Pohon ara
kerap dibudidayakan di Palestina dan negeri-negeri lain sekitar Laut Tengah
(Ul. 8:8). Pohon Ara yang aslinya adalah tumbuhan
asli di Asia Kecil dan Siria ini tingginya bisa mencapai 12 meter dan di tanah
yang berbatu-batu pun dapat tumbuh subur. Buahnya kerap mendahului daunnya dan
bunganya tak pernah jelas kelihatan. Buah ara sendiri agaknya sudah sejak zaman
dahulu termasuk buah asli Palestina, seperti anggur dan zaitun (Hak 9:7 dsb).
Walaupun
pohon ara ini tidak tinggi, daun-daunnya yang lebar dan dahan-dahannya yang
menyulur ke samping menyediakan tempat berteduh yang sangat menyenangkan. Duduk
di bawah pohon ara melambangkan ketenteraman dan kemakmuran (I Raj. 4:25; Mi.
4:4; Za. 3:10).
Adapun
kata Ibrani untuk pohon ara adalah "teenah", artinya
"membentang." Orang Yunani menyebut pohon ara, "syke" dan
buah ara, "sykon". Di Palestina purba, buah ara kerap dituai 2x
setahun. Hasil yang pertama terdapat pada bulan Juni dan dinamakan
"bikkore" (Hos. 9:10; Yes. 28:4). Panen yang kemudian terus-menerus
menjadi masak dari bulan Agustus sampai ke bulan Maret, panen ini dinamakan
"kermouse."
Secara
botanis, buah ara itu kecil dan berbentuk buah peer dan seringkali terbentuk
sebelum daun-daun pohon itu tumbuh. Pada zaman Alkitab, buah ara dimakan waktu
segar, dikeringkan, atau ditekan menjadi kue (I Sam. 25:19; 30:12).
Kadang-kadang buah ara dipakai sebagai tapal (II Raj. 20:7).
Yesus
sendiri memakai pohon ara untuk mengajarkan perlunya produktivitas rohani
kepada para muridNya. (Mat. 24:32; Luk. 13:6). Sudahkah kita menjadi pohon ara
yang "produktif", yang berbuah secara nyata setiap harinya?
"Pohon Ara."
Bicara lebih lanjut soal
pohon ara, mereka kerap dihubungkan dalam janji-janji Allah tentang kemakmuran
dan dalam peringatan-peringatan para nabi. Sering mereka juga ditanam bersama
pohon anggur (Luk 13:6), suatu hal yang menghasilkan ungkapan terkenal:
"berdiam masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya," yang
melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran yang berlanjut terus.
Hasil buah yang banyak
juga merupakan tanda perdamaian dan karunia Allah. W Corswant dalam "A
Dictionary of Life in Bible Times" (1960) menjelaskan tentang tiga macam
buah berurutan, antara lain :
1. Buah ara musim
kemarau atau buah paling akhir, yang merupakan tuaian pertama dari bulan
Agustus sampai musim dingin.
2. Buah ara hijau atau
buah musim dingin.
3. Buah ara bungaran,
yang masak sebelum musim kemarau, yang paling digemari karena segar dan enak.
Agaknya Yesus berharap
akan mendapati buah ara hijau di pohon yang dikutiNya. Disinilah, apapun jenis
pohon ara kita masing2, kita-pun diajak untuk berani bertanya: sudahkah kita
menjadi pohon ara yang "berbuah" dalam pelbagai nilai kebaikan dan
keutamaan lewat doa, ucapan dan karya nyata kita setiap harinya?
Seperti pengurus kebun
yang bersungguh hati meminta pada pemilik kebun agar diberi waktu satu tahun
untuk mengolah kembali pohon ara-nya sampai berbuah (bdk. Luk 13:8-9), sudahkah
kita sepenuh hati mengurus "kebun anggur" kita agar semakin terawat
dan selalu penuh dengan rahmatNya?
Salam HIK-ers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
0 komentar:
Posting Komentar