Riwayatmu
Dulu, Kini dan Nanti…..
Yosef menuruni bukit
dari ladang menuju rumahnya sambil bersiul‑siul menyanyikan lagu‑lagu memuji
Allah. Seorang beriman betul dia. Dia bukan petani kecukupan, bahkan boleh
dikatakan dia adalah petani miskin, paling miskin di desanya. Namun dia
menerima semuanya dengan penuh rasa syukur, ya rasa syukur membuat hidup terasa
lebih indah dan ringan.
”….Marusha,
Kristy, aku sudah pulang …..!”
Yosef berteriak ketika
mendekati rumahnya. Dia cium isterinya dan dia angkat anaknya tinggi‑tinggi.
Kedua perempuan itu merasakan ada yang lain pada tingkah ayahnya,
kegembiraannya agak berbeda dengan hari‑hari sebelumnya.
"Semua penduduk omong tentang persembahan apa yang akan mereka bawa ke gereja, pada saat Jumat Suci nanti. Petrovich tetangga kita mau membawa anyaman tikar dari ladang gandumnya, Petra mau membawa sesuatuyang dibuat dari kulit sapinya... tetapi kita, kita akan berikan yang lebih baik!” kata Yosef.
“Bagaimana mungkin kita
beri yang lebih baik daripada mereka? kita tidak memiliki ladang gandum yang
besar, tidak punya sapi..."
sahut Kristy anak perempuan
satu‑satunya.
"Kita memang tidak
disejahterakan dan diberkati dengan tanah yang luas, tapi ayam‑ayam kita? ...
Mereka memberi telur paling segar untuk kita, lebah di kebun kita?... kita
punya lilin dan madu terbaik, lalu kebun kecil kita? ... kita punya sayuran
yang lumayan baik toh!"
Yosef masih melanjutkan………,
'Jadi, sebelum makan malam,
kamu harus mencari telur terbesar, tersegar, letakkan di atas meja, dan ayahmu
akan membuat kamu bangga!'
Malam hari sesudah makan
malam, Kristy meletakkan telur terbaiknya di atas piring. Marusha, isterinya,
masih bertanya‑tanya dalam batinnya tentang apa yang akan dibuat suaminya,
tetapi dia tetap melanjutkan menyulam kain, untuk mempersiapkan kalau‑kalau
dibutuhkan juga untuk persembahan.
Yosef memuji penemuan
Kristy, dan mulailah dia berkarya. Dibuatnya garis‑garis pada permukaan telur
itu dengan pena yang sudah dibakarnya dengan lilin dan yang sudah dicelupkannya
pada lilin lebah.
Dia menggambar ayam,
“Karena ayam memberi kita
telur yang segar ini.”
Lalu dia menggambar
pohon cemara,
“Karena hutan kita penuh
dengan pohon cemara, dan kita membuatnya menjadi tempat tinggal kita”
Dia juga menggambar
bintang,
"Karena aku melihat sinarnya dalam mata
anak dan isteriku!' bisiknya.
Lalu malam beranjak semakin
larut.
Keesokan harinya, Yosef
mendapat ide baru:
‘Mengapa kita tidak
mewarnainya?'
Lalu dia minta kepada
Marusha untuk membuat cairan pewarna. Marusha memetik beberapa bunga marigold
di halaman depan rumahnya dan menumbuknya dan memasaknya. Malam hari itu juga,
telur direndam dalam cairan berwarna kuning itu.... dan hasil karya Yosef
semakin sempurna.
Keesokan harinya, Kristy
memetik wortel membantu ibunya. Dan jari‑jari tangannya menjadi oranye karena pekerjaan
itu.
”Sekarang ada ide baru,
kita beri warna oranye juga untuk telur persembahan kita!"
kata Yosef.
Dan dia mulai menggambar
wortel pada telur itu dengan penanya:
"Untuk wortel kita.,.
yang memberi kesehatan!”
Dan Yosef kemudian
mencelupkan sebagian telur itu pada cairan oranye perasan wortel buatan
Marusha. Kini, telur sudah semakin menarik karena semakin banyak warnanya.
Tiba‑tiba, Yosef berseru
'Bit, buah bit
kita,,..panen bit kita terbaik di seluruh desa ini, kita beri warna marsh dari
buah bit pada telur kita!"
Marusha menjawab:
'Belum terlambat, kita
punya rebusan bit, kita bisa pakai!"
Dan malam itu, Yosef
bekerja sampai larut malam untuk menyelesaikan karyanya.
Keesokannya hari Kamis,
hanya tinggal satu hari untuk mereka membawa persembahan itu ke gereja.
"Blackberries!" teriak Yosef,
"Aku yakin tak ada
Blackberries lain yang sebaik milik kita... kita berikan apa yang terbaik milik
kita untuk Tuhan pada telur kita.
Marusha menggeleng‑geleng
kepala sambil tertawa, tetapi dia tetap membuat rebusan blackberies itu.
Matahari sudah mulai
terbenam ketika Yosef menyelesaikan gambarnya pada telur dengan beberapa
lingkaran kecil simbol hasil kerja kerasnya dalam rupa blackberries yang sudah
dipanennya.
Dan terakhir dia hanya
tinggal mencelupnya pada warna itu.
Dengan hati‑hati Yosef
mencelupkannya pada warna kehitaman cairan rebusan blackberris.
Dan diangkatnya juga
perlahan‑lahan....
tetapi.... ..semuanya
menjadi gelap........
Hilang sudah semua gambar
dan warna‑warni lainnya. Yosef panik!
Beberapa saat, ketiga
orang itu lama tanpa suara, semua menjadi diam.
Kristy merangkul tangan
ayahnya sambil menasehati:
”mungkin lebih baik, kalau
kita membawa blackberries segar dalam keranjang persembahan!”
"Yang kuinginkan
adalah persembahan sempurna untuk Tuhan, sekarang kita tak punya apa‑apa
untuk dipersembahkan ... ”
ujar Yosef nelangsa.
Kristy menjawab, "Yah,
bukankah kita seperti telur itu?
Kita juga tidak sempurna, tetapi Tuhan tetap meminta kita datang?”
Yosef terpana
"Aku rasa Allah
memberi kebijaksanaan yang lebih baik kepadamu daripada yang Dia berikan kepada
ayahmu ini!”
Yosef segera membungkus
telur gelap itu dengan kain sulaman Marusha.
Jumat Sore dalam pekan
suci, semua orang sudah membawa persembahannya masing-masing, tak
terkecuali keluarga Yosef dengan 'telur gelap’‑nya. Ketika saatnya persembahan,
setiap orang membawanya ke depan altar. Yosef mengambil saat paling akhir,
Sebelum meletakkan bungkusan kainnya, Yosef membalikkan badannya menghadap
umat, dan dengan matanya menatap ke lantai dia berbicara:
"Kami sekeluarga
hendak memberikan yang terbaik. Saya sudah meminta Kristy mencari telor
terbaik, Sepanjang minggu saya melukis telur dengan lilin lebah terbaik... saya
ingin mewarnainya dengan hasil‑hasil kebun terbaik, tetapi apa yang
terjadi.,,"
Yosef membuka bungkusannya
sehingga semua orang dalam gereja itu melihatnya:
”Saya tak bermaksud
mempersembahkan telur ini kepada gereja, tetapi anak saya mengatakan sesuatu
yang mengubah niat saya. Dia mengingatkan saya bahwa kita seperti telur ini,
kita tidak sempurna, tetapi Allah tetap meminta kita datang!"
Yosef melanjutkan sambil
menengadah
”Maka, Tuhan... Aku dan
keluargaku hendak memberikan persembahan ini kepadaKu. Syukur atas penerimaanMu
dan atas cinta dam atas pengampunan kepada kami!”
Yosef meletakkan persembahannya di antara persembahan yang lain dan kembali ke tempat duduknya, Tiada suara untuk beberapa saat. Lalu ibadat Jugat Agung dilanjutkan,
Byarr! Minggu, hari
Paskah tiba...semua orang datang ke gereja untuk merayakan Paska. Nyanyian
Haleluya dalam kebangkitan berkumandang. Inilah saatnya untuk membuka semua
penutup persembahan dan memberkati persembahan.
Pastor, yang memimpin
perayaan bersiap‑siap untuk membuka kain penutup persembahan dan mengucap doa
berkat. Tak terkecuali persembahan Yosef yang mungil tanpa keranjang juga
dibukanya.
'Lihat!' teriak Yosef
'Lihat telur itu!"
Semua orang dalam gereja
terpana, Mulut‑mulut mereka menunjukkan keterkejutan. Di pagi hari itu sebutir telur paling indah
yang mereka lihat. Gambar‑gambar pada telur itu menjadi lebih tajam dan indah,
warna‑warni menjadi berkilat keemasan.
"Bagaimana bisa begitu!” bisik beberapa ibu.
"Ini mukjijat...” seru
beberapa orang.
Kristy menoleh ke
jendela... bicara pada ibunya yang ada di sebelahnya
“lihat bu, setelah musim
dingin yang panjang dan gelap... Allah memberi kita matahari yang terang dam
hari‑hari yang hangat. Pastilah matahari yang melelehkan semua cairan yang
gelap!”
Yosef menatap putri dan
isterinya:
'Tuhan membuat mukjijat
untuk kita..."
Pada hari pertama, mentari
menembus celah jendela di sebuah desa kecil....
Sebuah keluarga yang
berbahagia berjabatan tangan satu sama lain.....
Dan hati mereka penuh
syukur atas karya Allah yang indah....
yang mengubah kegalauan
menjadi harapan,
kegelapan menjadi terang...
kesedihan menjadi
kegembiraan....
Diterjemahkan dari:
Maxwell, Cassandre,
Yosef’s Gift of Many
Colors, An Easter Story,
Augsburg
Fortress, Minneapolis, USA, 1993
1 komentar:
terima kasih atas renungan ini...aku merasa terharu dan gembira memiliki Tuhan Yesus.......
Posting Komentar