Aku adalah.....
Spe
gaudentes, in tribulation patientes, oration instants
Bersukacitalah
dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa.”
Yesus pernah menjelaskan
perihal Kerajaan Surga sebanyak tujuh kali perumpamaan dalam sebuah bab di
Injil Matius (Bdk. Mat 13). Baginya surga itu seperti seorang penabur, seperti
ilalang di tengah gandum, seperti biji sesawi, ragi, harta terpendam, mutiara
yang indah dan jala/pukat yang penuh ikan. Ternyata, Yesus dalam hidupnya
selama tiga puluh tiga tahun, juga memperkenalkan dirinya dalam tujuh kali nubuat. Setiap penggalan kalimat: 'Akulah', adalah deskripsi yang Yesus
berikan atas diri-Nya sendiri dan ditulis dalam injil Yohanes. Ketujuh nubuat ini membantu kita untuk mengerti siapa
sesungguhnya Yesus yang disebut Kristus itu. Tujuh nubuat itu, al:
Pertama, Roti, "...Akulah roti hidup; barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia tidak akan haus lagi," Yohanes
6:35. Memang, ada begitu banyak roti yang kita kenal di mall atau
resto. Ada roti tawar sampai roti tart, dari Bread Talk di
Singapura, Bread In, J-CO, Dunkin Donuts di Amerika, Holland
Bakery sampai roti Unyil di Bogor. Tapi roti ini istimewa, dia lain
daripada yang lain. “Inilah
roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek
moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya.”
Konteks
nubuat yang pertama ini terjadi ketika ribuan orang dan para murid Yesus lapar
di pinggir Danau Tiberias padahal hari sudah mulai malam. Yesus pun datang
sebagai roti, manna yang hidup. Maka dari itulah, saya mengartikan Roti ini sebagai, Rahmat Oleh Tuhan,
yaitu Iman (Bdk: Jost
Kokoh Pr, TANDA-Kata Angka dan Nada, Kanisius, 2009). Yesus
sendiri jelas-jelas datang sebagai roti, yang dikorbankan bagi kita (roti =
hosti, yang berarti “kurban”). Ia rela terpecah dan terbagi. Ia siap
mengenyangkan kelaparan serta sekaligus menguatkan kerapuhan kita
masing-masing.
Kedua, Terang, "...Akulah terang dunia; barangsiapa
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan
mempunyai terang hidup," Yohanes
8:12. Dalam hidup kita ada
aneka macam terang bukan?
Ada terang matahari, terang bulan, terang bintang, terang planet, terang komet,
meteor. Ada terang listrik, kunang-kunang, api, lilin, petromaks, neon, bohlam,
obor, terang senthir dsbnya. Pastinya
terang itu terang: Ia membawa
kehangatan. Ia mendorong pencerahan. Ia menghadirkan sukacita. Ia menghidupkan,
membangunkan, juga ada untuk memberikan dirinya. “Demikianlah
hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16).
Dalam konteks inilah,
ada seorang wanita yang hampir dirajam karena dianggap berzinah. Ia dianggap
berdosa. Secara sederhana, ketika kita berdosa, hati kita menjadi hitam dan
gelap bukan? Nah, ketika wanita ini dan juga orang banyak (yang sok suci
padahal juga penuh dengan dosa) hatinya
gelap, Tuhan datang dengan nubuatnya yang kedua, “Akulah Terang Dunia.” Tuhan datang
menerangi yang gelap. Universitas Oxford di Inggris juga mengamini nubuat Yesus yang kedua ini. Mereka mempunyai
motto: Dominus Illuminatio Mea, Tuhan adalah Cahaya Terangku (Bdk.Mazmur 27).
Ketiga, Pintu, "Akulah pintu; barangsiapa masuk
melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang
rumput," Yohanes 10:9. Secara etimologis terdapat dua makna
pintu, yakni: "thura" dan "pulee".
Arti yang pertama ialah jalan keluar masuk yang resmi. Sedangkan arti yang kedua ialah tempat orang dapat berkumpul membicarakan
masalah karena di situlah para penatua berkumpul (Lih. Ul 25:7, “Tetapi jika orang itu tidak
suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah isteri saudaranya itu pergi ke
pintu gerbang menghadap para tua-tua”; Ams 31:23, “Suaminya
dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri”),
Dkl: arti pintu itu semacam pengadilan (Lih.Mzm 69:13, “Aku
menjadi buah bibir orang-orang yang duduk di pintu gerbang, dengan kecapi
peminum-peminum menyanyi tentang aku.”; Mzm 127:5, “Berbahagialah
orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak
akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.”; Ayub 31:21, “jikalau
aku mengangkat tanganku melawan anak yatim, karena di pintu gerbang aku melihat
ada yang membantu aku,”; Amos 5:10, “Mereka
benci kepada yang memberi teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada yang
berkata dengan tulus ikhlas”).
Pintu juga menjadi tempat orang mengadakan kontrak dan
perjanjian dengan saksi yang sah (Lih. Kej 23:10, “Pada
waktu itu Efron hadir di tengah-tengah bani Het. Maka jawab Efron, orang Het
itu, kepada Abraham dengan didengar oleh bani Het, oleh semua orang yang datang
di pintu gerbang kota”. Atau, Rut 4:1, “Boas
telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus yang
disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: Hai saudara, datanglah dahulu ke
mari, duduklah di sini." Maka datanglah ia, lalu duduk”). Di tempat seperti itulah orang boleh
berharap memperolah keadilan dan perlindungan adat yang dijaga oleh para tetua
yang dihormati.
Secara sederhana-lepas
dari dua arti kata “pintu” di atas, pintu
dipakai untuk menutup jalan atau membiarkan orang melewatinya. Yang ditutup
ialah jalan masuk bagi orang yang tak berwenang. Dengan menggambarkan
diri sebagai pintu yang tadinya belum ada, Yesus hendak mengajarkan bahwa kini telah
mulai zaman baru. Dia yang datang ke dunia itulah yang menjadi pintu. Ia bakal
menghantar orang ke padang rumput, ke tempat sejahtera.
Di lain matra, bicara lebih
lanjut soal pintu, bukankah setiap orang mendambakan masuk surga? Tapi,
sebenarnya apa itu surga? Surga adalah sebuah tempat di alam akhirat yang dipercaya oleh para penganut beberapa agama
sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kebajikan.
Istilah ini berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu Svarga. Dalam bahasa Jawa,
kata tersebut diserap menjadi Swarga. Istilah Surga dalam bahasa Arab disebut Jannah, sedangkan dalam bahasa Hokkian digunakan istilah Thian (天). Surga
juga mempunyai nama lain, yakni
Kahyangan. Istilah Kahyangan
berasal dari bahasa Jawa
Kuno dan Bahasa Sunda yang jika dipilah menjadi ka-hyang-an, atau
bermakna "tempat tinggal para Hyang atau leluhur".
Nah, jika banyak orang Islam
mengenal surga sebagai Firdaus, orang Budha mengenalnya sebagai Nirwana,
bagaimana dengan orang Katolik? Surga kadang dinamai
Firdaus (2 Korintus 12:2,4), Kerajaan Allah (Efesus 5:5), Perhentian (Ibrani 4:9), Sebuah lumbung (Matius 3:12) atau Tanah air surgawi (Ibrani 11:16). Tapi
definisi Surga yang paling jelas adalah Rumah
Bapa. (Yohanes 14:2).
Secara sederhana, seperti sebuah
rumah, jika kita hendak masuk ke sebuah rumah, yang pertama kita buat adalah
mengetuk pintunya bukan? Ketika orang banyak bingung dan bertanya dimana
pintunya, Yesus segera berkata, “Akulah pintu itu.”
Keempat, Gembala Yang
Baik, "...Akulah gembala yang
baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya," Yohanes 10:11. Dalam benak orang dulu, pemimpin, (entah itu raja atau Tuhan sendiri), bisa digambarkan dengan gembala. Dalam Yeh 34:1-31, Tuhan digambarkan sebagai gembala yang baik, yang melawan gembala-gembala jahat, yakni para pemimpin yang memperlakukan umat dengan tidak baik dan tidak adil. Demikianlah dalam petikan dari Yoh
10 itu, dimunculkan gambaran seorang pemimpin baik. Ia datang membawakan yang adil kepada umat yang berkumpul
menantikan dan senantiasa mengharapkannya.
Mengacu
pada sebuah pernyataan Yesus yang lain, “Lihat,
Aku mengutus kamu, seperti domba ke tengah serigala” (Mateus 10: 16), disadari bahwa kita
adalah domba, sedangkan dunia ini adalah
serigala dengan segala godaan dan kebuasannya. Serigala ialah dunia yang
siap mencabik-cabik kesetiaan kita, merobek sekaligus merusak komitmen dan juga
mencakar habis kedamaian keluarga kita masing-masing. Bayangkan, domba versus
serigala, pastilah menang serigala, dia jelas lebih kuat lebih hebat dan lebih cepat bukan? Sebuah pengamatan
biologis dan fisiologis tentang serigala: Ia adalah binatang mamalia karnivora, secara umum,
serigala mempunyai tinggi sekitar 60cm sampai 80cm (26-32 inci) dan berat
sekitar 23-59 kilogram. Bagi
saya pribadi, serigala juga bisa berarti, “Serakah, Iri hati, Galak”. Maka dari itulah
banyak domba (baca: manusia) yang takut dan kuatir dengan ancaman serigala
dunia ini. Disitulah Yesus datang dan membagikan nubuatnya yang keempat. Ia
menjadi Gembala yang baik bagi kita, para domba kesayangannya.”
Kelima, Kebangkitan Dan Hidup, "...Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia akan hidup walaupun ia sudah mati," Yohanes 11:25. Episode ini
memusatkan perhatian pada tema “hidup
atas kematian”. Konteksnya, suatu kisah dukacita di Betania: Maria dan Martha menangisi Lazarus yang
meninggal dunia. Dan, ketika suasana dukacita begitu kental, Yesus pun
mengucap-kenalkan nubuatnya yang kelima, "...Akulah kebangkitan
dan hidup....”. Yesus adalah kebangkitan dan hidup bagi semua
yang, seperti Marta, percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (ay. 27, yang juga
akan dijumpai dalam Yoh 20:31). Orang yang mempunyai iman, juga
sesudah kematian, akan hidup; orang yang mempunyai iman dan hidup tidak akan
benar-benar mati. Disinilah juga, kita kembali mengingat arti dasar kata “mati: Mohon Allah
Tambahkan Iman.”
Keenam, Jalan, Kebenaran,
Hidup, "...Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku," Yohanes 14:6. Konteks nubuat
Yesus yang keenam ini, adalah ketika Tomas
yang dikenal sebagai orang yang kritis-skeptis dan selalu ingin tahu, bertanya kepada Yesus: “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi;
jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” (Yoh 14:5). Pertanyaan Tomas ini muncul ketika Yesus berbicara
kepada para murid: “Di rumah Bapa-Ku
banyak tempat tinggal... Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah
menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke
tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana
Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ” (Yoh 14:1-4).
Disinilah, Tomas tampil sebagai seseorang yang mau maju dalam iman, sebab pengetahuan sangat
perlu demi perkembangan iman,
bukan? Pertanyaan Tomas itulah juga yang membuka jalan bagi pewahyuan nubuat Yesus yang
keenam: “Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6).
Jawaban nubuat Yesus di atas sendiri mengungkapkan bahwa pengharapan kristiani
bukan suatu metode, bukan suatu prosedur, melainkan seorang pribadi bernama Yesus. Yesus jelas-jelas adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup (ay. 6). Melalui dan di dalam
Yesus, seseorang dapat datang kepada Bapa, mengetahui Bapa serta melihat Bapa.
Ketujuh, Pokok Anggur
Yang Benar, "...Akulah pokok
anggur yang benar....." Yohanes 15:1. Dalam konteks ini, Yesus tampil
sebagai pokok anggur yang benar, yang menyatukan pelbagai cabang dan menghasilkan buah-buah yang bagus. Dkl: Yoh 15 memberikan penjelasan, bahwa Yesus adalah pokok
anggur dan kita adalah carang-carangnya. Walau kata ‘persekutuan” tidak
disebut, namun ini merupakan suatu contoh yang jelas tentang macam persekutuan
yang seharusnya ada antara Kristus dan umat beriman. Itu menunjukkan
kesatuan. Itu menunjukkan bahwa hidup dan kelimpahan buah-buah tidak mungkin
kalau terpisah dari Kristus. Buah yang kita hasilkan merupakan hasil langsung
persekutuan kita dengan Dia. Tetap tinggal dan bersatu dalam
Yesus melalui kasih merupakan isi pokok nubuat yang ketujuh ini. Bila
ajaran ini dilaksanakan, para murid akan menghasilkan banyak buah (ay. 5, 8).
Jika ini tidak terjadi demikian, mereka tidak pantas disebut murid, dan layak
untuk dibakar sebagai sampah (ay. 6). Melalui relasi yang intim dengan Yesus
kita dapat menghasilkan buah-buah dalam hidup kita, bukan?(Yoh 15: 4).
Berangkat dari ketujuh
nubuat di atas, relasi dengan pribadi
Yesus adalah hakekat dari proses
keberimanan kristiani. Sebuah ilustrasi: ketika Budha akan meninggal dunia,
murid-muridnya bertanya bagaimana mereka dapat mengingatnya dengan cara yang
paling baik. Dia berkata kepada mereka supaya jangan kuatir untuk mengingatnya,
tetapi yang paling penting adalah mengingat ajaran-ajarannya. Tapi, kristianitas berbeda! Satu hal yang terpenting bagi seorang murid Yesus
ialah relasinya dengan Dia. Relasi dengan Kristus lebih penting daripada
pelayanan. Yang
pasti, dengan adanya tujuh nubuat: "Aku
adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6
serta Yoh 15:1),
bukankah Yesus
menyatakan secara penuh
dan utuh, kiasan relasi
serta perananNya dalam penebusan umat manusia?
Penjabaran
tujuh nubuat ini saya tutup dengan sebuah cerita: Alkisah, adalah seekor burung yang bekerja keras
mengumpulkan makanan dalam menghadapi musim dingin, agar ketiga anaknya dapat
bertahan hidup. Musim dingin tiba, tetapi ternyata jauh lebih lama daripada
biasanya. Induk burung itu kehabisan makanan. Untuk menghidupi anaknya ia
mematuk dadanya sendiri sehingga keluar darah dan anaknya disuruh meminumnya.
Pada akhir musim dingin induk burung itu tewas kehabisan darah, namun ketiga
anaknya bertahan dan meneruskan kehidupan ibunya. Sesungguhnya tak ada kematian bagi siapa saja yang telah
memberikan dirinya seluruhnya bagi mereka yang dicintainya, bukan?
Kami panjatkan doa ini untuk menyembah-Mu
yang bersemayam dalam Ekaristi Sakramen Mahakudus,
Engkaulah Pengantara kami yang bersama Bapa,
dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan
berkuasa,
Allah sepanjang segala masa. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar