Selayang
Pandang
Doa dalam bahasa Roh merupakan suatu sarana
untuk bertumbuh dalam hidup Ilahi, yaitu hidup dalam Roh. Karunia doa ini
diberikan kepada setiap orang, bahkan kepada yang baru saja dipermandikan, yang
belum banyak pengetahuan agamanya serta yang belum dalam imannya.
Doa dalam bahasa Roh merupakan suatu karunia doa adikodrati yang melampaui perasaan dan akal budi manusia serta berdasarkan iman semata-mata. Doa dalam bahasa Roh merupakan suatu bentuk doa yang lebih tinggi dari doa dalam bahasa kita karena dengan perantaraan iman, doa ini langsung membawa kita kepada Tuhan tanpa bantuan gagasan/konsep/ide yang semuanya terikat pada akal budi kita yang terbatas.
Bila kita berdoa dengan akal budi kita, kita belum secara mendalam memasuki hubungan dengan Tuhan, yang melampaui segala kata dan bahasa. Sebaliknya, bila seseorang berdoa dalam bahasa Roh, ia bebas dari segala gagasan. Rohnya dapat langsung berhubungan dengan Roh Tuhan dalam iman sehingga Roh Tuhan dapat bekerja dalam dirinya secara lebih mudah. Karena itu doa dalam bahasa Roh ini merupakan semacam kontemplasi.
Doa dalam bahasa Roh merupakan suatu karunia doa adikodrati yang melampaui perasaan dan akal budi manusia serta berdasarkan iman semata-mata. Doa dalam bahasa Roh merupakan suatu bentuk doa yang lebih tinggi dari doa dalam bahasa kita karena dengan perantaraan iman, doa ini langsung membawa kita kepada Tuhan tanpa bantuan gagasan/konsep/ide yang semuanya terikat pada akal budi kita yang terbatas.
Bila kita berdoa dengan akal budi kita, kita belum secara mendalam memasuki hubungan dengan Tuhan, yang melampaui segala kata dan bahasa. Sebaliknya, bila seseorang berdoa dalam bahasa Roh, ia bebas dari segala gagasan. Rohnya dapat langsung berhubungan dengan Roh Tuhan dalam iman sehingga Roh Tuhan dapat bekerja dalam dirinya secara lebih mudah. Karena itu doa dalam bahasa Roh ini merupakan semacam kontemplasi.
Sebagaimana kontemplasi membawa kita langsung kepada Tuhan dalam iman yang murni. Demikian pula halnya dengan bahasa Roh. Dalam kontemplasi manusia menjadi lebih pasif dan Roh Allah lebih aktif, artinya kontemplasi lebih merupakan karya Roh daripada karya manusia. Disini manusia membiarkan dirinya dibimbing dan dibentuk oleh Roh dengan cara yang tak dimengertinya. Lewat doa ini, diri kita sedikit demi sedikit dimurnikan dan dibangun menurut selera Allah.
Dasar Kitab Suci
1. Ada 2 manifestasi nyata Roh Kudus yang terjadi pada Pentakosta :
- Kisah 2:4 “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
Disini Bahasa Roh digunakan untuk memuji Tuhan.
- Kisah 2:6b, “Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.” Ini bisa merupakan sebuah mujizat pendengaran, atau para rasul berbicara dalam bahasa-bahasa yang kebetulan dikenal mereka yang berkumpul disitu. Manifestasi ke dua ini, dimana orang mendengar para Rasul berbicara dalam bahasa mereka sendiri, tidak terjadi dibagian Kitab Suci yang lain. Akan tetapi, berdoa dalam bahasa Roh, yang merupakan cara orang Kristen memuji Tuhan dalam bahasa-bahasa yang dikenal, diulangi sepanjang perjanjian baru.
2. Dalam Markus 16:17-18, Yesus mengatakan “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya; mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka…..”
Karunia Doa dalam bahasa Roh harus dibedakan dengan karunia berkata-kata dalam bahasa Roh
Karunia doa dalam bahasa Roh merupakan suatu kemampuan tetap yang diberikan pada seseorang sebagai manifestasi luar pencurahan Roh Kudus, dimana seseorang bisa berdoa setiap waktu dalam suatu bahasa yang tidak dia kenali dan yang bukan merupakan hasil kemampuan akal budinya.
Karunia berkata-kata dalam bahasa Roh merupakan suatu manifestasi sesaat dari bahasa Roh, dimana seseorang terdorong untuk memberikan sebuah pesan dalam bahasa Roh dengan berbicara keras, biasanya pada sebuah persekutuan doa. Manifestasi ini seharusnya diikuti oleh karunia tafsiran.
Karunia doa dalam bahasa Roh diberikan kepada hampir setiap orang, sedang karunia berkata-kata dalam bahasa Roh diberikan kepada beberapa orang yang matang rohaninya.
Manfaat berdoa dalam Bahasa Roh :
Adapun manfaat berdoa dalam bahasa Roh antara lain :
1. Menolong kita untuk selalu memenuhi perintah Tuhan agar kita selalu berdoa.
2. Menyemangati kehidupan doa kita
3. Merupakan pintu masuk bagi karunia-karunia karismatik yang digunakan untuk melayani, karena doa ini membuat kita semakin peka terhadap karya Roh sehingga kita makin mampu menerima karunia-karunia yang akan dianugerahkan Roh kepada kita. (tetapi ada juga orang yang telah menerima karunia-karunia lain sebelum menerima karunia doa dalam bahasa Roh atau bahkan tidak pernah menerima karunia doa ini)
4. Merupakan senjata melawan godaan-godaan setan.
5. Memberikan perasaan tenang, hening, dan damai terutama bila kita sedang sedih atau bingung.
6. Merupakan bentuk doa permohonan efektif bila kita tidak tahu secara pasti apa yang harus kita minta dalam doa.
7. Membuahkan kemampuan yang lebih baik untuk berpikir, menulis, atau untuk membuat penemuan, karena Roh yang berbicara berkarya langsung di bawah sadar kita serta menambah daya kreativitas kita.
Karunia berbicara dalam Bahasa Roh dan Karunia Tafsiran
Pengalaman menunjukkan bahwa karunia berbicara dalam bahasa Roh dan karunia tafsiran tidaklah digunakan sebagaimana mestinya. Karunia berdoa dalam bahasa Roh biasa kita jumpai, tetapi tidak demikian halnya dengan kedua karunia ini. Padahal karunia-karunia ini menambahkan keindahan pada suatu persekutuan doa. Bila kita mengabaikan, bahkan kehilangan karunia-karunia ini, kita juga kehilangan suatu kuasa penting.
Bila kita telusuri, kekurangan penggunaan karunia-karunia ini adalah karena pengetahuan yang salah mengenai perbedaan antara karunia berdoa dalam bahasa Roh dan karunia berbicara dalam bahasa Roh. Orang yang sudah mendapat karunia doa dalam bahasa Roh sering tidak sadar bahwa Tuhan ingin memakai mereka melalui karunia berbicara dalam bahasa Roh.
Santo Paulus mengatakan bahwa karunia berbicara dalam bahasa Roh yang diikuti oleh karunia tafsiran sama dengan nubuat, yang punya kuasa untuk memperbaiki dan memperkuat Gereja. Dalam Kitab Suci, kedua karunia ini merupakan cara jemaat mendengarkan Tuhan, yang diterima baik oleh jemaat di Korintus maupun oleh Santo Paulus sendiri.
KARUNIA BERBICARA DALAM BAHASA ROH
Karunia berbicara dalam bahasa Roh merupakan suatu manifestasi sesaat Roh Kudus pada seseorang dalam suatu Persekutuan Doa Karismatik, dimana orang itu digerakkan untuk berbicara keras dalam bahasa Roh, yang harus diikuti oleh karunia tafsiran.
Dasar Kitab Suci
1. 1 Kor 12:10 “……. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa Roh itu.” Ayat ini berbicara tentang karunia berbicara dalam bahasa Roh sebagai salah satu karunia karismatik untuk pelayanan.
2. 1 Kor 12:28 “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin dan untuk berkata-kata dalam bahasa Roh.”
Dalam ayat ini, karunia berbicara dalam bahasa Roh termasuk dalam deretan kedua pelayanan dalam Gereja.
3. Dalam 1 Kor 14, Santo Paulus mengajar banyak tentang karunia ini :
a. ayat 5 : karunia berbicara dalam bahasa Roh bukanlah suatu nubuat bila
tidak diikuti oleh tafsiran.
b. ayat 6-12 : Jika disalahgunakan, karunia ini membingungkan
c. ayat 22 : karunia sering merupakan doa dan syukur
d. ayat 23 : bila disalahgunakan, karunia ini membingungkan orang yang
tidak percaya
e. ayat 26-27 : karunia ini harus digunakan sesuai dengan peraturan
f. ayat 39 : karunia ini tidak boleh dilarang
KARUNIA TAFSIRAN
Definisi
Karunia tafsiran adalah kuasa yang diberikan kepada seseorang untuk berbicara dalam bahasanya sendiri serta menyampaikan suatu tafsiran dari apa yang diucapkan dengan keras dalam karunia berbicara dalam bahasa Roh.
Tafsiran ini berupa :
1. Doa pujian kepada Allah
2. Pesan dari Allah kepada jemaat, Tafsiran dalam bentuk ini sangat mirip dengan nubuat
Dasar Kitab Suci :
1. 1 Kor 12:10 “……….Kepada yang seorang Ia akan memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa Roh itu.”
2. 1 Kor 12:30 “atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa Roh, atau untuk menafsirkan bahasa Roh.” Ayat ini menunjukkan bahwa karunia penafsiran diberikan kepada beberapa orang.
3. 1 Kor 14 memberikan ajaran Santo Paulus mengenai karunia ini :
a. ayat 5 : tafsiran adalah untuk membangun Gereja dan sama nilainya dengan nubuat.
b. ayat 13 : orang yang berbicara dalam bahasa Roh harus berdoa agar dia juga diberi karunia tafsiran
c. ayat 27 : karunia berbicara dalam bahasa Roh seharusnya diikuti oleh
tafsiran
d. ayat 28 : bila tidak ada orang yang memiliki karunia tafsiran pada suatu
pertemuan jemaat, karunia berbicara dalam bahasa Roh hendak
nya tidak digunakan dalam suara keras.
0 komentar:
Posting Komentar