secara kenyataan, bukankah banyak diantara kita yang pernah sakit bukan? Dari sakit kepala, sakit gigi, sakit leher sampai sakit hati. Disinilah, baik kalau kita juga kembali mengingat arti kata sakit: “Saat Aku Kuatir Ingatlah Tuhan.” Yah, Tuhan yang kita ingat adalah Tuhan yang mau mendatangi umatnya di “Kapernaum” kita masing-masing.  Kata datang” yang berarti ‘turun’ menjadi penting karena mengekspresikan dinamika gerak Allah yang mau rendah hati mendatangi umatnya.

3. Kolam Betesda (Yohanes 5:1-18).
Yesus menyembuhkan seorang lumpuh menjadi berjalan di Kolam Betesda. Inilah tanda cinta yang ketiga. Kolam Betesda sendiri terletak dekat tempat yang sekarang disebut Gereja St. Anna. Penggalian menunjukkan bahwa kolam itu berbentuk persegi empat, ada lima serambi dan dibagi dalam dua bagian. Apa yang penting adalah bahwa peristiwa ini terjadi pada hari Sabat di Yerusalem (ay. 9-10, 16, 18), dan bahwa apa yang dikatakan Yesus, bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah, disebutkan tiga kali dalam bentuk hampir sama (ay. 8, 11, 12), padahal membawa tilam pada hari Sabat berlawanan dengan hukum.

Di  lain segi, orang lumpuh ini begitu bahagia, sembuh dari kelumpuhannya selama 38 tahun. Begitu bersuka citanya, sehingga ia menuruti segala perkataan Yesus. Ia tidak tahu siapa Yesus karena Yesus sudah menghilang sesaat setelah menyembuhkannya, tapi yang ia tahu, ia sudah sembuh dan ia bersukacita karenaNya. Bukankah kita juga pernah lumpuh? Lumpuh pengampunannya-mendendam terus, lumpuh syukurnya-berkeluh terus, lumpuh imannya-bermalas malasan terus, dsbnya.    

4. Pinggir Danau Tiberias (Yohanes 6:1-15).
Keberadaan kota penting Tiberias di salah satu tepian Danau Galilea membuat danau itu dinamai Danau Tiberias (Yoh 21:1). Danau Tiberias ini sendiri berada sekitar 210 m di bawah permukaan laut dengan panjang 21 km, lebar 12 km dan kedalaman berkisar dari 40-50 m. Di pinggir danau Tiberias inilah, di sebuah dataran yang penuh dengan rerumputan dan pohon palma, di mana berada tujuh mata air dengan airnya yang melimpah, Yesus membuat penggandaan roti dan ikan untuk 5000 orang laki-laki, tak termasuk perempuan dan anak-anak.

Pada ayat 3, Yesus disebutkan “naik ke atas gunung” dan “duduk” di situ dengan murid-murid-Nya. “Naik ke atas gunung” mengingatkan kita akan figur Musa yang naik ke atas gunung untuk menerima ‘Dekalog – 10 Perintah Allah’. Gunung sendiri adalah tempat favorit para nabi, terutama Musa. Sedangkan kata “duduk” menjelaskan suatu kebiasaan bahwa para rabi biasanya duduk dulu, baru kemudian mengajar. Selain itu menggambarkan Yesus sebagai hakim, raja, dan imam.
Mukjizat ini sendiri adalah satu-satunya mukjizat yang terdapat dalam keempat Injil: dalam Markus disebut dua kali, 6:31-44 dan 8:1-10; dalam Matius disebut dua kali juga, 14:13-21 dan 15:32-38; dalam Lukas disebut satu kali, 9:10-17; dalam Yohanes disebut satu kali di Yoh 6:1-15.

Mengapa juga ditampilkan roti dan ikan? Inilah sebuah kombinasi karya antara Allah dan manusia. Roti adalah makanan olahan (budaya dan karya manusia), sedangkan ikan adalah makanan alamiah (karya Allah). Di dalam ekaristilah,  terkait dua hasil karya, ilahi dan insani. Keduanya menjadi tersatukan di tangan seorang pribadi bernama Yesus.

Dalam cerita injil Sinoptik, Yesus mengambil, memberkati, memecahkan dan memberikan roti (demikian juga, para pastor melakukan hal demikian dalam Ekaristi). Gambaran Yohanes sama modelnya, tetapi dengan beberapa perbedaan. Dalam Yohanes 6:11, Yesus mengambil, mengucap syukur, dan membagikan (bahasa Yunani untuk bersyukur adalah eucharisteo, yang menjadi akar kata Ekaristi). Tindakan ini ditampilkan kembali dalam 6:23. Tekanan Ekaristi yang sama tampak dalam ayat 12-13, di mana ikan menghilang dari pembicaraan dan hanya berbicara mengenai roti dan perhatian yang harus diberikan terhadap pengumpulan sisa-sisa. 

Sebuah kalimat yang saya ingat setiap kali mengenangkan tanda cinta Yesus yang keempat ini, adalah: “Mulailah dari apa yang ada, Bagikanlah sepenuh cinta dan Biarkanlah Tuhan yang akan menyempurnakannya.” Bukankah setiap dari kita sudah memiliki 5 roti (5 jari tangan, 5 jari kaki, 5 indera) serta 2 ikan (2 mata, 2 tangan, 2 kaki, 2 telinga)? Maka, disinilah kita diajak untuk memulai sebuah cinta dari apa yang ada dan dibagikan dengan sepenuh cinta. Dan, yakinlah Tuhan pasti akan membuat mukjizat untuk setiap “roti dan ikan” yang kita bagikan kepada sesama. Bayangkan, 5 roti dan 2 ikan bisa mengenyangkan 5000 orang, bahkan sisa 12 bakul. Dalam Tuhan, yang biasa menjadi luar biasa, yang kecil menjadi besar dan yang sederhana menjadi penuh makna. Dalam nama Tuhan, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin, bukan?

5. Danau Galilea (Yohanes 6:16-24).
Nama Danau Galilea terkait-paut dengan keberadaannya yang membentang luas di daerah Galilea  (Mat 4:18; Mrk 1:16). Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, danau itu lebih dikenal dengan yam Kinneret. Kata Aram atau Ibrani yam’, berarti “laut atau danau”, sedangkan kinnor artinya “kecapi”. Jadi, karena bentuk danau itu menyerupai kecapi, maka diberi nama danau Kineret (Bil 34:11). Dalam Injil, danau itu disebut danau Genesaret (Mrk 6:53; Mat 14:34; Luk 5:1), sebagaimana dikenal pada masa Makabe (1 Mak 11:67). Genesaret sendiri adalah nama sebuah dataran sepanjang 6 km dan lebar 3,5 km di sebelah timur laut dari danau itu.
Dalam mukjizat di Danau Galilea ini, Yesus berjalan di atas air pada jam 3 pagi. Saat itu, para  murid Yesus berada jauh dari-Nya, sebuah pemaknaan bahwa mereka berada di dalam situasi kegelapan: suasana desolasi ketakutan, kegelisahan dan kebimbangan mendalam, terpisah dari Tuhan.

Di saat itulah, Yesus menenangkan para murid dengan ungkapan yang sederhana tapi penuh makna: ini Aku, jangan takut! (Yoh 6:20; Mrk 6:50; Mat 14:27). Seperti akan kita lihat kelak, ungkapan ini, yang dalam bahasa Yunani, ego eimi (aku adalah), yang tanpa predikat, mempunyai tekanan ilahi kuat, yang menggemakan nama Yahwe yang terdapat dalam Yes 43:10, 13, 25. Yesus jelas adalah kehadiran ilahi. Dia membuat yang takut menjadi berani!
Sebuah analogi sederhana: kata “takut” memiliki 5 huruf, di tengah-tengah huruf itu ada huruf “K”, yang bisa berarti “Kristus.” Jadi, mengapa kita takut jika kita yakin dan mengimani ada “K”, yaitu “Kristus” di tengah-tengah pergulatan hidup kita?

6. Kolam Siloam (Yohanes 9:1-41).
Setiap saya mengingat-kenang tanda cinta Yesus yang keenam ini, saya terpaut pada sepenggal lagu yang kerap berkumandang pada Misa Orang Sakit Sedunia, 11 Februari setiap tahunnya: “Tuhan Yesus sembuhkanlah kami, orang buta orang congkak hati. Dari mati hidupkanlah kami, dari dosa bersihkanlah kami, Tuhan Yesus....Yah, Yesus menyembuhkan orang yang lahir buta di Siloam. Bicara soal orang buta dalam Kitab Suci, ada macam-macamnya. Ada yang bisa buta sejak lahir (Yoh 9,1), atau berkurang penglihatannya karena usia lanjut (Ishak: Kej 27,1; Eli: 1 Sam 3,2; Ahia: 1 Raj 14,4). Di luar itu kebutaan umumnya akibat penyakit mata.

Dua kejadian penyembuhan orang buta oleh Yesus juga diceritakan dalam bagian Injil yang lain, yakni: Pertama, di Betsaida (Mark 8,22-25, Mat 9,29): Markus melaporkan, orang buta yang diludahi matanya dan ditumpangi tangan oleh Yesus mulai bisa samar-samar melihat kembali dan baru pulih sepenuhnya ketika matanya ditumpangi tangan sekali lagi. Kedua, di kota Yerikho. Disinilah kita mengenang Bartimeus si buta yang menjadi peminta-minta, yang duduk di pinggir jalan.

Mukjizat penyembuhan kebutaan yang ketiga terjadi di kolam Siloam, Yerusalem (Yoh 9,1-41, orang buta sejak lahir). Yesus meludah ke tanah dan membuat lumpur yang dipoleskannya pada mata orang buta sejak lahir itu lalu menyuruhnya pergi mandi di Siloam. Siloam sendiri berarti yang diutus. Yang diutus adalah sebutan khas bagi Yesus, maka dapat dipastikan bahwa Yohanes menulis mengenai penyembuhan jasmani dengan cara sedemikian sehingga hal itu juga mencerminkan dan mengingatkan penyembuhan tentang kebutaan rohani — sejak lahir — yang diberikan kepada mereka yang secara sakramental dibasuh dalam kolam dari Yang Diutus. Dkl: kita semua adalah orang-orang buta itu sendiri. “Buta” sendiri, secara sederhana bisa berarti: “Banyak Urusan Tanpa Allah.”

Kisah mukjizat yang keenam ini sendiri dapat dibagi dalam enam adegan, dengan pelbagai tokoh:
  • Adegan 1 (ay. 1 -7) :          para murid, Yesus, dan orang buta.
  • Adegan 2 (ay. 8-12):           para tetangga dan orang buta.
  • Adegan 3 (ay. 13-17): orang-orang Farisi dan orang buta
  • Adegan 4 (ay. 18-23): para pembesar dan  orang tua.
  • Adegan 5 (ay. 24-34): para pembesar dan  orang buta.
  • Adegan 6 (ay. 35-41): Yesus, orang buta serta orang Farisi.

Dalam 6 tahapan di atas, ada enam adegan yang berurutan secara logis serta dialog yang cemerlang.  Ada juga tokoh-tokoh yang secara bergantian menampakkan pelbagai sikap: berbelas kasih, bingung, kuat, lemah, dan memikirkan diri sendiri. Yang memainkan peranan besar — kecuali Yesus — juga tokoh orang buta yang berani, cerdas membalas setiap pukulan yang dilancarkan kepadanya dengan berhasil. Dan, seluruhnya berakhir dengan ucapan yang menyejukkan (ay. 41), yang memberi ragi pada seluruh cerita: Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu."

Di lain matra, jika berbicara dalam kiasan yang sama, Pemahaman orang buta yang maju bertahap ini sejalan dengan proses pemahaman para katekumen. Dari pengertian pertama mengenai kenyataan bahwa ada seseorang bernama Yesus (ay. 11), mereka akan maju ke dalam pemahaman mengenai tokoh ini sebagai nabi (ay. 17), sebagai seorang yang berasal dari Allah (ay. 33), sebagai Anak Manusia yang ilahi (ay. 35) dan berpuncak pada pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan (ay. 38). Proses kemajuan yang terjadi ini tidak hanya mencerminkan langkah-langkah katekumenat yang mengarahkan kepada iman yang lengkap, tetapi juga suatu teknik dramatis yang hidup yang ditampilkan penginjil. Yang pasti, bukankah juga keselamatan itu datang bagaikan terang bagi orang buta? (lihat Mzm 146,8; Yes 29,18; 35,5; 42,16.18; 43,8;Yer 31,8).


7. Betania  (Yohanes 11:1- 54).
Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:25), dan pembangkitan Lazarus (Eleazar: pertolongan dari Tuhan), adalah tandanya. Kisah ini berjalan dalam gerak yang teratur, bermula dengan berita menyedihkan yang datang dari Betania yang letaknya dekat Yerusalem (ay. 18). Berita ini disampaikan kepada Yesus dalam suatu pesan yang sederhana tapi menyentuh: Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit (ay. 3). 

Situasi yang menimpa Lazarus ini nantinya digunakan Allah untuk menunjukkan kemuliaanNya, bahwa Ia berkuasa atas hidup dan mati.  Satu hal yang sangat menarik dari kisah ini adalah bahwa Yesus tidak bekerja sendirian, melainkan melibatkan orang lain untuk mengambil bagian dalam proses kebangkitan Lazarus. Kita lihat pada ayat 39, Yesus tidak menggulingkan batu penutup kubur itu. Atau juga ayat 44, Yesus tidak membuka kain kafan pembungkus tubuh Lazarus, tapi Yesus melibatkan orang yang ada di sana untuk melakukannya. Dk: Dia selalu ingin melibatkan manusia, dalam melakukan pekerjaan-Nya, misi-Nya bagi keselamatan manusia itu sendiri, bukan?
Selain itu, figur Maria dan Marta kita kenal juga dari kisah Maria dan Marta dalam Luk 10:38-42. Pelukisan watak kedua orang itu sama dalam kisah Lukas dan kisah Yohanes. Marta muncul sebagai yang lebih dominan dan lebih aktif. Dialah yang begitu sibuk (Luk 10:40), juga bergerak dengan cepat menemui Yesus dalam Yoh 1:20. Sementara itu, dalam Yoh 11:20, 32, Maria duduk di rumah dan berlutut di hadapan Yesus (Bdk: Luk 10:39, Maria juga duduk di kaki Tuhan untuk mendengarkan kata-kata Yesus). Sebuah kombinasi yang saling melengkapi, dimensi Gereja yang aktif (diwakili dengan figur Marta) dan dimensi Gereja yang kontemplatif (diwakili dengan figur Maria).

Hal-hal lain yang sangat menyentuh dalam tanda cinta ketujuh ini adalah penekanan pengarang atas dalamnya kasih yang dimiliki Yesus terhadap keluarga kecil ini, karena Yesus merasa betah tinggal bersama mereka. Kisah kasih ini dinyatakan secara jelas dalam ayat 5, 11, 35-36. Menarik juga untuk diperhatikan bagaimana cerita kebangkitan Lazarus sejajar dengan kebangkitan Yesus sendiri dalam Yohanes 12. Kedua kebangkitan itu menunjukkan adanya kemiripan dalam empat hal, yakni:
     Tangisan Maria dimakam (Yoh 11:31 dan Yoh 20:11);
     gua kubur yang ditutup dengan batu (Yoh 11:38, 41 dan Yoh 20:1);
     kain kafan dan penutup wajah (Yoh 11:44 dan Yoh 20:6-7);
     peranan khusus yang diberikan kepada Tomas (Yoh 11:16 dan Yoh 20:24-28).

Dari penjabaran sederhana tujuh mukjizat di atas, tampaklah bahwa penyembuhan penyakit fisik dan rohani adalah suatu bagian penting dalam pelayanan Kristus: ”Yesus berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu” (Matius 4:23).
Nah, bertitik tolak pada 7 mukjizat yang dibuat Yesus dari Kana sampai Betania di atas, baik juga kita  mengingat  empat pemahaman dasar, mengacu pada Katekismus Iman Gereja Katolik Pasal 15: Yesus Kristus, Allah Sejati Manusia Sejati, al:

Pertama, Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Allah, terutama melalui mukjizat-mukjizat yang dilakukanNya. "Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." (Yoh 10:37-38).

Kedua, Secara umum, suatu mukjizat adalah suatu kejadian luar biasa yang bertentangan atau melebihi hukum-hukum alam dan tidak dapat dijelaskan kecuali melalui kuasa Allah: "Bagi mereka yang percaya pada Allah, tiada penjelasan yang diperlukan. Bagi mereka yang tidak percaya pada Allah, tiada penjelasan yang mungkin." (Franz Werfel dalam film "Nyanyian Bernadette”).

Ketiga, ilmu pengetahuan kerap tidak bisa menjelaskan mukjizat-mukjizat di masa depan, karena hanya melalui kuasa Allah orang buta bisa disembuhkan seketika atau orang mati kembali hidup. “Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 9:32-33).

Keempat, ditegaskan bahwa mukjizat-mukjizat bisa membuktikan kebenaran, karena suatu mukjizat hanya bisa terjadi atas kuasa Allah, dan Allah tidak akan pernah melakukan suatu mukjizat demi suatu kebohongan."...segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. (Yoh 5:36-37).

Bicara lebih lanjut soal mukjizat, bagi orang beriman, kepercayaan akan "mukjizat" itu memang penting. Sebab bila orang tidak mempercayainya, lalu cuma mau bergantung pada kemampuan manusiawinya, inilah yang disebut oleh Paulus sebagai "orang yang paling malang" (1 Korintus 15:19).
Di lain matra, setiap mukjizat yang dibuat Yesus, persis seperti sebuah metode dalam devosi Kerahiman, memiliki tiga tahapan  dasar “A B C”, al:
Ask for His Mercy ~ Mohon Belas Kasih Allah
Tuhan menghendaki kita (yang kurang, yang sakit, yang lumpuh, yang lapar, yang takut, yang buta dan yang mati) datang kepada-Nya dan bermohon kepada-Nya untuk mencurahkan belas kasih-Nya: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu…. Karena setiap orang yang meminta, menerima” (Mat 7:7-8).

Be Merciful ~ Berbelas Kasih kepada Sesama
Tuhan menghendaki kita yang memohon belas kasih-Nya, juga belajar berbelas kasih kepada sesama: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh 13:34). Lihatlah: peran Maria dalam kisah di Kana dan peran serta Marta dalam kisah di Betania.

Completely Trust ~ Percaya Penuh kepada-Nya
Tuhan ingin kita tahu bahwa rahmat-rahmat belas kasih-Nya tergantung pada besarnya kepercayaan kita. Setiap mukjizat yang terjadi di atas, entah di Kana, Kapernaum, Betesda, Tiberias, Danau Galilea, Siloam maupun Betania terjadi karena adanya iman dan kepercayaan penuh kepada Tuhan. Bukankah semakin kita percaya kepada-Nya, semakin berlimpah rahmat dan mukjizat yang kita terima? Lihat juga sebuah pernyataan iman penuh kepercayaan dari Bunda Maria dalam kisah mukjizat yang pertama di Kana:“Apapun yang dikatakanNya kepadamu, buatlah itu” (Yoh 2:5)

Disinilah, percaya akan "mukjizat" berarti percaya bahwa kita masih mempunyai sumber pengharapan lain di luar daya serta kemampuan manusiawi kita. Bahwa selalu ada "potensi - kemungkinan" dan "solusi - jalan keluar". Namun demikian, betapa pun penting, menurut alkitab, "mukjizat" bukanlah satu-satunya yang penting. Malah bukan pula yang terpenting. Alkitab selalu konsisten dengan prinsip, bahwa ada yang lebih penting dari apa yang diperbuat Allah. Dan itu adalah diri serta pribadi Allah sendiri:Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh 20:30-31).


Doa Mukjizat
Tuhan Yesus,
Aku datang menghadap Engkau dalam keadaanku seperti ini,
Aku mohon ampun atas segala dosaku,
Aku menyesal atas segala dosa-dosaku harap diampuni,
Di dalam nama-Mu, aku memaafkan semua orang yang membenciku termasuk semua perbuatanku.
Aku menyangkal seta, roh jahat, termasuk semua perbuatannya,
Aku serahkan semua hidupku pada_Mu, Tuhan Yesus,
Sekarang dan selamanya,
Aku mengundang  Engkau masuk dalam hidupku, Yesus.
Aku menerima Engkau sebagai Tuhanku, Allahku dan Penyelamatku,
Sembuhkan aku, ubahlah aku, kuatkan  tubuhku, jiwaku dan rohku,
Datanglah Tuhan Yesus, bungkuslah aku dengan Darah Suci-Mu, dan,
Penuhilah aku dengan Roh-Mu yang kudus,
Aku cinta pada-Mu Tuhan Yesus,
Aku bersyukur pada-Mu Yesus,
Aku mau mengikuti Engkau setiap hari dan selama hidupku,
Bunda Maria, Ibuku, Ratu Damai, St. Peregrinus, Pelindung para penderita kanker, para malaikat dan Orang Kudus, tolonglah aku. Amin.
Catatan: Bacalah doa ini dengan penuh keyakinan dalam keadaan  apa pun. Kalau anda mengucapkannya dengan penuh keyakinan, dengan tulus hati dan mengartikan setiap kata, mukjizat akan terjadi pada Anda. Anda akan menemukan pengalaman-pengalaman dengan  Yesus dan Dia akan mengubah seluruh hidup Anda dengan cara yang amat istimewa. Anda akan mengalami  hal ini.


0 komentar:

Posting Komentar